Anda di halaman 1dari 36

RUPTUR PERINEUM DAN EPISIOTOMI

Disusun Oleh :
Tiara Ayu Pratiwi

Pembimbing :
dr. Lucky S. Widyakusuma, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2019
RUPTUR PERINEUM
DEFINISI RUPTUR PERINEUM

• Ruptur prineum :
Robekan obstetrik yang terjadi pada daerah
perineum sebagai akibat ketidakmampuan otot
dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi
lahirnya fetus.
ANATOMI PERINEUM
RUPTUR PERINEUM RUPTUR PERINEUM
SPONTAN DISENGAJA
PENYEBAB RUPTUR PERINEUM

Robekan pada perineum umumnya terjadi


pada persalinan dimana:
• Kepala janin terlalu cepat lahir
• Perineum kaku/banyak jaringan parut
• Persalinan distosia bahu
• Persalinan tidak dipimpin sebagaimana
mestinya
KLASIFIKASI
• Ruptur perineum Spontan
1. Tingkat I :
Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan
atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit
2. Tingkat II:
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai
selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei
transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani2,5
3. Tingkat III:
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai
mengenai otot-otot sfingter ani.
- Tingkat III a : Robekan < 50 % ketebalan sfingter ani
- Tingkat III b :Robekan > 50% ketebalan sfinter ani
- Tingkat III c :Robekan hingga sfingter ani interna
4. Tingkat IV
Robekan hingga epitel anus
• Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)
RUPTUR PERINEUM TK II
RUPTUR PERINEUM TK III
EPISIOTOMI
EPISIOTOMI

• Insisi dari perinium untuk memudahkan persalinan


dan mencegah ruptur perinii totalis

• Episiotomi adalah insisi perinium untuk memperlebar


ruang pada jalan lahir sehingga memudahkan
kelahiran bayi.
TUJUAN EPISIOTOMI

1. Mempercepat persalinan dgn melebarkan jalan


lahir

2. Mengendalikan robekan perineum untuk


memudahkan menjahit

3. Menghidari robekan perineum spontan


INDIKASI

Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun faktor janin. Indikasi
ibu :
 Primigravida umumnya
 Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
 Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada
persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan
anak besar
 Arkus pubis yang sempit

Indikasi janin :
• Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah
terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
• Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
• Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti
pada gawat janin,
TEKNIK EPISIOTOMI

a. Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah
tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.

Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:


1. Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena
merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.
2. Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih
mudah dan penyembuhan lebih memuaskan.

Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet


(laserasi m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
TEKNIK EPISIOTOMI

b. Episiotomi mediolateralis
• Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan
ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.
Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
• Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena
melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya.
• Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar.
Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai
hasilnya harus simetris.
TEKNIK EPISIOTOMI

c. Episiotomi lateralis
• Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9
menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi,
oleh karena banyak menimbulkan komplikasi.
• Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah
pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
PROSEDUR EPISIOTOMI

A. PERSIAPAN ALAT:
• Bak instrument steril
• Sepasang sarung tangan steril
• Gunting episiotomi
• Kasa steril
• Spuit 5 ml
• Lidocain 2%
• Aquadest
• Kapas dalam air DTT
B. PROSEDUR TINDAKAN EPISIOTOMI

1)Lakukan antiseptic dengan cara mengusap perineum

2)Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) diantara


bagian terendah janin dan perineum, kemudian
lakukan anastesi dengan lidocain (Lakukan aspirasi
sebelum disuntikkan)

3)Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja

4)Gunakan gunting steril/DTT yang tajam


5) Masukkan 2 jari ke dalam vagina diantara kepala bayi dan
perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan
sedikit tekanan ke arah luar perineum. Posisikan gunting ke
arah sudut yang akan diepisiotomi

6) Gunting perineum 2-3 cm dengan 1-2 kali gunting yang


mantap pada saat kontraksi. Hindari menggunting sedikit
demi sedikit, karena akan menimbulkan tepi yang tidak
rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu
penyembuhannya lebih lama.
7)Jika bagian terendah bayi belum lahir lakukan tekanan
pada luka episiotomy dengan dilapisi kasa untuk
mengurangi perdarahan.

9)Kendalikan kelahiran bayi untuk mencegah perluasan


episiotomi

10)Setelah kelahiran bayi dan plasenta, periksa apakah


episiotomi, perineum dan vagina mengalami
perluasan/laserasi.
PENATALAKSANAAN
RUPTUR PERINEUM
• Pastikan klasifikasi ruptur Perineum
• Pencahayaan yang cukup dan analgesik yang adekuat
• Identifikasi robekan sfingter ani
• Pemilihan materi benang
• Pengelolaan pasca reparasi
PENJAHITAN RUPTUR PERINEUM

• 1. Tingkat l : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya


dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur (continwows suture)
atau dengan cara angka delapan (figwre of eight).
• 2. Tingkat II Sebelum diiakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II
maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rara atau
bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih
dahulu. Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem terlebih
dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan.
• Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut. Kemudian selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus-purus atau jelujur. Penjahitan selaput
lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit
dengan benang sutera secara terputus-putus.
PENJAHITAN RUPTUR PERINEUM

• 3. Tingkat III. Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian
fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik,
sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh
karena robekan diklem dengan klem Pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3
jahrtan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit
lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.
PENJAHITAN M TRANSVERSA PERINEI
DAN BULBOCAVERNOSA
SFINGTERLOPLASTI/PENYAMBUNGAN
SFINGTER ANI EKSTERNA

End to end

Overlapping
Pemeriksaan rektovaginal harus
dilakukan pascareparasi spingter ani
PEMILIHAN BENANG BERDASARKAN
JARINGAN
PENGELOLAAN PASCA REPARASI
(RUPTUR PERINEUM I DAN II)
1.Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang
terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber
bakteri dan bau.
PENGELOLAAN PASCA REPARASI

• Pemberian antibiotika spektrum luas dan


metronidazol selama dan sesudah reparasi,akan
mengurangi kejadian infeksi , dehisensi luka dan risiko
fistula

• Pemberian laksansia /pelunak faeses selama 10-14


hari dianjurkan untuk mengurangi risiko disrupsi jahitan
pasca reparasi
KOMPLIKASI RUPTUR PERINEUM

• Infeksi
• Defek spingter ani
• Fistula rektovaginal
• Hematoma vulva
EDUKASI DAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM
• Bowel care
- Menjaga perineum tetap bersih dan kering ->
mandi setiap hari, mencuci tangan
- Cuci perineum 3-4 kali dengan sabun dan air bersih
mengalir atau melakukan sitzh bath
- Kontrol seminggu atau jika ada demam, keluar
cairan berbau, dan nyeri
- Menghindari kontsipasi: minum 2-3 liter setiap hari,
makan minum bergizi dan banyak serat, jangan
ditahan, menjaga kebersihan
• Berkemih
- Menjaga daerah sekitar
- Ruptur derajat III dan IV kateter
DAFTAR PUSTAKA

• Mochamad Anwar, Ali Baziad, R. Prajitno Prabowo. Ilmu


Kandungan. Edisi 3. Jakarta.Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo. 2011.
• Kamus kedokteran Dorlan. Jakarta . EGC. 1994
• Frank. H. Netter. Atlas of Human Anatomy. 4th. United States of
America. 2006.
• Cunningham FG et al. William Obstetrics. 22nd . New York.
McGraw-Hill.2005
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. 1st ed. 2013.
• NHS. Perineal tears. Goole:NHS;2016
• Goh R,Goh D,Ellepola H.Perineal tears-a reaview.Aus Pract.
Jan-Feb;47 (1-2):35-38.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai