Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses


sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan kreativitas dan keinovasian.Hal
tersebut juga diutarakan oleh Yuldinawati dkk. (2018), bukan hanya mengenai kreativitas
dan inovasi, percepatan kewirausahaan juga membutuhkan inkubasi bisnis yang efektif.
Kewirausahaan terdapat dalam berbagai perspektif yaitu sosal, budaya, agama. Sehingga
perspektif kewirausaahan dalam berbagai social, budaya, agama berbeda beda tetapi
mempunya peran yang hampir sama. Dengan sifat ini, jelas bahwa bisnis membutuhkan
orang lain. Penjual memerlukan pembeli, pembeli membutuhkan penjual. Bisnis tidak
mungkin berjalan, tanpa adanya orang lain. Dengan demikian, dunia wiraswasta adalah
juga dunia hubungan antar manusia. Keterkaitannya dengan aspek sosial sangat besar.
Orang bisnis yang sukses, atau lebih tepat wiraswastawan yang sukses sudah bisa
dipastikan orang yang menghargai orang lain. Karena, dirinya sadar, tanpa orang lain,
usahanya tidak mungkin jalan. Siapa yang akan membeli produknya, kalau bukan orang
lain ? . Sebagian besar pilihan dan keputusan bisnis saat ini semakin dipengaruhi oleh
beragam latar belakang budaya dan perspektif dari para pemangku kepentingan organisasi,
sehingga sangar penting bagi para menejer bisnis mmiliki pemeahaman multicultural.
Adanya pemahaman terhadap aspek multicultural.

1.2 TUJUAN
1. Mampu mengetahui dasar dasar kewirausahaan dalam perspektif ilmu social, budaya, dan
agama.
2. Mampu mengetahui aspek social, budaya, kesehatan dalam perkembangan kewirausahaan

1.3 MANFAAT
1. Dapat menerapkan dasar dasar kewirausahaan dalam kehidupan sehari hari
2. Dapat mengetetahui aspek social, budaya, kesehatan dalam perkembangan kewirausahaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar dasar Kewirausahaan dalam perpsektif ilmu sosial, budaya dan agama

Suryana (2013) mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu disiplin


ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin
dihadapinya. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri, memiliki proses sistematis,
dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan kreativitas dan keinovasian.Hal tersebut juga
diutarakan oleh Yuldinawati dkk. (2018), bukan hanya mengenai kreativitas dan inovasi,
percepatan kewirausahaan juga membutuhkan inkubasi bisnis yang efektif.

a. Kewirausahaan dalam perpsektif sosial

Social Entrepreneurship pertama kali digagas oleh Bill Drytone melalui karya besarnya yang
mampu mendirikan Ashoka Foundation dengan kegiatannya bergerak dalam dunia
kewirausahaan, namun tetap memperhatikan misi sosial dengan cara pemberian bantuan
pendidikan kepada masyarakat miskin. Hal ini yang menjadi cikal bakal perkembangan social
entrepreneurship dikalangan wirausahawan dengan cara memanfaatkan peluang usaha dan
keuntungan usaha dari kebutuhan lingkungan untuk dapat dimbil dan menerapkan adanya
kegiatan misi sosial yang kemudian dikemas secara ekonomis. Bill Drytone mengemukakan
bahwa ada dua hal kunci utama yang harus dengan melakukan kegiatan upaya gabungan terhadap
masyarakat sipil atau organisasi dan berkaitan dengan inovasi sosial yang diterapkan dalam
aktvitas ekonomi (Sofia, 2015).

Dengan adanya uraian diatas, dapat ditarik beberapa hal bahwa social entrepreneurship memiliki
empat elemen utama, yaitu:

2
1) Social Society, elemen ini merupakan elemen yang tidak banyak ditemukan pada
kewirausahaan pada umumnya. Elemen ini berusaha untuk selalu menciptakan adanya
pemanfaatan sosial yang dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung.
2) Civil Society, elemen ini merupakan elemen pendukung yang sangat penting dimana
dalam kegiatan social entrepreuneurship perlu adanya inisiatif dan inovasi yang dihasilkan
dari adanya gagasan-gagasan masyarakat terhadap permasalahan sosial. Peran serta
masyarakat dengan mengoptimalkan sumberdaya sosial yang ada dapat menjadi alasan
pentingnya elemen ini dalam kegiatan social entrepreneurship.
3) Inovation, kegiatan kewirausahaan melakukan pemecahan masalah dengan menggunakan
adanya inovasi gagasan yang dihasilkan melalui gabungan antara aspek budaya, moral dan
norma yang ada dalam lingkungan sosial dengan inovasi-inovasi sosial yang tercipta.
4) Economic Activity, bentuk kewirausahaan harus mampu menyeimbangkan antara kegiatan
ekonomi dengan kegiatan sosial, ini ditujukan untuk membantu keberlangsungan misi
sosial kedepannya sehingga menciptakan kondisi sosial yang memiliki aktifitas
perekonomian secara mandiri (Sofia, 2015).

