2/44
OUTLINE
• MENYIAPKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DOKUMEN SMKK
4/44
SKKNI NOMOR 48 TAHUN 2022-PETUGAS KESELAMATAN KONSTRUKSI
5/44
MENYIAPKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
YANG TELAH DIIDENTIFIKASI
DALAM DOKUMEN SMKK
Peraturan dan Perundangan Terkait SMKK
7/44
DAFTAR PERATURAN DAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 DARI KEMENTERIAN TENAGA KERJA
7/44
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2021
TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
DIFINISI
Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disebut Petugas K3
Konstruksi adalah petugas yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Petugas Keselamatan Konstruksi adalah orang yang memiliki kompetensi khusus di bidang Keselamatan
Konstruksi dalam melaksanakan dan mengawasi penerapan SMKK yang dibuktikan dengan Sertifikat
Kompetensi Kerja Konstruksi
Sertifikat Kompetensi Kerja Konstruksi adalah tanda bukti pengakuan kompetensi tenaga kerja
konstruksi.
7/44
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB I-ISTILAH
PASAL 1
8/44
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB 2-RUANG LINGKUP
PASAL 2
1. TEMPAT KERJA, DALAM WILAYAH HUKUM REPUBLIK INDONESIA
A. DARAT, TANAH, UDARA
B. PERMUKAAN AIR, DALAM AIR
C. UDARA
2. RINCIAN TEMPAT KERJA, TERDAPAT SUMBER BAHAYA YANG BERKAITAN
DENGAN:
A. KEADAAN MESIN/ ALAT/ BAHAN
B. LINGKUNGAN KERJA
C. SIFAT PEKERJAAN
D. CARA KERJA
E. PROSES PRODUKSI
3.KEMUNGKINAN UNTUK PERUBAHAN ATAS RINCIAN TEMPAT KERJA
9/44
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat perlindungan diri pada para pekerja.
10/44
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
11/44
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat
kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan
orang, binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.
12/44
UU 2 tahun 2017 UU 11 tahun 2020
tentang Jasa Konstruksi tentang Cipta Kerja Pasal 52
Ps. 4 ayat 1 huruf c Perubahan Ketentuan UU 2/2017
Ps. 5 ayat 3
14/44
SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA Pasal 70
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi wajib memiliki
Sertifikat Kompetensi Kerja.
(2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib mempekerjakan tenaga kerja
konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui uji
kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
(4)25/08/2018
Sertifikat Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud 17pada ayat (1) diregistrasi oleh
Menteri.
(5) Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh lembaga
sertifikasi profesi.
(6) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib mengikuti
ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
15/44
SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA Pasal 71
(1) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (5) dapat dibentuk oleh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) Akreditasi terhadap asosiasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan oleh
Menteri kepada asosiasiprofesi yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
18
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(3) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan lisensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
18
16/44
17/44
18/44
19/44
20/44
21/44
22/44
23/44
SUBLAMPIRAN PERMEN PUPR NO 10 /2021 TENTANG SISTEM
MANAJAMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
24/44
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
25/44
PERATURAN PELAKSANAAN
UU No. 1 Tahun 1970
- Per. Menaker No. 03/1998 - Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
- Per. Menaker No. 12/2015 - K3 Listrik di Tempat Kerja
- Per. Menaker No. 02/1980 - Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
- Per. Menaker No. 02/1982 - Syarat dan Kualifikasi Juru Las
26/44
MELAKSANAKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
YANG TELAH DIPILIH SESUAI
DENGAN DOKUMEN SMKK
LIMA ELEMEN SMKK
RENCANA KESELAMATAN
KONSTRUKSI (RKK)
Kepemimpinan dan
3 Dukungan Keselamatan
Konstruksi
4 Operasi Keselamatan
Konstruksi
5 Evaluasi Kinerja
Penerapan SMKK 28/44
RKK PENGAWASAN
1 DISUSUN OLEH PENYEDIA JASA
KONSULTANSI PENGAWASAN
RKK
KONSTRUKSI
2 DISUSUN OLEH PENYEDIA JASA MANAJEMEN
PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
Pengendalian Mengurangi kemungkinan & keparahan • Untuk melaksanakan pekejaan berbahaya, selain
Administratif menggunakan SOP harus mengikuti prosedur ijin
terjadinya kecelakaan, dengan merubah perilaku kerja, dengan lebih dulu melakukan AKK
4 atau tindakan tidak selamat (unsafe act) menjadi
Administrative • Pelatihan dan sertifikasi, memasang rambu
tindakan selamat (safe action). rambu
Control
Alat Pelindung Diri • Menggunakan fullbody harness dan life line
Melindungi dan mengurangi keparahan cedera ketika bekerja di ketinggian
5 jika kecelakaan terjadi
(APD) • Menggunakan topeng ketika mengelas
Dalam penetapan jenis pengendalian risiko ketika menyusun Identifikasi Bahaya Penilain Risiko dan Peluang (IBPRP), wajib mengikuti
hirarki pengendalian tersebut di atas dan jika tidak mungkin melakukan eliminasi dan substitusi, maka minimal harus menerapkan
Rekayasa Teknis, Pengendalian Administratif, dan APD.
32/44
JENIS JENIS BAHAYA
Temporary Works
3 Hazard 7 Mechanical Hazard
Moving and
4 Vehicles Hazard
8 Electrical Hazard
34/44
01 ORANG/ TENAGA KERJA SUMBER BAHAYA KONSTRUKSI
02 PERALATAN
03 BAHAN
METODE KERJA
04
05 LOKASI / LINGKUNGAN
35/44
Unsafe Condition & Unsafe Action
Unsafe Condition
adalah kondisi pekerjaan yang
belum terlindung dari bahaya,
risiko, dan kerugian
Keselamatan adalah kondisi terlindung
dari bahaya, risiko, atau cedera atau
kerugian
Unsafe Action
25/08/2018 38
adalah perilaku atau sikap dari pekerja atau orang di
tempat kerja yang tidak mematuhi/ tidak sesuai
dengan persyaratan, prosedur standar keselamatan
dan kesehatan kerja
Kesehatan adalah kondisi fisik, mental, dan sosial
yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya
penyakit atau kelemahan.
36/44
DEFINISI KECELAKAAN KONSTRUKSI
KECELAKAAN KONSTRUKSI TEORI KECELAKAAN
Suatu kejadian akibat kelalaian pada tahap ACCIDENT PRONENESS THEORY
pekerjaan konstruksi karena tidak terpenuhinya Terdapat orang tertentu yang dari bawaan
Standar Keamanan, Keselamatan,Kesehatan pribadinya lebih rawan kecelakaan dibandingkan
dan Keberlanjutan yang mengakibatkan harta orang lain
benda, waktu kerja, kematian, cacat tetap GOALS FREEDOM ALERTNESS THEORY
dan/atau kerusakan lingkungan.
Pekerja yang diberi kebebasan untuk menetapkan
target kerjanya sendiri akan menghasilkan hasil kerja
yang lebih berkualitas dan berperilaku lebih aman.
ADJUSTMENT STRESS THEORY
40
38/44
PENYEBAB KECELAKAAN DAN AKIBAT KERUGIANNYA
KECELAKAAN ADALAH AKIBAT DARI RANGKAIAN
SEBAB-AKIBAT (DOMINO EFFECTS)
LEMAH PENGENDALIAN/ SEBAB-SEBAB DASAR SEBAB LANGSUNG KONTAK DENGAN ENERGI KERUGIAN
PENGAWASAN 1. FAKTOR PERSONAL 1. TINDAKAN TAK AMAN ATAU BAHAN 1. MANUSIA
1. PROGRAM TAK SESUAI 2. FAKTOR PEKERJAAN 2. KONDISI TAK AMAN 2. HARTA BENDA
2. STANDAR TAK COCOK 3. PROSES KERJA
3. TAK PATUH STANDAR 4. LINGKUNGAN
5. MASYARAKAT
39/44
MENGEVALUASI PENERAPAN
TINDAK LANJUT HASIL
PELAKSANAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG
ADA DI DALAM DOKUMEN SMKK
PEMASANGAN PERANCAH
BAHAYA LONGSOR PADA PEKERJAAN
YANG TIDAK SESUAI
GALIAN PERATURAN
41/44
Permenaker No.01 Tahun 1980, pasal (1) huruf (e): Perancah adalah bangunan pelataran kerja
(platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan dan
alat pada setiap pekerjaan konstruksi termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran.
OK
42/44
CONTOH CONTOH
Penggunaan panel listrik yang
Penggunaan perancan yang tidak
tidak memenuhi Persyaratan
Umum Instalasi Listrik ( PUIL ) sesuai Permenaker No 1 tahun 1980
2011
43/44
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH