PNEUMOTHORAK
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Oleh :
Yulia Dasmayant
1407101030084
1
BAB I
PENDAHULUAN
rongga pleura, yaitu di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru-
paru.Hasilnya adalah kolaps dari paru-paru pada sisi yang terkena.Udara bisa
masuk ruang intrapleural melalui dinding dada (yaitu, trauma) atau melalui
pneumotoraks primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena dibanding
wanita dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko pneumotoraks spontan akan
tinggi, kurus dan usia 10-30 tahun.Insidens pada usia tertentu: 7,4-18 kasus per
100.000 orang per tahun pada laki-laki 1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun
tahun insidensi 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun pada laki-laki 2,0 kasus per
100.000 orang per tahun pada perempuan 26 per 100.000 pasien dengan penyakit
langsung maupun tidak langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi
2
pneumotoraks yang sangat sering terjadi . Dengan inseidensi usia biasanya terjadi
pada orang yang ber usia 20-40 tahun, lebih sering pada pria dibandingkan
wanita.(2)
Penatalaksanaan awal pneumotoraks dilakukan berdasarkan pemeriksaan
drainage). Pada 47 penderita yang berkaitan dengan trauma yang dengan forced
position (posisi setengah duduk), bertujuan untuk kateterisasi pada cavum pleura
Indikasi untuk torakotomi dibatasi pada pasien dengan trauma dada yang
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Tn.FR
Umur : 40 tahun
Suku : Aceh
Agama : Islam
No CM : 1-04-76-76
2.2 Anamnesa
Pasien dating dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak kurang
lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit.Sesak dirasakan muncul secara tiba-
dipengaruhi aktifitas , Batuk (+) sejak kurang lebih 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit, batuk di sertai dahak. Penurunan berat badan (+), riwayat
4
2.3 Pemeriksaan Fisik
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Lidah : Lidah kotor (-)
Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi :Simetris, retraksi (-), bentuk dada normal,
pernafasanthorakoabdominal.
Paru – Paru
5
Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Auskultasi Rhonchi (-) Rhonchi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
Jantung
midclavicula sinistra.
Perkusi : Batas – batas jantung
Atas : ICS II
Kiri : 4 cm linea midclavicula sinistra
Kanan : Linea parasternalis dekstra
Abdomen
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Hb : 12,5 gr/dl
Hematokrit : 39 %
Eritrosit : 5,3 106/mm 3
Trombosit : 266 103mm/3
6
Leukosit : 13,3 103/mm3
Difftel : 2/0/73/16/9 %
CT/BT : 5/2 menit
Natrium : 136 mmol/L
Kalium : 4,9 mmol/L
Clorida : 90 mmol/L
2.4.2 Imaging
Hasil pemeriksaan imaging
7
Gambar 2.2 Foto Torax AP II (13 April 2015)
Ekpertise:
8
Gambar 2.3 Foto Torax AP III (13 April 2015)
Ekpertise:
9
Gambar 2.4 Foto Torax AP IV (20 April 2015)
Ekpertise:
2. Pneumothorax dextra
10
Gambar 2.5 Foto Torax AP (27 April 2015)
Ekpertise:
Pulmo: paru kanan kolaps dengan WSD didalam area hyperlusen avascular.
11
Gambar 2.6 Foto Torax AP (5 Mei 2015)
Ekpertise:
Tampak area lusensi avascular di hemithoraks kanan disertai kolaps paru kanan
Tampak penebalan pleura apical kiri dan sinus kostoprenikus kiri tumpul.
KESAN:
Kardiomegali.
Hydropneumothorax kanan.
12
13
14
Gambar 2.7 CT Scan Tanpa Kontras (5 Mei 2015)
Ekpertise:
MSCT Scan Thorax dengan potongan axial dan rekonstruksi coronal serta sagital:
Kesimpulan:
15
Gambar 2.8 CT Scan Dengan Kontras (5 Mei 2015)
Ekpertise:
MSCT Scan Thorax dengan potongan axial dan rekonstruksi coronal serta sagital:
Kesimpulan:
16
- Collaps lung dextra
- Hidropneumothorax dextra
1. Pneumothorax Dextra
2. Emfisema Bullae
3. PPOK
4. Atelektasis
2.6 Terapi
2.7 Prognosa
Qou ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
kavum pleura.Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga
paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara dalam kavum
viseralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi
pneumotoraks.
