Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Demam pada Anak


Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas 37,8°C (suhu oral atau aksila) atau suhu
rectal. Anak-anak cukup sering mengalami demam. Biasanya, demam pada anak tidak
disebabkan oleh sesuatu yang berbahaya. Demam justru baik karena itu adalah pertanda
bahwa tubuh Si Kecil sedang melawan infeksi. Namun, demam pada anak juga bisa
diakibatkan oleh penyakit tertentu. Demam harus diukur dengan termometer dan tidak boleh
mengandalkan perabaan atau perasaan orang tua saja.

B. Tipe demam
1. Demam Septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik pada tingkat yang tinggi pada
malam hari dan turun ke suhu normal pada pagi hari. Demam dengan tipikal ini disertai
keluhan menggigil disertai keringat. Proses demam tinggi turun ketingkat normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam Remiten
Demam remiten memiliki pola berbeda. Suhu badan dapat turun setiap hari,
namun tidak pernah mencapai suhu berbadan normal. Suhu tubuh yang turun biasanya
mencapai dua derajat.
3. Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten suhu badan turun ke suhu yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Demam tersebut muncul setiap dua hari sekali atau dua
hari berikutnya menghilang. Pola dua hari terserang demam disebut tersiana. Sementara
itu, pola dua hari bebas demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu
Tipe demam kontinyu memiliki variasi suhu sepanjang hari yang tidak lebih dari
satu derajat. Pada kondisi tertentu, demam tiba-tiba akan meningkat secara menerus.
5. Demam Siklik
Demam siklik terjadi karena kenaikan suhu badan selama beberapa hari diikuti
periode bebas demam selama beberapa hari.

C. Penyebab Demam pada Anak


Ada banyak penyebab demam pada anak, antara lain:
 Infeksi saluran pernapasan yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri.
 Infeksi dan radang pada telinga (otitis).
 Infeksi dan radang pada amandel (tonsillitis).
 Infeksi dan radang pada sinus (sinusitis).
 Efek samping imunisasi tertentu.
 Virus roseola.
 Diare akibat makanan yang terkontaminasi kuman (gastroentritis).
 Infeksi ginjal.
 Batuk rejan.
 Disentri.
 Tifus.
 Cacar air.
 Demam berdarah.
 Malaria.
 Infeksi saluran kemih.
 Infeksi dan radang pada paru-paru (pneumonia).
 Infeksi dan radang pada selaput otak (meningitis).
 Infeksi darah (septikemia).
 Lingkungan yang panas.
 Pakaian yang terlalu tebal atau berlapis-lapis.
D. Gejala Demam pada Anak
Beberapa gejala yang menyertai demam, antara lain:
 Mudah marah, rewel, dan lesu.
 Nafsu makan menurun.
 Menangis lebih sering.
 Bernapas dengan cepat.
 Kebiasan tidur atau makan mengalami perubahan.
 Mengalami kejang.
 Merasa lebih panas atau lebih dingin daripada orang lain di ruangan yang terasa nyaman.
 Mengalami nyeri tubuh dan sakit kepala.
 Tidur lebih lama atau mengalami kesulitan tidur.

Beberapa gejala berikut juga bisa terjadi bersamaan dengan demam:


 Tubuh menjadi lebih lemas dan kesadaran menurun.
 Menjadi sensitif terhadap cahaya terang.
 Reaksinya kurang responsif.
 Lebih sering tidur dan sulit untuk dibangunkan.
 Mengalami kebingungan.
 Mengalami gangguan dalam bernapas.
 Mengalami gejala-gejala dehidrasi seperti jarang buang air kecil, menangis tanpa keluar
air mata, dan sedikit berkeringat walaupun udara panas.
 Muntah-muntah disertai sakit kepala atau leher yang terasa kaku.
 Bagian dalam dari bibir atau kulit terlihat pucat atau mulai membiru.
 Mengalami sakit pada bagian dalam telinga.
 Nyeri pada perut atau nyeri ketika buang air kecil.
 Mengalami kejang-kejang.
 Demam tinggi yang disertai ruam.
 Mengalami muntah atau diare yang terus menerus dan tidak kunjung mereda.
 Pembengkakan tenggorokan.

E. Faktor Risiko Demam pada Anak


Berikut adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak mengalami demam:
 Anak-anak yang sudah sekolah, karena sering melakukan kontak langsung dengan
banyak orang yang mungkin di antaranya sedang tidak sehat.
 Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
 Anak-anak yang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

F. Diagnosis Demam pada Anak


Untuk mendiagnosis penyebab demam, dokter pertama-tama akan melakukan
wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Jika diperlukan, dokter dapat meminta untuk
dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah dan foto rontgen.

G. Komplikasi Demam pada Anak


Beberapa komplikasi demam pada anak, antara lain:
 Dehidrasi berat.
 Penurunan kesadaran atau halusinasi.
 Kejang-kejang.
 Penyakit serius yang tidak terdeteksi dan semakin memberat.

H. Pengobatan Demam pada Anak


Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengobati demam pada anak, antara lain:
 Cukupi kebutuhan cairan anak, sehingga tidak dehidrasi.
 Berikan obat penurun demam yang relatif aman untuk anak, seperti paracetamol atau
ibuprofen, sesuai dosis dan petunjuk pemakaian obat.
 Jaga suhu ruangan agar tetap nyaman.
 Gunakan pakaian yang tipis agar panas tubuh dapat keluar.
 Periksa suhu tubuh anak secara teratur dengan menggunakan termometer.
 Cukupi kebutuhan istirahat anak.
 Kompres anak yang demam dengan air hangat.
 Jaga agar anak tidak kedinginan atau kepanasan.
 Berikan makanan yang mudah dicerna dan yang disukai anak.

I. Pencegahan Demam pada Anak


Orangtua bisa mencegah demam pada anak dengan mengajarkan anak untuk
melakukan hal-hal berikut:
 Membiasakan mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama sebelum makan, setelah
menggunakan toilet, dan setelah berada di dekat orang sakit.
 Usahakan bawa hand sanitizer saat bepergian untuk berjaga-jaga bila tidak ada air dan
sabun.
 Biasakan selalu menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk.
 Hindari menyentuh mulut, hidung, atau mata dengan tangan yang kotor.
 Tidak berbagi alat makan dan minum dengan orang lain.

J. Kapan Harus ke Dokter?


Hubungi dokter jika anak memiliki salah satu dari hal berikut:
 Anak lebih muda dari usia 6 bulan.
 Anak menjadi lesu atau pemarah, muntah berulang kali, mengalami sakit kepala berat
atau sakit perut, atau memiliki gejala lain menyebabkan ketidaknyamanan yang
signifikan.
 Demam terjadi setelah anak ditinggalkan cukup lama di dalam mobil yang panas, dan
sudah berlangsung lebih dari tiga hari.
 Memiliki kontak mata yang buruk.
 Anak sudah diperiksa ke dokter, tetapi kondisi lebih buruk atau gejala baru muncul lagi.
 Mengalami kejang.
 Anak memiliki masalah medis yang kompleks atau menggunakan resep obat secara
berkepanjangan.

Anda mungkin juga menyukai