Revisi Puskes Bab 3
Revisi Puskes Bab 3
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Erlinda Indah Risnawati NPM : 117170021
2. Fatwa Dea Ramdani O NPM : 117170023
3. Fathur Rachman NPM : 117170022
4. Ikrama Akbarahma NPM : 117170030
5. Sri Adinda Ayu NPM : 117170065
6. Susilawati Affanin NPM : 117170066
7. Yuda Firmansyah NPM : 117170073
8. Yunia Rohmatullaelah NPM : 117170074
9. Arizal Pratama NPM : 116170008
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
LAPORAN KEGIATAN SKILLS LAB
PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
PUSKESMAS NELAYAN
KOTA CIREBON
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 KELOMPOK KECIL 2
1. Fathur Rachman 117170022
2. Yuda Firmansyah 117170073
3. Fatwa Dea Ramdani O 117170023
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN SKILLS LAB
PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
PUSKESMAS NELAYAN
KOTA CIREBON
Diajukan untuk kegiatan belajar mandiri
Di Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Erlinda Indah Risnawati NPM : 117170021
2. Fatwa Dea Ramdani O NPM : 117170023
3. Fathur Rachman NPM : 117170022
4. Ikrama Akbarahma NPM : 117170030
5. Sri Adinda Ayu NPM : 117170065
6. Susilawati Affanin NPM : 117170066
7. Yuda Firmansyah NPM : 117170073
8. Yunia Rohmatullaelah NPM : 117170074
9. Arizal Pratama NPM : 116170008
Telah disetujui
Pada tanggal : Januari 2020
Telah disetujui
Pada tanggal : Januari 2020
Puji Syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
Laporan Kegiatan Skills Lab Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas Nelayan.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dr. Rahayu Octavia selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan kepada penyusun dan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyadari masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan baik dari segi teknik penulisan maupun isi
materi. Oleh karena itu kepada dosen pembimbing, penyusun mengharapkan saran
serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, dengan segala keterbatasan yang ada
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Data Penduduk Per Kelompok Umur s/d bulan Desember 2018
A. KEADAAN GEOGRAFIS
a) LETAK DAN KEADAAN GEOGRAFIS
Puskesmas Nelayan merupakan salah satu dari 22 puskesmas yang ada di
kota Cirebon dan salah satu dari 4 puskesmas di wilayah kecamatan Kejaksan.
Wilayah kerja Puskesmas Nelayan meliputi satu wilayah Kelurahan Kebon
Baru.
b) Luas wilayah dan perbatasan
Luas wilayah Kelurahan Kebon Baru 72.21 Ha, dengan batas wilayah
sebagai berikut :
Utara : Kelurahan Kesenden
Selatan : Kelurahan Panjunan
Timur : Laut Jawa
Barat : Kelurahan Kejaksan
c) Pembagian Wilayah
Tabel 1. Wilayah kelurahan Kebon Baru
Nama RW Jumla RT Jumlah Rumah
RW 05 Ketandan 4 52
Jumlah
Jumlah Penduduk
No Nama RW
RW.1 Kebon
1 867 1038 1905 483 284
Baru Utara
RW.2 Kebon
2 1409 970 2379 782 483
Baru
RW.3 Kebon
3 1257 815 2072 683 372
Baru Selatan
RW.4 Kebon
4 291 404 695 229 117
Baru Tengan
RW.7 Makam
7 362 528 920 314 152
Kembar
Kelurahan
4832 4684 9546 3056 1650
Kebon Baru
Tabel 3. Data Penduduk Per Kelompok Umur s/d bulan Desember 2018
UMUR L P JUMLAH
0-4 294 479 773
65 - 70 95 149 244
900
00 – 04
773 764 762 778 779 764
800 751 754 05 – 09
718
689 10 – 14
700
15 – 19
570 20 – 24
600
25 – 29
499
500 30 – 34
35 – 39
392
400 40 – 44
309 45 – 49
300 244 50 – 54
55 – 59
200
60 – 64
100 65 – 69
70 – Ke atas
0
Gambar 3. GRAFIK PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN
600
500
400
Laki-laki
300
200
100
0
70 –
00 – 05 – 10 – 15 – 20 – 25 – 30 – 35 – 40 – 45 – 50 – 55 – 60 – 65 –
Ke
04 09 14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69
atas
Laki-laki 294 349 336 286 314 307 332 325 289 299 265 242 202 95 72
Perempuan 479 415 426 492 404 444 422 454 400 365 305 257 190 149 237
Jumlah Perumahan
6 Lainnya -
1 Pegawai Swasta 68 3
2 Pensiunan 26 1
3 Nelayan 100 5
5 Pemulung 20 9
6 Buruh Tani 0 0
7 Jasa 70 3
8 Lain-Lain 1901 76
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (bayi lahir dalam keadaan hidup).
Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir
yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama
kehamilan. kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia
satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat penting utuk
mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat. Faktor yang
berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain adalah tingkat pelayanan
antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA, serta kondisi
lingkungan dan social ekonomi.
Kematian Bayi di Puskesmas Nelayan pada tahun 2016 sebanyak 1/132 Lahir
Hidup dengan penyebab Neonatal dini karena Asfiksia Sedangkan tahun 2017
sebanyak 1/161 Lahir Hidup dengan penyebab Asfiksia 1 bayi untuk tahun 2018
terdapat 2 bayi penyebab Asfiksia.
Dalam 4 tahun terakhir jumlah kematian bayi mengalami penurunan, hal ini
memberikan gambaran mengenai kualitas hidup di Wilayah Puskesmas Nelayan.
Pada tahun 2018 kematian bayi naik dari tahun sebelumnya namun tidak melebihi
yang ditargetkan. Angka kematian bayi tersebut disebabkan oleh adanya faktor
diluar non kesehatan yang berpengaruh besar. Antara lain adanya krisis ekonomi
yang berkepanjangan, sehingga daya beli masyarakat menurun sehingga perlu
sekali pengawasan dan intervensi dalam penanganan kasus kasus kegawatdaruratan
neonatal. Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi di Puskesmas Nelayan
pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Cirebon telah melakukan
program akselerasi penurunun angka kematian bayi yaitu dengan penguatan
kampung siaga sebagai penggerakan dan pemberdayaan masyarakat untuk hidup
sehat, penguatan jejaring Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) sebagai
upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas serta mendekatkan pelayanan kesehatan khususnya untuk pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
Jumlah Kematian Ibu
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan
dan masa nifas. AKI diperoleh dari jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
(jumlah kematian hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas).
Angka Kematian ibu di Puskesmas Nelayan Tidak ada dari tahun 2015,2016 dan 2017.
Dengan Tidak adanya kematian karena penyebab langsung, hal ini menggambarkan
pemeriksaan fisik pada saat antenatal untuk deteksi dini faktor risiko sudah cukup baik,
tetapi masih perlu adanya peningkataan ketrampilan dalam deteksi dini melalui RSBM
dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Antenatal Care.
Imunisasi
Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan
atau diteteskan melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih menjadi masalah.
Sepuluh dari 100 orang akan menderita hepatitis sepanjang hidupnya jika tidak diberi
vaksin hepatitis B. Sampai dengan seperempat dari jumlah anak yang menderita
hepatitis B dapat berkembang menjadi kondisi penyakit hati yang serius, seperti kanker
hati. Disamping itu wajib diberikan imunisasi hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk
mencegah penularan virus hepatitis dari ibu kepada anaknya.
Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis. Imunisasi DPT
dapat mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Diptheri menyebabkan
infeksi saluran pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan
kesulitan bernafas bahkan kematian. Tetanus menyebabkan kekakuan otot dan
kekejangan otot yang menyakitkan dan dapat mengakibatkan kematian. Pertusis atau
batuk rejan mempengaruhi saluran pernafasan dana dapat menyebabkan batuk hingga
delapan minggu.
Semua anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah
tungkai tibatiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yang terinfeksi
polio, maka satu orang akan menjadi cacat sepanjang hidupnya. Sebagai salah
satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib
mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG,
3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima
imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi
yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen
Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan
cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak
adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian
pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian
balita.
Kasus penyakit terbanyak di Puskesmas Nelayan antara tahun 2015 sampai dengan
tahun 2018 adalah ISPA ,kemudian disusul urutan ke dua adalah penyakit lain, Penyakit Kulit,
Hypertensi dan Myalgia. Pada tahun 2015 sampai 2017 adalah penyakit kulit , dispepsia,
hipertensi dan hipertensi masuk dalam 5 besar penyakit yang terbanyak di wilayah kerja
puskesmas nelayan.
Angka kesakitan penderita DBD di wilayah Puskesmas Nelayan pada tahun 2018
sebanyak 3 kasus ada Kenaikan dari tahun 2017 sebanyak 1 kasus, ada Penurunan yang
segnifikan dibandingkan tahun 2016 yaitu jumlah kasus DBD ada 6 kasus. dan semua kasus
hanya dirawat dirumah sakit dan sembuh, tidak/ ada kematian akibat demam berdarah.
Permasalahan yang dihadapi dalam menanggulangi kasus DBD diantaranya karena masih ada
opini masyarakat yang menyatakan bahwa penanganan kasus DBD merupakan tanggung jawab
Dinas Kesehatan/ Puskesmas dan fogging (pengasapan) merupakan cara penanganan /
penurunan kasus DBD yang terbaik. Disisi lain wilayah kelurahan Kebonbaru sebagian besar
adalah pertokoan, pergudangan dan rumah-rumah kosong yang sulit untuk “didekati”.
b. TB Paru
Jumlah penderita TB Paru ( suspek ) yang ditemukan dan di puskesmas pada tahun
2015 sebanyak 76 orang penderita, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 45 orang dan pada
tahun 2017 adalah 57 , pada tahun 2017 dan tahun 2018 terdapat 45 orang ada penurunan
penderita TB dibanding 2 tahun sebelumnya Sedangkan target global kesembuhan per tahun
adalah 85%, masalah yang ditemui dilapangan diantaranya; masih ada penderita yang tidak
mau diperiksa dahaknya selain motivasi penderita pada masa pengobatan yang perlu
ditingkatkan.
c. Kusta
Tabel 9. Hasil Cakupan Kegiatan Kusta
CAKUPAN
No Kegiatan Kusta
2015 2016 2017 2018
1 Kasus Lama MB 0 0 0 0
2 Kasus Baru MB 0 0 0 0
Total Kasus : 0 0 0 0
Sesuai tabel diatas bahwa dari Tahun 2015 sampai dengan tahun 2018 di Kelurahan Kebonbaru
tidak ditemukannya penderita kusta (kasus baru) .
d. Diare
CAKUPAN
No Kegiatan Diare
2015 2016 2017 2018
1 - 0 - 4 Tahun 274 277 149 142
2 - Lebih dari 5 Tahun 397 271 282 244
Total Kasus 671 498 453 386
Target 16% 16% 16% 16%
Prosentase 16% 16% 16% 16%
Jumlah penderita diare pada tahun 2018 seluruhnya ada 386 orang, yang dilayani oleh
sarana kesehatan sebanyak 386 orang dan oleh kader kesehatan 40 orang, dibandingkan tahun
2017 jumlah penderita seluruhnya ada 453 orang ada Penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2017 dan tahun 2016.
e. Kesehatan Mata.
Tabel 11. HASIL CAKUPAN KEGIATAN KESEHATAN MATA
CAKUPAN
No Kegiatan Kes.Mata
2015 2016 2017 2018
Jumlah Kasus mata
1 19 143 177 256
conjunctivitis & katarak
CAKUPAN
No Kegiatan Kesehatan Gigi
2015 2016 2017
1 Jenis Penyakit Gigi :
- Karies Gigi 41 60 175
- Kelainan Pulpa & Jarng periapikal 989 819 1093
- Peny.Gusi & Jarng periodontal 682 567 1368
- Kelainan Dentofasil/Maloklusi 19 1 10
- Peny. Lain-lain/Persistensi 46 254 20
2 Jenis Pengobatan Gigi :
- Tumpatan Gigi tetap 94 58 208
- Tumpatan Gigi sulung 1 4 5
- Pengobatan Pulpa 934 748 1056
- Pencabutan gigi tetap 65 57 195
- Pencabutan gigi sulung 219 199 264
- Pengobatan periodental 685 645 1337
3 Ush. Kes.Gigi Masy. (UKGMD)
- Jml RW binaan 0 0 0
- Jml Kunj.Pembinaan RW 0 0 0
- Jml Posyd dg UKGMD 0 0 0
- Jml Kunj. Pembinaan Posyd 0 0 0
- Jml Kader UKGMD 0 0 0
4 Usaha Kes. Gigi Sekolah (UKGS) 0 0 0
- Jml SD UKGS 0 0 0
- Jml SD yg melaks.sikat gigi 8 x/th 0 0 0
- Jml Penyuluhan kes.gigi ke
Sekolh 1 1 1
2) Perawatan Kesehatan Masyarakat ( PHN )
Kegiatan PHN ditujukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mengatasi masalah keperawatan kesehatan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Pelaksana Perkesmas adalah seluruh tenaga keperawatan puskesmas, sedangkan
dalam pelaksanaannya dapat melibatkan tenaga puskesmas lainnya dan masyarakat (kader dan
anggota keluarga) untuk tindakan keperawatan tertentu. Hasil Kegiatan PHN pada tahun.
B. Kesehatan Lingkungan
Rumah Sehat
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang
digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan mahkluk hidup lainnya serta
tempat pengembangan kehidupan keluarga. Rumah merupakan kebutuhan pokok
manusia, keadaan rumah sangat berpengaruh pada perkembangan dan kesehatan
penghuninya, sehingga dalam penyediaan rumah harus sesuai dengan kebutuhan dan
memenuhi syarat kesehatan agar rumah tidak menimbulkan dampak kesehatan terhadap
penghuninya. Dengan rumah yang sehat maka dapat meningkatkan aktifitas dan
produktifitas bagi penghuninya. Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis : pencahayaan, penghawaan, ruang gerak cukup, bebas
kebisingan.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis : privacy cukup, komunikasi sehat antar penghuni
rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit : PAB, PTAL, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian, cukup sinar matahari pagi, pengamanan
makanan, penghawaan dan pencahayaan.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan : persyaratan sempadan jalan,
konstruksi kuat, tidak mudah terbakar .
Tahun 2017 di di Puskesmas Nelayan jumlah rumah yang ada sebanyak 1852
rumah. Dari 2193 rumah yang dibina pada tahun 2018, sebanyak 1852 (84,5 %)rumah
yang memenuhi syarat. Target rumah sehat yang harus tercapai pada Tahun 2018
adalah 80%. Hal ini berarti sudah melampaui target rumah sehat. Apabila hasil
tersebut dibandingkan dengan Tahun 2016 (83.21%) maka terdapat kenaikan sebesar
1.29%. Berikut hasil pemantauan rumah sehat kota Cirebon Tahun 2018.
Akses Air Minum
Air merupakan kebutuhan pokok bagi mahluk hidup termasuk manusia.
Keberadaan air baik kualitas maupun kuantitas akan berpengaruh pada kehidupan
manusia. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah air yang memenuhi
syarat kesehatan baik fisik, kimia, maupun bakteriologi. Air bersih juga harus
memenuhi kebutuhan manusia secara kuantitas dan berkelanjutan.
Puskesmas Nelayan melakukan pengawasan kualitas air bersih agar air yang
dikonsumsi masyarakat memenuhi syarat kesehatan. Pengawasan kualitas air bersih
bertujuan agar masyarakat terhindar dari gangguan penyakit bersumber/berperantara
air ( Water Born Diseases ). Pengawasan kualitas air meliputi inspeksi sanitasi sarana
air bersih, pengambilan dan pemeriksaan sampel air bersih serta melakukan tindak
lanjut.
Inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih dilakukan untuk mengetahui risiko
pencemaran rendah, sedang, tinggi atau amat tinggi. Sarana air bersih yang
mempunyai risiko pencemaran rendah dan sedang dilakukan tindak lanjut dengan
pengambilan sampel air, sedangkan untuk risiko pencemaran tinggi dan amat tinggi
dilakukan perbaikan fisik sarana air bersih atau perbaikan kualitas air.Jumlah
penduduk yang memiliki akses air minum berkelanjutan pada Tahun 2018 sebanyak
2193 kepala Keluarga (100%) yang bersumber dari PDAM, sumur gali terlindung,
sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa dan mata air terlindung. Akses
air minum terbanyak berasal dari perpipaan sebanyak 2172 KK (99.05%). Terdapat
kenaikan dari tahun sebelumnya (2017) sebanyak 1,04% dari 9+8.01%.
Target akses air minumtahun 2018 adalah 93%, sedangkan capaian 99.05%. Hal
ini berarti sudah melebihi target yang diharapkan. Namun demikian sumber air ledeng
yang ada Pukssemas Nelayan kuantitas dan kontinuitasnya masih kurang karena ada
beberapa daerah pada siang hari air ledeng tidak mengalir sehingga masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dengan membeli air.
