Disusun Oleh :
Tiara Ayu Pratiwi
Pembimbing :
dr. Lucky S. Widyakusuma, Sp.OG (K)
• Ruptur prineum :
Robekan obstetrik yang terjadi pada daerah
perineum sebagai akibat ketidakmampuan otot
dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi
lahirnya fetus.
ANATOMI PERINEUM
RUPTUR PERINEUM RUPTUR PERINEUM
SPONTAN DISENGAJA
PENYEBAB RUPTUR PERINEUM
Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun faktor janin. Indikasi
ibu :
Primigravida umumnya
Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan yang lalu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya pada
persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan
anak besar
Arkus pubis yang sempit
Indikasi janin :
• Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah
terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
• Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin besar.
• Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti
pada gawat janin,
TEKNIK EPISIOTOMI
a. Episiotomi medialis.
Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah
tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.
b. Episiotomi mediolateralis
• Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan
ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.
Panjang sayatan kira-kira 4 cm.
• Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah
ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena
melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya.
• Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar.
Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai
hasilnya harus simetris.
TEKNIK EPISIOTOMI
c. Episiotomi lateralis
• Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9
menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi,
oleh karena banyak menimbulkan komplikasi.
• Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah
pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
PROSEDUR EPISIOTOMI
A. PERSIAPAN ALAT:
• Bak instrument steril
• Sepasang sarung tangan steril
• Gunting episiotomi
• Kasa steril
• Spuit 5 ml
• Lidocain 2%
• Aquadest
• Kapas dalam air DTT
B. PROSEDUR TINDAKAN EPISIOTOMI
• 3. Tingkat III. Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian
fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik,
sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh
karena robekan diklem dengan klem Pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3
jahrtan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit
lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.
PENJAHITAN M TRANSVERSA PERINEI
DAN BULBOCAVERNOSA
SFINGTERLOPLASTI/PENYAMBUNGAN
SFINGTER ANI EKSTERNA
End to end
Overlapping
Pemeriksaan rektovaginal harus
dilakukan pascareparasi spingter ani
PEMILIHAN BENANG BERDASARKAN
JARINGAN
PENGELOLAAN PASCA REPARASI
(RUPTUR PERINEUM I DAN II)
1.Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang
terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber
bakteri dan bau.
PENGELOLAAN PASCA REPARASI
• Infeksi
• Defek spingter ani
• Fistula rektovaginal
• Hematoma vulva
EDUKASI DAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM
• Bowel care
- Menjaga perineum tetap bersih dan kering ->
mandi setiap hari, mencuci tangan
- Cuci perineum 3-4 kali dengan sabun dan air bersih
mengalir atau melakukan sitzh bath
- Kontrol seminggu atau jika ada demam, keluar
cairan berbau, dan nyeri
- Menghindari kontsipasi: minum 2-3 liter setiap hari,
makan minum bergizi dan banyak serat, jangan
ditahan, menjaga kebersihan
• Berkemih
- Menjaga daerah sekitar
- Ruptur derajat III dan IV kateter
DAFTAR PUSTAKA