Social entreprenuership memiliki peran yang cukup membantu dalam mengentaskan


permasalahan sosial. Dampak dilakukannya kegiatan skewirausahaan sosial hampir sama dengan
yang dirasakan oleh berbagai negara. Bentuk dari kewirausahaan sosial mengenai nilai-nilai sosial
tercantum dalam beberapa point yang dikemukakan oleh Santosa (2007) sebagai berikut:

1) Membantu mengentaskan kemiskinan Kegiatan kewirausahaan mengandalkan kegiatan


usaha yang kemudian mendapatkan keuntungan dan hasil dari keuntungan tersebut
diberikan sebagian kepada masyarakat sebagai bantuan untuk dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pokok hidup masyarakat. Bantuan yang diberikan oleh lembaga kewirausahaan
sosial tersebut dapat berupa bantuan pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Kegiatan
kewirausahaan sosial yang dilakukan oleh lembaga social entrepreneurship tidak sama
halnya dengan adanya bentuk bantuan CSR (Corporate Social Responsibility). Kegiatan
kewirausahaan sosial bersifat memenuhi kebutuhan dengan tetap memperhatikan
bagaimana keberlangsungan bentuk kegiatan usaha tersebut tetap berjalan dan terus
membantu pengentasan kemiskinan.

3
2) Membantu menciptakan lapangan pekerjaan Kegiatan kewirausahaan membuka peluang
usaha melalui kepedulian pelaku kewirausahaan dalam melihat kesempatan usaha yang ada
di masyarakat, sehingga kewirausahaan mampu meningkatkan produksi usahanya
berdasarkan keperluan dan kebutuhan masyarakat. Melalui peningkatan produksi
masyarakat ini maka wirausaha akan membutuhkan banyak sumberdaya manusia sehingga
dapat memberdayakan tenaga kerja yang ada disekitar lingkungan kewirausahaan sosial.
3) Membantu penerapan adanya inovasi dan kreasi gagasan usaha Bentuk kewirausahaan
berperan dalam pereknomian sebagai sesuatu yang mampu untuk menciptakan dan
mewadahi kreasi peluang usaha. Adanya gagasan dan kratifitas dari para social
entrepreneur menjadi peningkat adanya produktifitas barang dan jasa karena permintaan
dari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seorang social entreprenuer akan
mampu untuk mewujudkan hal tersebut karena adanya dedikasi yang tinggi terhadap
kondisi sosial yang dilakukan dalam kewirausahaan berdasarkan permintaan kebutuhan
masyarakat.
4) Membantu meningkatkan sektor pertumbuhan ekonomi Adanya kewirusahaan sosial akan
dapat membantu perekonomian sosial yang ada di lingkungan. Kegiatan kewirausahaan
melalui pemberdayaan masyarakat akan mampu untuk mendukung adanya pertumbuhan
ekonomi secara keberlanjutan. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam social
entrepreneurship juga menjadikan bentuk bantuan yang akan diberikan dari lembaga social
entreprenuer itu menjadi lebih bermakna dan dapat dilakukan secara terus menerus hingga
masyarakat dapat merasakan pemenuhan kebutuhan hidupnya bukan untuk sekali saja.
Selain itu, melalui pemberdayaan juga akan membantu dalam menyeimbangkan komposisi
sumber daya manusia yang ada serta dapat mengoptimalkan sumber daya manusia tersebut
sehingga tidak ada lagi penumpukan angkatan kerja yang tidak produktif.

b. Kewirausahaan dalam perspektif budaya

Memahami latar belakang dan budaya kewirausahaan kita di masyarakat mana pun adalah subjek
yang sangat kompleks. Banyak penelitian telah mempelajari pengaruh sikap budaya suatu
komunitas, masyarakat atau kelompok etnis dan lingkungan politik serta ekonomi nasional dan

4
interaksi timbal balik mereka yang mempengaruhi sikap kaum muda terhadap kewirausahaan
kaum muda.

Studi tentang potensi pertumbuhan kewirausahaan kita dengan mengacu pada lingkungan di
masyarakat saja tidak memberikan gambaran lengkap. Penting untuk memahami secara rinci
tentang masalah, pendekatan, hambatan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat
kewirausahaan kaum muda di negara ini, karena inisiatif apa pun untuk mengembangkan
kewirausahaan kita akan dimulai dengan menghilangkan hambatan untuk pertumbuhan
kewirausahaan kita.

Salah satu studi signifikan tentang kewirausahaan kaum muda dan pengaruh budaya di tempat
kerja dan pengembangan nilai-nilai di antara kaum muda telah diajukan oleh Hofstede. Dia telah
mengusulkan model empat poin yang memengaruhi kewirausahaan kaum muda di lingkungan
kerja setempat.

Sesuai dengannya elemen budaya 'penghindaran ketidakpastian', 'individualisme', 'maskulinitas'


dan 'kekuatan jarak' memengaruhi sikap dan pemikiran kaum muda dengan merujuk pada tujuan
dan karier pribadi mereka. Terlihat bahwa perilaku dan pola berpikir anak muda dibentuk oleh
empat faktor ini.

c. Kewirausahaan dalam Perpsektif Agama

Menelusuri titik pertemuan konsep-konsep lain ilmu pengetahuan tentang entrepreneurship yang
bersifat relatif dengan nilai-nilai islam yang absolut. Sering kali menemukan kesulitan tersendiri.
Untuk itu tulisan ini terdapat dua cara yang ditempuh dalam rangka menemukan titik singgung
tersebut yaitu, pertama penelusuran berbasis sejarah islam yang relavan dengan masalah
entrepreneurship. Dan kedua, mencari keterkaitan ajaran islam yang bersumber dari Al-qur’an dan
As-Sunnah dengan konsep-konsep entrepreneurship yang ada.Mengkaji entrepreneurship dalam
perspektif islam melalui sudut pandang sejarah islam, meniscayakan seseorang untuk kembali
menelaah sejarah agung nabi Muhammad SAW. Bahkan saja dikarenakan sang Nabi adalah
pembawa risalah keislaman. Namun sejarah kehidupan beliau yang sangat kental dengan nilai-
nilai dan prilaku entrepreneurship menjadikan sangat layak untuk dijadikan acuan. Bahkan, pada

5
poin tertentu banyak ahli yang mengatakan islam adalah agama kaum pedagang, serta disebarkan
keseluruh penjuru dunia setidaknya sampai

abad ke-13 M juga oleh para pedagang muslim.

