Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATA KULIAH PELAYANAN KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

“Hormon Replacment Therapy, Pencegahan Infeksi dalam KB Kespro dan Pencegahan


Infeksi Silang dari Klien, Petugas Kesehatan dan Masyarakat”

Disusun Oleh :

1. Syalshabilla Dyta Pramesty Millenia (P07124118001)


2. Meidiana Sari Dewi (P07124118006)
3. Diyah Widayati (P07124118012)
4. Bunga Hati Rindiyani (P07124118019)
5. Asgalina Prabawani (P07124118020)
6. Melia Arjanti (P07124118024)
7. Mudayah Devit WulanSari (P07124118046)
8. Anggi Novita (P07124118048)

DIII KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat,
petunjuk, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
“Hormon Replacment Therapy, Pencegahan Infeksi dalam KB Kespro dan Pencegahan
Infeksi Silang dari Klien, Petugas Kesehatan dan Masyarakat”.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai
pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mina Yumei Santi, S.SiT,
M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Semoga
amal baik dari semua pihak mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin.

Makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran
yang sifatnya membangun, sangat diharapkan. Selain itu, diharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................................................................ 1

Kata Pengantar .................................................................................................................................. 2

Daftar Isi ............................................................................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 6
C. Tujuan ................................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Hormon Replacement Therapy ............................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................ 12
B. Saran ..................................................................................................................................... 12

Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-
fungsinya serta proses-prosesnya (Harahap, 2003). Pada era globalisasi dan modernisasi
ini telah terjadi perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi
perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk
selalu menjaga kebersihan fisik dan organ atau alat tubuh. Salah satu organ tubuh yang
penting serta sensitif dan memerlukan perawatan khusus adalah alat reproduksi.
Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan factor penentu dalam memelihara
kesehatan reproduksi. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan
menyebabkan infeksi, yang pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit (Harahap, 2003).
Menopause merupakan suatu kondisi dimana seorang wanita tidak lagi mendapatkan haid yang
disebabkan oleh menurunnya kadar estrogen. Ini adalah fase transisi besar bagi sebagian wanita yang
menyangkut gejala fisik dan psikologis.Usia rata-rata menopause wanita adalah 51 tahun
saat ini diperkirakan bahwa wanita akan melalui 1/3 akhir masa hidupnya pada saat atau
pasca menopause.
Menurut Suherman (2007), menopause menyebabkan gejala seperti rasa panas
dimuka (gejala vasomotor, hot flushes), insomnia dan gelisah, serta berkeringat malam hari
(Connor & Stuenkel, 2001). Biasanya gejala ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penggunaan Hormone Replacement Therapy (HRT) dapat mencegah gejala tersebut,
namun bila digunakan jangka waktu panjang berisiko terjadinya proliferasi endometrium
berlebihan dan mungkin kanker endometrium. Biasanya dapat dicegah dengan kombinasi
progesteron atau progestin. Akan tetapi penggunaan kombinasi tersebut juga berisiko
kanker payudara apabila digunakan jangka waktu panjang (Suherman, 2007).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Hormon Replacement Therapy?
2. Bagaimana pencegahan infeksi dalam KB Kespro?
3. Bagaimana pencegahan infeksi silang dalam KB Kespro?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hormon Replacement Therapy.
2. Mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi dalam KB Kespro.
3. Mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi silang pada petugas kesehatan,
klien dan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Terapi Sulih Hormon/TSH (hormon Replacement Therapy/hRT)


1. Definisi
Hormone Replacement Therapy atau yang diterjemahkan sebagai Terapi
Sulih Hormon didefinisikan sebagai berikut:
a. Terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek
defisiensi hormon.
b. Pemberian hormon (estrogen, progesteron atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang ovariumnya diangkat, untuk
menggantikan produksi estrogen oleh ovarium.
c. Terapi mebgguanakn estrogen atau estrogen dan progesteron yang diberikan
pada wanita pascamenopause atau wanita yang menjalani ovarektomi, untuk
mencegah efek patologis dari penurunan produksi estrogen.

