BIBIR SUMBING
Oleh:
Luthfi Kalindra Parahita
6120018033
Pembimbing:
dr. Radias, Sp.BP
2
BAB I
PENDAHULUAN
Cleft palate dan cleft lip tidak selalu terjadi secara bersamaan. Ada tiga
jenis kelainan cleft yaitu cleft lip tanpa disertai cleft palate, cleftpalate tanpa
disertai cleft lip, cleft lip disertai dengan cleft palate. Celah yang terbentuk
tersebut bisa unilateral maupun bilateral. Tingkat pembentukan cleft palate
dan cleft lip bervariasi mulai dari ringan yaitu berupa sedikit tarikan hingga berat
yaitu celah yang terbentuk sampai nasal dan menuju tenggorokan.12 Malformasi
wajah yang umum di masyarakat ini terjadi hampir pada 1 dari 1000 kelahiran di
dunia. Anak dengan labioskizis, labiopalatoskizis, atau palatoskizis dapat
memiliki beberapa gangguan fisik yang disebabkan oleh kelainan lain yang
biasanya menyertai, atau akibat komplikasi kelainan wajah.13
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : An. A
Umur : 1 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Juanda, Sidoarjo
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan melalui telepon karena pasien tidak dapat hadir ke poli.
a. Keluhan Utama
Tidak bisa menyusu sejak lahir.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang pada bulan Juli 2018 dengan keluhan tidak bisa minum ASI
sejak lahir. Satu minggu kemudian, pasien dibawa ke dokter spesialis anak
dan setelah diperiksa ternyata celah langit-langitnya tidak menutup.
Setelah itu pasien langsung direkomendasikan ke spesialis bedah plastik
untuk dilakukan operasi. Keluhan lain seperti demam, ikterus, sesak napas
disangkal.
c. Riwayat ANC
Ibu pasien mengaku pasien adalah anak pertamanya dan sebelumnya
tidak pernah keguguran
Ibu pasien mengaku saat melahirkan pasien sedang berusia 26 tahun.
Dan usia kehamilan pasien 39 minggu.
Selama masa kehamilan, ibu pasien mengaku riwayat konsumsi
minuman beralkohol, merokok, narkotika, konsumsi obat dalam waktu
lama, dan jamu-jamuan disangkal.
Riwayat menderita penyakit sistemik yag bersifat berat selama masa
kehamilan disangkal.
4
Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di puskesmas. Selama
kontrol kehamilannya, ibu pasien mengaku tidak pernah ditemukanya
adanya kelainan.
Pola makan ibu pasien selama kehamilan baik (3 kali sehari) dengan
menu biasanya nasi beserta lauk pauk dan sayuran. Ibu pasien juga
mengkonsumsi buah-buahan.
d. Riwayat Persalinan
Ibu pasien mengatakan bahwa proses persalinan dibantu bidan di
puskesmas. Pasien lahir per vaginam dengan berat lahir 2,5 kilogram dan
panjang badan 48 sentimeter.
5
2.4 Status Lokalis
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Wajah
7
maxillaris, dan processsus mandibularis. Processus frontonasalis mulai
sebagai proliferasi mesenchym pada permukaan ventral otak yang sedang
berkembang, menuju kearah stomodeum. Sementara itu, processus maxillaris
tumbuh keluar dari ujung atas arcus pertama dan berjalan ke medial,
membentuk pinggiran bawah orbita. Processus mandibularis arcus pertama
kini saling mendekat satu dengan yang lain di garis tengah, di bawah
stomodeum dan bersatu membentuk rahang bawah dan bibir bawah.1
8
premaxilla dan menyatu pada garis tengah. Berbagai processus yang
membentuk wajah menyatu selama dua bulan kedua.8
Bibir atas dibentuk oleh pertumbuhan processus maxillaris arcus
pharyngeus pertama pada masing-masing sisi ke arah medial. Akhirnya,
processus maxillaris saling bertemu di garis tengah dan bersatu, juga dengan
processus nasalis medialis. Jadi bagian lateral bibir atas dibentuk oleh
processus maxillaris, dan bagian medial atau philtrum dibentuk oleh
processus nasalis medialis dengan bantuan processus maxillaries pada akhir
minggu ke-6 sampai minggu ke-7.
Bibir bawah dibentuk dari processus mandibularis arcus pharyngeus
pertama masing-masing sisi. Processus ini tumbuh ke arah medial di bawah
stomodeum dan bersatu di garis tengah untuk membentuk seluruh bibir
bawah.Kulit yang menutupi processus frontonasalis dan derivatnya mendapat
persarafan sensoris dari divisi ophthalmica n. trigeminus, sedangkan divisi
maxillaries n. trigeminus mempersarafi kulit di daerah processus maxillaris.
Kulit yang meliputi processus mandibularis dipersarafi oleh divisi
mandibularis n. trigeminus. Otot-otot untuk ekspresi wajah berasal dari
mesenchym arcus pharyngeus kedua. Saraf yang menyuplai ini adalah saraf
arcus pharyngeus kedua, yaitu nervus kranialis.7
Berdasarkan teori di atas, hipotesa terjadinya bibir sumbing yaitu
karena kegagalan fusi antara processus maksilaris dengan processus nasalis
medialis dimana pertama terjadi pendekatan masing – masing processus,
setelah processus bertemu, terjadi regresi lapisan epitel dan pada akhirnya
mesoderm saling bertemu dan mengadakan fusi.1,8
Sehingga teori terjadinya labio atau palatoschizis adalah sebagai berikut :
- Labioschizis : perkembangan abnormal dari processus nasomedial dan
maksilaris
- Palatoschizis : kegagalan fusi antara 2 processus palatine.
9
3.2 Definisi
Cleft Lip and Palate (bibir sumbing dan langit-langit) adalah kelainan
kongenital facio-oral dimana terjadi malformasi atau pada area wajah janin
tidak membentuk dengan sempurna.2
Bibir sumbing (cleft lip) adalah kelainan berupa celah yang berada pada
bagian bibir atas yang didapatkan seseorang sejak lahir karena malformasi
yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal mediana dan maksilaris untuk
menyatu selama perkembangan embrionik. Bila celah berada pada bagian
langit-langit rongga mulut (palatum) ,maka kelainan ini disebut cleft palate.
Pada cleft palate, celah akan menghubungkan langit-langit rongga mulut
dengan rongga hidung atau membentuk suatu fissura garis tengah pada
palatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena
perkembangan embrionik.2
Bibir sumbing dibagi menjadi unilateral kiri atau kanan, atau bilateral
(kelompok I), dapat juga lengkap (dengan ekstensi mencapai dasar hidung)
atau tidak lengkap. Bibir sumbing saja dapat terjadi, namun celah yang terjadi
pada daerah alveolus selalu dikaitkan dengan bibir sumbing. Bibir sumbing
lengkap merupakan celah yang mencapai seluruh ketebalan vertikal dari bibir
10
atas dan terkadang berkaitan dengan celah alveolar. Bibir sumbing tidak
lengkap terdiri dari hanya sebagian saja ketebalan vertikal dari bibir, dengan
bermacam-macam jenis ketebalan jaringan yang masih tersisa, dapat berupa
peregangan otot sederhana dengan bagian kulit yang meliputinya atau sebagai
pita tipis kulit yang menyeberangi bagian celah tersebut. Simonart’s Band
merupakan istilah untuk menyebut suatu jaringan dari bibir dalam berbagai
ukuran yang menghubungkan celah tersebut. Walaupun Simonart’s Band
biasanya hanya terdiri dari kulit, gambaran histologis menunjukkan terkadang
juga terdiri dari serat-serat otot.
11
Dan kelompok III yaitu pasien dengan bibir sumbing dan celah palatum.3
Gambar 3. (A) Celah bibir unilateral tidak komplit, (B) Celah bibir unilateral
(C) Celah bibir bilateral dengan celah langit-langit dan tulang alveolar, (D)
Celah langit-langit.
12
3.4 Etiologi
Etiologi cleft lip and palate adalah multifaktorial dan belum dapat
diketahui secara pasti. Pembentukan bibir terjadi pada masa embrio minggu
keenam sampai minggu kesepuluh kehamilan. Terganggunya fusi
(menyatunya) selama masa pertumbuhan intra uterine (dalam kandungan) ini
bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dibagi menjadi faktor
herediter dan faktor eksternal.
a. Faktor herediter
Faktor herediter ini berarti menyangkut gen penyebab bibir sumbing
yang dibawa penderita. Hal ini dapat berupa :
• Mutasi gen.
• Kelainan kromosom : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25%
bersifat dominan.
b. Faktor eksternal / lingkungan
Faktor eksternal merupakan hal-hal diluar tubuh penderita selama
masa pertumbuhan dalam kandungan yang mempengaruhi atau
menyebabkan terjadinya bibir sumbing yaitu :
• Pengaruh lingkungan juga dapat menyebabkan, atau berinteraksi
dengan genetika untuk menyebabkan celah orofacial. Pada
manusia, bibir sumbing janin dan kelainan bawaan lain juga telah
dihubungkan dengan hipoksia ibu, seperti yang disebabkan oleh
misalnya ibu merokok, menyalahgunakan alkohol atau beberapa
bentuk pengobatan hipertensi.