18
lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara
dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat
pneumotoraks terbuka.(2)
3.2 Epidemiologi
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi pneumotoraks
yang terjadi tiba-tiba tanpa atau dengan adanya penyakit paru yang
6:1. Pada pria, resiko pneumotoraks spontan akan meningkat pada perokok
usia muda, dengan insidensi puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40
tahun).
Sementara itu, pneumotoraks traumatik dapat disebabkan oleh
19
diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-iatrogenik. Pneumotoraks
10-30 tahun
Insiden pada usia tertentu: 7,4-18 kasus per 100.000 orang per
tahun pada laki-laki 1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun pada
perempuan
Pneumotoraks spontan sekunder
Umur : Puncak kejadian di usia 60-65 tahun insidensi 6,3 kasus
per 100.000 orang per tahun pada laki-laki 2,0 kasus per 100.000
orang per tahun dan 5,8 per 100.000 perempuan per tahun.
Rekurensiakan terjadi pada sekitar 30% dari 45% primer dan sekunder
pneumotoraks. Hal ini sering terjadi dalam 6 bulan, dan biasanya dalam
waktu 3 tahun.(4)
yang sehat dan tidak ada pengaruh dari penyakit yang mendasari. Angka kejadian
20
pneumotoraks spontan primer (PSP) sekitar 18-28 per 100.000 pria pertahun dan
1,2-6 per 100.000 wanita pertahun (Mackenzie and Gray, 2007). Umumnya,
kejadian ini terjadi pada orang bertubuh tinggi, kurus, dan berusia antara 18-40
subpleura pada apeks paru-paru (Heffner and Huggins, 2004). Udara yang
terdapat di ruang intrapleura tidak didahului oleh trauma, tanpa disertai kelainan
klinis dan radiologis. Namun banyak pasien yang dinyatakan mengalai PSP
terjadinya PSP adalah karena gradien tekanan pleura meningkat dari dasar ke
apeks paru. Akibatnya, alveoli pada apeks paru-paru orang bertubuh tinggi rentan
subpleura.(6)
2004).Pada sebagian besar kasus PSP, gejala akan berkurang atau hilang secara
spontan dalam 24-48 jam. Kecepatan absorpsi spontan udara dari rongga pleura
sekitar 1,25-1,8% dari volume hemitoraks per hari, dan suplementasi oksigen
21
sebesar 10 lpm akan meningkatkan kecepatan absorpsi sampai dengan empat kali
lipat.(6) Beberapa macam terapi yang dapat dilakukan pada pasien PSP antara lain
untuk besar-kecilnya pneumotoraks dan jenis terapi untuk PSP kecil simtomatik
dan PSP simtomatik yang stabil di antara keduanya.(6) Berikut adalah ringkasan
pneumotoraks kecil (<2 cm, BTS; <3 cm, ACCP) dan gejala
masih simtomatis dan jumlah aspirasi awal kurang dari 2,5 liter
22
lebih dari 2,5 liter atau aspirasi ulangan tidak berhasil maka
mempengaruhi efektivitas drain pada terapi PSP. Selain itu, tidak ada korelasi
antara ukuran drain dan tingkat komplikasi, rekurensi, dan lamanya pasien
dirawat. Namun kateter dengan diameter kecil tidak dapat digunakan apabila
terdapat cairan pleura (karena dapat menyumbat) dan adanya kebocoran udara
terjadinya edema re-ekspansi paru-paru dan harus dikonsulkan kepada dokter ahli
23
paru-paru. BTS merekomendasikan sistem suction dengan volume besar dan
tekanan rendah (-10 to -20 cm H2O). Drain sebaiknya tidak diklem kecuali
diminta oleh ahli paru atau spesialis bedah TKV. Pengekleman drain dapat
berbahaya dan tidak ada bukti yang menunjukkan peningkatan angka keberhasilan
atau penurunan resiko rekurensi. Indikasi klem drain adalah apabila terdapat
pneumotoraks.