2. Epidemiologi
Penggunaan sulih hormon di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda
dengan negara barat, keluhan yang lebih sedikit dan penerimaan masyarakat
terhadap menopause, faktor pendidikan, sosial, ekonomi mempengaruhi jumlah
pemakaian sulih hormon di Indonesia khususnya dan negara Asia umumnya.

3. Khasiat Hormon Estrogen dan Progesteron


Berikut adalah khasiat dari hormon estrogen dan progesteron:
a. Pematang alat genital wanita
b. Pengatur pembagian lemak
c. Pigmentasi kulit
d. Pertumbuhan rahin dan lapisan
e. Proses metabolik tubuh
f. Proses pembekuan darah
g. Peningkatan faktor protein
h. Pengaturan kadar kolesterol darah
i. Faktor-faktor libido, cairan tubuh, otot polos
4. Indikasi
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American Menopause
Society (NAMS), idikasi primer pemberian terapi sulih hormo adalah adanya keluhan
menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan gejala urogenital. Di
Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien menopause dengan
keluhan terkait defisensi estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman
osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun.
5. Kontra Indikasi
The American College of Obstetrics and Gynaecologists menetapkan kontra
indikasi penggunaan terapi sulih hormon sebagai berikut:
a. Kehamilan
b. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
c. Penyakit hepar akut maupun kronik atau penyakit trombosis vaskular.
d. Pasien menolak terapi
Kontra indikasi elatif, sebagai berikut:
a. Hipertrigliseridemia
b. Riwayat tromboemboli
c. Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
d. Gangguan kandung empedu
e. Mioma uteri
The Hong Kong College of Obstetrics and Gynaecologists menyebutkan
beberapa konta indikasi absolut terapi sulih hormon, yaitu karsinoma payudara,
kanker endometrium, riwayat tromboemboli vena dan penyakit hati akut.

6. Cara Pemberian
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron.
Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita
yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan
progesteron untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi.
Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus.
b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.
1) Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan
progesteron diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-
14 hari) setiap siklus dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia
endometrium. Lebih sesuai diberikan pada perempuan pada usia pra
atau perimenopause yang masih menginginkan siklus haid.
2) Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa
terputus. Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan
pertama dapat saja terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat
diberikan pada perempuan pascamenopause.

7. Bentuk Sediaan
Sediaan sulih hormon yang terdapat di Indonesia adalah:
a. Estrogen, dalam bentuk 17β estradiol, estrogen ekuin konjugasi (CEE),
estropipat, estradiol valerat dan estriol.
b. Progestogen, seperti medroksi progesteron asetat (MPA), didrogesteron,
noretisteron, linesterenol.
c. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen sekuensial seperti 2 mg
estradiol valerat + 10 mg MPA, 2 mg estradiol valerat + 1 mg siproteron
asetat, 1-2 mg 17β estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
d. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen kontinyu seperti 2 mg 17β
estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
e. Sediaan yang bersifat estrogen, progesteron dan androgen sekaligus, yaitu
tibolon
f. Sediaan plester maupun krim yang berisi estrogen berupa 17β estradiol.
g. Sediaan estrogen dalam bentuk krim vagina yang berisi estriol.

8. Lama Penggunaan
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-
angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.