Menurut Syafi’i Antonio, jiwa entrepreneurship dalam diri nabi Muhammad SAW. Tidak tertanam
begitu saja, tetapi hasil dari proses panjang dari semenjak beliau masih kecil. Jauh sebelum
diangkat menjadi nabi dari rosul, beliau sudah dikenal sebagai pedagang. Mulai sejak kecil beliau
menunjukkan kesungguhannya terjun dalam bidang bisnis atau entrepreneurship. Beliau mulai
merintis karir dagangannya saat berusia 12 tahun dan mulai usahanya sendiri ketika berusia 17
tahun. Profesi sebagai pedagang terus dilakukan sehingga beliau berumur 37 tahun (3 tahun
sebelum beliau diangkat rosul). Hal ini menjelaskan bahwa nabi Muhammad memenuhi dunia
bisnis (menjadi entrepreneurship) selama kurang lebih 25 tahun, lebih lama dari masa kerasulan
beliau yang berlangsung 23 tahun.

Adapun penelusuran konsep entrepreneurship dalam perspektif islam, melalui analisa keterkaitan
ajaran islam dengan entrepreneurship itu sendiri, lebih merujuk pada kata atau kalimat yang
dipakai al-Qur’an dan as-Sunnah yang relevan dengan entrepreneurship. Dalam hal ini ada
beberapa kata, seperti al-„amal, al-kasb, al-fi‟il, as-sa‟yu, an-nashru, dan ashsa‟n. meskipun
masing-masing kata memiliki makna dan implikasi berbeda, namun secara umum deretan kata-
kata tersebut berarti bekerja, berusaha, mencari rezeki, dan menjelajah (untuk bekerja). Secara
makna harfiah, kata-kata diatas tidak ada yang secara jelas menunjukkan arti entrepreneurship.
Tetapi dengan mengkomparasikan antara makna, maka karakter entrepreneurship bisa ditemukan.
Dalam hal ini unsur-unsur dan karakteristik entrepreneurship yang terdapat dalam islam bisa
disebutkan sebagai berikut:

1) Aktif
Islam mendorong umatnya agar bersifat aktif, bekerja keras, dan memiliki etos kerja yang
tinggi. Islam sangat menghargai bahkan mengistimewakan orang islamyang memiliki
karakter-karakter diatas. Dalam surah at-Taubah ayat 50
2) Produktif
Secara teoritis produktivitas bisa diartikan sebagai sebuah interaksi terpadu secara serasi
dari tiga faktor esensial, yaitu: investasi, manajemen, dan tenaga kerja.45 Produktivitas

6
dengan makna seperti ini dapat diperoleh dari adanya kemampuan dan kemauan untuk
berkompetensi, dengan sportiv, bebas, dan sikap profesionalisme yang tinggi. Jika
demikian maka produktivitas semacam ini relevan dengan QS. Al-Mulk ayat 2 "Dialah
yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."(QS. Al-Mulk: 2).Ayat
ini dengan jelas mengatakan bahwa kita diciptakan untuk berkompetensi dalam kebaikan
baik dalam hal duniawi maupun ukhrawi. Untuk itu seseorang harus senantiasa produktif,
karena tanpanya kompetisi itu tidak ada.
Selain itu untuk menciptakan budaya kompetensi yang dinamis, maka islam tidak
membatasi produktivitas itu pada satu bidang, namun produktivitas itu digalahkan dalam
bidang apapun sepanjang itu dibenarkan oleh syariat. Disinilah kebebasan berproduksi,
dalam bidang apapun dijamin dalam islam.politik, kebijakan ekonomi, perubahan pasar,
krisis dan sebagainya yang berdampak pada kondisi ekonomi secara umum. Kedua, resiko
yang tidak sistematis, yaitu resiko yang unik dan cenderung tidak diprediksi.Menghadapi
kenyataan bisnis yang demikian, maka dalam perspektif ekonomi islam, seorang
entrepreneurship muslim dituntut untuk selalu memperhitungkan segala kemungkinan
resikoyang ada dalam aktivitas bisnis yang dijalani.
3) Kreatif dan Inovatif
Kreatif adalah karakter yang menjadikan seseorang selalu melihat segala sesuatu dengan
cara berbeda dan baru. Proses kreativitas melibatkan adanya ide-ide baru, berguna dan
tidak terduga, tetapi dapat diimplementasikan dengan nyata. Cara berpikir dan berpreilaku
inilah yang akan mengantarkan seseorang menjadi inovatif. Dengan memahami makna
kreatif inovatif seperti ini maka kita akan menemukan betapa dalam islam terdapat nilai-
nilai ajaran yang sangat relevan dengan hal tersebut. Dalam sebuah hadits dikatakan
“Barang siapa menemukan sesuatu yang baru, maka baginya pahala atas penemuan itu dan
pahala orang yang mengamalkannya”.
4) Kalkulatif
Kalkulatif dalam teori bisnis juga disebut berani mengambil resiko. Resiko merupakan
sesuatu yang melekat di dalam aktivitas bisnis. Dalam bisnis setidaknya bisnis dibagi
dalam dua kategori, yaitu: pertama, resiko yang sistematis. Resiko ini diakibatkan oleh
adanya kondisi atau situasi tertentu yang bersufat makro, seperti perubahan.

7
2.2 Nilai Sosial Yang Terkandung Dalam kewirausahaan

Belajar kewirausahaan memang sebaiknya dimulai dari usia dini. Memulaikan pembelajaran
tentang kewirausahaan di usia dini sebaiknya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Contoh memulaikan belajar kewirausahaan di usia dini misalkan dimulaikan dengan membereskan
mainan selesai bermain, rajin sikat gigi sebelum tidur dan membereskan tempat tidur. Ini
merupakan latihan berdisiplin, bertanggung jawab dan awal pengajaran tentang kepemilikan.
Latihan selanjutnya, mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Latihan yang
perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan, tapi juga menabung, sedekah dan mencari uang.
Mengapa dimulaikan dengan latihan seperti ini? Menurut psikolog anak, Dr. Seto Mulyadi (dalam
Femina, No. 25/XXXVI.2008) bila ada seorang anak yang memiliki inisiatif untuk belajar
berbisnis di usia dini, orang tua dan pendidik perlu memberi apresiasi gagasan itu. Inisiatif itu
menunjukkan bahwa anak sudah mulai memiliki kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial adalah
kecerdasan untuk mengelola uang. Menambah pengahasilan dengan usaha seperti itu, bukanlah
hal yang negative. Justru hal itu disarankan untuk dikenalkan kepada anak sejak dini. Mengajarkan
anak soal menabung dan menambah pengahasilan merupakan suatu cara yang efektif untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini. Penumbuhan pembelajaran kewirausahaan perlu
ditumbuhkan sejak dini bukan hanya dalam tataran pembentukan kognitif dengan memberitahu
anak tentang defenisi kewirausahaan, manfaatnya dan caranya saja tetapi kewirausahaan dapat
diintegrasikan dalam tema pelajaran melalui kurikulum tersembunyi hal ini dapat dilakukan oleh
guru secara kreatif pada saat pemberian materi.

Di SMA sendiri saat ini kewirausahaan mulai diperkenalkan kepada anak didik. Dengan
diberlakukannya kurikulum 2013 dimana kewirausahaan menjadi salah satu mata pelajaran wajib

8
yang harus dipelajari di sekolah. Ini adalah bentuk hal yang positif untuk memperkenalkan
kewirausahaan ini kepada anak anak. Pendidikan kewirausahaan bagi anak anak yang paling tepat
adalah pembentukan mental wirausaha itu sendiri. Karena dalam pendidikan wirausaha tidak
sekedar mengajarkan anak tentang cara berbisnis. Lebih dari itu anak dilatih untuk memiliki
mental dan karakter diri yang kokoh. Anak diajari untuk mengenali diri sendiri, mengendalikan
emosi dan stres, mengelola waktu, komunikatif dan luwes dengan berbagai situasi, serta mampu
memilih dan membuat keputusan. Membangun jiwa kewirausahaan pada anak usia dini lebih
kepada bagaimana membangun sifat dan karakter yang mandiri, bertanggung jawab melalui
pendidikan wirausaha secara teoritis maupun praktis, serta contoh konkrit, karena pembentukan
mental memerlukan waktu dan proses panjang.

Nilai Nilai Yang Terkandung Dalam kewirausahaan

Bila melihat hal yang barusan dipaparkan, maka kewirausahaan menjadi sangat penting untuk
terus ditumbuhkan karena dengan memberikan pembelajaran kewirausahaan akan ada nilai nilai
yang kemudian kita tanamkan ke anak anak diantaranya:

1. Percaya diri

Kepercayaan diri adalah sikap dan keyakinan seseorang dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme
individualitas dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung
memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996: 7).

2. Berorientasi pada tugas dan hasil.

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan,

9
tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. Berinisiatif adalah
keinginan untuk selalu mencari dan memulai sesuatu dengan tekad yang kuat.

3. Keberanian mengambil resiko.

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu utama dalam
kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai dalam memulai
atau berinisiatif, menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yang berani menanggung resiko
adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik (Yuyun
Wirasasmita, 1994: 2).

5. Berorientasi ke masa depan.

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan
ke masa depan, selalu mencari peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan.

6. Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi.

Nilai inovatif kretaif dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang.


Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang
lebih baik

2.3 Nilai Budaya dalam Kewirausahaan

10
Ketika kita merujuk pada sumber daya dan kekayaan suatu negara, kita merujuk pada posisi
ekonomi mereka, ketersediaan sumber daya alam, status keuangan serta keadaan pertumbuhan
teknologi dan lain-lain. Namun tidak banyak perhatian diberikan untuk menilai modal manusia
terutama modal kaum muda . Memang benar bahwa kaum muda adalah masa depan setiap bangsa,
sebuah fakta yang cenderung dilupakan oleh kebanyakan orang. Setiap negara tampaknya terjebak
dalam mengejar prioritas saat ini dan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap
perkembangan kaum muda yang akan menjadi sumber daya manusia masa depan.