penyakit paru yang mendasari. Umumnya PSS terjadi sebagai komplikasi COPD,
sclerosis.Secara umum udara pada PSS memasuki rongga pleura melalui alveoli
yang melebar atau rusak.Perburukan klinis dan sequelae biasanya terjadi akibat
berat. Apabila pneumotoraks terjadi pasien COPD gejala sesak napas yang
meningkatkan resiko kematian sampai dengan empat kali lipat. Sekitar 40-50%
pasien akan mengalami PSS yang kedua apabila pleurodesis tidak dilakukan.(5)
24
Untuk penangan PSS, ACCP merekomendasikan pemasangan chest
tube untuk setiap pasien PSS, dan pleurodesis pada episode pertama PSS guna
dengan syringe dan kateter untuk pasien pneumotoraks kecil dengan penyakit paru
chest tube.Pelepasan chest tube dilakukan setelah terjadi re-ekspansi paru dan
dilakukan pada pasien dengan kebocoran udara yang tidak teratasi dan mengalami
pneumotoraks rekuren.(3)
trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura,
dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua
iga maupun luka penetrasi yang terbuka. Trauma tumpul atau kontusio pada
penetrasi pada dinding dada adalah luka tusuk, luka tembak, akibat tusukan jarum
pembukaan rongga paru secara paksa saat tindakan diagnosis atau terapi invasif
25
● Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental, terjadi akibattindakan
positif dapat menjadi etiologinya. Akibatnya, pasien perlu lebih lama dirawat di
rumah sakit.(9)
aspirasi jarum halus transthoracic. Dua faktor yang memegang perang penting
adalah ukuran dan kedalaman lesi.Apa bila lesi kecil dan dalam maka resiko
Pneumotoraks jenis ini terjadi akibat trauma tumpul atau tajam yang
udara dapat masuk ke rongga pleura langsung ke dinding toraks atau menuju
hemothoraks dan pneumotoraks di lebih dari 80% lesi di dada akibat benda tajam.
(8)
26
alveoli.Saat alveoli ruptur udara masuk ke rongga intertisial dan terjadi diseksi
mana hilus paru terletak lebih rendah dari normal atau terdapat pneumotoraks
barotrauma. Pada suhu konstan, volume massa udara berbanding terbalik dengan
yang saturasi pada tubuh meningkat 1,5 kali lipat daripada saat di ketinggian
permukaan laut. Pada peningkatan tekanan tersebut, udara yang terjebak dalam
pneumotoraks.(8)
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di
dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah
27
kondisi tersebut paru belum mengalami reekspansi, sehingga masih ada
negatif. Misal terdapat robekan pada pleura viseralis dan paru atau jalan
nafas atau esofagus, sehingga masuk vakum pleura karena tekanan vakum
antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia
luar karena terdapat luka terbuka pada dada. Dalam keadaan ini tekanan
inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi
tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada
positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura
viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui
melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura
tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama
28
rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal
napas.
bula subpleural adalah perokok berbanding dengan 81% kasus adalah bukan
perokok.
sebuah teori menjelaskan bahwa terjadi degradasi serat elastin paru yang diinduksi
oleh rokok yang kemudian diikuti oleh serbukan neutrofil dan makrofag. Proses
inflamasi. Hal ini akan meningkatkan tekanan alveolar sehingga terjadi kebocoran
29
udara ke jaringan interstitial paru menuju hilus dan menyebabkan
Rongga pleura memiliki tekanan negatif, sehingga bila rongga ini terisi
oleh udara akibat rupturnya bula subpleural, paru-paru akan kolaps sampai
tekanan alveolar yang melebihi tekanan interstitial paru. Udara dari alveolus akan
o PPOK
o Kistik fibrosis
30
o Asma bronchial
o Sarkoidosis
o Limfangioleimiomatous
o Sklerosis tuberus
o Artritis rheumatoid
o Spondilitis ankilosing
o Sleroderma
o Sindrom Marfan
o Sindrom Ethers-Danlos
Kanker
o Sarkoma
o Kanker paru
Endometriosis toraksis
31
Pneumotoraks traumatik dapat disebabkan oleh trauma penetrasi
maupun non-penetrasi.Trauma tumpul atau kontusio pada dinding dada juga dapat
karena tidak ada lagi tarikan ke luar dnding dada. Pengembangan dinding dada
pada saat inspirasi tidak diikuti dengan pengembangan paru yang baik atau
bahkan paru tidak mengembang sama sekali. Tekanan pleura yang normalnya
atau bedah.Salah satu yang paling sering adalah akibat aspirasi transtorakik
kejadian kasus pneumotoraks meningkat apabila dilakukan oleh klinisi yang tidak
berpengalaman.
parenkim paru atau bronkus yang berperan sebagai katup searah.Katup ini
aliran balik dari udara tersebut.Pneumotoraks ventil biasa terjadi pada perawatan
mekanik tekanan positif) di rongga pleura tanpa adanya aliran udara balik.