9. Petunjuk Praktis Penggunaan HRT


Setiap perempuan adalah unik. Ada yang secara alami mempunyai kadar
hormon estrogen tinggi dalam darahnya, ada pula yang rendah. Pemeriksaan kadar
hormon dapat mendeteksi masalah ini. Semua wanita yang akan menggunakan
pengobatan HRT harus memahami dan mengerti bahwa pemberian HRT bukan
untuk memperlambat menopause melainkan untuk mengurangi atau mencegah
keluhan atau penyakit akibat kekurangan estrogen. Adapun wanita-wanita yang
direkomendasikan untuk diberi HRT adalah :
a. Semua wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT untuk
pencegahan (meskipun tanpa keluhan)
b. Semua wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis
c. Semua wanita dengan keluhan klimaterik
Penggunaan HRT sebagi pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5
tahun. Anamnesis yang dilakukan dengan baik dapat mempermudah dalam
menegakkan diagnosis, indikasi serta dapat memberikan informasi tentang risiko dan
adanya kontraindikasi. untuk dapat menilai keluhan klimaterik dapat digunakan
Menopause Rating Scale (MRS) dari green yang biasa dikenal dengan skala
klimaterik green. Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan yaitu :
a. Keluhan psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan,
sulit tidur, mudah tersingung, mudah panic, sulit berkonsentrasi, mudah lelah,
hilang minat pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
b. Keluhan somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagaian
tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepala nyeri otot atau persendian tangan
atau kaki terasa gatal, dan kesulitan bernafas.
c. Keluhan vasomotor, berupa gejolak panass (hot flushes) dan berkeringat di
malam hari.
Tiap-tiap keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan
dengan memakai 4 tolak ukur skala nilai yaitu:
a. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada keluhan sama sekali
b. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.
c. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan sering timbul tetapi belum mengganggu
aktivitas sehari-hari.
d. Nilai 3 (berat) : Bila keluhan sering timbul dan sudah mengganggu aktivitas
sehari-hari.

10. Keputusan Untuk Menggunakan HRT


Untuk meningkatkan kepatuhan wanita dalam HRT, mereka perlu dijelaskan
tentang untung dan ruginya, serta berikan waktu pada wanita tersebut untuk
mengambil keputusan dalam penggunaan HRT. Ada beberapa hal yang harus
dijelaskan dan dipantau kepada seorang wanita sebelum diberikan HRT yaitu :
a. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium disamping anamnesis
umum dan khusus mengenai organ reproduksi
b. Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan peningkatan berat
badan, dan kemungkinan terjadinya kanker payudara.
c. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet, krem,plester,
injeksi serta susuk.
d. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum
terlihat khasiat yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan.
e. Pada tahp awal HRT diberrikan 5 tahun dulu dan jika dianggap perlu
pengobatan dapat dilanjutkan.
f. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perrlu dilakukan
mamografi serta pap smear setiap 6 bulan.

11. Efek Samping Terapi Sulih Hormon


Seperti semua obat lainnya, sulih hormon dapat menimbulkan efek samping.
Efek samping terkait estrogen berupa mastalgia (nyeri pada payudara), retensi
cairan, mual, kram pada tungkai dan sakit kepala. Kenaikan tekanan darah dapat
terjadi, namun sangat jarang. Perlu untuk menginformasikan kepada pasien bahwa
mastalgia tidak berkaitan dengan kanker payudara. Sedangkan efek samping terkait
progestin antara lain retensi cairan, kembung, sakit kepala dan mastalgia, kulit
berminyak dan jerawat, gangguan mood dan gejala seperti gejala pramenstrual.
Perdarahan vagina merupakan keluhan yang sering ditemui dan meresahkan
pasien. Penggunaan progestin kontinyu dapat menyebabkan perdarahan vagina
yang tidak dapat diprediksi polanya, dengan atau tanpa spotting selama beberapa
bulan. Sebanyak 5-20% dari wanita ini bisa pernah mengalami amenorea dan
mungkin beralih ke terapi hormon siklik yang memberikan pola perdarahan yang
lebih dapat diprediksi. Keluhan-keluhan ini menghilang sendiri dalam beberapa bulan
atau dengan mengganti jenis dan dosis sulih hormon. Pada pemakaian plester dapat
terjadi iritasi kulit.
Banyak orang berpendapat bahwa pemakaian terapi sulih hormon dapat
menyebabkan penambahan berat badan namun berbagai penelitian tidak
membuktikan adanya hubungan antara sulih hormon dengan kenaikan berat badan
permanen. Nafsu makan memang meningkat, namun diperkirakan akibat wanita
tersebut merasa sehat dan nyaman. Pemberian terapi sulih hormon mempengaruhi
distribusi lemak, terutama pada panggul dan paha, namun tidak pada perut. Perlu
diingat bahwa 45% wanita mengalami kenaikan berat badan pada usia 50-60 tahun
meskipun mereka tidak mendapatkan terapi sulih hormon.