Jika kaum muda harus dikembangkan sebagai generasi masa depan yang beralasan dan
inovatif, upaya tersebut harus dilakukan oleh semua termasuk keluarga, masyarakat, komunitas,
sekolah, perguruan tinggi serta industri dan pemerintah juga. Dengan demikian masing-masing
memiliki peran penting dalam berkontribusi dalam penciptaan kewirausahaan kaum muda.

Keluarga dan komunitas memainkan peran yang sangat penting dalam mengarahkan dan
membimbing remaja dalam mengejar masa depan mereka. Biasanya komunitas dan masyarakat
yang harus berjuang atau berjuang untuk mendapatkan nafkah ekonomi terlihat mempromosikan
pandangan bahwa kaum muda harus mengambil pekerjaan dan mulai berkontribusi pada
pendapatan keluarga dan membantu pengeluaran.

Sebagian besar negara dunia ketiga dan populasi kaum muda pedesaan menghadapi kenyataan
ini. Latar belakang sosial dan budaya keluarga dan masyarakat mendukung atau menghambat
budaya dan perilaku yang giat. Sebuah komunitas yang peka terhadap pengembangan aspirasi
kaum muda memelihara hal yang sama dan menciptakan tren wirausaha.

Kita melihat dari sejarah baru-baru ini bahwa masyarakat Amerika telah mempromosikan
budaya kewirausahaan kaum muda yang menghasilkan ratusan wirausahawan kaum muda di

11
Lembah Silikon serta daerah-daerah lain. Orang-orang Eropa khususnya kaum muda di Inggris
tampaknya termotivasi untuk mengambil pekerjaan dan tidak harus berjuang sendiri. Budaya yang
memaafkan dan memungkinkan seseorang melakukan kesalahan dan belajar darinya melahirkan
kewirausahaan dan kreativitas kaum muda. Pandangan budaya masyarakat pada umumnya adalah
hasil dari sejarah dan tradisi bertahun-tahun yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.

Pada tingkat mikro, pandangan masyarakat dan keluarga terhadap uang, standar hidup,
pendidikan serta aspirasi mereka juga memandu proses berpikir mereka untuk kaum muda.
Masyarakat yang makmur dan progresif menciptakan lingkungan yang sehat dan permintaan akan
produk dan layanan sehingga menciptakan peluang bisnis. Kesadaran akan pentingnya pendidikan
dan pandangan tradisional mereka terhadap pendidikan juga memainkan peranan penting yang
membantu impian kaum muda, bercita-cita dan berusaha untuk mengeksplorasi usaha-usaha baru
dan peluang untuk menumbuhkan pengetahuan mereka, memungkinkan pemikiran bebas,
menunjukkan bakat mereka, berjuang untuk kemandirian ekonomi sebagai serta bekerja untuk
layanan sosial atau menghambat mereka, pemikiran dan pertumbuhan mereka.

Secara historis, Cina, India, dan Persia serta Eropa adalah pusat yang mempromosikan
Pendidikan dan kemajuan di semua bidang sains dan teknologi. Zaman modern telah melihat
Amerika dan Eropa menjadi pusat pendidikan internasional yang menarik ribuan siswa dari
seluruh dunia. Pandangan Universitas-Universitas Amerika dan Eropa telah membentuk
pandangan para mahasiswanya yang telah berubah menjadi manusia yang progresif, giat, dan
unggul yang telah berkontribusi dan memberikan kembali kepada masyarakat luas.

Pandangan budaya ini dan pengaruh yang dihasilkan pada kaum muda telah mendorong orang
tua dari semua negara untuk mengirim anak-anak mereka ke luar negeri untuk studi yang lebih
tinggi. Jika para ilmuwan dan dokter serta profesional TI selalu mencari untuk bermigrasi ke

12
Amerika dari seluruh dunia, itu karena kebebasan dan peluang serta semangat kewirausahaan yang
disediakan negara untuk kaum muda.

Setiap komunitas dan masyarakat cenderung memiliki pandangan budayanya sendiri yang
agresif, cinta damai, progresif, liberal, konservatif dan lain-lain. Pandangan masyarakat memiliki
pengaruh pada gaya hidup dan pemikiran keseluruhan generasi muda serta pandangan dan
kemajuan bangsa-bangsa juga.

Keluar dari pola pikir budaya, negara-negara saat ini telah mengakui perlunya membangun
dan melatih generasi muda mereka dengan memberikan pendidikan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menjadikan mereka pencipta pekerjaan daripada pencari kerja. Beberapa
program dan dana telah disediakan oleh pemerintah negara serta organisasi dunia seperti ILO,
UNESCO dan lainnya.

Namun upaya membangun kesadaran dan memberikan pelatihan sangat kecil dibandingkan
dengan kebutuhan di tingkat global. Sementara lembaga-lembaga pemerintah berusaha yang
terbaik untuk mempromosikan kewirausahaan kaum muda, ada banyak lagi yang dapat dilakukan
oleh LSM dan industri serta lembaga pendidikan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Kolaborasi dan partisipasi kolektif dapat membantu menciptakan masa depan yang lebih baik
untuk generasi muda yang

2.4 Implikasi perkembangan kewirausahaan

Kewirausahaan diperkenalkan oleh para ahli ekonomi sebagai topik bahasan dalam diskusi dan
analisis sejak abad ke-18 maupun abad ke-19. Sekarang ini istilah kewirausahaan sering dianggap

