Anda di halaman 1dari 30

Pneumothorax

dr. Aniza Gempaning Nolita


Identitas Pasien

 Nama : TN. Sunardi


 Umur : 51 tahun
 Alamat : Batanghari, Lampung Timur
 Pekerjaan : Wirausaha
 Agama : Islam
 Status : Menikah
 Tanggal Masuk : 14 January 2019
Keluhan Utama
Sesak napas dan nyeri dada kiri

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas. Sesak timbul tiba-tiba tidak di
pengaruhi oleh aktivitas, cuaca maupun makanan dan tidak disertai suara mengi.
Nyeri dada kiri juga dikeluhkan pasien. Pasien post terjatuh dari tangga 5 hari yan
g lalu setinggi 2 meter. Mual (+) muntah (-), BAK dan BAB pasien normal tidak a
da keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.
Pemeriksaan Tanda Vital
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Frekuensi nadi : 88 kali/menit
 Frekuensi nafas : 24 kali/menit, regular
 Suhu : 37° C
Pemeriksaan Fisik
 Kulit : ikterik (-), sianosis (-), edema (-)
 Kepala : rambut hitam, distribusi merata, sukar dicabut
 Wajah : simetris, edema (-), deformitas (-)
 Mata :anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), refleks cahaya langsung
(+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
 Telinga : sekret (-/-), serumen (-/-)
 Hidung : sekret (-/-), cavum nasi hiperemis (-), napas cuping hidung (-)
 Mulut : Sianosis (-), tremor (-), hiperemis (-), tonsil hiperemis (-/-), T1 – T1.
 Leher : retraksi suprasternal (-), pembesaran KGB axila (-) retroauricula (-)
suprasternal (-), kaku kuduk (-).
Thorak
Pemeriksaan Fisik Paru Thorax Dekstra Thorax Sinistra

Inspeksi
Statis : Normochest
Dinamis : Simetris saat statis dinamis, pernapasan abdomino thoracal, retraksi interkostal (-/-), jejas (-)

Palpasi
Atas Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: melemah

Tengah
Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: melemah

Bawah Fremitus taktil: normal Fremitus taktil: melemah

Perkusi
Atas Sonor Hipersonor

Tengah Sonor Hipersonor

Bawah Sonor Hipersonor

Auskultasi
Atas vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)

Tengah vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)

Bawah vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-) vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)
Jantung
 Auskultasi : BJ I > BJ II, regular (+) bising (-)

Abdomen
 Inspeksi: simetris, distensi (-)
 Palpasi : soepel, organomegali (-), nyeri tekan (-) epigastric
 Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Ekstremitas
 Ekstremitas superior: sianosis (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral dingin (-/-)
 Ekstremitas inferior: sianosis (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral dingin (-/-)
Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium Darah
Pemriksaan dilakukan pada tanggal 14 January 2019
JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

HEMATOLOGI

Darah Rutin

Hemoglobin 10,8 12,0-15,0 g/dL

Hematokrit 32 37-47 %

Eritrosit 4,4 4,2-5,4 106/mm3

Leukosit 6,7 4,5-10,5 103/mm3

Trombosit 523 150-450 103/mm3

MCV 74 80-100 fL

MCH 25 27-31 pg

MCHC 33 32-36 %
• Thorax
cor tidak membesar,
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo : Hili kasar, corakan paru bertambah
Tak tampak bercak infiltrate.
Tampak bayangan lusen avaskuler di hemithorak kiri atas di sertai kolaps paru
kiri.
Diagnosa

Pneumothorax
Tatalaksana
 IVFD Ringer Laktat 500 cc / 24 jam
 Ketoprofen 2 x 1 tab
 Opicef 2 x 500 mg
 Pasang WSD
Definisi

 Pneumothoraks adalah keadaan dimana terdapatnya udara bebas dalam cavum


pleura, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru
-paru tidak mengembang dengan maksimal.
 Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam
pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena.
Epidemiologi

 Didapatkan dari literatur lain Pneumothorax lebih sering terjadi pada penderita
dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita.
Pneumothorax sering dijumpai pada musim penyakit batuk.
 Di RSUD Dr. Soetomo, kurang lebih 55% kasus pneumothorax disebabkan oleh
penyakit dasar seperti tuberculosis paru aktif, tuberculosis paru disertai fibrosis
atau emfisema lokal, bronkitis kronis, dan emfisema. Selain karena penyakit ters
ebut, pneumothorax pada wanita sering terjadi berulang. Kematian akibat pneu
mothorax sekitar 12%.
Etiologi

Etiologi trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul.
Trauma tajam terutama disebakan oleh tikaman dan tembakan. Tersering disebabkan
oleh ruptur spontan pleura visceralis yang menimbulkan kebocoran udara ke rongga
thorax. Pneumothorax dapat terjadi berulang kali. Udara dalam kavum pleura ini
dapat ditimbulkan oleh :

 Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari
alveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai
closed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai
katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum
pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama semakin banyak
sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan
terjadinya tension pneumothorax
 Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara
kavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3
diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding
traktus respiratorius yang seharusnya. Sehingga udara dari luar masuk ke kavum
pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsi lateral. Saat
ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura
keluar melalui lubang tersebut, kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.
Klasifikasi
1. Pneumotoraks spontan
a) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat
pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien
pneumotoraks spontan yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua
ruang berisi udara dalam bentuk bulla yang dibatasi pleura fibrotik yang
menebal, sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri sebagian lagi oleh
jaringan paru emphiematous.