B. Pencegahan Infeksi dalam KB Kespro


1. Perlindungan dari Infeksi di Kalangan Petugas
Pelayanan KB membutuhkan kepatuhan pelaksanaan indakan sesuai dengan
kewaspadaan standar (standar precaution) di ruang pemeriksaan dan laboratorium.
Petugas harus memperlakukan semua specimen darah, jaringan, dan duh tubuh
sebagai pembawa infeksi.
Unsur-unsur penting kewaspadaan standar dan penggunaannya dijelaskan
pada table di bawah ini. Menggunakan pelindung (barrier) fisik, mekanik, maupun
kimia antara mikroorganisme dan petugas keehatan merupakan cara yang sangat
efektif untuk mencegah penularan infeksi (misalnya, perlindungan diri berfungsi
memutuskan siklus penularan penyakit).
Beberapa hal berikut merupakan cara pelaksanaan kewaspadaan standar:
a. Anggap setiap orang (klian maupun staf) dapat menularkan infeksi.
b. Cuci tangan – upaya yang paling penting untuk mencegah kontaminasi
silang.
c. Gunakan sepasang sarung tangan sebelum menyentuh apapun yang basah
seperti kulit terkelupas, membrane mukosa, darah dan duh tubuh lain, serta
alat-alat yang telah dipakai dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi, atau
sebelum melakukan tindakan invasive.
d. Gunakan pelindung fisik (misalnya: kacamata pelindung (goggles), masker,
dan celemek) untuk mengantisipasi percikan duh tubuh (sekresi maupun
ekskresi0, contohnya ketika memebrsihkan alat-alat maupun bahan lainnya.
e. Gunakan bahan antiseptic untuk membersihkan kulit maupun membrane
mukosa sebelum melakukan operasi, membersihkan luka, atau menggosok
tangan sebelum operasi engan bahan antiseptic berbahan dasar alcohol.
f. Lakukan upaya kerja yang aman, seperti tidak memasang tutup jarum suntik
(recapping), memberikan alat-alat tajam dengan cara yang aman, bila
mungkin, gunakan jarum tumpul untuk menjahit luka.
g. Buang bahan-bahan terinfeksi setelah terpakai dengan aman untuk
melindungi petugas pembuangan dan untuk mencegah cidera maupun
penularan infeksi kepada masyarakat.
h. Terakhir, Lakukan pemrosesan terhadap instrument, sarung tangan dan
bahan lain setelah dipakai dengan cara mendekontaminasi dalam larutan
klorin 0,5% dan dicuci bersih, kemudian disterilisasi atau diDisinfeksi Tingkat
Tinggi (DTT) dengan cara-cara yang dianjurkan.

2. Upaya Kewaspadaan Standar


Mencuci tangan
 Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi, dan benda-
bendayang terkontaminasi.
 Segera seteh melepas sarung tangan.
 Sebelum dan etelah memeriksa pasien satu ke pasien lain.
Sarung tangan
 Untuk kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, bahan-bahan yang
terkontaminasi.
 Untuk kontak dengan membrane mukosa dan kulit yang tak utuk (non
intact skin) (koyak, terkelupas, dan lain-lain).
Masker, kacamata, pelindung wajah
 Melindungi membrane mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi
kontak dengan darah dan duh tubuh.
Gaun operasi
 Melindungi kulit dari percikan darah maupun duh tubuh lain.
 Mencegah agar pakaian tidak terkontaminasi darah maupun duh tubuh
selama melakukan tindakan.
Kain linen
 Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak
menyentuh kulit atau membrane mukosa.
 Jangan Lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang telah
terkontaminasi.
Peralatan untuk perawatan pasien
 Tangani alat yang telha terkontaminasi sedemikian rupa sehingga tidak
menyentuh kulit atau membrane mukosa dan untuk mencegah agar
baju maupun lingkungan tidak terkontaminasi.
 Bersihkan peralatan pakai ulang (reusable) sebelum digunakan
kembali.
Membersihkan lingkungan
 Perawatan rutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan
perabotan di ruang asuhan pasien.

Benda-benda tajam
 Jangan memasang kembali tutup jarum suntik yang telah digunakan.
 Jangan melepas jarum dari alat suntik/semprit sekali pakai (disposable).
 Jangan membengkokkan atau mematahkan jarum bekas pakai dengan
tangan.
 Letakkn benda-benda tajam yang telah digunakan ke dalam wadah anti
tusukan.
Resusitasi Pasien
 Unakan pelindung mulut, kantung resusitasi, atau alat pernapasan
3. Pembuangan Limbah
lainnya untuk menghindari pemberian resusitasi dari mulut ke mulut.
Penempatan
Tujuan pembuangan
pasien Limbah dengan cara yang aman adalah:
a. Untuk
Tempatkan
mencegahpasien yang dapat
penularan infeksimengkontaminasi lingkungan
kepada petugas yang maupun
menangani limbah.
yang tidak terjamin kebersihanya pada ruang khusus atau terpisah.
b. Untuk mencegah penularan infeksi kepada masyarakat disekitar, dan
c. Untuk melindungi petugas yang menangani limbah dari luka tusuk.
Limbah medis dapat berupa limbah terkontaminasi maupun tidak
terkontaminasi. Limbah yang tak terkontaminasi (seperti kertas dari kantor) tidak
menimbulkan risiko infeksi dapat dibuang ke tempat sampah umum. Limbah
terkontaminasi (darah atau alat/bahan terkontaminasi darah) memerlukann
penanganan yang benar untuk mengurangi penularan infeksi kepada petugas klinik
maupun kepada masyarakat setempat.
Cara – cara penanganan limbah limbah yang benar:
a. Menggunakan sarung tangan rumah tangga (utility gloves)
b. Memindahkan limbah terkontaminasi ke tempat pembuangan dalam wadah
tertutup
c. Membuang alat/benda tajam ke dalam wadah tahan tusuk.
d. Menuangkan limbah cair secara hati – hati ke dalam saluran pembuangan.
e. Membakar atau mengubur limbah padat yang terkontaminasi.
f. Mencuci tangan, sarung tangan, dan wadah yang telah digunakan untuk
membuang limbah yang dapat terinfeksi.
1) PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan,tenaga
kesehatan dan pengunjung puskesmas dihadapkan pada resiko
terjdinya infeksi,baik karena perawatan atau datang berkunjung ke
puskesmas,sehingga fasilitas pelayanan kesehatan harus
melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi,meliputi:
a) Kebersihan tangan,meliputi:
i. Kuku harus selalu terpotong pendek,tidak memakai
perhiasan dan tidak boleh memakai kuku palsu saat
merawat pasien.
ii. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau
dengan alcohol handrub.
iii. Alat Pelindung Diri ( APD ) terdiri dari: Sarung
tangan,Masker,Kaca mata pelindung,Pelindung
wajah,Pelindung gaun (Apron),Sepatu tertutup.
b) Penggunaan APD meliputi:
i. Gunakan APD sesuai ukuran dan jenis tindakan.
ii. Gunakan APD yang sesuai,bila ada kemungkinan
terkontaminasi darah,cairan tubuh,sekresi,ekskresi dan
bahan terkontaminasi,mucus membrane dan kulit yang
tidak utuh,kulit utuh yang potensial terkontaminasi.
iii. Pakai sarung tangan sekali pakai,saat merawat pasien
langsung.
iv. Lepaskan sarung tangan segera setelah
selesai,sebelum menyentuh benda dan permukaan yang
tidak terkontaminasi,sebelum beralih kepasien yang lain.
v. Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk
pasien yang berbeda.
vi. Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area
tubuh terkontaminasi kearea bersih.
vii. Pakailah kaca mata goggle untuk melindungi
konjungtiva,mucus membrane mata,hidung,mulut
selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan
pasien yang beresiko terjadi cipratan/semprotan dari
darah,cairan tubuh,sekresi dan eksresi.
viii. Secara umum dapat digunakan masker bedah untuk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet
saat kontak erat (<3 m) dari pasien saat
batuk/bersin.Pakailan selama tindakan yang
menimbulkan aerosol walaupun paisen tidak di duga
infeksi.
ix. Kenakan Gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi
kulit,mencegah baju kotor,kulit terkontaminasi selam
prosedur/merawat pasien yang memungkinkan
terjadinya percikan cairan tubuh pasien.
x. Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari
ciprtatan/semprotan dari darah,cairan tubuh,sekresi dan
ekskresi.
c) Peralatan Perawatan pasien,meliputi:
i. Membuat Standar Prosedur Operasional untuk
menampung,transportasi,pengelolaan peralatan yang
mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
ii. Lepaskan bahan organic dari peralatan dengan bahan
pembersih yang sesuai sebelum di Desinfeksi Tingkat
tinggi (DTT) atau disterilkan.
iii. Tangani peralatan pasien yang terkena darah,cairan
tubuh,sekresi,eksresi dengan benar sehingga kulit dan
mucus membrane terlindungi,cegah baju
terkontaminasi,cegah transfalam bekerjaedr mikroba ke
pasien lain dan lingkungan.
iv. Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien
infeksius telah dibersihkan dan tidak dipakai untuk
pasien lain.Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan
dimusnakan dengan cara yang benar dan peralatan
pakai ulang diproses dengan benar.
v. Peralatan yang terkontaminasi didisinfeksi setelah
dipakai dan selanjutnya di DTT atau sterilisasi sesuai
kebutuhan.
vi. Permukaan peralatan yang besar ( x ray ),dilap dengan
cairan disinfektan,setelah keluar dari ruangan isolasi
meskipun tidak tampak kotor.
vii. Bersihkan dan desinfeksi yang benar peralatan terapi
pernapasan terutama setelah dipakai pasien infeksi
saluran napas,bila perlu memakai sungkup disposable.
viii. Alat makan dicuci dengan detergen tiap setelah
makan,benda disposable dibuang ketempat sampah.

