Anda di halaman 1dari 3

Mengapa perlu FSM?

Saat ini pertumbuhan gedung di DKI Jakarta meningkat signifikan namun jumlah inspektur damkar DKI Jakarta sangatlah terbatas. Oleh
karenanya atas inisiatif rekan-rekan di MP2KI (Masyarakat Profesi Proteksi Kebakaran Indonesia) dibuatlah LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) Proteksi
Kebakaran. Lembaga ini memiliki wewenang mengeluarkan sertfikasi profesi bidang proteksi kebakaran. yang mana dalam prosesnya menjadi seorang FSM harus
mengikuti pelatihan yg dilakukan oleh LDP (Lembaga Diklat Profesi) Proteksi Kebakaran

Salah satu peran FSM membuat laporan (kajian) terkait kehandalan system proteksi kebakaran gedung yang dikelolanya. Hasil kajian inilah yang kita kenal sebagai
MKKG (Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung) yang mana MKKG sendiri merupakan produk hukum

https://bangazul.com/regulasi-ipal/

Pergub No. 143 tahun 2016 tentang Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung dan Manajemen Keselamatan Kebakaran Lingkungan

Pemilik, pengguna, dan/atau badan pengelola bangunan gedung dengan jumlah penghuni paling sedikit 500 orang wajib membentuk MKKG yang dipimpin
oleh seorang Fire Safety Manager yang bertindak sebagai Kepala MKKG yang harus memiliki sertifikat kompetensi yang diperoleh dari LSP dan terdaftar di
Dinas.
Pasal 5
Owners, users, and / or building management bodies with a total of at least 500 residents must establish MKKG led by a Fire Safety Manager who acts as Chief
MKKG who must have a competency certificate obtained from LSP and registered with the Service.

MKKG paling sedikit terdiri dari: tahapan program kerja, struktur organisasi, tugas dan fungsi, koordinasi, sarana dan prasarana, SOP & RTDK, pelatihan dan
simulasi evakuasi kebakaran, dan pengesahan.
Pasal 6
MKKG consists of at least: work program stages, organizational structure, duties and functions, coordination, facilities and infrastructure, SOP & RTDK, training
and simulation of fire evacuation, and endorsement.

Tahapan Program Kerja: menyusun rencana pemeliharaan dan perawatan peralatan proteksi kebakaran dan sarana jalan keluar atau sarana penyelamatan
jiwa, Menyusun rencana dan melaksanakan latihan penanggulangan kebakaran, termasuk di dalamnya simulasi dan gladi evakuasi penghuni, menyusun RDTK
dan bencana lainnya, merencanakan jadwal dan melaksanakan pemeriksaan berkala serta perawatan proteksi kebakaran dan sarana jalan keluar atau
penyelamatan jiwa, meningkatkan kompetensi personel MKKG dalam bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran, menyusun jadwal dan
melaksanakan sosialisasi atau penyuluhan pencegahan kebakaran kepada pengelola maupun penghuni bangunan gedung, dan melakukan koordinasi dengan
Dinas
Pasal 8

Work Program Stages: develop plans for maintenance and maintenance of fire protection equipment and means of escape or life-saving facilities, develop
plans and carry out fire prevention exercises, including simulation and rehearsal of evacuation of residents, compile RDTK and other disasters, plan schedules
and carry out periodic checks as well as fire protection treatment and means of escape or life-saving, increasing the competence of MKKG personnel in the
field of fire prevention and prevention, arranging schedules and carrying out outreach or extension information on fire prevention to managers and residents
of buildings, and coordinating with Dinas

Struktur Organisasi terdiri atas penanggung jawab: Kepala, Wakil Kepala, Sekretaris, dan Penanggung Jawab Lantai. Kepala dan Wakil Kepala harus memiliki
sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi profesi. Perubahan struktur penanggung jawab harus dilaporkan kepada Dinas
Pasal 9
The Organizational Structure consists of the person in charge: Head, Deputy Head, Secretary, and Responsible Floor. The Head and Deputy Head must have
competency certificates from professional certification bodies. Changes in the responsible structure must be reported to the Office
Undang Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
a. peringatan tertulis,
b. pembatasan kegiatan pembangunan,
Pasal 45 c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dapat berupa:
d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan
pembangunan,
gedung;
e. pembekuan izin mendirikan bangunan gedung;
f. pencabutan izin mendirikan bangunan gedung;
g. pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;
h. pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau
i. perintah pembongkaran bangunan gedung.
(2) Selain pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikenai sanksi denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai bangunan
yang sedang atau telah dibangun.
(3) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(4)
(2) Ketentuan
ditentukanmengenai
oleh berattata
dancara pengenaan
ringannya sanksi sebagaimana
pelanggaran yang dilakukan.
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 46 (1) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/atau denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai bangunan, jika karenanya mengakibatkan kerugian harta benda orang lain.

(2) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini, diancam dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau denda paling banyak 15% (lima belas per seratus) dari nilai bangunan gedung, jika karenanya mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain yang
mengakibatkan cacat seumur hidup.
(3) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini, diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak 20% (dua puluh per seratus) dari nilai bangunan gedung, jika karenanya
mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
(4) Dalam proses peradilan atas tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) hakim memperhatikan pertimbangan dari
tim ahli bangunan gedung.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.

Pasal 47 (1) Setiap orang atau badan yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang ini sehingga
mengakibatkan bangunan tidak laik fungsi dapat dipidana kurungan dan/atau pidana denda.
(2) Pidana kurungan dan/atau pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak 1% (satu per seratus) dari nilai bangunan gedung jika
karenanya mengakibatkan kerugian harta benda orang lain;
b. pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak 2% (dua per seratus) dari nilai bangunan gedung jika
karenanya mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain sehingga menimbulkan cacat seumur hidup
c. pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak 3% (tiga per seratus) dari nilai bangunan
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA No. : KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:


a. Petugas peran kebakaran;
Pasal 5 b. Regu penanggulangan kebakaran;
c. Koordinator unit penanggulangan kabakaran;
d. Ahli K3 spesialis penaggulangan kebakaran sebagai penaggungjawab teknis.

(1) Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a, sekurangkurangnya 2 (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima)
orang.
(2) Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dan huruf d, ditetapkan untuk
tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat
Pasal 6 risiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat.
(3) Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf c, ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus)
orang;
b. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.

Note: *Petugas Peran Kebakaran ~ Floor Warden


* Regu penanggulangan kebakaran ~ Safety patrol and Staff with Medic skill/ capacity
* Ahli K3 spesialis ~ HSE dengan sertifikasi K3 Umum
* Koordinator Unit penanggulangan kebakaran ~ Trained Fire Safety Manager w/ budget approval authority

Anda mungkin juga menyukai