Disusun Oleh :
Tiara Ayu Pratiwi 1620221229
Pembimbing :
dr. Lucky S. Widyakusuma, Sp.OG (K)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I.2 Anamnesis
a) Keluhan Utama:
Pasien merasa mulas-mulas sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit
b) Keluhan Tambahan:
Terdapat flek-flek
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUP Persahabatan dengan keluhan mulas-
mulas sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga
mengatakan terdapat flek-flek sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
Pasien hamil 9 bulan, HPHT 3 April 2018, Taksiran persalinan 10 Februari
2019 sesuai dengan usia kehamilan 40 minggu. Pasien rutin ANC di
Puskesmas Pulogadung. Pasien sudah pernah USG 2 kali yaitu pada tanggal
11 November 2018 pada kehamilan 26+4 minggu yang kedua pasien lupa
tanggal berapa dan dikatakan baik. Pasien mengaku tidak keputihan, Keluar
air-air tidak ada, lender tidak ada, gerak janin aktif.
Selama kehamilan tidak ada tekanan darah tinggi. Nyeri kepala,
pendangan mata kabur disangkal. Nyeri ulu hati disangkal. Mual muntah
dan demam disangkal
3
d) Riwayat Kehamilan Saat ini
HPHT = 3 April 2018
Usia Kehamilan = 40 minggu
Taksiran persalinan: 10 Februari 2019
e) Riwayat Menstruasi
Menarche umur 12 tahun, siklus 28 hari, durasi 5 hari, 2-3 kali ganti
pembalut, nyeri saat haid tidak ada.
f) Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali pada tahun 1999
g) Riwayat Obstetri G4P3A0
1. 2000, perempuan, 2100 gram, spontan di bidan
2. 2001, permpuan, 2100 gram, spontan di bidan
3. 2003 perempuan, 2300 gram, spontan dibidan
4. Hamil ini
h) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi sebelum hamil. Diabetes,
Penyakit jantung , gangguan pembekuan darah, asma disangkal.
i) Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi Diabetes, Penyakit jantung , gangguan pembekuan darah, asma
disangkal.
j) Riwayat Sosial Ekonomi
Suami bekerja sebagai buruh , Istri Ibu rumah tangga. Pasien menggunakan
BPJS,
k) Riwayat KB
Pernah menggunakan KB pil dan suntik 2 tahun yang lalu
K) Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
4
o Nadi : 90x/menit
o RR : 18x/menit
o Suhu : 36,7ºC
o BB : 58 kg
o TB = 155 cm
o BMI = 24.14
Status Generalis
o Kepala : tidak ada kelainan
o Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
o Hidung : secret (-), deviasi septum (-)
o Telinga : sekret -/-, serumen -/-, membra timpani intak +/+
o Mulut : bibir sianosis (-), uvula di tengah, faring hiperemis (-),
tonsil T1-T1
o Leher : Pembesaran KGB (-)
o Thorax : gerakan dinding dada simetris
Paru : Vesikular (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
Jantung: BJ 1 BJ 2 Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
o Abdomen: Membuncit ~ dari usia kehamilan
o Extremitas Superior et Inferior: Akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-
Status Obstetri
Abdomen
o Inspeksi : Perut tampak buncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+),
luka bekas SC (-)
o Palpasi :
Leopold I : TFU 30 cm, teraba satu bagian besar, lunak, tidak
melenting (bokong)
Leopold II : teraba struktur rata kiri dan keras di kanan
Leopold III : Teraba satu bagian besar, bulat, keras, melenting
(kepala )
Leopold IV : Bagian terendah janin sudahmasuk hodge II-IV
o Auskultasi : DJJ (+) 140 x/menit
o His: 2-3 kali kontraksi dalam 10 menit, lamanya 30 detik
5
o Perlimaan: penurunan kepala 2/5
o Pemeriksaan genitalia
o Inspeksi : Vulva :dan Uretra tenang
o Inspekulo : Tidak dilakukan
o Vaginal Touche :Pembukaan 4, Hodge II-III, ketuban positif, UUK
anterior
I.4 Pemeriksaan Penunjang
o Usg tidak dibawa pasien
I.5 Resume
Ny. HS, 35 tahun,G4P3A0 hamil 40 minggu datang karena mulas-mulas
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.keluar air ketuban disangkal, flek-flek
diakui sedikit. Gerakan janin aktif. Nyeri kepala disangkal. Pandangan mata kabur
disangkal. Nyeri ulu hati disangkal. Mual dan muntah disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
90x/menit, RR 18x/menit, Suhu 36,7ºC. Status generalis dalam batas normal.