d) Pengendalian Lingkungan,meliputi:
i. Fasilitas kesehatan harus membuat dan melaksanakan
prosedur rutin untuk pembersihan,desinfeksi permukaan
lingkungan,tempat tidur,peralatan disamping tempat
tidur dan pinggirannya,permukaan yang sering tersentuh
dan pastikan kegiatan ini dimonitor (diawasi secara rutin
dan berkala).
ii. Pembersihan harus mengawali desinfeksi,benda dan
permukaan tidak dapat didesinfeksi sebelum dibersihkan
dari bahan organic (ekskresi,sekresi pasien,kotoran).
iii. Pembersihan ditujukan untuk mencegah
aerosolisasi,sehingga menurunkan pencemaran
lingkungan.
iv. Fasilitas kesehatan harus mempunyai desinfektan
standar untuk menghilangkan patogen secara
signifikan,pada permukaan terkontaminasi,sehingga
memutuskan rantai penularan penyakit.
v. Pembersihan permukaan horizontal sekitar pasien harus
dilakukan secara setiap hari dan lebih teliti setiap
pasien pulang.
vi. Untuk mencegah aerosolisasi pathogen infeksi infeksi
saluran nafas,hindari sapu,tapi gunakan kain basah.
vii. Ganti cairan pembersih,lap kain,kepala mop setelah
dipakai.
viii. Peralatan pembersih harus dibersihkan,dikeringkan
setiap kali setelah pakai.Mop dicuci,dikeringkan tiap hari
sebelum disimpan dan dipakai kembali.
ix. Untuk mempermudah pembersihan bebaskan area
pasien dari benda-benda/peralatan yang tidak perlu.
x. Jangan lakukan foggingdengan disinfektan,tidak terbukti
mengendalikan infeksi dan bias berbahaya.Pembersihan
dapat dibantu dengan vacuum cleaner (pakai
filter,HEPA)

