Inspeksi
Statis : Normochest
Dinamis : Simetris saat statis dinamis, pernapasan abdomino thoracal, retraksi interkostal (-/-), jejas (-)
Palpasi
Atas Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: melemah
Tengah
Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: melemah
Perkusi
Atas Sonor Hipersonor
Auskultasi
Atas vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)
Tengah vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)
Bawah vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
Auskultasi : BJ I > BJ II, regular (+) bising (-)
Abdomen
Inspeksi: simetris, distensi (-)
Palpasi : soepel, organomegali (-), nyeri tekan (-) epigastric
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas superior: sianosis (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral dingin (-/-)
Ekstremitas inferior: sianosis (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral dingin (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium Darah
Pemriksaan dilakukan pada tanggal 14 January 2019
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hematokrit 32 37-47 %
MCV 74 80-100 fL
MCH 25 27-31 pg
MCHC 33 32-36 %
• Thorax
cor tidak membesar,
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo : Hili kasar, corakan paru bertambah
Tak tampak bercak infiltrate.
Tampak bayangan lusen avaskuler di hemithorak kiri atas di sertai kolaps paru
kiri.
Diagnosa
Pneumothorax
Tatalaksana
IVFD Ringer Laktat 500 cc / 24 jam
Ketoprofen 2 x 1 tab
Opicef 2 x 500 mg
Pasang WSD
Definisi
Didapatkan dari literatur lain Pneumothorax lebih sering terjadi pada penderita
dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita.
Pneumothorax sering dijumpai pada musim penyakit batuk.
Di RSUD Dr. Soetomo, kurang lebih 55% kasus pneumothorax disebabkan oleh
penyakit dasar seperti tuberculosis paru aktif, tuberculosis paru disertai fibrosis
atau emfisema lokal, bronkitis kronis, dan emfisema. Selain karena penyakit ters
ebut, pneumothorax pada wanita sering terjadi berulang. Kematian akibat pneu
mothorax sekitar 12%.
Etiologi
Etiologi trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul.
Trauma tajam terutama disebakan oleh tikaman dan tembakan. Tersering disebabkan
oleh ruptur spontan pleura visceralis yang menimbulkan kebocoran udara ke rongga
thorax. Pneumothorax dapat terjadi berulang kali. Udara dalam kavum pleura ini
dapat ditimbulkan oleh :
Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai
closed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai
katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum
pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak
sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan
terjadinya tension pneumothorax
Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara
kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3
diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding
traktus respiratorius yang seharusnya. Sehingga udara dari luar masuk ke kavum
pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsi lateral. Saat
ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura
keluar melalui lubang tersebut, kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.
Klasifikasi
1. Pneumotoraks spontan
a) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat
pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien
pneumotoraks spontan yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua
ruang berisi udara dalam bentuk bulla yang dibatasi pleura fibrotik yang
menebal, sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri sebagian lagi oleh
jaringan paru emphiematous.
3. Pneumothoraks Iatrogenik
Terjadi sebagai akibat tindakan medis yang dilakukan, misalnya akibat punksi
pleura, biopsy pleura, trans thoracal biopsy, dll
Manifestasi Klinis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul pada pasien pneumotho
rax adalah :
Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
pendek, dengan mulut terbuka.
Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi
yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.
Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
Denyut jantung meningkat.
Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada
jenis pneumotoraks spontan primer.
Diagnosis Banding
Palpasi :
Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
Perkusi :
Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar.
Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi :
Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang, suara vokal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negatif.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak
garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.
Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.
Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals
melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut :
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung,
mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel
mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di
mediastinum.
Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit.
Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara
yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju
daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat
banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila
jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan
ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang.
Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma
2. Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada
kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang
berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
3. CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa denga
n pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan u
ntuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder.
Tatalaksana