Makalah HTR Dan Ppi
Makalah HTR Dan Ppi
Disusun Oleh :
DIII KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat,
petunjuk, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
“Hormon Replacment Therapy, Pencegahan Infeksi dalam KB Kespro dan Pencegahan
Infeksi Silang dari Klien, Petugas Kesehatan dan Masyarakat”.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai
pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mina Yumei Santi, S.SiT,
M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Semoga
amal baik dari semua pihak mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin.
Makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran
yang sifatnya membangun, sangat diharapkan. Selain itu, diharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul................................................................................................................................ 1
BAB I Pendahuluan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 12
B. Saran ..................................................................................................................................... 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
fungsinya serta proses-prosesnya (Harahap, 2003). Pada era globalisasi dan modernisasi
ini telah terjadi perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi
perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk
selalu menjaga kebersihan fisik dan organ atau alat tubuh. Salah satu organ tubuh yang
penting serta sensitif dan memerlukan perawatan khusus adalah alat reproduksi.
Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan factor penentu dalam memelihara
kesehatan reproduksi. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan
menyebabkan infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit (Harahap, 2003).
Menopause merupakan suatu kondisi dimana seorang wanita tidak lagi mendapatkan haid yang
disebabkan oleh menurunnya kadar estrogen. Ini adalah fase transisi besar bagi sebagian wanita yang
menyangkut gejala fisik dan psikologis.Usia rata-rata menopause wanita adalah 51 tahun
saat ini diperkirakan bahwa wanita akan melalui 1/3 akhir masa hidupnya pada saat atau
pasca menopause.
Menurut Suherman (2007), menopause menyebabkan gejala seperti rasa panas
dimuka (gejala vasomotor, hot flushes), insomnia dan gelisah, serta berkeringat malam hari
(Connor & Stuenkel, 2001). Biasanya gejala ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penggunaan Hormone Replacement Therapy (HRT) dapat mencegah gejala tersebut,
namun bila digunakan jangka waktu panjang berisiko terjadinya proliferasi endometrium
berlebihan dan mungkin kanker endometrium. Biasanya dapat dicegah dengan kombinasi
progesteron atau progestin. Akan tetapi penggunaan kombinasi tersebut juga berisiko
kanker payudara apabila digunakan jangka waktu panjang (Suherman, 2007).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Hormon Replacement Therapy?
2. Bagaimana pencegahan infeksi dalam KB Kespro?
3. Bagaimana pencegahan infeksi silang dalam KB Kespro?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hormon Replacement Therapy.
2. Mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi dalam KB Kespro.
3. Mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi silang pada petugas kesehatan,
klien dan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
Penggunaan sulih hormon di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda
dengan negara barat, keluhan yang lebih sedikit dan penerimaan masyarakat
terhadap menopause, faktor pendidikan, sosial, ekonomi mempengaruhi jumlah
pemakaian sulih hormon di Indonesia khususnya dan negara Asia umumnya.
6. Cara Pemberian
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron.
Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita
yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan
progesteron untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi.
Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus.
b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.
1) Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan
progesteron diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-
14 hari) setiap siklus dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia
endometrium. Lebih sesuai diberikan pada perempuan pada usia pra
atau perimenopause yang masih menginginkan siklus haid.
2) Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa
terputus. Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan
pertama dapat saja terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat
diberikan pada perempuan pascamenopause.
7. Bentuk Sediaan
Sediaan sulih hormon yang terdapat di Indonesia adalah:
a. Estrogen, dalam bentuk 17β estradiol, estrogen ekuin konjugasi (CEE),
estropipat, estradiol valerat dan estriol.
b. Progestogen, seperti medroksi progesteron asetat (MPA), didrogesteron,
noretisteron, linesterenol.
c. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen sekuensial seperti 2 mg
estradiol valerat + 10 mg MPA, 2 mg estradiol valerat + 1 mg siproteron
asetat, 1-2 mg 17β estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
d. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen kontinyu seperti 2 mg 17β
estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
e. Sediaan yang bersifat estrogen, progesteron dan androgen sekaligus, yaitu
tibolon
f. Sediaan plester maupun krim yang berisi estrogen berupa 17β estradiol.
g. Sediaan estrogen dalam bentuk krim vagina yang berisi estriol.
8. Lama Penggunaan
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-
angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.
Benda-benda tajam
Jangan memasang kembali tutup jarum suntik yang telah digunakan.
Jangan melepas jarum dari alat suntik/semprit sekali pakai (disposable).
Jangan membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan
tangan.
Letakkn benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam wadah anti
tusukan.
Resusitasi Pasien
Unakan pelindung mulut, kantung resusitasi, atau alat pernapasan
3. Pembuangan Limbah
lainnya untuk menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke mulut.
Penempatan
Tujuan pembuangan
pasien Limbah dengan cara yang aman adalah:
a. Untuk
Tempatkan
mencegahpasien yang dapat
penularan infeksimengkontaminasi lingkungan
kepada petugas yang maupun
menangani limbah.
yang tidak terjamin kebersihanya pada ruang khusus atau terpisah.
b. Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyarakat disekitar, dan
c. Untuk melindungi petugas yang menangani limbah dari luka tusuk.
Limbah medis dapat berupa limbah terkontaminasi maupun tidak
terkontaminasi. Limbah yang tak terkontaminasi (seperti kertas dari kantor) tidak
menimbulkan risiko infeksi dapat dibuang ke tempat sampah umum. Limbah
terkontaminasi (darah atau alat/bahan terkontaminasi darah) memerlukann
penanganan yang benar untuk mengurangi penularan infeksi kepada petugas klinik
maupun kepada masyarakat setempat.
Cara – cara penanganan limbah limbah yang benar:
a. Menggunakan sarung tangan rumah tangga (utility gloves)
b. Memindahkan limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan dalam wadah
tertutup
c. Membuang alat/benda tajam ke dalam wadah tahan tusuk.
d. Menuangkan limbah cair secara hati – hati ke dalam saluran pembuangan.
e. Membakar atau mengubur limbah padat yang terkontaminasi.
f. Mencuci tangan, sarung tangan, dan wadah yang telah digunakan untuk
membuang limbah yang dapat terinfeksi.
1) PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan,tenaga
kesehatan dan pengunjung puskesmas dihadapkan pada resiko
terjdinya infeksi,baik karena perawatan atau datang berkunjung ke
puskesmas,sehingga fasilitas pelayanan kesehatan harus
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi,meliputi:
a) Kebersihan tangan,meliputi:
i. Kuku harus selalu terpotong pendek,tidak memakai
perhiasan dan tidak boleh memakai kuku palsu saat
merawat pasien.
ii. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau
dengan alcohol handrub.
iii. Alat Pelindung Diri ( APD ) terdiri dari: Sarung
tangan,Masker,Kaca mata pelindung,Pelindung
wajah,Pelindung gaun (Apron),Sepatu tertutup.
b) Penggunaan APD meliputi:
i. Gunakan APD sesuai ukuran dan jenis tindakan.
ii. Gunakan APD yang sesuai,bila ada kemungkinan
terkontaminasi darah,cairan tubuh,sekresi,ekskresi dan
bahan terkontaminasi,mucus membrane dan kulit yang
tidak utuh,kulit utuh yang potensial terkontaminasi.
iii. Pakai sarung tangan sekali pakai,saat merawat pasien
langsung.
iv. Lepaskan sarung tangan segera setelah
selesai,sebelum menyentuh benda dan permukaan yang
tidak terkontaminasi,sebelum beralih kepasien yang lain.
v. Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk
pasien yang berbeda.
vi. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area
tubuh terkontaminasi kearea bersih.
vii. Pakailah kaca mata goggle untuk melindungi
konjungtiva,mucus membrane mata,hidung,mulut
selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang beresiko terjadi cipratan/semprotan dari
darah,cairan tubuh,sekresi dan eksresi.
viii. Secara umum dapat digunakan masker bedah untuk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet
saat kontak erat (<3 m) dari pasien saat
batuk/bersin.Pakailan selama tindakan yang
menimbulkan aerosol walaupun paisen tidak di duga
infeksi.
ix. Kenakan Gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi
kulit,mencegah baju kotor,kulit terkontaminasi selam
prosedur/merawat pasien yang memungkinkan
terjadinya percikan cairan tubuh pasien.
x. Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari
ciprtatan/semprotan dari darah,cairan tubuh,sekresi dan
ekskresi.
c) Peralatan Perawatan pasien,meliputi:
i. Membuat Standar Prosedur Operasional untuk
menampung,transportasi,pengelolaan peralatan yang
mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
ii. Lepaskan bahan organic dari peralatan dengan bahan
pembersih yang sesuai sebelum di Desinfeksi Tingkat
tinggi (DTT) atau disterilkan.
iii. Tangani peralatan pasien yang terkena darah,cairan
tubuh,sekresi,eksresi dengan benar sehingga kulit dan
mucus membrane terlindungi,cegah baju
terkontaminasi,cegah transfalam bekerjaedr mikroba ke
pasien lain dan lingkungan.
iv. Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien
infeksius telah dibersihkan dan tidak dipakai untuk
pasien lain.Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan
dimusnakan dengan cara yang benar dan peralatan
pakai ulang diproses dengan benar.
v. Peralatan yang terkontaminasi didisinfeksi setelah
dipakai dan selanjutnya di DTT atau sterilisasi sesuai
kebutuhan.
vi. Permukaan peralatan yang besar ( x ray ),dilap dengan
cairan disinfektan,setelah keluar dari ruangan isolasi
meskipun tidak tampak kotor.
vii. Bersihkan dan desinfeksi yang benar peralatan terapi
pernapasan terutama setelah dipakai pasien infeksi
saluran napas,bila perlu memakai sungkup disposable.
viii. Alat makan dicuci dengan detergen tiap setelah
makan,benda disposable dibuang ketempat sampah.
d) Pengendalian Lingkungan,meliputi:
i. Fasilitas kesehatan harus membuat dan melaksanakan
prosedur rutin untuk pembersihan,desinfeksi permukaan
lingkungan,tempat tidur,peralatan disamping tempat
tidur dan pinggirannya,permukaan yang sering tersentuh
dan pastikan kegiatan ini dimonitor (diawasi secara rutin
dan berkala).
ii. Pembersihan harus mengawali desinfeksi,benda dan
permukaan tidak dapat didesinfeksi sebelum dibersihkan
dari bahan organic (ekskresi,sekresi pasien,kotoran).
iii. Pembersihan ditujukan untuk mencegah
aerosolisasi,sehingga menurunkan pencemaran
lingkungan.
iv. Fasilitas kesehatan harus mempunyai desinfektan
standar untuk menghilangkan patogen secara
signifikan,pada permukaan terkontaminasi,sehingga
memutuskan rantai penularan penyakit.
v. Pembersihan permukaan horizontal sekitar pasien harus
dilakukan secara setiap hari dan lebih teliti setiap
pasien pulang.
vi. Untuk mencegah aerosolisasi pathogen infeksi infeksi
saluran nafas,hindari sapu,tapi gunakan kain basah.
vii. Ganti cairan pembersih,lap kain,kepala mop setelah
dipakai.
viii. Peralatan pembersih harus dibersihkan,dikeringkan
setiap kali setelah pakai.Mop dicuci,dikeringkan tiap hari
sebelum disimpan dan dipakai kembali.
ix. Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area
pasien dari benda-benda/peralatan yang tidak perlu.
x. Jangan lakukan foggingdengan disinfektan,tidak terbukti
mengendalikan infeksi dan bias berbahaya.Pembersihan
dapat dibantu dengan vacuum cleaner (pakai
filter,HEPA)
e) Penatalaksanan Linen,meliputi;
i. Penanganan,transportasi dan proses linen yang terkena
darah,cairan tubuh,sekresi,ekskresi harus dilakukan
dengan prosedur yang benar untuk mencegah
kulit,mukus membran terekspos dan terkontaminasi
linen,atau terjadi transfer mikroba kepasien lain,petugas
dan lingkungan.
ii. Cuci dan keringkan linen sesuai SOP.
iii. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi.
iv. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD
yang sesuai.
f) Kesehatan Karyawan :
i. Setiap petugas harus waspada dalam bekerja,untuk
mencegah terjadinya luka/cedera saat melakukan
tindakan menggunakan jarum,scalpel dan alat tajam
lain,setelah melakukan prosedur,saat membersihkan
instrument dan saat membuang jarum.
ii. Jangan tutup jarum yang telah dipakai,memanipulasi
jarum dengan tangan,menekuk
jarum,mematahkan,melepas jarum dari spuit.Buang
jarum,spuit,pisau scalpel,dan peralatan tajam habis
pakai kedalam wadah tahan tusukan/safety box sebelum
dibuang ke incinerator.
iii. Pakai mouthpiece,resusitasi bag atau peralatan ventilasi
lain pengganti metode resusitasi mulut ke mulut.
iv. Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian
tubuh,selain akan menyuntik.