Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

DI RUANG PICU NICU RSUD RA KARTINI JEPARA

Disusun Oleh :

Nama : Nuryana Rohmah

NIM : 62019040049

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2020
1
A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
kurang da ri 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR
memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang
berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009).
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk 2010).
Klasifikasi BBLR
a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1. Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa
kehamilan.
2. Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga jenis.
a) Simetris (intrauterus for gestational age) : Gangguan nutrisi pada awal kehamilan
dan dalam jangka waktu yang lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation) : Terjadi defisit pada fase akhir
kehamilan.
c) Dismaturitas : Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan
bayi kecil untuk masa kehamilan.

b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :


1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya
kurang dari 1000 gram.

2
3. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya
kurang dari 1500 gram.
4. Bayi berat badan lahir moderat (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya 1501
sampai 2500 gram.
5. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat badannya antara
persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
6. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya merupakan bayi yang
laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya kurang dari
persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
7. Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang pertumbuhan
intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah pengganti yang lebih
deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
8. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan lahirnya diatas
persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
1. Faktor ibu
a. Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

3
b. Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
a. Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Faktor janin, Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal didataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

4
D. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan
zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan premature juga lebih besar (Nelson, 2010).

5
E. PATHWAY

6
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% )
mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
1. pH : 7,35-7,45
2. TCO2 : 23-27 mmol/L
3. PCO2 : 35-45 mmHg
4. PO2 : 80-100 mmHg
5. Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1. bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2. bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter) : Trombositopenia mungkin
menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan beberapa
metode Developemntal care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan dan
perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk mengatasi usaha
bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi
kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih

7
baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan
telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring miring fleksi.
Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai, karena
tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi
vital sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah postur. Posisi
telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan abduksi pelvis lebar
(posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan
peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga
pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wilson, 2013).
a. Minimal handling
1. Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi, hal ini
bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi. Bayi
dengan penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian kehangatan
eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa otot yang lebih
kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan panas,
kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada
kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan
dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinya
efek stres dingin.
3. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan
perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti
merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan jumlah
personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.

8
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm,
karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan
dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya
lebih luas dan kapasitas osmotik dieresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang
belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap
kehilangan cairan.
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme
ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan
metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus
dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan fisiologis.
Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu
lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32
sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai
37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara medis)
dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia, dehidrasi,
derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan
metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan
terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi
terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai
asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat.

9
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka
dalam menerima makanan.
b. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1. Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru Perawatan metode kanguru (PMK)
merupakan salah satu alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk
merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak
kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam
hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya
karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR tetap
normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat
memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak antara kulit
ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai untuk
bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan
perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu
lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2013).
2. Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia, 2013).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi menempel pada kulit
ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher sampai punggung
bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos dalam (laki-
laki) selama PMK.
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya, agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika bayi berada
pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit dada ibu dan
bayi seluasluasnya.

10
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu memakai baju
yang longgar dan berkancing depan.
h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat, memakai popok
dan memakai kaus kaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah nenek, dll), dapat
juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi dalam posisi
kanguru.
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu mengunjungi
bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator dengan durasi minimal
satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau disebut PMK intermiten.
Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat
gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode kanguru disebut
PMK kontinu.
c. Perawatan pada incubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang optimal,
sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat mempertahankan suhu tubuh.
Pada umumnya terdapat dua macam inkubator yaitu incubator tertutup dan inkubator
terbuka (Hidayat, 2010).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan tertentu
seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat
dan oksigen harus selalu disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan
observasi.
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang
g) hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat celcius.

11
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan
pada bayi.
b) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan
kehangatan.
c) Membungkus dengan selimut hangat.
d) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.
e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
f) Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan.

H. PENGKAJIAN
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan timbangan
elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat, kemudian bernafas,
dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak responsive, dan
apnea.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR :
1. Tidak efektifnya pola pernafasan.
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat.
b. Batasan karateristik:
Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik, bradipneu,
penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,p enurunan ventilasi
semenit, penurunan kapasitas vital, dispneu, peningkatan diameter anterior-posterior,
napas cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip,
takipneu dan penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas.

12
2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.
a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
b. Batasan karakteristik:
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran normal, kulit
memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi napas, menggigil, pucat, piloereksi,
penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal, teraba hangat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
b. Batasan karakteristik:
Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan, berat badan 20% atau lebih di
bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif
suara usus, kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak mampu
menelan makanan.
4. Resiko infeksi.
a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.
b. Faktor resiko:
Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan,
ruptur membran amnion, malnutrisi, peningkatan paparan lingkungan pathogen,
ketidakadekuatan sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh
primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan tubuh
skunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).

13
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx. Keperawatan NOC NIC
1. Tidak efektifnya pola Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat pernapasan,
pernafasan. keperawatan selama 3x24 jam, kedalaman, dan
diharapkan pasien mampu : kemudahan bernafas.
1. Status Pernapasan: Rasional: Membantu
Kepatenan jalan napas. dalam membedakan
2. Status Pernapasan: periode perputaran
Ventilasi. pernapasan normal dari
3. Status tanda-tanda vital. serangan apnetik sejati,
Dengan kriteria hasil : terutama sering terjadi
1. Menunjukkan pola pada gestasi minggu ke-30
pernapasan yang 2. Perhatikan pola nafas
mendukung hasil gas klien.
darah dalam parameter Rasional: mengetahui jika
atau kisaran normal. terdapat tanda-tanda yang
2. Pasien melaporkan menyebabkan dispneu.
bernafas dengan nyaman. 3. Tentukan apakah klien
3. Mendemonstrasikan dispneu fisiologis atau
kemampuan untuk psikologis.
melakukan pernapasan Rasional: Studi
dengan pursed lip menemukan bahwa ketika
(mengerutkan bibir) dan penyebabnya adalah
pernapasan dapat fisiologis memiliki tanda
terkontrol. gejala kecemasan dan
4. Mengidentifikasi dan kesemutan pada
menghindari faktor-faktor extremitas, sedangkan bila
spesifik yang dapat dipsneu itu psikologisl
memperburuk pola nafas. tanda gejalanya mengi
terkait, batuk, dahak, dan
palpitasi.