pleura sehingga menekan mediastinum dan mendorong jantung serta paru ke arah
32
hipoksia. Curah jantung turun karena venous return ke jantung berkurang,
sedangkan hipoksia terjadi akibat gangguan pertukaran udara pada paru yang
kolaps dan paru yang tertekan di sisi kontralateral. Hipoksia dan turunnya curah
jantung akan menggangu kestabilan hemodinamik yang akan berakibat fatal jika
(cyanosis).
e) Batuk- batuk yang didapatkan pada 25-35% pasien.
tinggi.
d) Auskultasi: suara nafas melemah sampai menghilang, nafas dapat
33
2. Pada gambaran hiperlusen ini tidak tampak jaringan paru, jadi
avaskuler.
3. Bila pneumotoraks hebat sekali dapat menyebabkan terjadinya
tumor.
4. Biasanya arah kolaps ke medial.
5. Bila hebat sekali dapat menyebabkan terjadinya perdorongan pada
berlawanan.
b) BGA: untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah pasien
c) Pemeriksaan endoskopi (torakoskopi) merupakan pemeriksaan
yaitu:
Derajat I : pneumotoraks dengan gambaran paru yang mendekati
normal (40%)
Derajat II : pneumotoraks dengan perlengketan disertai hemotorak
(12%)
Derajat III : pneumotoraks dengan diameter bleb atau bulla< 2cm
(31%)
Derajat IV : pneumotoraks dengan banyak bulla yang besar, diameter>
stabiisasi leher hingga dipastikan pasien tidak mengalami cedera cervical dengan
cara memasang cervical collar atau dengan kantong berisi pasir. Evaluasi tingkat
34
kesadaran dengan menyapa pasien dan dilaknjutkan dengan pemeriksaan ABC
thrust (bila dicurigai terdapat cedera cervical/pada pasien tidak sadar) atau head
tilt chin lift dilanjutkan dengan membersihkan rongga mulut dengan swab
mengunakan jari telunjuk, mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka. Pada
pasien tidak sadar dilakukan pemasangan orofaringeal tube untuk mencegah lidah
dinding dada asimetris, deviasi trakea ke paru yang sehat, JVP meningkat, suara
thoracostomy.(12)
Pemeriksaan nadi carotis dan radialis didapatkan takhikardi, akral dan
kristaloid (12)
3.7.2 Penatalaksanaan Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
intecostal chest drain sebagai terapi definitif. Pneumotoraks kecil, khususnya yang
Pemasangan chest tube cocok pada kasus yang terdapat multiple injury, pasien
yang menjalani anestesia yang berkepanjangan, atau pasien yang akan ditransfer
35
dengan jarak yang jauh dimana deteksi peningkatan atau tension pneumothorax
open pneumothorax adalah menutup luka dan segera memasang intercostal chest
drain.(7,13)
Bila chest drain tidak tersedia dan pasien jauh dari fasilitas yang bisa
melakukan terapi definitif perban dapat diletakkan di atas luka dan diplester pada
tiga sisinya. Secara teori, hal tersebut bertindak sebagai katup-flap untuk
masuk selama inspirasi.Hal ini mungkin sulit bila dilakukan pada luka yang luas
dan efeknya sangat bervariasi. Sesegera mungkin chest drain harus dipasang dan
luka ditutup.(5,8)
hingga udara dapat dikeluarkan melalui spuit yang terhubung dengan jarum.Jarum
ditarik dan kanul dibiarkan terbuka di udara.Udara yang keluar dengan cepat dari
36
dada menunjukkan adanya tension pneumothorax. Manuver ini mengubah tension
pnemothorax. Chest tube harus tersedia dengan cepat di ruang resusitasi dan
untuk blind needle thoracostomy. Hal ini menyebabkan status respiratori dan
tekanan akan didekompresi dan pemasangan chest tube dapat dilakukan tanpa
terburu-buru. Hal ini terutama berlaku bagi pasien yang terventilasi manual
melalui tiga tahap yang umum disebut dengan efek Macklin.Urutan kejadiannya
langsung terhadap jantung atau menurunkan aliran darah balik sehingga terjadi
37
penurunan curah jantung. Pneumomediastinum dapat berkembang menjadi
emfiesema subkutis. Apabila udara pada subkutan dan mediastinum sangat banyak
dan selubung pembuluh darah leher, dan toraks lateral. (17) Emfisema subkutis
pembengkakan tidak nyeri. Pada palpasi akan terasa seperti kertas. Gambaran
38
terjadi distres adalah insisi kulit dengan pisau pada daerah kulit yang mengalami
pembengkakan.(18)
BAB 4
MODALITAS RADIOLOGI
39
Gambar 4.1 Pneumothoraks akan terlihat sebagai garis putih tipis yang
terbentuk dari pleura visceral.
