6. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus
dan jangka waktu yang lama. Di samping itu maka perkembangan ekonomi
tersebut dikenal 2 (dua) macam alternatif pengobatan.
a. Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18 – 24 bulan, obat
relatif murah.
1) Pengobatan intensif : setiap hari 1 – 3 bulan INH +, Rifampicin +
Streptomicyn dan diteruskan dengan.
2) Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH +
Rifampicin atau Ethambutol.
b. Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6 – 9 bulan obat relatif
murah.
1) Pengobtan intensif : tiap hari selama 1 – 2 bulan INH + Rifampicin +
Streptomicyn atau Pirazinamid, dan diteruskan dengan
2) Pengobatan intermitten 2 – 3 kali seminggu selama 4 – 7 bulan : INH +
Rifampicin atau Ethambutol atau Streptomycin.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan TBC
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada klien TB Paru biasanya didapat data-data sebagai
berikut :
a. Pengumpulan Data
1) Data Biografi Klien
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat dan tanggal masuk rumah sakit.
2) Data Biografi Penanggung Jawab
Yang perlu dikaji adalah : nama, usia, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling menonjol
yang dirasakan klien saat dikaji yaitu : adanya batuk pilek yang lama (≤ 4
minggu), terasa sesak waktu bernafas.
2) Riwayat kesehatan sekarang menjabarkan kejadian sampai terjadinya
penyakit saat ini yang menyebabkan klien mencari pertolongan.
Merupakan penjabaran dari keluhan utama yang dirasakan saat dikaji
dengan menggunakan PQRST.
3) Riwayat kesehatan dahulu adanya batuk pilek yang mungkin berhubungan
dengan penyakit sekarang atau klien pernah mengalami penyakit yang
sama dengan penyakit yang sekarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga apakah ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit yang sama dengan klien atau penyakit yang
diturunkan atau penyakit menular.
5) Riwayat kesehatan lingkungan ventilasi ruamah kurang, lingkungan yang
kotor dan berdebu dapat terhirup dan dapat menimbulkan penyakit infeksi
saluran pernapasan atau TB Paru.
6) Riwayat psikologi dikaji keadaan emosi dan respon keluarga dalam
menghadapi penyakit tuberculosis Paru yang sedang diderita anaknya.
7) Riwayat sosial dikaji tentang pola hidup, kebiasaan dan pola interaksi
dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.
8) Pola kebiasaan sehari-hari pola makan dan minum, pola tidur dan istirahat,
aktivitas atau bermain dan pola eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Penampilan : Pada dasarnya pasien lemah
b. Kesadaran : Composmetis, kemungkinan ditemukan adanya penularan
kesadaran.
c. Tanda-tanda vital : pada kasus tuberculosis paru memungkinkan terjadinya
peningkatan suhu tubuh, respirasi dan denyut nadi.
d. Data Biologis
Ada empat teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu mencakup inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data objektif.
1. Sistem pernafasan
Pernapasan cepat dan dangkal disrtai pernapasan cuping hidung, ada
sianosis sekitar hidung dan mulut, ada pemeriksaan adanya retraksi
dinding dada, pada auskultasi terdengar suara napas ronchi basah atau
kering, batuk berdahak, darah.
2. Sistem Kardiovaskuler
Kemungkinan terjadi hiper atau hipotensi, sianosis, clubing finger dan
takikardi.
3. Sistem Gastrointestinal
Kemungkinan adanya mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan
berat badan karena adanya peningkatan metabolisme tubuh dari proses
peradangan. Adanya sputum di jalan nafas akan terasa bau dan tidak enak
sehingga nafsu makan menurun.
4. Sistem Genitourinaria
Selama fungsi ginjal masih bagus kemungkinan kelainan sangat kecil
dan diare terus menerus sehingga urine dapat berkurang.
5. Sistem Muskuloskeletal
Kemungkinan dijumpai adanya kehilangan masa otot, pergerakan otot
lemah, keletihan dan kelelahan.
6. Sistem Integumen
Dapat dikaji adanya sianosis bagian ujung ekstremitas perifer seperti
ujung jari, tangan dan kaki atau membran mukosa sianosis, juga adanya
peningkatan suhu tubuh, keringat dingin pada malam hari.
7. Sistem endokrin
Menjelaskan mengenai keadaan kulit meliputi warna, tekstur, turgor dan
keadaan kulit, tekstur dan bentuk rambut, keadaan wajah pucat atau tidak.
8. Sistem Neurologis
Tuberculosis paru bisa dikompilasikan ke otak (meningens) apabila
pengobatan tidak teratur atau tidak tuntas.
e. Pemeriksaan penunjang / Diagnostik
1. Hasil labolatorium darah : gambaran darah tepi menunjukkan adanya
leukositosis, laju endap darah meningkat. Pemeriksaan bakteriologi :
ditemukannya basil tuberculosis akan memastikan diagnosis tuberculosis,
tetapi walaupun tidak diketemukan bukan berarti tidak menderita
tuberculosis paru. Bahan yang digunakan :
a) Bilasan lambung
b) Sekret bronchus
c) Sputum
d) Cairan pleura
2. Hasil foto thorax terdapat pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan atau tanpa infiltrat.
3. Diagnosa Keperawatan pada pasien TBC
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang
kental, edema bronchial.
c. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia,
penurunan kemampuan finansial.
d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, informasi yang
didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya pengetahuan/kognitif
h. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis sekret, kerusakan
jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh
lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman.
4. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi:
h. Memberikan bantuan
h. Rujuk ke ahli gizi untuk dalarn perencaaan diet
menentukan komposisi diet. dengan nutrisi adekuat
unruk kebutuhan
metabolik dan diet.
f. Pengetahuan tentang
f. Identifikasi individu yang faktor-faktor ini
berisiko tinggi untuk membantu pasien untuk
terinfeksi ulang Tuberkulosis mengubah gaya hidup
paru, seperti: alkoholisme, dan
malnutrisi, operasi bypass menghindari/mengurangi
intestinal, menggunakan obat keadaan yang lebih
penekan imun/ kortikosteroid, buruk.
adanya diabetes melitus,
kanker.
g. Tekankan untuk tidak g. Periode menular dapat
menghentikan terapi yang terjadi hanya 2-3 hari
dijalani. setelah permulaan
kemoterapi jika sudah
Kolaborasi: terjadi kavitas, resiko,
penyebaran infeksi dapat
berlanjut sampai 3 bulan.
i. Obat-obat sekunder
i. Pemberian terapi diberikan jika obat-obat
Pyrazinamid primer sudah resisten
(PZA)/Aldinamide, para-
amino salisik (PAS),
j. Untuk mengawasi
sikloserin, streptomisin.
keefektifan obat dan
efeknya serta respon
j. Monitor sputum BTA. pasien terhadap terapi
DAFTAR PUSTAKA
https://nursingisbeautiful.wordpress.com/2010/10/09/asuhan-keperawatan-
tb-paru/
https://boentelli.wordpress.com/2012/01/31/laporan-pendahuluan-
tuberkulosis-paru-paru/