13
sama ataupun dianggap berkaitan erat dengan kebebasan berusaha ataupun kapitalisme. Wirausaha
juga pada umumnya dianggap sebagai agen perubahan yang memunculkan gagasan-gagasan
kreatif dan inovatif dalam menjalankan usaha, ataupun untuk membantu perkembangan
perusahaan sehingga menjadi menguntungkan. Hingga saat ini definisi wirausahawan maupun
kewirausahaan masih terus berkembang sesuai dengan semakin lengkapnya pemahaman manusia
mengenai gejala kewirausahaan ini, seperti dinyatakan secara khusus oleh Berbagai jenis teori
telah mencoba memberikan penjelasan mengenai perkembangan peradaban manusia, dari mulai
jaman batu hingga sekarang. Hampir semua teori menonjolkan peran penting ”agen perubahan”
dalam evolusi tersebut, yaitu sebagai kekuatan yangmemelopori dan mendorong terjadinya
kemajuan. Sekarang ini mulai disadari bahwa agen perubahan tersebut adalah wirausahawan.

wirausahawan maupun kewirausahaan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Wirausahawan melaksanakan sesuatu dengan cara yang tidak lumrah dibanding kebiasaan
masyarakat umum, dan biasanya cenderung dipengaruhi oleh corak kepemimpinan.
2. Dalam masyarakat demokratis, wirausahawan merupakan ”jembatan” yang menghubungkan
bagian masyarakat nonekonomi dengan berbagai lembaga pencari keuntungan dengan cara
memuaskan lingkungan ekonomisnya.
3. Para wirausahawan biasanya memiliki ciri perilaku sebagai berikut.
a. merupakan pihak yang mengambil inisiatif;
b. mengorganisasikan mekanisme sosial ekonomi, memanfaatkan
situasi, dalam mengubah berbagai sumber; dan
c. bersedia menerima kegagalan maupun risiko.

Kemudian Ronstadt mencoba merangkum berbagai definisi kewirausahaan sebagai


berikut. Kewirausahaan merupakan proses dinamis dalam peningkatan kemakmuran.
Kemakmuran diciptakan oleh pihak yang harus menanggung risiko terbesar dalam hal aset, waktu
ataupun karier dengan cara memberikan nilai dari sejumlah produk ataupun jasa. Produk atau jasa
yang diusahakan tidak harus baru atau unik, tetapi bias dibuatmenjadi lebih bernilai oleh para

14
wirausahawan melalui keterampilan dan berbagai sumber yang mereka miliki. Di bidang apapun
juga kegiatan mereka dilaksanakan, sekarang ini wirausahawan dipandang sebagai pahlawan usaha
bebas. Banyak wirausahawan memanfaatkan kreativitas maupun inovasi untuk mengubah
perusahaan yang sudah hampir pailit menjadi perusahaan besar yang menguntungkan. Beberapa
di antaranya hanya dalam waktu yang singkat, kurang dari 10 tahun! Para wirausahawan ini
menciptakan produk ataupun jasa baru, dan bersedia menanggung risiko berkaitan dengan kegiatan
ini. Karena itu, tidak mengherankan apabila wirausahawan juga sering dipandang sebagai pionir,
pelopor yang berada di garis paling depan dalam dunia usaha.

a. Peranan Wirausaha dalam Perekonomian Nasional

Seorang ahli bernama J. Schumpeter menekankan pentingnya peranan wirausahawan dalam


kegiatan ekonomi suatu negara, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaruan
atau inovasi dalam kegiatan ekonomi.

Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisiensi dalam


memproduksi suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran yang baru,
mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, dan mengadakan perubahan dalam organisasi.
Peranan wirausahawan sangat dibutuhkan oleh suatu Negara karena ikut pula menentukan
keberhasilan pembangunan nasional.

Adapun peranan wirausahawan adalah sebagai berikut.

a. Ikut meningkatkan kegiatan ekonomi suatu negara.

b. Ikut memajukan ekonomi bangsa dan negara.

c. Ikut meningkatkan taraf hidup masyarakat.

d. Ikut mengurangi atau mengatasi pengangguran.

15
e. Ikut mengatasi ketegangan sosial.

f. Ikut meningkatkan perdagangan domestik (dalam negeri) maupun perdagangan internasional.

g. Ikut meningkatkan devisa negara.

h. Ikut meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
modal.

b. Pengaruh Positif KewirausahaKewirausahaan

sosio-ekonomis dengan adanya wirausaha yaitu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan


kualitas hidup, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi
sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan kesejahteraan
pemerintahan melalui program pemerintahan, seperti pajak dan lain-lain.

Hendra Esmara mengemukakan gagasan pengukuran pembangunan Indonesia yang terdiri dari
tiga komponen dan 20 indikator. Ketiga komponen tersebut adalah penduduk dan kesempatan
kerja, pertumbuhan ekonomi, serta pemerataan dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan
gagasan tersebut maka kewirausahaan dapat meningkatkan pembangunan Indonesia karena
kewirausahaan dapat menyediakan lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Menurut Michael P. Todaro, sumber kemajuan ekonomi bisa meliputi berbagai macam faktor,
akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa sumber-sumber utama bagi pertumbuhan
ekonomi adalah adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber
daya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumber daya produktif
dan yang bisa menaikkan produktivitas seluruh sumber daya melalui penemuan-penemuan baru,
inovasi, dan kemajuan teknologi. Berdasarkan pendapat tersebut, kewirausahaan dapat
mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Dengan adanya dampak positif wirausaha tersebut, maka pencari lapangan kerja yang semula
hanya berminat pada sektor formal diharapkan merubah pandangannya dan beralih pada sektor
informal. Menurut Stephen R. Covey, perubahan tersebut seringkali merupakan proses yang