Gambar 4.2 Tampak simple pneumothorax pada paru kiri. Tidak ada
pergeseran jantung atau trakea
40
Gambar 4.4 Tension Pneumothorax, jantung tergeser ke arah kanan oleh
penekanan dari pneumothorax di paru kiri
41
Gambar 4.6 Tampak gambaran tension pneumothorax dengan jantung dan
mediastinum yang terdorong ke arah kanan.
42
Gambar 4.8 Tampak gambaran hidropneumothorax pada paru kanan.
Gambar 4.9 Tension pneumothorax pada paru kiri (panah biru) menggeser
jantung dan mediastinum ke kanan (panah merah) gambar ini juga
menunjukkan adanya gambaran “deep sulcus sign” pada paru kiri (panah
kuning)
43
Gambar 4.10 Iatrogenik Pneumothorax. Foto ini menunjukkan gambaran
radioopaq di daerah kanan bawah paru yang menunjukkan adanya efusi
pleura dan pneumothorax.
44
Gambar 4.12 X-ray thoraks AP dengan pasien diintubasi, menggambarkan
ruang udara berdifusi opasitas pada paru kiri bawah. Kesan pneumothoraks
karena garis pleura terlihat di apeks paru-paru dan terlihat sulkus
Kardiphrenik. CT-Scan menggambarkan pneumothoraks sisi kiri dengan
kolaps paru.
45
Gambar 4.13 gambaran CT-scan ini menunjukkan emfisema bullosa berat
bilateral. Terdapat pneumothoraks bilateral dengan drainase pada paru kiri.
46
Gambar 4.15 Emfisema
47
Gambar 4.17 COPD
BAB 5
48
PENUTUP
Kesimpulan
pleura akibat robeknya pleura viseralis atau robeknya dinding dada dan pleura
parietalis
2. Pneumotoraks diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kejadian yakni
spontan dan primer, jenis fistel menjadi simple dan tension pneumotoraks, dan
lokalisasinya
3. Diagnosa pneumotoraks ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik,
DAFTAR PUSTAKA
49
2. Arief N, Syahruddin E. 2008. Pneumotoraks. http://www.pulmo-
21.00
3. Bascom R. 2006. Pneumothorax.
http://www.emedicine.com/med/fulltopic/topic1855.htm.
4. Bascom, R. 2011. Peumothorax.
http://emedicine.medscape.com/article/424547.
5. Berck, M. 2010. Pneumothorax.
http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/pneumothorax-2/.
6. Boowan JG. 2006 Pneumotoraks, Tension and Traumatic.
http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTopen.html.
8. Brohi K. 2004. Chest Trauma: Pneumothorax-Simple.
http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTpneumo.html.
9. Brohi K. 2004. Chest Trauma: Pneumothorax-Tension.
http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTtension.html.
10. Carolan, PL. 2010. Pneumomediastinum. Medscape Reference. Emedicine.
http://www.medscape.com/article/1003409.
11. Chang AK. 2007. Pneumothorax, Iatrogenic, Spontaneous and
Pneumomediastinum. http://www.emedicine.com/emerg/TOPIC469.HTM.
12. Heffner, JE and Huggins, JT. 2004. Management of Secondary Spontaneous
Pneumothorax.http://www.patient.co.uk/doctor/Pneumothorax.htm.
14. Mackenzie, SJ, and Gray, A. 2007. Primary Spontaneous Pneumothorax: why
50
15. McCool FD, Rochester DF, et al. 2008. Pneumothorax.
http://www.harrisonspractice.com/practice/ub/view/Harrisons
%20Practice/141278/all/Pneumothorax.
16. Paramasivam, E. 2008. Air Leaks, Pneumothorax, and Chest Drains:
Cont edu Anaesth Crit Care & Pain. 8(6): 204-209. Oxford University
Press
17. Sahn SA, Heffner JE. Spontaneous Pneumothorax. N Eng J Med 2000; 342:
868-74
18. Yılmaz, A, Bayramgürler, B, Yazıcıoğlu, O, Ünver, M, Ertuğrul, M, Güngör,
51