• Penyebab musiman (seperti eksposur pestisida)
• Obat-obatan, seperti: Asetosal, Aspirin, Rifampisin, Fenasetin,
Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat,
Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah
langit-langit. Retinoid, senyawa nitrat, obat-obatan antikonvulsan,
alkohol, obat-obatan terlarang (kokain, heroin, dll).
• Diet ibu dan asupan vitamin
• Faktor usia ibu
• Nutrisi, terutama pada ibu yang kekurangan folat
13
• Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
• Radiasi
• Stres emosional
• Trauma (trimester pertama)
3.5 Epidemiologi
14
3.6 Diagnosis
15
3.7 Penatalaksanaan
Masalah yang mendesak adalah proses makan, segera setelah lahir,
bayi dipasangi penutup plastik yang cocok, maksudnya untuk membantu
pengendalian cairan, memberikan bidang referensi untuk pengisapan dan
menjaga stabilitas segmen – segmen arkus lateral. Pertumbuhan arkus gigi
yang cepat memerlukan pengukuran alat penutup yang berulang – ulang
setiap beberapa minggu. Putting artificial lunak dengan lubang yang besar
berguna pada penderita celah palatum. Penderita dengan celah bibir
(sumbing) murni mungkin dapat minum ASI.
Program habilisasi yang menyeluruh untuk anak yang menderita bibir
sumbing atau celah palatum bisa memerlukan pengobatan khusus dalam
waktu bertahun – tahun, dari tim yang terdiri dari dokter ahli anak, ahli bedah
atau bedah plastik, ahli THT, ahli ortodonsi yang akan mengikuti
perkembangan rahang dan giginya serta ahli logopedi yang mengawasi dan
membimbing kemampuan bicara.1
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschizis yaitu :
1. Tahap sebelum operasi
- Mempersiapkan ketahanan tubuh bayi menerima tindakan
operasi
Asupan gizi yang cukup, dilihat dari keseimbangan berat
badan yang dicapai dan usia yang memadaitindakan operasi
pertama dikerjakan untuk menutup celah bibirnya, biasanya
pada umur tiga bulan. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of
ten yaitu. Saat melaksanakan tindakan koreksi dianut hukum
sepuluh, yaitu berat badan minimal empat setengah kilo (10
pon), kadar hemoglobin 10 gram persen dan umur sekurang –
kurangnya 10 minggu dan tidak ada infeksi, leukosit dibawah
10.000.
16
Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana
ketika dot dibalik, susu dapat memancar keluar sendiri dengan
jumlah optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat
bayi tersedak dan tidak terlalu kecil sehingga membuat asupan
gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan lubang khusus ini
tidak tersedia, maka pemberian minum dapat dilakukan dengan
bantuan sendok secara perlahan dengan posisi setengah duduk
atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit –
langit yang terbelah.
2. Tahap operasi
Penutupan bibir sumbing secara bedah biasanya dilakukan
setelah umur 3 bulan, ketika anak itu telah menunjukkan kenaikan
berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi oral, saluran
nafas atau sistemik.
Tujuan pembedahan / operasi :
- Menyatukan bagian – bagian celah
- Mewujudkan bicara yang bagus dan jelas
- Mengurangi regurgitasi hidung
- Menghindari cedera pada pertumbuhan maksila
Teknik operasi :
A. Labioplasty
17
Cara Millard : “rule of ten” (10 minggu, 10 pound, Hb ≥10
gr%, leukosit < 10.000)
B. Palatoplasty
Dilakukan pada usia ± 20 bulan saat anak mulai
belajar bicara.
Cara operasi yang umum dipakai adalah cara
Millard yang caranya memutar dan memajukan (rotation
and advacement). Teknik operasinya yaitu :
- Dari sisi lateral, mukosa dikupas dari otot orbikularis
oris, kemudian otot orbikularis oris bagian merah bibir
dipisahkan dari sisanya.
- Kulit dan subkutis dibebaskan dari otot orbikularis oris
secara tajam, sampai kira – kira sulkus nasolabialis.
- Lepaskan mukosa bibir dari rahang pada lekuk
pertemuannya, secukupnya, kemudian otot dibebaskan
dari mukosa hingga terbentuk 3 lapis flap : mukosa, otot
dan kulit.