14
4. Berikan terapi oksigenasi
(Atur peralatan oksigenasi,
monitor aliran oksigen,
pertahankan posisi pasien).
Rasional: Perbaikan kadar
oksigen dan
karbondioksida dapat
meningkatkan funsi
pernapasan.
5. Monitor Tekanan darah,
nadi, suhu, dan
Respiration rate
(pernafasan).
Rasional: memantau vital
sign klien.
2. Termoregulasi tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam,
tidak efektif. keperawatan selama 3x24 jam, gunakan termometer
diharapkan pasien mampu: elektronik di ketiak pada
Termoregulasi menjadi efektif bayi di bawah usia 4
sesuai dengan perkembangan. minggu.
Dengan kriteria hasil: Rasional: memantau
1. Dapat mempertahankan apakah adanya peningkatan
suhu tubuh dalam kisaran atau penurunan suhu tubuh.
normal. 2. Catat apakah ada tanda-
2. Menjelaskan langkah- tanda hipertermi dan
langkah yang diperlukan hipotermi.
untuk mempertahankan Rasional: Hipertermi
suhu tubuh agar dalam dengan peningkatan laju
batas normal. metabolism kebutuhan
3. Menjelaskan gejala oksigen dan glukosa serta
hipotermia atau kehilangan air dapat terjadi

15
hipertermia. bila suhu lingkungan terlalu
tinggi.
3. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi.
Rasional: untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.
4. Lakukan tepid sponge.
Rasional: dapat
menurunkan suhu tubuh
bayi.
3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Perhatikan gejala
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan gizi
tubuh. diharapkan pasien mampu: termasuk perawakan
1. Intake nutrien normal. pendek, lengan kurus
2. Intake makanan dan cairan dan kaki.
normal. Rasional: sebagai
3. Berat badan normal. langkah awal
4. Massa tubuh normal. pengkajian untuk
5. Pengukuran biokimia melaksanakan
normal. intervensi selanjutnya.
Dengan kriteria hasil: 2. Perhatikan adanya
1. Berat badan bertambah. penurunan berat badan.
2. Berat badan dalam kisaran Rasional:
normal untuk tinggi dan Mengidentifikasikan
usia. adanya resiko derajat
3. Mengenali faktor yang dan resiko terhadap
berkontribusi terhadap berat pola pertumbuhan. Bayi
badan dibawah normal. SGA (Baby small for
4. Mengidentifikasi kebutuhan gestational age) dengan
gizi. kelebihan cairan
5. Bebas dari kekurangan gizi. ekstrasel yang

16
kemungkinan
kehilangan 15% BB
lahir. Bayi SGA (Baby
small for gestational
age) mungkin telah
mengalami penurunan
berat badan dalam
uterus atau mengalami
penurunan simpanan
lemak atau glikogen.
3. Kaji kulit apakah
kering, monitor turgor
kulit dan perubahan
pigmentasi.
Rasional : untuk
mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan yang
terpilih. (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi).
Rasional: membantu
dalam rencana diet
untuk memenuhi
kebutuhan individual
5. Monitor kalori dan
intake nutrisi.
Rasional: mengawasi
masukan nutrisi dan
kalori dalam tubuh.

17
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya fluktuasi suhu
keperawatan selama 3x24 jam tubuh, letargi, apnea, malas
diharapkan pasien mampu: minum, gelisah dan ikterus.
Terhindar dari resiko infeksi. Rasional: suhu tubuh
Dengan kriteria hasil: meningkat dan nadi cepat
1. Pengetahuan: Kontrol merupakan awal terjadinya
infeksi infeksi.
Indikador: 2. Kaji riwayat ibu, kondisi
a) Menerangkan cara-cara bayi selama kehamilan, dan
penyebaran. epidemi infeksi diruang
b) Menerangkan faktor- perawatan.
faktor yang Rasional: mengetahui
berkontribusi dengan adanya riwayat infeksi
penyebaran. selama kehamilan.
c) Menjelaskan tanda- 3. Ambil sampel darah.
tanda dan gejala. Rasional: untuk sampel
d) Menjelaskan aktivitas pada pemeriksaan
yang dapat laboratorium seperti
meningkatkan resistensi eritrosit, leukosit,
terhadap infeksi. diferensiasi, dan
2. Status Nutrisi. immunoglobulin.
Indikator: 4. Upayakan pencegahan
a) Asupan nutrisi infeksi dari lingkungan.
b) Asupan makanan dan Misalnya : cuci tangan
cairan sebelum dan sesudah
c) Energi memegang bayi.
d) Masa tubuh Rasional: untuk mencegah
e) Berat badan berpindahnya
3. Penyembuhan luka: Primer mikroorganisme dari jari
a) Kulit utuh tangan ke tubuh bayi.
b) Berkurangnya drainase

18
purulen
c) Eritema disekitar kulit
berkurang
d) Edema disekitar kulit
berkurang
e) Suhu kulit tidak
meningkat
f) Luka tidak berbau

19
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A. dan Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nelson. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta, EGC.
Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Sumithra Muthayya, (2009). Maternal nutrition & low birth weight – what is really important?.
Indian J Med Res 130, November 2009, pp 600-608.
Wong, Donna L. Hockenberry, M. Wilson, D. Weinkelstein, Marilyn L. and Schwartz, P. (2013).
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai