Perubahan alih fungsi lahan saat ini marak terjadi di banyak
wilayah di Indonesia. Alih fungsi lahan merupakan perubahan fungsi suatu kawasan lahan dari fungsi semula yang direncakan menjadi fungsi lain. Alih fungsi lahan yang paling dominan adalah alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh Indonesia dan memiliki potensi besar sebagai penggerak perekonomian nasional. Beralihnya fungsi lahan pertanian salah satunya terjadi di Jawa Barat. Jawa Barat dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Indonesia, dengan produksi beras yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat konsumsinya. Beberapa daerah di Jawa Barat sebagai wilayah dengan produksi pertanian padi terbesar diantaranya, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon dan Majalengka. Meskipun demikian, saat ini banyak wilayah di Jawa Barat yang beralih fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian. Walaupun telah memiliki Undang- undang yang mengatur tentang larangan alih fungsi lahan pertanian, beberapa kota/ kabupaten kurang menindaklanjuti adanya kegiatan alih fungsi lahan tersebut. Terjadinya alih fungsi lahan menjadi non pertanian, otomatis membuat lahan pertanian semakin berkurang. Alih fungsi lahan di Jawa Barat saat ini terus terjadi. Mayoritas alih fungsi lahan pertanian berubah menjadi permukiman atau kegiatan industri. Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, pada tahun 2019 terdapat 573.842 hektare lahan pertanian dan rata-rata setiap tahun di Jawa Barat berkurang 10 persen dari total luas lahan pertanian yang ada tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan adalah pertumbuhan sektor ekonomi, jumlah penduduk dan lokasi lahan- Vini Aditya Sari S-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
lahan yang dekat dengan pusat kegiatan. Selain itu, implementasi
perundang-undangan yang masih lemah menjadi salah satu faktor banyaknya alih fungsi lahan. Berkembangkan perekonomian berpengaruh pada meningkatnya jumlah penduduk, oleh karena itu kebutuhan lahan dalam bidang non pertanian juga ikut meningkat. Hal tersebut menjadi salah satu faktor berkurangnya lahan pertanian di Jawa Barat. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang menjadi pendorong terjadinya alih fungsi lahan, khususnya pertanian yaitu, yang pertama dengan pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan pesatnya kebutuhan akan permukiman. Saat pertumbuhan penduduk semakin meningkat, kebutuhan tempat tinggal pun ikut meningkat. Namun, saat lahan untuk permukiman sudah tidak memadai, maka alih fungsi lahan menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal. Kepadatan penduduk di perkotaan, akan mendorong penduduk untuk mencari tempat lain untuk membangun permukiman, hal tersebut mendorong penduduk untuk membangun permukiman di luar daerah perkotaan (pedesaan). Kedua, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan para pekerja di sektor pertanian, membuat mereka beralih dari kegiatan pertanian ke sektor usaha lain dengan harapan dapat meningkatkan perekonomiannya, misalnya dengan pendirian tempat/ kegiatan industri. Kegiatan alih fungsi lahan, berkaitan erat dengan tata ruang wilayah setempat, sehingga tata ruang memiliki peran penting dalam pencegahan tingginya alih fungsi lahan. Saat ini implementasi peraturan dan ketentuan mengenai alih fungsi lahan masih dalam kategori rendah, sehingga banyak bentuk pelanggaran yang sering terjadi. Kegiatan alih fungsi lahan banyak Vini Aditya Sari S-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
terjadi pada lahan pertanian menjadi fungsi non pertanian.
Berubahnya fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian mengakibatkan hilangnya lahan produktif penghasil beras/ penurunan produksi beras yang berakibat pada ketahanan pangan, pendapatan para usaha tani bahkan hilangnya mata pencaharian bagi para petani. Perkembangan penduduk semakin meningkat, namun produksi pangan yang menurun akan mengakibatkan ketimpangan dan kebutuhan akan pangan tidak terpenuhi. Alih fungsi lahan pertanian menjadi peruntukkan lain banyak terjadi di daerah yang berubah fungsi menjadi Kawasan Industri, seperti Karawang, Bekasi dan Cikarang. Banyaknya kawasan industri yang berdiri di daerah-daerah tersebut membuat lahan pertanian semakin berkurang dan tentunya mempengaruhi produksi padi di wilayah tersebut. Fenomena alih fungsi lahan juga berdampak pada kerusakan lingkungan. Berkurangnya daerah resapan air di kawasan lahan yang mengalamin alih fungsi lahan secara tidak langsung memicu terjadinya bencana, seperti banjir dan longsor, terutama saat puncak musim penghujan. Bandung sebagai Ibukota Jawa Barat, pada tahun 2019 mengalami dampak berupa banjir bandang di beberapa daerah yang disinyalir terjadi karena alih fungsi lahan dari kawasan resapan air menjadi kawasan non resapan di wilayah Cilengkrang, yang merupakan bagian dari Kawasan Bandung Utara yang merupakan kawasan resapan air. Maraknya pembangunan di wilayah KBU membuat daerah resapan air semakin berkurang. Selain itu, banjir yang disertai oleh lumpur tersebut menjadi sebuah tanda bahwa adanya longsoran tanah akibat dari vegetasi yang sudah beralih fungsi. Fenomena aih fungsi lahan di Jawa Barat memang tidak bisa dihindari. Pasalnya, Jawa Barat sendiri merupakan lokasi yang dekat dengan ibu kota sehingga mengakibatkan tingginya investasi Vini Aditya Sari S-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
di kawasan tersebut. Hal tersebut menjadi konsekuensi karena
tumbuhnya kebutuhan untuk permukiman dan kawasan industri. Selain itu, dengan adanya pembukaan kemudahan akses menuju ibu kota dengan dibangunnya berbagai infrastruktur, maka hal tersebut juga akan menumbuhkan kawasan perekonomian dan permukiman baru, sehingga membutuhkan banyak lahan yang di alih fungsikan. Dampak dari alih fungsi lahan, baik yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan kerusakan lingkungan, sebaiknya bisa dicegah dengan pengimplementasian peraturan tata ruang dengan lebih bijak serta memperketat perizinan dalam hal pemanfaatan lahan dan kegiatan alih fungsi lahan.