Sarana Sanitasi Dasar
Sanitasi yang layak (jamban sehat) adalah salah satu faktor yang penting untuk
mengendalikan kasus diare dan kematian karena diare. Fasilitas sanitasi yang layak
(jamban sehat) adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan antara lain
dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik (septic tank)/Sistem Pengolahan Air
Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau bersama. Jamban leher angsa adalah
jamban yang memiliki kloset bersih (tidak ada sisa tinja), septik tank kedap air,
resapan jauh dari sumber air> 10 m. Jamban plengsengan / cemplung adalah jamban
dengan tempat jongkok kuat dan bertutup, tempat penampungan tinja tidak mencemari
sumber air (>10M) dan tidak dapat dijangkau oleh vector/serangga, tikus, unggas,
binatang, dll.
Jumlah penduduk yang memiliki akses sanitasi layak pada tahun 2018 sebanyak
2133 kk (92.17%) dengan RW yang rendah akses sanitasinya adalah RW. 03
(79.87%). Sedangkan RW yang sudah mencapai ODF (Stop Buang Air Besar
Sembarangan) adalah RW 01, 05 (100%). Jumlah RW yang melaksanakan STBM
(pemicuan) sebanyak 7 RW (100%). Jika dibandingkan dengan target jamban sehat
tahun 2018 (87,40%) maka sudah melampaui 92,17%).
Permasalahan yang dihadapi dalam membuat jamban di perkotaan adalah
keterbatasan lahan yang dimiliki sehingga sering berdekatan dengan sumber air
karena rumah yang berdempet. Untuk menghindari pencemaran maka penampungan
tinja harus kedap air. Selain itu juga masih ada anggapan masyarakat bahwa buangan
akhir ke sungai masih memenuhi syarat sehingga tidak membuat septictank.
A. Pelayanan Kesehatan
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Tekhnis Dinas Kesehatan, dimana untuk
keberhasilan dalam pelaksanaan program kesehatan yang telah ditentukan yaitu
Program Pokok Kesehatan, antara lain :
5. Peningkatan Penyuluhan
Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja di SLTP
Pelaksanaan Penyuluhan Kelompok di Posyandu/RW
Pelaksanaan Penyuluhan Kelompok pasien/perorangan di dalam gedung Puskesmas
dan di luar gedung.
Pelaksanaan Penyuluhan HIV AIDS di SMK/ SMA dan masyarakat
Pelaksanaan penyuluhan Forum Komunikasi Kader
BAB IV
ANALISIS MASALAH
A. Prioritas Masalah
1. Hipertensi
a. Definini
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular hingga saat ini masih
menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
istirahat.1 Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala
yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karenan
itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer.
b. Epidemiologi
Bedasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita
hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu
sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%.
Secara umum, laki-laki memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi
dibandingkan wanita. RISKESDAS pada tahun 2013 mencatat prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 %, dengan prevalensi tertinggi terdapat di
Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Hipertensi sebagai sebuah penyakit
kronis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor resiko terjadinya hipertensi
terbagi dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti
keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas, merokok,
alkoholisme, stress, dan pola makan. Angka insiden hipertensi sangat tinggi
terutama pada populasi lanjut usia (lansia), usia di atas 60 tahun, dengan
prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari populasi lansia. Diperkirakan 2 dari
3 lansia mengalami hipertensi. Keadaan ini didukung oleh penelitian yang
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Pada sebuah penelitian di SaoPaulo didapatkan prevalensi
hipertensi pada lansia sebesar 70% dari jumlah populasinya. Keadaan serupa
juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan di China, dimana pada
penelitian tersebut hipertensi ditemukan pada 53% populasi lansia. Di
Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada usia
45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun sebesar 65%. Dibandingkan
usia 55-59 tahun, pada usia 60- 64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi
sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali.
c. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Renin disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut
prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal. Sel JG
merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang terletak pada dinding
arteriol aferen tepat di proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri menurun,
reaksi intrinsik dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul
protein dalam sel JG terurai dan melepaskan renin.
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki
efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada
dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang
dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama, yaitu
vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada
arteriol dan sedikit lemah pada vena. Cara kedua dimana angiotensin II
meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk
menurunkan ekskresi garam dan air.
Vasopresin, disebut juga antidiuretic hormone (ADH), bahkan lebih
kuat daripada angiotensin sebagai vasokonstriktor, jadi kemungkinan
merupakan bahan vasokonstriktor yang paling kuat dari ubuh. Bahan ini
dibentuk di hipotalamus tetapi diangkut menuruni pusat akson saraf ke
glandula hipofise posterior, dimana akhirnya disekresi ke dalam darah.
Aldosteron, yang disekresikan oleh sel-sel zona glomerulosa pada korteks
adrenal, adalah suatu regulator penting bagi reabsorpsi natrium (Na+ ) dan
sekresi kalium (K+ ) oleh tubulus ginjal. Tempat kerja utama aldosteron
adalah pada sel-sel prinsipal di tubulus koligentes kortikalis. Mekanisme
dimana aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium sementara pada saat
yang sama meningkatkan sekresi kalium adalah dengan merangsang
pompa natrium kalium ATPase pada sisi basolateral dari membran tubulus
koligentes kortikalis. Aldosteron juga meningkatkan permeabilitas
natrium pada sisi luminal membran.
Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer
terus berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang
dapat menerangkan terjadinya peninkatan tekanan darah. Tekanan darah
dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
d. Klasifikasi hipertensi
Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun
luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah
sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan
diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada
seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi
(disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension and
the International Society of Hypertension2013).
Amlodipin
Diindikasikan untuk hipertensi, untuk menurunkan
tekanan darah, Menurunkan tekanan darah mengurangi risiko
kejadian kardiovaskular yang fatal dan tidak fatal, terutama
stroke dan infark miokard. 5 mg / hari PO pada awalnya; dapat
ditingkatkan 2,5 mg / hari setiap 7-14 hari; tidak melebihi 10
mg / hari pemeliharaan: 5-10 mg / hari, sesuaikan dosis sesuai
dengan sasaran tekanan darah.
Interaksi Obat
Kontra Indikasi
- Dantrolene
Absorpsi
Efek Samping
> 10%
Edema (1,8-10,8%)
Edema paru (7-15%) 1-10%
Sakit kepala (7,3%)
Kelelahan (4,5%)
Palpitasi (0,7-4,5%).
Captopril
Hipertensi (Single atau dengan Thiazide). Awal: 25 mg PO
q8-12hr, meningkat secara bertahap berdasarkan respons (mungkin
mulai lebih rendah pada beberapa pasien) Pemeliharaan: 25-150 mg
PO q8-12hr 450 mg / hari maksimum.
Interaksi obat
Kontraindikasi
- Aliskiren
Captopril mengurangi efek aliskiren oleh Other (lihat
komentar). Kontraindikasi. Komentar: Aliskiren menggunakan
kontraindikasi dengan ACE- inhibitor pada pasien dengan
diabetes; hindari pemberian bersama dengan ACE- inhibitor jika
GFR. Pada pasien yang berusia lanjut, volume-habis (termasuk
yang menggunakan terapi diuretik), atau dengan fungsi ginjal
yang dikompromikan, pemberian bersama inhibitor ACE dengan
obat yang mempengaruhi RAAS dapat meningkatkan risiko
kerusakan ginjal (termasuk gagal ginjal akut) dan menyebabkan
hilangnya efek antihipertensi. Pantau fungsi ginjal secara berkala.
- Sacubitril / valsartan
Sacubitril / valsartan, captopril. Entah meningkatkan
toksisitas yang lain oleh Lainnya (lihat komentar).
Kontraindikasi. Komentar: Pemberian bersama inhibitor
neprilysin (mis., Sacubitril) dengan inhibitor ACE dapat
meningkatkan risiko angioedema; jangan berikan inhibitor ACE
dalam waktu 36 jam untuk beralih ke atau dari sacubitril /
valsartan.
Mekanisme kerja
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor melebarkan
arteri dan vena dengan secara kompetitif menghambat konversi
angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokonstriktor endogen yang
kuat) dan dengan menghambat metabolisme bradikinin; tindakan ini
menghasilkan pengurangan preload dan afterload pada jantung.
Inhibitor ACE juga meningkatkan ekskresi natrium dan air dengan
menghambat sekresi aldosteron yang diinduksi angiotensin-II;
peningkatan kalium juga dapat diamati.
Farmakokinetik
Half-Life: 1,9 jam (sehat); 2.06 (gagal jantung); 20-40 jam (anuria);
peningkatan.