16
menyakitkan. Ia merupakan perubahan yang harus dimotivasi oleh suatu tujuan yang lebih tinggi,
oleh kesediaan untuk menomorduakan apa yang anda pikir anda inginkan sekarang untuk apa yang
anda inginkan di kemudian hari.

c. Resiko Wirausahawan dalam Pengembang Bisnis

Seiring dengan perkembangan usaha yang biasanya diikuti dengan perubahan gaya
manajemen, maka pada saat yang sama para wirausahawan dihadapkan pada berbagai resiko. Pada
dasarnya ada dua resiko yang dihadapi oleh para wirausahawan ketika diberikan kesempatan untuk
mengembangkan usahanya. Kedua resiko tersebut adalah resiko riil, yaitu resiko yang terlihat, bisa
dihitung, bisa diantisipasi dan bisa dihindari dan resiko psikologis, yaitu resiko yang tidak terlihat,
tidak bisa dihitung, bisa diantisipasi, tetapi belum tentu bisa dihindarkan.

Menurut Walter Wriston (dalam buku Chouch, tahun 2002), kehidupan merupakan proses
pengaturan resiko, bukan penghapusannya. Keluhan-keluhan seperti yang disebutkan di atas
seharusnya tidak perlu terjadi jika para wirausahawan sudah mempersiapkan infrastruktur sumber
daya manusia sejak keputusan pengembangan perusahaan dibuat. Dalam kenyataannya,
perencanaan SDM ini jarang dilakukan oleh para wirausahawan bahkan seringkali dilupakan.
Penempatan para profesional di dalam perusahaan menjadi proses tambal sulam, akibatnya
pembajakan terhadap tenaga profesional sering terjadi, padahal belum tentu profesional hasil
bajakan tersebut tepat dengan kebutuhan perusahaan, akhirnya tidak jarang wirausahawan menjadi
kecewa.

Menurut pendapat Douglas Mc Gregor (dalam buku Sadarachmat, tahun 2001), ada dua jenis teori
yang menunjukkan sifat-sifat manusia dalam bekerja, yaitu teori X dan teori Y. Teori X berasumsi
bahwa pada dasarnya manusia itu pemalas, selalu berusaha sedikit mungkin, tidak mempunyai
ambisi, tidak ingin berinisiatif yang mereka inginkan hanyalah rasa aman, tidak mempunyai
tanggung jawab. Sedangkan teori Y berasumsi bahwa manusia pada dasarnya tidak menentang
kebutuhan berorganisasi dan memandang bahwa bekerja sebagai suatu kegiatan yang wajar atau
kebutuhan, seperti halnya makan, tidur, istirahat, dan sebagainya. Manusia salalu siap dan ingin
memikul tanggung jawab. Berdasarkan teori tersebut, kita bisa membayangkan jika asumsi-asumsi

17
mengenai teori X tersebut berada di sekeliling kita, betapa beratnya dan sukarnya mengurus suatu
organisasi. Hal ini lah yang menghambat perkembangan kewirausahaan.

2.5 Aspek Sosial, Budaya, Kesehatan Dalam Perkembangan Kewirausahaan

1. Dengan sifat ini, jelas bahwa bisnis membutuhkan orang lain. Penjual memerlukan
pembeli, pembeli membutuhkan penjual. Bisnis tidak mungkin berjalan, tanpa adanya
orang lain.

Dengan demikian, dunia wiraswasta adalah juga dunia hubungan antar manusia.
Keterkaitannya dengan aspek sosial sangat besar. Orang bisnis yang sukses, atau lebih tepat
wiraswastawan yang sukses sudah bisa dipastikan orang yang menghargai orang lain.
Karena, dirinya sadar, tanpa orang lain, usahanya tidak mungkin jalan. Siapa yang akan
membeli produknya, kalau bukan orang lain ?

Kita bisa mengatakan bahwa mereka yang sukses adalah individu-individu yang mengerti
benar akan konsep “saling ketergantungan” dalam hidup. Konsep tersebut merupakan
dasar pemikiran yang paling utama bagi semua manusia, baik dalam rumah tangga,
pergaulan maupun dalam bisnis.

Oleh sebab itu, wiraswastawan harus membina aspek sosialnya pertama dengan jalan
belajar menyukai orang lain, respek dan mau bergaul dengan siapa saja. Setiap kesempatan
berjumpa dan berbicara dengan orang, berarti kesempatan untuk berpromosi. Bukan untuk
mempromosikan barang dagangan, akan tetapi terlebih dahulu mempromosikan diri
sebagai figur pengusaha yang simpatik, penuh perhatian pada sesama, sopan dan ramah
serta menyiratkan wajah yang selalu ingin membantu. Ingat, orang proaktif tidak
menghindar, tapi justru mencari kesempatan bertemu orang lain. Pertemuan dan
pembicaraan dengan orang harus bisa dinikmati.

Dengan jalan itu, citra diri pengusaha akan lebih menonjol dari pada barang dagangannya
sendiri. Sehingga, apapun komoditi yang dijual, orang akan lebih suka membeli kepadanya,
dari pada ke pihak lain. Hal ini lebih mudah dibuktikan pada bidang-bidang usaha

18
pelayanan dan profesi, seperti warung makan, bengkel, praktek dokter, pengacara, notaris,
toko klontong dan lain-lain.

2. Aspek budaya . globalisasi juga menyentuh pada hal – hal yang mendasar pada kehidupan
manusia. Aspek – aspek utama dari budya kewirausahaan dan memberi penekanan yang
kuat dalam menanamkan nilai- nilai ini kedalam struktur organisasi internal
yangberkembng pesat.
Elemen – elemen utama dari budaya kewirausahaan :
1. Stabilitas tim manajemen
2. Komitmen terhadap pemberdayaan
3. Birokrasi yang terbatas
4. System imbalan dan kompensasi yang didefenisikan secara jelas

Sebagian besar pilihan dan keputusan bisnis saat ini semakin dipengaruhi oleh
beragam latar belakang budaya dan perspektif dari para pemangku kepentingan organisasi,
sehingga sangar penting bagi para menejer bisnis mmiliki pemeahaman multicultural.
Adanya pemahaman terhadap aspek multicultural.
Keberhasilan atau kegagalan ekomoni tidak dapat dikaitkan langung semata – mata
dengan aspek budaya. Sebaliknya adalah tugas para pemimpin untuk mendorong
keampuan masyarakat agar mampu membangun kekuatan yang ditemukan dan bersumber
dari budaya. Faktor yag menetukan bukanlah kekuatan budaya itu sendiri, akan tetapi
kebutuhan dan keinginan manusianya untuk mngatasi kelemahan dan kekurangan dari
budaya mereka itu sendiri. Hal ini sebagian besar adalah tugas para pemimpin dan pendidik
yang tercerahkan untuk mempromosikaan lintas budaya dalam kewirausahaan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Suryana (2013) mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) adalah


suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup dan cara memperoleh peluang dengan
berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu
tersendiri, memiliki proses sistematis, dan dapat diterapkan dalam bentuk penerapan
kreativitas dan keinovasian.Hal tersebut juga diutarakan oleh Yuldinawati dkk. (2018),
bukan hanya mengenai kreativitas dan inovasi, percepatan kewirausahaan juga
membutuhkan inkubasi bisnis yang efektif. Social Entrepreneurship pertama kali digagas
oleh Bill Drytone melalui karya besarnya yang mampu mendirikan Ashoka Foundation
dengan kegiatannya bergerak dalam dunia kewirausahaan, namun tetap memperhatikan

20
misi social. Social entreprenuership memiliki peran yang cukup membantu dalam
mengentaskan permasalahan sosial. Dampak dilakukannya kegiatan skewirausahaan sosial
hampir sama dengan yang dirasakan oleh berbagai negara. Bentuk dari kewirausahaan
sosial mengenai nilai-nilai sosial tercantum dalam beberapa point yang dikemukakan oleh
Santosa (2007).

Memahami latar belakang dan budaya kewirausahaan kita di masyarakat mana pun
adalah subjek yang sangat kompleks. Sesuai dengannya elemen budaya 'penghindaran
ketidakpastian', 'individualisme', 'maskulinitas' dan 'kekuatan jarak' memengaruhi sikap
dan pemikiran kaum muda dengan merujuk pada tujuan dan karier pribadi mereka. Terlihat
bahwa perilaku dan pola berpikir anak muda dibentuk oleh empat faktor ini.

Menelusuri titik pertemuan konsep-konsep lain ilmu pengetahuan tentang


entrepreneurship yang bersifat relatif dengan nilai-nilai islam yang absolut. Sering kali
menemukan kesulitan tersendiri. Untuk itu tulisan ini terdapat dua cara yang ditempuh
dalam rangka menemukan titik singgung tersebut yaitu, pertama penelusuran berbasis
sejarah islam yang relavan dengan masalah entrepreneurship. Bisnis membutuhkan orang
lain. Penjual memerlukan pembeli, pembeli membutuhkan penjual. Bisnis tidak mungkin
berjalan, tanpa adanya orang lain. Aspek budaya . globalisasi juga menyentuh pada hal –
hal yang mendasar pada kehidupan manusia.

3.2 SARAN

Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggung jawaban
dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki makalah tersebut, oleh sebab itu penulis
harapkan kritikan dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Soegoto, Eddy Soeryanto. 2017. Tren Kepemimpinan Kewirausahaan dan Manajeme Inovatif di
Era Bisnis Modren. Yogyakarta : CV Andi Offset

Anwar, Muhammad. 2014. Pengantar KewirausahaanTeori dan Aplikasi. Jakarta : Kencana

Hisrich, Robert D. dkk. 2016. Enterepreneurship Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat

Darwis,Muhammad. (2017). Jurnal Entreprenuership dalam Perspektif Islam. Vol 6 No.1.

Nurfaqih,Muhammad isnan.at.al. (2018). Jurnal Entreprenuership Sosial. No.8.

Suryana, Y. (2013). Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
SALEMBA EMPAT.

Alma, B. 2009. Kewirausahaan. Alfabeta: Jakarta Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba


Empat: Jakarta

22
Peter R. Dickson. (2000). Marketing Research and Information Systems, Marketing Best
Practices. Ft. Worth, TX : Harcourt College Publishers.

Program Orientasi Industri Kecil dan Menengah di Perguruan Tinggi. (2007). Paket 1 Pelatihan
IKM untuk Wisudawan Perguruan Tinggi. Bandung: Direktorat Jenderal Industri Kecil dan
Menengah Departemen Perindustrian Republik Indonesia dan SBHL Consulting.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan

http://adeputraselayar.wordpress.com/ekonomi/

http://ssbelajar.blogspot.com/2012/09/kewirausahaan.html

23

Anda mungkin juga menyukai