e) Penatalaksanan Linen,meliputi;
i. Penanganan,transportasi dan proses linen yang terkena
darah,cairan tubuh,sekresi,ekskresi harus dilakukan
dengan prosedur yang benar untuk mencegah
kulit,mukus membran terekspos dan terkontaminasi
linen,atau terjadi transfer mikroba kepasien lain,petugas
dan lingkungan.
ii. Cuci dan keringkan linen sesuai SOP.
iii. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi.
iv. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD
yang sesuai.

f) Kesehatan Karyawan :
i. Setiap petugas harus waspada dalam bekerja,untuk
mencegah terjadinya luka/cedera saat melakukan
tindakan menggunakan jarum,scalpel dan alat tajam
lain,setelah melakukan prosedur,saat membersihkan
instrument dan saat membuang jarum.
ii. Jangan tutup jarum yang telah dipakai,memanipulasi
jarum dengan tangan,menekuk
jarum,mematahkan,melepas jarum dari spuit.Buang
jarum,spuit,pisau scalpel,dan peralatan tajam habis
pakai kedalam wadah tahan tusukan/safety box sebelum
dibuang ke incinerator.
iii. Pakai mouthpiece,resusitasi bag atau peralatan ventilasi
lain pengganti metode resusitasi mulut ke mulut.
iv. Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian
tubuh,selain akan menyuntik.

g) Penempatan Pasien ,meliputi;


i. Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi
lingkungan atau yang tidak dapat diharapkan menjaga
kebersihan kedalam ruang rawat terpisah.
ii. Bila ruang isolasi tidak memungkinkan,upayakan agar
prinsip pemisahan tetap terjadi.
iii. Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap
transmisi infeksi.

h) Hygiene Respirasi/Etika Batuk,meiputi:


Mengendalikan penyebaran pathogen dari pasien yang
terinfeksi untuk transmisi kepada kontak yang tidak
terlindungi,bagi pasien,petugas,pengunjung dengan gejala
infeksi saluran nafas harus:
i. Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat
batuk atau bersin.
ii. Pakai tisu,sapu tangan,masker bila tersedia,buang
ketempat sampah tertutup yang dilapisi kantong plastic.
iii. Lakukan cuci tangan sesuai standar.

i) Managemen fasilitas kesehatan harus promosi hygiene


respirasi/etika batuk,meliputi:
i. Promosi kepada semua petugas,pasien,keluarga
dengan infeksi saluran nafas dengan demam.
ii. Edukasi petugas,pasien,keluarga,pengunjung akan
pentingnya kandungan aerosol dan sekresi dari saluran
nafas dalam mencegah transmisi penyakit saluran
nafas.
iii. Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan (alcohol
handrub,wastafel-antiseptik,tisu towel) terutama area
tunggu harus diprioritaskan.
iv. Praktek menyuntik yang aman
Pakai jarum yang steril,sekali pakai tiap kali penyuntikan
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan
terapi.

Anda mungkin juga menyukai