Status obstetric didapatkan tinggi fundus uteri 30 cm, tampak abdomen
membuncit sesuai dari usia kehamilan. His 2-3 kali kontraksi dalam 10 menit,
lamanya 20 detik
Pada saat melakukan inspeksi pada genital vulva dan uretra tenang, pada
pemeriksaan inspekulo tidak dilakukan.
6
I.6 Diagnosis
Persalinan Kala I aktif pada G4P3A0 hamil 40 minggu, Janin presentasi
kepala tunggal hidup
I.7 Penatalaksanaan
• Observasi kemajuan Persalinan pervaginam
7
Follow up Pasien
03.00 S : kontraksi(+), gerak janin aktif,
O : TD : 120/80, FN : 96, RR : 18, S: 36,7
Stat. generalis : dbn
Stat. obst : His 4x/10’/40”, DJJ : 140 dpm
I : v/u tenang
vt : Ø 8, ketuban (-), kepala H III
A : PK I aktif pada G4P3 hamil 40 minggu, Janin presentasi
kepala tunggal hidup
05.00 S : ibu ingin meneran, gerak janin aktif lendir darah(+)
O : TD : 120/80, FN : 96, RR : 18, S: 36,7
Stat. generalis : dbn
Stat. obst : His 4-5x/10’/45”, DJJ : 140 dpm
I : v/u tenang
vt : Ø lengkap, ketuban (-), kepala H III-IV
A : PK I aktif pada G4P3 hamil 40 minggu, Janin presentasi
kepala tunggal hidup
P: Asuhan PK II pimpin ibu meneran
05.10 - Lahir spontan bayi perempuan, 3100 gr, PB 47 cm, AS 8/9
-bayi dikeringkan dan diselimuti.
- Tali pusat dijepit dan dipotong.
- Ibu disuntik oksitosin 10 IU i.m
8
Lahir bayi perempuan
BB 3100gr, PB 47cm,
AS 8/9
9
1
10
I.8 Pemeriksaan Penunjang
A. Darah Perifer Lengkap
Hb 12.3 12,0-14,0 g/dL
Ht 37.2 37,0-43,0 %
Eritrosit 4.02 4,00-5,00 juta/uL
Leukosit 9.70 5000-10000 /uL
Trombosit 319000 150.000-400.000 /uL
MCV 90.5 82-92 fL
MCH 32.8 27-31 g/dL
MCHC 36.3 32-36 g/dL
HITUNG JENIS
Basofil 0,4 0-1 %
Eosinofil 1.3 1-3 %
Neutrophil 70.1 52,0-76,0 %
Limfosit 22.6 20-40 %
Monosit 5.6 2-8 %
RDW-CV 13.9 11,5-14,5 %
B. Kimia Darah
GDS 68 70-200mg/dl
C. Urinalisa
11
Bakteria Negatif Negatif
PH 7.5 4.6-8.0
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
Ruptur adalah robeknya pada jaringan. Perineum adalah lantai pelvis dan
struktur yang berhubungan yang menempati pintu bawah panggul; bagian ini
dibatasi disebelah anterior oleh simfisis pubis, di sebelah lateral oleh tuber
ischiadikum, dan di sebelah posterior oleh os. coccygeus, dan dibagi kedalam “the
anterior urogenital triangle and the posterior anal triangle”. Ruptur perineum
dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat laserasi yaitu derajat I, derajat II,
derajat III dan derajat IV. Perdarahan post partum sering terjadi pada laserasi
perineum derajat I dan II.5
III.2 Anatomi
A. Segitiga urogenital
Otot-otot di wilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial
(dangkal) dan dalam bergantung pada membran perineal. Bagian
bulbospongiosus, perineal melintang dangkal dan otot ischiocavernosus
terletak dalam bagian terpisah yang superfisial.6 Otot bulbospongiosus
melingkari vagina dan masuk melalui bagian depan corpora cavernosa
clitoridis. Di bagian belakang, sebagian serabutnya mungkin menyatu dengan
otot contralateral superfisial transverse perineal (otot yang melintang
contralateral dipermukaan perineal) juga dengan cincin otot anus (sfingter).
3,4,
B. Segitiga anal
Wilayah ini mencakup otot luar anus dan lubang ischiorektal.3
C. Badan perineal
Bagian perineal merupakan wilayah fibromuskular (berotot serabut) antara
vagina dan kanal anus. Pada sudut segitiganya terdapat ruang rectovaginal
dan dasarnya dibentuk oleh kulit perineal antara bagian belakang fouchette
vulva dan anus. Dalam bagian perineal terdapat lapisan otot fiber
bulbospongiosus, dataran perineal melintang dan otot cincin anus bagian luar.
3,4,
13
Diatas bagian ini terdapat otot dubur membujur dan serat tengah otot pubo
rektalis, karena itu sandaran panggul dan juga sebagian hiatus urogenitalis
antara otot levator ani bergantung pada keseluruhan badan perineal. Bagi ahli
kesehatan ibu dan anak, istilah perineum merujuk sebagian besar pada
wilayah fibromuskular antara vagina dan kanal anus. 3,4,
Gambar 1. Anatomi
III.3 Faktor resiko ruptur perineum7
1) Penggunaan forceps
2) Berat bayi lebih dari 4 kg
3) Primiparitas
4) Kala 2 memanjang lebih dari 1 jam
5) Distosia bahu
14
III.5 Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan.7
a. Tingkat I: robekan yang terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum sedikit
b. Tingkat II: robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai
selaput muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani.
c. Tingkat III: robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai
mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptur perineum totalis di beberapa
kepustakaan yang berbeda disebut sebagai termasuk dalam robekan
derajat III atau IV. Beberapa kepustakaan juga membagi tingkat III
menjadi beberapa bagian seperti
o Tingkat IIIa : robekan < 50 % ketebalan sfingter
o Tingkat IIIb : robekan > 50 % ketebalan sfingter ani
o Tingkat IIIc : robekan hingga sfingter ani interna
d. Tingkat IV : robekan hingga epitel anus
III.6 Episiotomi
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum1
15
Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan1
III.8 Teknik6,7
a) Episiotomi medialis
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina
sampai batas atas otot-otot sfingter ani.
16
c) Episiotomi lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada
jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Teknik ini sekarang tidak dilakukan
lagi karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat
melebar kearah daerah terdapat pembuluh darah pudendal interna,
sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut
yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
17
atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami laserasi
derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika
mengalami laserasi serviks.
11. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril yang baru setelah melakukan rectum.
12. Berikan anestesi lokal.
13. Siapkan jarum dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang
kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama, dan paling sedikit menimbulkan
reaksi jaringan.
14. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan
jepit jarum tersebut.7
18
Penjahitan robekan perineum derajat III dan IV: 4,11,12
1. Penjahitan dapat dilakukan menggunakan anestesi lokal dengan lignokain
dan petidin serta diazepam melalui iv secara perlahan jika semua tepi
robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang sekali.
2. Jahit rektum dengan jahitan putus-putus menggunakan benang 3-0 atau 4-
0 dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa. Tutup lapisan otot
dengan menyatukan lapisan fasia menggunakan jahitan putus-putus.
Oleskan larutan antiseptik ke area yang dijahit dengan sering.
3. Jika sfingter robek, pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis
(sfingter beretraksi jika robek). Selubung fasia di sekitar sfingter kuat dan
tidak robek jika ditarik dengan klem. Jahit sfingter dengan dua atau tiga
jahitan putus-putus menggunakan benang 2-0.
4. Oleskan kembali larutan antiseptik ke area yang dijahit.
5. Periksa anus dengan dari yang memakai sarung tangan untuk memastikan
penjahitan rektum dan sfingter dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti
sarung tangan yang bersih, steril, atau yang didesinfeksi tingkat tinggi.
6. Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit, seperti pada ruptur tingkat I
dan II.
III.11 Komplikasi
Resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika ruptur perineum tidak segera diatasi
yaitu:6,7
a. Perdarahan
19
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan
dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan
yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting.
Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda vital,
mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan
lanjutan dan menilai tonus otot1.
b. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena diperlukan pada
vagina menembus kandung kencing atau rektum. Jika kandung kencing
luka, maka air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat
menekan kandung kencing atau rektum yang lama antara kepala janin dan
panggul, sehingga terjadi iskemia1
c. Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena
adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai
dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah.
Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa
iskiorektalis. Biasanya karena trauma perineum tetapi bisa juga dengan
varikositas vulva yang timbul bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri.
Kesalahan yang menyebabkan diagnosis tidak diketahui dan
memungkinkan banyak darah yang hilang. Dalam waktu singkat, adanya
pembengkakan biru yang tegang pada salah satu sisi introitus di daerah
ruptur perineum.7
d. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genitalia pada
kala nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman
ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan
meningkatnya suhu tubuh melebihi 38 oC, tanpa menghitung pireksia
nifas.1
20
BAB IV
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22