- Lalu pada sisi medial, mukosa dilepaskan dari otot.
Dibuat flap C, kemudian dibuat insisi 2 mm dari pinggir
atap lubang hidung.
- Bebaskan kulit dari mukosa dan tulang rawan alae,
menggunakan gunting halus melengkung.
- Letak tulang rawan alae diperbaiki dengan tarikan jahitan
yang dipasang ke kulit.
- Setelah jahitan terpasang, lekuk atap dan lengkung atas
atap lubang hidung lebih simetris. Kolumela dan rangka
tulang rawan dan vomer yang miring dari depan ke
belakang sulit diperbaiki, sehingga masih miring.
- Luka dipinggir dalam atap nares dijahit, kemudian
mukosa oral mulai dari cranial, menghubungkan sulkus
ginngivo labialis. Jahitan diteruskan sampai ke dekat
merah bibir.
18
- Setelah itu, otot dijahit lapis demi lapis. Jahitan kulit
dimulai dari titik yang perlu ditemukan yaitu ujung busur
Cupido. Diteruskan ke atas dan ke mukosa bibir.
Jaringan kulit atau mukosa yang berlebihan dapat
dibuang.
- Terakhir luka operasi ditutup dengan tulle dan kasa
lembab selama 1 hari, untuk menyerap rembesan darah /
serum yang masih akan keluar. 1 hari sesudahnya,
barulah luka dirawat terbuka dengan pemberian salep
antibiotik.
19
Tindakan selanjutnya adalah menutup langitan
(palatoplasti), dikerjakan sedini mungkin (15 – 24 bulan)
sebelum anak mampu bicara lengkap sehingga pusat bicara
di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi
dikerjakan lambat, sering hasil operasi dalam hal
kemampuan bicara atau mengeluarkan suara normal atau
tak sengau, sulit di capai.
20
Gambar 9. Veau – Wardill – Kilner Pushback
palatoplasty (V-Y)
21
Gambar 10. Bardach Two flap
d) Furlow Z plasty
Teknik dimana bagian palatum di reposisi dan veli
palatine disambung oleh double opposing (menyilang)
secara Z plasty. Operasi plastik caraini adalah teknik
yang paling sering digunakan; garis jahitan yang diatur
berguna untuk memperkecil takik bibir akibat retraksi
jaringan parut.
22
Gambar 11. Skema palatoplasti Z plasty. (A) Garis ganda
adalah garis insisi dan garis putus-putus adalah garis
lipat. (B) Flap kiri terdiri dari otot dan mukosa oral dan
flap kanan hanya terdiri dari mukosa oral. (C) Penutupan
akhir Z plasty
23
iliaka. Tindakan operasi terakhir yang mungkin diperlukan
dikerjakan setelah pertumbuhan tulang – tulang muka mendekati
selesai yaitu pada umur 15–17 tahun.
Garis jahitan yang terpapar pada dasar hidung dan bibir dapat
dibersihkan dengan kapas yang diberi larutan hydrogen peroksida
dan salep antibiotika yang diberikan beberapa kali perhari. Jahitan
dapat diangkat pada hari ke 5-7.Kecurigaan infeksi merupakan
kontraindikasi operasi, jika gizi anak baik, cairan dan elektrolit
seimbang, pemberian makan dapat diijinkan pada hari ke enam
pasca bedah. Selama waktu yang singkat dalam masa pasca bedah,
perawatan khusus sangat diperlukan. Tindakan pengisapan
nasofaring yang dilakukan secara lembut mengurangi kemungkinan
komplikasi yang lazim terjadi, sperti atelektasis dan pneumonia.
24
Pertimbangan primer pada perawatan pasca bedah adalah
rumatan kebersihan garis jahitan dan menghindari ketegangan pada
jahitan, karenanya bayi diberikan makan dengan penetes obat dan
tangan diikat manset siku. Diet cair atau setengah cair
dipertahankan.selama 3 minggu dan pemberian makanan dilakukan
dengan tetesan atau sendok. Tangan penderita dan mainan juga
benda – benda asing harus dijauhkan dari palatum. Setelah operasi
labioplasti, pasien harus dievaluasi secara periodik terutama status
kebersihan mulut dan gigi, pendengaran dan kemampuan berbicara,
dan juga keadaan psikososial.
25
3. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita
infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-
otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.10
4. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki
abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole.
Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat
bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi
palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/
rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya
normal.
Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian karena
palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak sehingga
selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai
kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch",
dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.5
3.9 Prognosis
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28