Pecahnya alveoli berhubungan dengan obstruksi check-valvepada saluran nafas


kecil sehingga timbul distensi tuang udara bagian distalnya
b) Pneumothoraks spontan sekunder
Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru dasarnya (underlying lung disease).
Beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab pneumothoraks antara lain
PPOK tipe emfisema dan tuberkulosis paru.
Pneumotoraks Spontan Sekunder terjadi karena pecahnya bulla viseralis dan sering
berhubungan dengan penyakit paru yang mendahului. Patogenesis pneumotoraks
Spontan Sekunder multifaktorial, umumnya terjadi akibat komplikasi PPOK,
tuberkulosis, asma, penyakit paru infiltratif lain (pneumonia supuratif,
pneumocystis Carinii).
Pneumotoraks spontan Sekunder umumnya lebih berat dari pada pneumotoraks
spontan primer, karena pada pneumotoraks spontan sekunder terdapat penyakit
paru yang sebelumnya mendahuluinya.
2. Pneumothoraks Traumatika
Terjadi sebagai akibat trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tajam di
dinding dada.

3. Pneumothoraks Iatrogenik
Terjadi sebagai akibat tindakan medis yang dilakukan, misalnya akibat punksi
pleura, biopsy pleura, trans thoracal biopsy, dll
Manifestasi Klinis

Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul pada pasien pneumotho
rax adalah :
 Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
pendek, dengan mulut terbuka.
 Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi
yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.
 Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
 Denyut jantung meningkat.
 Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
 Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada
jenis pneumotoraks spontan primer.
Diagnosis Banding

 - Miokardium infark akut :


Napas yang pendek dan sakit dada, namun sakit dada pada MI biasanya
spesifik seperti di hancurkan, sentral dan menyebar ke daerah rahang, tangan kiri
atau perut. Namun pasien dengan MI bisa juga superinfeksi dengan penyakit
paru.
 - Emphysema :
Kehilangan fungsi jaringan paru dan digantikan dengan rongga berudara yang juga
menyebabkan nafas yang pendek-pendek berkurangnya asupan udara dan
meningkatnya resonansi pada pemeriksaan. Emphysema merupakan penyakit
kronik, bedanya emphysema difus sedangkan pneumothorax local, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan foto rontgen harus dilakukan dan dinilai teliti sehingga dapat
didapatkan hasil yang akurat
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan :
Inspeksi :
 Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiperekspansi dinding dada)
 Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
 Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

Palpasi :
 Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
 Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
 Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

Perkusi :
 Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar.
 Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi.
 Auskultasi :
 Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang, suara vokal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negatif.
Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Rontgen
 Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak
garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
 Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.
Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.
 Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals
melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
 Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut :
 Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung,
mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel
mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di
mediastinum.
 Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit.
Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara
yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju
daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat
banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila
jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan
ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang.
 Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma
2. Analisa Gas Darah
 Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada
kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang
berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

3. CT-scan thorax
 CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa denga
n pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan u
ntuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder.
Tatalaksana

Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari


rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi.
Primary survey dengan memperhatikan :
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
 Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothorax yang lua
snya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intraple
ura dengan membuat hubungan antara cavum pleura dengan udara luar dengan cara :
a) Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura akan
berubah menjadi negative karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.
b) Mempuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
 Dapat memakai infuse set jarum ditusukkan ke dinding dada sampai
kedalam rongga pleura, kemudian infuse set yang telah dipotong pada
pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air.
 Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan
kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding thorax
sampai menebus ke cavum pleura, jarum dicabut dan kanula tetap
ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastic infuse
set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air .
 Pipa water sealed drainage (WSD) pipa khusus (thorax kateter) steril, dimasukkan
ke rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjempit.
Setelah troakar masuk, maka thorax kateter segera dimasukkan ke rongga pleura
dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter thorax yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter thorax yang ada di dada dan
di pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa kaca WSD dihubungkan melalui
pipa plastic lainnya. Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan
intrapleural tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan
negative sebesar 10-20 cm H2O.
Pengobatan Tambahan

 Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan


terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap
bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator .
 Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat.
 Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat
dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai