Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan)
dan berakhir dengan permulaan persalinan. Kehamilan merupakan suatu
perubahan dalam rangka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alami
dan menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu (Muhimah &
Safe’i, 2010). Kehamilan menimbulkan perubahan fisiologis pada wanita
hamil. Masa kehamilan ada perubahan hampir pada semua sistem dan organ
maternal (Hutahaean, 2013). Kehamilan juga menimbulkan perubahan
psikologis bagi ibu hamil. Hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh
meningkat sehingga menyebabkan timbulnya mual dan muntah, lemah,
lelah serta pembesaran payudara. Hal ini akan menyebabkan ibu merasa
tidak sehat dan seringkali merasa cemas karena kehamilannya (Jannah,
2012).
Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual
muntah yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari
sehingga membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Selain itu, mual muntah juga berdampak negatif
bagi ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Biasanya
mual muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul kapan saja
maupun terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60% biasa
terjadipada multigravida (Rocmawati, 2011).
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti tetapi
beberapa faktor seperti faktor psikologis, faktor fisik, faktor konsentrasi
HCG yang tinggi dan faktor gizi menjadi penyebabnya).Penyebab lain adalah
peningkatan kadar hormon progestron serta peningkatan hormon estrogen.
Faktor psikologis juga berperan terhadap terjadinya Hiperemesis Gravidarum
seperti tekanan pekerjaan, rumah tangga yang retak dan dapat menyebabkan
konflik mental sehingga memperparah mual dan muntah (Runiari, 2010).
2

Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kejadian


hiperemesis gravidarum mencapai 12,5% dari jumlah seluruh kehamilan di
dunia. Sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan,
mengatakan bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi diseluruh dunia,
diantaranya negara-negara di benua Amerika dengan angka kejadian yang
beragam. Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak
terjadi terjadi di Asia contohnya di Pakistan,Turki dan Malaysia.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh data ibu dengan
hiperemesis gravidarum mencapai 14,8% dari 4.867.813 kehamilan.
Keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida.Satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam
serum perubahan fisiologis kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin
karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang
(Depkes RI, 2010).
Berdasarkan data Dinkes Provinsi Sumatera selatan cakupan ibu hamil
yang mengalami Hiperemisis Gravidarum pada trimester I naik dari tahun
ke tahun, pada tahun 2008 sebesar 49,7% dari jumlah ibu hamil yang
berjumlah 139.230 ibu hamil, pada tahun 2009 naik menjadi 52,4% dari
jumlah 141.395 ibu hamil dan tahun 2010 naik menjadi 53,24% dari
142.240 ibu hamil (Dinkes, 2010).
Berdasarkan Dinkes Kota Lubuklinggau cakupan ibu hamil yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum pada trimester I juga naik dari tahun ke
tahun, pada tahun 2008 sebesar 51,3% dari jumlah 13.475 ibu hamil, pada
tahun 2009 naik menjadi 53,2% dari jumlah 13.490 ibu hamil, sedangkan
tahun 2010 naik menjadi 56,4% dari jumlah 13.538 ibu hamil (Dinkes.
2010).
Berdasarkan hasil dari data penelitian di BPM Eka Rahma Winarti,
Am. Keb Mesat Jaya pada tahun 2018 terdapat 133 ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya, ibu dengan kehamilan normal yaitu 121
3

orang, ibu dengan anemia 2 orang, ibu dengan hipertensi 5 orang, dan
sebanyak 5 ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum. Pada tahun 2019
terdapat 137 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, ibu dengan
kehamilan normal yaitu 123 orang, ibu dengan anemia 3 orang, ibu dengan
hipertensi 4 orang, dan sebanyak 7 ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum.
Komplikasi potensial yang sering terjadi pada kehamilan trimester I
antara lain: infeksi dan abortus spontan. Sebagian besar Hiperemesis
Gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan,
serta pemberian obat penenang dan anti muntah, akan tetapi sebagian kecil
wanita hamil tidak dapat mengatasi mual muntah yang berkelanjutan
sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menyebabkan kekurangan
cairan dan terganggunya keseimbangan elektrolit (Manuaba, 2014).
Dampak dari Hiperemesis Gravidarum tidak hanya mengancam
kehidupan wanita, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin
seperti abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi
pada bayi baru lahir (Runiari, 2010).
Bidan memiliki wewenang dalam memberikan pelayanan
yangtercantum dalam permenkes NO. 369/MENKES/SK/III/2007 sesuai
dengankompetensi ke-3 yang menyebutkan bahwa bidan memberikan
asuhan yangbermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama
kehamilan yangmeliputi, deteksi dini, pengobatan, atau rujukan dari
kompliksi tertentu. Bidansebagai tenaga kesehatan yang mempunyai
kewenangan mandiri dalammelaksanakan asuhan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarumgrade 1.
Mengingat kasus hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan
komplikasi yang lebih berat dan mempengaruhi status kesehatan ibu dan
anak, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus “Asuhan Kebidanan
Antenatal Care TM 1 pada Ny.Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan
Hiperemisis Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am.
Keb Mesat Jaya Tahun 2019”.
4

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penulisan studi kasus ini adalah: “Bagaimana pelaksanaanAsuhan
Kebidanan Antenatal Care TM 1 pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan
Hiperemisis Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb
Mesat Jaya Tahun 2019?”

1.3. Tujuan Studi Kasus


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1
pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat
Jaya Tahun 2019 dengan menggunakan metode 7 langkah Varney
dan SOAP.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian berupa data subjektif dan data
objektif yang dilakukan padaAsuhan Kebidanan Antenatal
Care TM 1 pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan
Hiperemisis Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti,
Am. Keb Mesat Jaya Tahun 2019.
b. Untuk mengetahui tehnik interpretasi data berupa diagnosa,
masalah kebutuhan padaAsuhan Kebidanan Antenatal Care
TM 1 pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb
Mesat Jaya Tahun 2019.
c. Untuk mengetahui diagnosa potensial yang dapat ditegakkan
padaAsuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1 pada Ny. Y
Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis Gravidarum
Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat Jaya
Tahun 2019.
5

d. Untuk mengetahui kebutuhan segera yang dapat dilaksanakan


padaAsuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1 pada Ny. Y
Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis Gravidarum
Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat Jaya
Tahun 2019.
e. Untuk mengetahui perencanaan / intervensi yang dapat
dilaksanakan padaAsuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1
pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb
Mesat Jaya Tahun 2019.
f. Untuk mengetahui implementasi / pelaksanaan tindakan yang
dapat dilaksanakan padaAsuhan Kebidanan Antenatal Care TM
1 pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb
Mesat Jaya Tahun 2019.
g. Untuk mengetahui evaluasi yang dihasilkan dari asuhan
kebidanan padaAsuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1 pada
Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb
Mesat Jaya Tahun 2019.
h. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktik
dilapangan dalam pemberianAsuhan Kebidanan Antenatal
Care TM 1 pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan
Hiperemisis Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti,
Am. Keb Mesat Jaya Tahun 2019.

1.4. Manfaat Studi Kasus


1.4.1. Bagi Penulis
Studi kasus ini dapat menjadi pengalaman ilmiah yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang asuhan
pada ibu hamil dengan hiperemisis gravidarum.
6

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan


Studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan terutama yang
berkaitan dengan hiperemisis gravidarum, serta dapat digunakan
sebagai acuan untuk meningkatkan profesionalisme kebidanan.
1.4.3. Bagi BPM
Sebagai masukan di BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb
mengenai perawatan hiperemisis gravidarum sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan Bidan Praktik Mandiri.
7

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Teori Kehamilan


2.1.1. Pengertian
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, AB.
2015).
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi.
Konsepsi adalah bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses
kehamilan atau (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280
hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan
sendiri adalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal
konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang terjadi dua
minggu setelahnya. (Kamariyah dkk, 2014).
2.1.2. Patofisiologi
Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari
wanita yang kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang
mengawali suatu kehamilan.Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada
sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi)
yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim, hingga plasentasi /
pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan, dua unsur penting
yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi
oleh indung telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang
wanita setiap bulannya akan melepaskan satu sel telur yang sudah
matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai – rumbai
(microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur
(tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48
jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu
sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk
8

menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-


juta sel sperma (spermatozoon) masukkedalam rongga rahim melalui
saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada
akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur.
2.1.3. Tanda-Tanda Kehamilan
Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami
suatu kehamilan, tanda pasti dan tanda tidak pasti.Tanda tidakpasti
dibagi menjadi dua, pertama tanda subjektif (presumtif) yaitu dugaan
atau perkiraan seorang wanita mengalami suatu kehamilan, kedua
tanda objektif (probability) atau kemungkinan hamil.

a. Tanda Pasti
1. Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan stetoskop
Laennec/ stetoskop Pinard pada minggu ke 17-18. Serta
dapat didengarkan dengan stetoskop ultrasonik (Doppler)
sekitar minggu ke 12. Auskultasi pada janin dilakukan
dengan mengidentifikasi bunyi-bunyi lain yang meyertai
seperti bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu
(Kumalasari, 2015: 3).
2. Melihat, meraba dan mendengar pergerakan anak saat
melakukan pemeriksaan,
3. Melihat rangka janin pada sinar rontgen atau dengan USG
(Sunarti, 2013: 60).
b. Tanda – Tanda Tidak Pasti
1. Tanda Subjektif (Presumtif/ Dugaan Hamil)
a) Aminorhea (Terlambat datang bulan)
Yaitu kondisi dimana wanita yang sudah mampu
hamil, mengalami terlambat haid/ datang bulan. Konsepsi
dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan
folikel degraaf dan ovulasi. Pada wanita yang terlambat
9

haid dan diduga hamil, perlu ditanyakan hari pertama


haid terakhirnya (HPHT). supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang
dihitung dengan menggunakan rumus Naegele yaitu TTP
: (hari pertama HT + 7), (bulan - 3) dan (tahun + 1)
(Kumalasari, 2015: 12).
b) Mual (nausea) dan Muntah (vomiting)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan
menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada
pagi hari yang disebut dengan morning sickness. Akibat
mual dan muntah ini nafsu makan menjadi berkurang.
Dalam batas yang fisiologis hal ini dapat diatasi Dalam
batas tertentu hal ini masih fisiologis Untuk mengatasinya
ibu dapat diberi makanan ringan yang mudah dicerna dan
tidak berbau menyengat (Kumalasari, 2015: 2).
c) Mengidam
Wanita hamil sering makan makanan terntentu,
keinginan yang demikian disebut dengan mengidam,
seringkali keinginan makan dan minum ini sangat kuat
pada bulan – bulan pertama kehamilan. Namun hal ini
akan berkurang dengan sendirinya seiring bertambahnya
usia kehamilan.
d) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala
(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan
menimbulkan syncope atau pingsan bila berada pada
tempa-tempat ramai yang sesak dan padat. Keadaan ini
akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu (Kumalasari,
2015: 2).
e) Perubahan Payudara
10

Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara


mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih
dari 16 minggu (Sartika, 2016: 8). Pengaruh estrogen –
progesteron dan somatotropin menimbulkan deposit
lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar
dan tegang, ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama (Kumalasari, 2015: 2).
Selain itu, perubahan lain seperti pigmentasi, puting susu,
sekresi kolostrum dan pembesaran vena yang semakin
bertambah seiring perkembangan kehamilan.
f) Sering miksi
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala
ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada
akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung
kemih ditekan oleh kepala janin (Prawirohardjo, 2008:
100).
g) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik
usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB
(Sunarsih, 2011: 111).
h) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12
minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini :
1) Daerah pipi : Cloasma gravidarum (penghitaman pada
daerah dahi, hidung, pipi, dan leher)
2) Daerah leher : Terlihat tampak lebih hitam
3) Dinding perut : Strie livide/ gravidarum yaitu tanda
yang dibentuk akibat serabut-serabut elastis lapisan kulit
11

terdalam terpisah dan putus/ merenggang, bewarna


kebiruan, kadang dapat menyebabkan rasa gatal
(pruritus), linea alba atau garis keputihan di perut
menjadi lebih hitam (linea nigra atau garis gelap vertikal
mengikuti garis perut (dari pusat-simpisis) (Sunarti, 2013:
45).
4) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae
sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini
berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada
wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan
hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar
montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes
sekitar payudara.
5) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat
pembesaran bagian tersebut.
i) Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/ gusi, sering terjadi
pada trimester pertama.
j) Varises (penampakan pembuluh darah vena)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan
pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang
mempunyai bakat. Varises dapat terjadi di sekitar
genitalia eksterna, kaki dan betis serta payudara.
Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah
peralinan (Hani, 2011: 79).

Beberapa test yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada


tidaknya suatu kehamilan yaitu:

a. Tes Urine
Tes urine dapat dilakukan dirumah atau dilaboratorium. Tes
Pack atau alat tes kehamilan yang banyak digunakan oleh
12

pasangan suami istri secara mandiri dengan mudah, meskipun


terdapat banyak macam jenis tes pack baik yang berbentuk strip
(sekali pakai), berbentuk pena, atau batangan kecil tetapi pada
prinsipnya cara kerja tes pack tersebut sama, yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan hormon kehamilan HCG
(Human Chorionic gonadotropin) di dalam tubuh. Jika memang
hamil, hormon ini terdapat di dalam urine dan darah.
Peningkatan HCG terjadi kurang lebih satu minggu setelah
ovulasi, sehingga disarankan agar melakukan tes minimal tujuh
hari supaya hasil yang diperoleh lebih akurat. Selain cara
mendapatkanya yang mudah, penggunaanya juga mudah yaitu
dengan cara mencelupkan atau menetesinya dengan urin
pengguna, tunggu selama beberapa menit hingga muncul tanda
positif negatif atau berapa jumlah strip yang muncul (sesuai
petunjuk penggunaan sebelum menggunakanya). Tes ini
sebaiknya dilakukan di pagi hari, karena saat pagi hari (bangun
tidur) urine dalam keadaan murni belum tercampur oleh zat-zat
makanan yang dikonsumsi (Siswosuharjo, Suwignyo & Fitria C.
2010: 28-29).
b. Tes Darah
Prinsipnya sama dengan tes urine yaitu menguji adanya
HCG dalam tubuh. Bedanya, tes darah ini tidak dapat dilakukan
sendiri dirumah, melainkan dilakukan di laboratorium dengan
jalan mengambil contoh darah. Jika terdapat peningkatan HCG
didalam darah, maka dinyatakan positif hamil, demikian juga
seterusnya
c. Tes USG (Ultra Sonography)
Tes ini di lakukan oleh seorang dokter dengan memastikan
kehamilan melalui USG yang dapat melihat bagian dalam tubuh
manusia. Dari gambaran yang ditampilkan alat tersebut, dokter
akn melihat didalam rahim terdapat embrio atau tidak. Jika
13

kehamilan sudah berjalan enam minggu, alat ini sangat


membantu dokter dalam menganalisis suatu kehamilan. Selain
melihat ada tidaknya embrio, penggunaan USG juga dapat
digunakan untuk amengetahui taksiran persalinan, perkiraan usia
kehamilan, serta perkiraan berat badan dan panjang janin
(Siswosuharjo, Suwignyo & Fitria C. 2010: 30).
2.1.4. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan
Banyak perubahan-perubahan yang terjadi setelah fertilisasi
dan berlanjut sepanjang kehamilan. Berikut beberapa perubahan
anatomi dan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil, diantaranya:

1. Perubahan Sistem Reproduksi


a. Vagina dan Vulva
Vagina sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan
vaskularisasi atau penumpukan pembuluh darah dan
pengaruh hormon esterogen yang menyebabkan warna
kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda
Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi
peningkatan ketebalan mukosa vagina, pelunakan jaringan
penyambung, dan hipertrofi (pertumbuhan abnormal
jaringan) pada otot polos yang merenggang, akibat
perenggangan ini vagina menjadi lebih lunak. Respon lain
pengaruh hormonal adalah seksresi sel-sel vagina
meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan bersifat
sangat asam karena adanya peningkatan PH asam
sekitar(5,2 – 6). Keasaman ini berguna untuk mengontrol
pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit
(Kumalasari, Intan. 2015 : 4).
b. Uterus/ Rahim
14

Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/


rahim sebagai ruang untuk menyimpan calon bayi yang
sedang tumbuh. Perubahan ini disebabkan antara lain:
1) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh
darah
2) Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan
perkembangan jaringan abnormal) yang meyebabkan
otot-otot rahim menjadi lebih besar, lunak dan dapat
mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan
janin.
3) Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir
rahim selama hamil.
Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm
dengan berat 50 gram (Sunarti, 2013: 43). Uterus
bertambah berat sekitar 70-1.100 gram selama kehamilan
dengan ukuran uterus saat umur kehamilan aterm adalah 30
x 25 x 20 cm dengan kapasitas > 4.000 cc. Pada perubahan
posisi uterus di bulan pertama berbentuk seperti alpukat,
empat bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk
bujur telur. Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar
telur ayam, umur dua bulan kehamilan sebesar telur bebek,
dan umur tiga bulan kehamilan sebesar telur angsa
(Kumalasari, Intan. 2015: 5). Dinding – dinding rahim
yang dapat melunak dan elastis menyebabkan fundus uteri
dapat didefleksikan yang disebut dengan Mc.Donald, serta
bertambahnya lunak korpus uteri dan serviks di minggu
kedelapan usia kehamilan yang dikenal dengan tanda
Hegar. Perhitungan lain berdasarkan perubahan tinggi
fundus menurut Kusumawati dalam Sartika, Nita. (2016: 9)
dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis
maka diperoleh, usia kehamilan 22-28 minggu : 24-26 cm,
15

28 minggu : 26,7 cm, 30 minggu : 29-30 cm, 32 minggu :


29,5-30 cm, 34 minggu : 30 cm, 36 minggu : 32 cm, 38
minggu : 33 cm, 40 minggu : 37,7 cm.
c. Serviks
Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan
massa dan kandungan air meningkat sehingga serviks
mengalami penigkatan vaskularisasi dan oedem karena
meningkatnya suplai darah dan terjadi penumpukan pada
pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi lunak tanda
(Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic) perubahan ini
dapat terjadi pada tiga bulan pertama usia kehamilan.
d. Ovarium
Manuaba mengemukakan dengan adanya
kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu
(Sinta, Janing. 2012. www.bidanshare.wordpress.com
diakses 1 September 2017). Pada kehamilan ovulasi
berhenti, corpus luteum terus tumbuh hingga terbentuk
plasenta yang mengambil alih pengeluaran hormon
estrogen dan progesteron.
e. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh Melanocyte Stimulating
Hormone atau hormon yang mempengaruhi warna kulit
pada lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar
suprarenalis (kelenjar pengatur hormon adrenalin).
Hiperpigmentasi ini terjadi pada daerah perut (striae
gravidarum), garis gelap mengikuti garis diperut (linia
nigra), areola mama, papilla mamae, , pipi (cloasma
16

gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan


berkurang dan hilang.
f. Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena
dengan semakin dekatnya persalinan, payudara
menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok
untuk bayi baru lahir. Perubahan yang terlihat diantaranya:
1) Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini
dikarenakan karena adanya peningkatan pertumbuhan
jaringan alveoli dan suplai darah yang meningkat
akibat oerubahan hormon selama hamil.
2) Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit
payudara yang membesar dan terlihat jelas.
3) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu
serta muncul areola mamae sekunder atau warna
tampak kehitaman pada puting susu yang menonjol dan
keras.
4) Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah
sekitar puting payudara yang terletak di dalam areola
mamame membesar dan dapat terlihat dari luar.
Kelenjar ini mengeluarkan banyak cairan minyak agar
puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak
menjadi tempat berkembang biak bakteri.
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat.
Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan
bewarna jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32
minggu warna cairan agak putih seperti air susu yang
sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak
lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning,
dan banyak mengandung lemak. Cairan ini di sebut
kolostrum (Saminem. 2018: 2-3).
17

2. Sistem Sirkulasi Darah (Kardiovaskular)


Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum
lebih besar daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi
hemodelusi atau pengenceran darah. Volume darah ibu
meningkat sekitar 30%-50% pada kehamilan tunggal, dan 50%
pada kehamilan kembar, peningkatan ini dikarenakan adanya
retensi garam dan air yang disebabkan sekresi aldosteron dari
hormon adrenal oleh estrogen. Cardiac output atau curah
jantung meningkat sekitar 30%, pompa jantung meningkat
30% setelah kehamilan tiga bulan dan kemudian melambat
hingga umur 32 minggu. Setelah itu volume darah menjadi
relatif stabil (Kumalasari, Intan. 2015: 5). Jumlah sel darah
merah semakin meningkat, hal ini untuk mengimbangi
pertymbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah
tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodelusi yang disertai anemia fisiologis. Dengan
terjadinya hemodelusi, kepekatan darah berkurang sehingga
tekanan darah tidak udah tinggi meskipun volume darah
bertambah.
3. Perubahan Sistem Pernafasan (Respirasi)
Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran
rahim, wanita hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas,
hal ini disebabkan karena usus tertekan ke arah diafragma
akibat dorongan rahim yang membesar. Selain itu kerja
jantung dan paru juga bertambah berat karena selama hamil,
jantung memompa darah untuk dua orang yaitu ibu dan janin,
dan paru-paru menghisap zat asam (pertukaran oksigen dan
karbondioksida) untuk kebutuhan ibu dan janin.
4. Perubahan Sistem Perkemihan (Urinaria)
Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat karena
menyaring darah yang volumenya meningkat sampai 30%-
18

50% atau lebih, serta pembesaran uterus yang menekan


kandung kemih menyebabkan sering berkemih (Sunarti. 2013:
48). Selain itu terjadinya hemodelusi menyebabkan
metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan air seni
pun bertambah. Faktor penekanan dan meningkatnya
pembentukan air seni inilah yang menyebabkan meningkatnya
frbeberapa hormon yang dihasilkan yaitu hormoekuensi
berkemih. Gejala ini akan menghilang pada trimester 3
kehamilan dan diakhir kehamilan gangguan ini akan muncul
kembali karena turunya kepala janin ke rongga panggul yang
menekan kandung kemih.
5. Perubahan Sistem Endokrin
Plasenta sebagai sumber utama setelah terbentuk
menghasikan hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin) hormon utama yang akan menstimulasi
pembentukan esterogen dan progesteron yang di sekresi oleh
korpus luteum, berperan mencegah terjadinya ovulasi dan
membantu mempertahankan ketebalan uterus. Hormon lain
yang dihasilkan yaitu hormon HPL (Human Placenta
Lactogen) atau hormon yang merangsang produksi ASI,
Hormon HCT (Human Chorionic Thyrotropin ) atau hormon
penggatur aktivitas kelenjar tyroid, dan hormon MSH
(Melanocyte Stimulating Hormon) atau hormon yang
mempengaruhi warna atau perubahan pada kulit.
6. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Perubahan pada sistem gasrointestinal tidak lain adalah
pengaruh dari faktor hormonal selama kehamilan. Tingginya
kadar progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh
yang dapat meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan
kontraksi otot-otot polos, hal ini mengakibatkan gerakan usus
(peristaltik) berkurang dan bekerja lebih lama karena adanya
19

desakan akibat tekanan dari uterus yang membesar sehingga


pada ibu hamil terutama pada kehamilan trimester 3 sering
mengeluh konstipasi/sembelit. Selain itu adanya pengaruh
esterogen yang tinggi menyebabkan pengeluaran asam
lambung meningkat dan sekresi kelenjar air liur (saliva) juga
meningkat karena menjadi lebih asam dan lebih
banyak.Menyebabkan daerah lambung terasa panas bahkan
hingga dada atau sering disebut heartburn yaitu kondisi
dimana makanan terlalu lama berada dilambung karena
relaksasi spingter ani di kerongkongan bawah yang
memungkinkan isi lambung kembali ke kerongkongan
(Kumalasari, Intan. 2015: 7). Keadaan lain menimbulkan rasa
mual dan pusing /sakit kepala pada ibu terutama di pagi hari
(morning sickness) jika disertai muntah yang berlebihan
hingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari disebut
:Hyperemesis gravidarum (Sunarti. 2013: 47).

2.2. Konsep Teori Hiperemisis Gravidarum


2.2.1 Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan
sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi(Marmi, 2011).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa
yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit
seperti appendisitis, pielititis, dan sebagainya (Joseph.2011.hal 161).
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau
tidak terkendali selama masa kehamilan, yang menyebabkan
20

dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan


kehilangan berat badan (Khumaira.2012.hal 97).
2.2.2 Etiologi
Mual dan muntah disebabkan oleh kombinasi hormon estrogen
dan progesteron, walaupun belum diketahui secara pasti dan hormon
human chorionic gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan
mual dan muntah, menurunnya tekanan sfingter esofageal bagian
bawah, meningkatnya tekanan interagastik, menurunnya kompetensi
sfinger pilori dan kegagalan mengeluarkan asam lambung.
Konstipasi tersebut disebakan oleh efek hormon progesteron yang
menyebabkan relaksasi otot polos dan peningkatan waktu transit dari
lambung dan usus dapat meningkat absorbsi cairan.
Kelainan gastrointestinal tersebut bisa timbul pada saat
kehamilan atau oleh kelainan yang sebelumnya sudah ada dan akan
bertambah berat sewaktu hamil. Memahami adanya keluhan dan
kondisi tersebut sangat bermanfaat untuk dapat memberikan
perawatan yang sebaik-baiknya. Perubahan-perubahan fisiologik
atau patologik umumnya tidak berbahaya dan dapat ditangani
dengan mudah melalui penjelasan pada pasien serta pemberian obat-
obatan yang relatif ringan (Prawirohardjo.2010.h; 814-815).
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Tetapi beberapa faktor predisposisi yaitu:
1. Faktor adaptasi hormonal
Pada wanita hamil yang kurang darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum dapat dimasukan dalam ruang lingkup
faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada kemilan kembar dan
hamil mola hidatidosa.
a. Anemia
Selama kehamilan tresemester pertama, wanita
hamil mengalami anemia saat kadar hemoglobinnya kurang
21

dari 11 gr/dl atau kadar hematokritnya urun sampai


dibawah 37%. Efek anemia pada kehamilan ialah timbul
rasa letih, stres meningkat. Pada wanita hamil yang kurang
darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum dapat
dimasukan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
wanita hamil dengan anemia (Manuaba.2010.h; 230).
b. Primigravida
Sebagian kecil primigravida belum mampu
beradaptasi terhadap hormon estrogen dan korionik
gonadotropin, sedangkan pada kehamilan kembar dan
molahidtidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu
tinggi dan menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum
(Manuaba. 2010.h; 230).
c. Molahidatidosa
Kehamilan molahidatidosa ialah suatu kehamilan
yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin
dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
hidropik. Untuk memperkuat diagnosis maka dilakukan
pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
dalam darah atau urin. Pada kehamilan molahidratidosa
kadar hCG lebih tinggi dan terjadi peningkatan hormon
estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya mual
muntah yang berlebihan atau hiperemesis
(Prawirohardjo.2010.h; 215).
2. Faktor psikologi
Hubungan faktor psikologi dengan kejadian hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita
yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan
hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi
faktor kejadian hiperemesis gravidarum. Dengan perubahan
22

suasana dan masuk rumah sakit penderitaannya dapat


berkurang sampai menghilang (Manuaba.2010.h; 230).
3. Faktor alergi
Pada kehamilan ketika diduga terjadi invasi jaringan villi
korialis yang masuk dalam peredaran darah ibu, maka faktor
alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis
gravidarum. (Manuaba.2010.h; 230)
4. Faktor endokrin
a. Diabetes Melitus
Selama trimester pertama kehamilan, kadar glukosa
ibu menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak
hamil sampai antara 55 dan 65 mg/dl. Akibat penurunan
estrogen dan progesteron, pankreas meningkatkan produksi
insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat
yang sama, penggunaan glukosa oleh janin meningkat,
sehingga menurunkan kadar glukosa ibu. Selain ini
trisemester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus
dan penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa
ibu semakin menurun (Bobak.2010.h; 702).
b. Gastritis
Penyakit gastritis sering terjadi pada kehamilan
muda, dengan dasar keluhan seperti mual, muntah-muntah,
tidak ada nafsu makan, nyeri di daerah epigastrium dan
sebagainya. Keluhan ini hampir sama dengan gejala
hiperemesis gravidarum. Bila penyakit ini disebabkan oleh
kehamilan, biasanya keluhan akan hilang setelah trimester
I. Kelainan gastrointestinal bisa timbul pada saat kehamilan
atau kelainan yang sebelumnya sudah ada akan bertambah
berat sewaktu hamil (Prawirohardjo.2010.h; 815).
2.2.3 Patofisiologi
23

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar


estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi trisemester pertama.
Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya pengosongan
lambung.(Wiknjosastro.2011.hal 277).
Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos
pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas
lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks
egofagus, penurunan motilitas lambung dan peningkatan sekresi
asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan
muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan
dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan dan sosial kultural
(Runiari.2010.hal 11).
Faktor psikologis ini merupakan faktor utama, disamping
pengaruh hormon. Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam
urine turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak,
sehingga dapat merusak hati (Runiari.2010.hal 11)
Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang
tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk
mempertahankan panas dan energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat
maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi, akibatnya
beberapa hasil pembakaran dari metabolisme lemak terdapat dalam
darah dan urin (terdapat atau kelebihan keton dalam urin)
(Runiari.2010.hal 11).
2.2.4 Tanda dan Gejala
24

Runiari (2016) menyatakan bahwa tidak ada batasan yang


jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan
hyperemesisgravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil
terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi
ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum.Padatingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan
tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada
epigastrium.Nadimeningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan
darah sistolik
menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit
berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan
sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria,
dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan
karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan
dalam urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, serta suhu meningkat.Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle
ensefalopati.Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks.Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah
25

hati.Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus,


lambung, dan retina.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit
hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan urine
Urin diperiksa untuk mendeteksi keberadaan keton.
Pemeriksaan ini dilakukan saat bangun tidur dan setiap kali
makan atau cemilan tertunda. Apabila terjadi ketonuria, asupan
karbohidrat harus dengan hati-hati ditingkatkan atau cemilan lain
dapt ditambahkan kedalam rencana makanan sehari-hari.
(Bobak.2010.h; 711)
Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada
pencernaannya yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh
membakar lemak untuk mempertahankan panas dan energi
tubuh. Sehingga hasil pembakaran dari metabolisme lemak
terdapat dalam darah dan urin (terdapat atau kelebihan keton
dalam urin). (Runiari.2010.hal 11)
2. Darah rutin
Tujuan dilakukan pemeriksaan haemoglobin : pemeriksaan
Hb secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan rutin
untuk mendeksi anemia. Pada wanita hamil yang kurang darah
lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum dapat dimasukan
dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan
anemia (Manuaba.2010.h; 230).
3. Uji glukosa
Uji glukosa darah merupakan metode yang dipilih untuk
memantau glukosa darah dan dapat dilakukan pengontrolan
glikemia wanita terutama pada wanita selama kehamilan
(Bobak.2010.hal 709-711 dan 702).
26

Pada seorang wanita yang mengalami diabetes melitus,


selama trisemester pertama kadar glukosa darah meningkat dan
glikemia meningkat. Pada wanita yang mengalami diabetes
melitus pada trisemester pertama juga ditandai dengan nausea,
vomitus. (Bobak.2010.h; 702)
4. Pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH)
Kehamilan akan menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi kelenjar tiroid ibu, sehingga kadang-kadang menyulitkan
penegakan dignosis penyakit atau menentukan adanya kelainan
tiroid. Gangguan kelenjar tiroid pada umumnya di dapatkan pada
perempuan muda, terdapat hubungan erat antara fungsi kelenjar
tiroid ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan tiroksin yaitu sekitar
sepertiganya dan kemungkinan akibat meningkatnya produksi
hormon estrogen (Prawirohardjo.2010.hal 850).
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan
enek (nausea). Mungkin ini akibat hormon estrogen yang
meningkat. Faktor keturunan merupakan faktor resiko lainnya
untuk terjadinya kegagalan kelenjar tiroid adalah penyakit
diabetes melitus tipe 1. (Prawirohardjo.2010.h; 850)
5. USG untuk memastikan mola
Pada hiperemesis gravidarum pemeriksaan USG dilakukan
untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar atau pun
kehamilan molahidatidosa (Prawirohardjo.2010.h; 814-818).
Pada wanita dengan molahidatidosa uterus membesar lebih cepat
dari biasa, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak
jarang terjadi perdarahan pervaginam. Kadang-kadang
pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa
gelambung villus, yang memastikan diagnosis molahidatidosa.
(Winkjosastro.2011.h; 262)
27

2.2.6 Komplikasi

1. Maternal
Dampak yang ditumbulkan, ibu akan kekurangan nutrisi
dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah
dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini
aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar, dan
kerusakan ginjal. (Ai Yeyeh,dkk.2010.h; 128-129)
2. Fetal
a. Kemungkinan bayi mangalami BBLR, IUGR, prematur
hingga terjadi abortus. (Ai Yeyeh,dkk.2010.h; 129)
b. Pada kasus-kasus ekstrem, embrio dan janin dapt mati akibat
perubahan metabolik yang menetap (irreversible)
(Bobak.2010.h; 721)

2.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan oleh bidan pada kasus
hiperemesis gravidarum yaitu dengan cara:

1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan


sebagai suatu proses yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
gejal yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
28

6. Makanan sayogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat


dingin.
7. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakann faktor
penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
(Khumaira.2012.h; 100-101)

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang


maka diperlukan seperti:

1. Obat yang diberikan


Memberikan obat untuk hiperemesis gravidarum sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter, sehingga dapat dipilih obat yang
tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan
kongenetal, cacat bawaan bayi). Komponen (susunan obat) yang
dapat diberikan adalah:
a. Sedatif ringan (fenobarbital (Luminal) 30 mg, Valium),
sebagai obat penenang.
b. Antialergi (Antihistamin, Dramamin, Avomin)
c. Obat anti mual-muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stimetil,
Avopreg), untuk menurunkan keluhan atau gangguan mual
dan muntah bagi ibu hamil.
d. Vitamin (terutama vitamin B kompleks, vitamin C) untuk
mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot polos,
peningkatan pertumbuhan dan perbaikan sel pada ibu dan
janin. (Manuaba.2010.h; 232)
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang
keluardan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan.Tidak diberikan makan atau minum dan
29

selama 24 jam. Terkadang dengan isolasi gejala akan berkurang


atau hilang tanpa pengobatan. (Wiknjosastro.2011.h; 279).
3. Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan RL atau glukose 5% dalam cairan garam
fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari atau 30 tetes/menit. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena
(Wiknjosastro.2011.h; 279).
4. Diet
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat
kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan
yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual
dan muntah, sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan
minum. Diet pada hiperemesis bertujuan untuk mengganti
persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara
berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang
cukup.
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gavidarum yaitu:
a. Diet hiperemesis I
Diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang akan zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi. Pemberian minuman tidak diberikan bersama
30

makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi


kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III
Diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi
kecuali kalsium.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan
III adalah roti panggang, biskuit, crakers, buah segar dan sari
buah, minuman botol ringan, sirup, kaldu tak berlemak, teh dan
kopi encer. Sedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah
makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan
berbumbu tajam. (Ai Yeyeh,dkk.2010.h; 124-125).
5. Penghentian kehamilan
Pada kondisi yang memburuk diusahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatrik. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak
tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak
boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ
vital. (Wiknjosastro.2011.h; 279)

Dari gejala yang ditimbulkan pada pasien hiperemesis


gravidarum yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yaitu
dengan indikasi sebagai berikut:

1. Memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, apalagi bila


telah berlangsung lama.
2. Berat badan turun hingga 10% dari berat badan.
3. Dehidrasi dengan turgor yang kurang dan lidah kering.
4. Adanya aseton dalam urine. (Runiari.2010.h;17)
31

Penatalaksanaan pada hiperemesis gravidarum menurut


tingkatannya antara lain:

1. Tingkat I
Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi
tentang kehamilan dengan maksud menghilangkan faktor psikis
ibu terhadap rasa takut, menganjurkan mengubah pola makan
sehari-hari, therapy obat menggunakan sedative (obat yang punya
efek mengantuk) yang sering diberikan adalah phenobarbital,
vitamin B1 dab B6. Antihistamin seperti dramamin dan avomin.
Menurut surrinah (2010), infus glukosa 10%atau 5% : RL = 2:
1,40 tetes per menit.
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan glukosa 5% bila perlu ditambahkan vitamin,
khusus vitamin B1 komplek dan vitamin C (Prawirohardjo.2010)
2. Tingkat II dan tingkat III
a. Isolasi dan pengobatan psikologis
Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat
meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari
lingk ungan rumah tangga. Petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah
berkaitan dengan kehamilan. (Manuaba, 2010).
b. Pemberian cairan pengganti
Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga
keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang
diberikan adalah glukosa 5 sampai 10% dengan keuntungan
dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai
sumber energi. sehingga terjadi perubahan metabolism dari
lemak dan protein menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan
dapat di tambahkan vitamin C, B kompleks atau kalium yang
diperlukan untuk kelancaran metabolisme.
32

Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang


keseimbangan cairan yang masuk dan dan keluar melalui
kateter, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan.lancarnya
pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan
pasien berangsur-angsur membaik.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah darah, urine dan bila
mungkin fungsi hati dan ginjal. bola keadaan muntah
berkurang, kesadaran membaik, wanita hamil dapat diberikan
makan minum dan mobilisasi.

2.3. Teori Managemen Kebidanan


2.3.1. Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan
kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang
sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan
apakah sudah tepat, lengkap dan akurat (Nurul, 2015).
33

2.3.2. Interpretasi Data


Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah
dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap
membutuhkan penanganan.Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami wanita yang di identifikasi oleh bidan sesuai
dengan hasil pengkajian.Masalah juga sering menyertai
diagnosa.Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan (Nurul, 2015).
2.3.3. Diagnosis Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan
dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya
merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial
tidak terjadi (Nurul, 2015).
2.3.4. Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus-menerus.Pada penjelasan diatas
menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai
34

dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya.Setelah


bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah
sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera untuk
segera ditangani baik ibu maupun bayinya.Dalam rumusan ini
termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau yang bersifat rujukan (Nurul, 2015).
2.3.5. Perencanaan Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini
merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan
yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan
tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien
bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-
kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar
dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan
melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang uptodate
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien
(Nurul, 2015).
2.3.6. Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara aman
dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh
35

bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap
bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.Dalam
kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Nurul, 2015).
2.3.7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar
efektif dalam pelaksanaannya. Langkah proses penatalaksanaan
umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di
dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien
dan situasi klinik (Nurul, 2015).

2.4. Catatan Perkembangan Pasien


SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan
tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses
pemikiran penatalaksaan kebidanan. Di pakai untuk mendokumenkan
asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan
kemajuan.Model SOAP sering digunakan dalam catatan perkembangan
pasien.Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali dia
bertemu dengan pasiennya.Selama antepartum, seorang bidan bisa menulis
satu catatan SOAP untuk setiap kunjungan, sementara dalam masa
36

intrapartum, seorang bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu
pasien dalam satu hari.Bentuk penerapannya adalah sebagai berikut
(Mufdlilah, 2017).
Data Subjektif
Berisi tentang data dari klien (segala bentuk pernyataan atau keluhan klien)
di peroleh dari anamnesa yang merupakan ungkapan langsung.
Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil observasi melalui pemeriksaan umum, fisik,
obstetrik, penunjang (laboratorium, USG, inspekulo, VT, dll)
Analisis
Kesimpulan berdasarkan dari data S dan O, meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, serta perlunya tindakan segera
Planning
Rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis, termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling.
2.5. Landasan Hukum
Adapun Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
1464/MENKES/PER/X/2010 yaitu:
Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berwenang untuk :
37

1) Episiotomi
2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3) Penanganan kegawat daruratan,dilanjutkan dengan dirujuk
4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif.
2.6. Informed Consent

2.6.1. Pengertian Informed Consent


Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed”
yang berarti informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti
persetujuan atau memberi izin. Jadi pengertian Informed Consent
adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat
informasi (Hatta, 2016).
Istilah Bahasa Indonesia Informed Consent diterjemahkan
sebagai persetujuan tindakan medik yang terdiri dari dua suku kata
Bahasa Inggris yaitu Inform yang bermakna Informasi dan consent
berarti persetujuan. Sehingga secara umum Informed Consent
dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh seorang
pasien kepada dokter atas suatu tindakan medik yang akan
dilakukan, setelah mendapatkan informasi yang jelas akan tindakan
tersebut (Fauzi, 2015).
2.6.2. Bentuk-bentukInformed Consent
Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan
tindakan medis, sekecil apapun tindakan tersebut. informed consent
dibagi menjadi 2 bentuk :
a. Implied consent
Yaitu persetujuan dinyatakan tidak langsung. Contohnya:
saat bidan mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si
ibu dengan membawa sfingmomanometer tanpa mengatakan
apapun dan si ibu langsung menggulung lengan bajunya
38

(meskipun tidak mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan


bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan yang akan
dilakukan bidan).
b. Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam
bentuk tulisan atau secara verbal. Sekalipun persetujuan secara
tersirat dapat diberikan, namun sangat bijaksana bila
persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal
ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat dimasa
mendatang.Contoh, persetujuan untuk pelaksanaan sesar.
2.6.3. Persetujuan pada informed consent dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk, yaitu :
a. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis
yang mengandung resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam
PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan
SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap
tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya
pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang
perlunya tindakan medis serta resiko yang berkaitan dengannya
telah terjadi informed consent.
b. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis
yang bersifat non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi,
yang diberikan oleh pihak pasien.
c. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat,
misalnya pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan
darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai tanda
menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
2.6.4. Manfaat informedconsent
a. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed
consent, secara tidak langsung terjalin kerjasama antara bidan
39

dank lien sehingga memperlancar tindakan yang dilakukan.


Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya
tindakan kedaruratan.
b. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Tindakan bidan yang tepat dan segera, menurunkan resiko
terjadinya efek samping dan komplikasi.
c. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit,
karena si ibu memiliki pemahaman yang cukup terhadap
tindakan yang dilakukan.
d. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang
oleh tindakan yang lancar, efek samping dan komplikasi yang
minim, dan proses pemulihan yang cepat.
e. Melindungi bidan dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika
tindakan medis menimbulkan masalah, bidan memiliki bukti
tertulis tentang persetujuan pasien.
40

BAB III
METODOLOGI
3.1 Jenis Studi Kasus
Studi kasus (case study) yang merupakan bagian dari metode
kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih
mendalam dengan melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi
(J.R Raco, 2010)
Jenis studi kasus pada Asuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1 pada
Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis Gravidarum Grade I di
BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat Jaya Tahun 2019ini adalah
menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah prosedur pemecahanmasalah yang
diselidiki denganmenggambarkan/melukiskankeadaan/subyek/obyek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-faktayang tampak sebagaimanaadanya
(Arikunto, 2010).
3.2 Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus adalah tempat dimana sebenarnya penelitian
dilakukan dan dimana sebenarnya peneliti menangkap keadaan objek-
objek yang sedang diteliti (Sugiyono, 2011).
Pada studi kasus asuhan kebidanan ini dilakukan diBPM Eka Rahma
Winarti, Am. Keb Mesat Jaya Tahun 2019.
3.3 Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus adalah memberi batasan subjek penelitian
sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian
melekat, dan yang dipermasalahkan (Arikunto, 2010).
Subyek studi kasus pada laporan studi kasus ini adalah Ibu hamil Ibu
Hamil pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade I di BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat Jaya
Tahun 2019.
3.4 Waktu Pelaksanaan
41

Waktu pelaksanaan adalah kapan saat penelitian dilakukan


(Sugiyono, 2011).
Waktu pelaksanaan penelitian ini dari pengkajian sampai dengan
selesai pada tanggal 14Juli Tahun 2019.
3.5 Instrumen Studi Kasus
Instrumen Studi Kasus adalah alat yang digunakan untuk merekam
pada umumnya secara kuantitatif–keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis (Suryabrata, 2010).
Instrumen pada studi kasus ini adalah menggunakan format asuhan
kehamilan, timbangan berat badan, tensimeter, terometer, stetoskop, alat
tulis, buku dokumentasi, dan buku KIA.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data penelitiannya. Pada studi kasus ini menggunakan
teknik pengumpulan primer dan sekunder yaitu sebagai berikut:
3.6.1. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek
penelitian oleh peneliti baik perorangan maupun organisasi.Pada
studi kasus ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
a. Wawancara
Wawancaraadalah salah satu alat sebagai pengumpul data yang
sangat baik agar dapat mengetahui pendapat, tanggapan,
motivasi, perasaan dan proyeksi seseorang terhadap masa
depannya. Metode ini dipergunakan apabila data yang akan
diperlukan sebagian besar berada dalam benak pikiran
responden. Maka itu, wawancara banyak dipergunakan dalam
studi-studi persepsi yang bernuansa kualitatif (Suryabrata,
2010).
b. Observasi
42

Metode observasi adalah Pengamatan serta pencatatan dengan


sistematik fenomen-fenomen yang diselidiki (Sutrisno Hadi,
2015).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk mebuat penilaian klinis.Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan
penetuan (Potter dan Perry, 2010).
3.6.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan
disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh
berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data
dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Pada studi kasus ini
menggunakan data sekunder yaitu dilakukan dengan cara: studi
dokumentasi, studi perpustakaan.
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu bentuk dari pengabadian, arsip
ataupun barang-barang peninggalan yang
diabadikan.Dokumentasi sendiri dipergunakan sebagai alat
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, seperti
literatur buku-buku yang relevan, majalah, laporan kegiatan,
catatan harian, notulen rapat, serta beberapa dokumen yang
berkaitan dengan penelitian (Sutrisno Hadi, 2015).
b. Studi Perpustakaan
Studi perpustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan-
catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan (Nazir, 2014).
43

3.7 Alat-alat Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data adalah untuk mengumpulkan data yang
dimaksud, seorang peneliti biasanya menggunakan instrument untuk
mengumpulkan data (Arikunto, 2010).
Alat-alat pengumpulan data pada studi kasus ini adalah format
asuhan kehamilan, timbangan berat badan, tensimeter, terometer,
stetoskop, alat tulis, buku dokumentasi, dan buku KIA.
44

BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1. Tinjaun Kasus

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE TM 1 PADA NY.Y UMUR 22


TAHUN G1P0A0 DENGAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM GRADE I
DI BPM EKA RAHMA WINARTI, AM. KEB
MESAT JAYA TAHUN 2019

Tanggal : 07Juli 2019


Jam : 19.00 WIB
Tempat : Bpm Eka Rahma Winarti, Am. Keb
Pengkaji : Desi Wahyuni
4.1.1. PENGKAJIAN

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Pasien: Ny. Y Nama Suami : Tn. K
Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa: Sumatera Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kayuara
2. Keluhan
Ibu mengatakan ini kehamilan pertama, mengeluh mengalami
mual dan muntah konsistensi cair 6 kali sehari, tidak nafsu
makan, badan terasa lemas sampai mengganggu aktifitasnya.
45

3. Riwayat Mestruasi
(1) Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada usia 14
tahun.
(2) Siklus : Ibu mengatakan siklus menstruasinya 28
hari.
(3) Lama : Ibu mengatakan lamanya haid 7 hari.
(4) Banyaknya : Ibu mengatakan saat haid sehari ganti
pembalut 3 kali.
(5) Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap
bulan.
(6) Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer dan
berwarna merah.
(7) Disminorhoe : Ibu mengatakan kadang nyeri saat haid.
4. Riwayat Kehamilan Ini
a. HPHT : 15Mei 2019
b. HPL : 22 Februari 2020
c. Gerakan janin: Ibu mengatakan belum merasakan adanya
gerakan janin pada perutnya.
d. Vitamin yang dikonsumsi : Ibu mengatakan tidak
mengkonsumsi vitamin atau jamu.
e. Keluhan – keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual, muntah dan pusing.
Trimester II : -
Trimester III : -
f. ANC : Ibu mengatakan periksa 1 kali di bidan pada usia
kehamilan 1 bulan.
g. Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi
ibu hamil.
h. Imunisasi TT
Ibu mengatakan sudah suntik TT 2 kali
46

TT 1 : calon pengantin
TT 2 : saat hamil anak pertama
i. Kekhawatiran khusus
Ibu mengatakan merasa cemas dengan mual dan muntah
yang dialaminya saat ini.
5. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit Jantung,
Hipertensi, DM, Malaria, Ginjal, Asma, Hepatitis
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit Hipertensi,
DM, Malaria, Asma, Hepatitis.
7. Riwayatperkawinan

b. Status perkawinan : Sah


c. Kawin : 1 kali, menikah umur 20 tahun
dengan suami umur 22 tahun lamanya 2 tahun.

8. Riwayat keluarga berencana


a) Jenis KB : Tidak Pernah
b) Lama pemakaian : -
c) Keluhan : -
d) Alasan lepas :-
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas Yang Lalu
N Tahun Tempat Umur Jenis Penol Peny Keadaan
o Persalin Persalin Keham Persali ong ulit Nifas Anak
an an ilan nan
1 Sekarang

10. Pola Kebiasaan Sehari-hari


Tabel 4.1.
Activity Daily Living
47

Pola Nutrisi Sebelum Hamil Selama hamil


Nutrisi Makan 3 x/hr, porsi 1 piring terdiri Makan 2x/hr, porsi ½ piring,
dari nasi, sayur dan lauk-pauk. terdiri dari nasi, sayur dan lauk
Minum 6-7 gls/hr pauk. Minum 6-7 gls/hr
Istirahat Tidur siang : + 1 jam Tidur siang : + 1 jam
Tidur malam : + 6 jam Tidur malam : + 6 jam
Eliminasi BAB : 1 x/hr, warna kuning BAB : 1 x/hr, warna kuning
kecoklatan kecoklatan
BAK : 4-5 x/hr, warna kuning jernih BAK : 5-6 x/hr, warna kuning
jernih
Kebersihan Mandi 2 s/hr, ganti baju, BH dan CD Mandi 2 s/hr, ganti baju, BH dan
1x/hr, gosok gigi tiap kali mandi CD 1x/hr, gosok gigi tiap kali
mandi
Aktivitas Memasak, menyapu, mencuci Menyapu
Seksual 2 x/minggu 1 x/minggu
Kebiasaan Tidak merokok, tidak kencanduan Tidak merokok, tidak kencanduan
obat dan minum-minuman keras obat dan minum-minuman keras

B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital:
TD:110/70 mmHg, N: 80 x/mnt, RR: 22 x/mnt, T: 370C
4. Antropometri : BB: 40 kg, TB: 155 cm, Lila: 24 cm
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : simetris, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada,
warna rambut hitam, bersih, tekstur keras, tidak ada
kerontokan
b. Muka : tidak ada cloasma, tidak oedem, simetris
c. Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak ikterus, cekung,
simetris, fungsi penglihatan baik
48

d. Hidung : simetris, tidak ada polip bersih, tidak ada nyeri


tekan, tidak ada benjolan
e. Gigi : bersih, ada karies, tidak ada bengkak gusi, nyeri pada
gigi tidak ada
f. Lidah dan tonsil : tampak kotor, pucat, tidak ada luka, tidak
ada stomatitis, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan tonsil,
tidak ada nyeri tekan
g. Telinga : bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik.
h. Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada kelenjar tiroid
i. Dada : pernafasan teratur, tidak ada benjolan, kedua
payudara membesar, ada hiperpigmenasi pada areola dan
papila mamae, tidak ada bekas operasi
j. Abdomen:
1) Inspeksi
a) Pembesaran perut : Membesar sesuai umur
kehamilan.
b) Bentuk perut : Normal
c) Linea alba / nigra : Linea nigra
d) Strie Albican / Livide : Tidak ada strie albican /
livide
e) Kelainan : Tidak ada kelainan
f) Pergerakan janin : Belum ada
2) Palpasi
a) Kontraksi : Belum bisa dilakukan pemeriksaan.
b) Leopold I : Teraba ballotement, TFU : 2 jari
diatas sympisis
c) Leopold II : Belum bisa dilakukan pemeriksaan
d) Leopold III : Belum bisa dilakukan pemeriksaan
e) Leopold IV : Belum bisa dilakukan pemeriksaan
49

f) TFU Mc Donald : Belum bisa dilakukan


pemeriksaan
g) TBJ : Belum bisa dilakukan pemeriksaan.
3) Auskultasi
DJJ : Puctum maximum : Belum bisa dilakukan
Frekuensi : Belum bisa dilakukan
Teratur / Tidak : Belum bisa dilakukan
k. Ekstremitas
Atas : simetris, bersih, warna kuku pucat, jari-jari lengkap
bawah : simetris, bersih, warna kuku pucat, jari-jari lengkap,
tidak oedem, tidak varises
l. Genetalia : tidak ada oedem, tidak varises, bersih
m. Anus : tidak ada luka, tidak hemoroid
n. Pemerikasaan penunjang: tidak dilakukan pemeriksaan

4.1.2. INTERPRESTASI DATA


Tanggal :07 Juli 2019 Pukul : 19.00 WIB

a. Diagnosa Kebidanan
Ny. Y G1P0A0 umur 22 tahun umur kehamilan 7+2 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I.
Data Dasar :
1. Data Subyektif
a. Ibu mengatakan bernama Ny. Y berumur 22 tahun
b. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 15Mei
2019.
c. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan belum
pernah keguguran.
d. Ibu mengatakan sejak 1 hari yang lalu mengalami mual
muntah konsistensi cair ± 6 kali sehari, tidak nafsu makan
dan badan terasa lemas sampai mengganggu aktifitasnya.
2. Data Obyektif
50

a. Keadaan umum : Cukup


b. Kesadaran : Composmentis
c. HPL : 22 Februari 2020
d. Vital sign
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg
2) Suhu : 37°C
3) Nadi : 80 x/menit
4) Respirasi : 22 x/menit
5) BB sebelum hamil : 40 cm
6) BB sekarang : 40 kg
e. Palpasi
Leopold I : Teraba ballottement
f. Inspeksi
Turgor kulit kurang, lidah kering, mata cekung dan
conjungtiva pucat.
b. Masalah
Ibu merasa tidak nyaman, cemas dan gelisah dengan kehamilannya
saat ini karena mual muntah yang mengganggu aktifitasnya.
c. Kebutuhan
1) Informasi tentang keadaan kehamilannya saat ini
2) Informasi tentang penyebab mual dan muntah serta cara
mengatasinya
3) Dukungan moril untuk ibu dari suami dan keluarganya.
4.1.3. DIAGNOSA POTENSIAL
Hiperemesis Gravidarum Grade II
4.1.4. TINDAKAN SEGERA
Pemberian terapi injeksi B complex secara IM, vesperum (10 mg) 2 x 1
sebelum makan, vitamin B6 1x1 sesudah makan.
4.1.5. RENCANA TINDAKAN
Tanggal :07 Juli 2019 Pukul : 19.10 WIB
51

1. Beritahu ibu tentang kondisinya saat ini.


2. Beri penjelasan kepada ibu tentang mual dan muntah pada ibu hamil
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I
3. Anjurkan ibu untuk istirahat total dan mengurangi aktifitas
4. Beritahu ibu tentang asupan makanan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I
5. Beritahu ibu tentang mobilisasi pada ibu hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade I
6. Anjurkan ibu untuk banyak minum.
7. Berikan cairan intramuskular dan terapi obat oral
8. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu
lagi.

4.1.6. IMPLEMENTASI
Tanggal : 07 Juli 2019 Pukul : 19.15 WIB
1. Pukul 19.15 WIB memberitahu ibu tentang keadaannya saat ini
dalam kondisi cukup.
2. Pukul 19.20 WIB memberikan penjelasan kepada ibu bahwa mual
dan muntah pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade I
merupakan gejala yang fisiologis atau normal pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Pukul 19.25 WIB menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
dengan tidur siang ± 2 –3 jam serta tidur malam tidak terlalu larut ±
8 jam dan mengurangi aktifitas rumah tangga untuk sementara
waktu agar ibu bisa istirahat secara maksimal untuk mengurangi
efek mual dan muntah.
4. Pukul 19.30 WIB memberitahu ibu tentang asupan makanan pada
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum grade I yaitu dengan
porsi sedikit tapi sering dan makan –makanan ringan seperti biskuit,
sementara waktu menghindari makanan yang berminyak dan berbau
lemak (contoh : daging, keju, susu dan lain –lain) serta menyajikan
52

makanan dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin agar tidak
memicu timbulnya mual dan muntah.
5. Pukul 19.35 WIB memberitahu ibu tentang mobilisasi pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum grade I yaitu jangan tiba –
tiba langsung berdiri pada saat pagi bangun tidur tetapi miring
kemudian duduk terlebih dahulu baru pelahan berdiri untuk
menghindari mual dan muntah.
6. Pukul 19.40 WIB menganjurkan ibu untuk banyak minum minimal
2 - 3 liter per hari atau 7 –8 gelas per hari supaya ibu tidak
mengalami dehidrasi.
7. Pukul 19.45 WIB memberikan cairan injeksi B complex secara IM,
vesperum (10 mg)sebanyak 10 tablet diminum2 x 1 sebelum makan,
vitamin B6 1x1 sesudah, vitamin b6, diminum dengan air putih
setelah makan. Cairan cairan injeksi B complex untuk membantu
proses metabolisme dan meningkatkan energi. Vesperum (10 mg),
yang di gunakanuntukmenanganigejalamual, muntah,
nyeriperut.Suplemen vitamin B6 diberikan pada penderita
kekurangan vitamin B6 (misalnya karena malnutrisi), morning
sickness, mengatasi jenis anemia tertentu (anemia sideroblastik).
8. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu
lagi tanggal 14 Juli 2019 untuk mengontrol kondisi ibu.
4.1.7. EVALUASI
Tanggal :07 Juli 2019 Pukul : 19.45 WIB

1. Ibu sudah mengetahui keadaannya saat ini bahwa dalam kondisi


cukup.
2. Ibu sudah paham dan mengerti tentang mual muntah yang dialami
saat ini merupakan hal yang normal dalam kehamilan muda.
3. Ibu bersedia istirahat total tidur siang ± 2 –3 jam serta tidur malam ±
8 jam dan mengurangi aktifitas rumah tangga untuk sementara
waktu.
53

4. Ibu sudah mengerti dan paham tentang asupan makanan pada ibu
hamil dengan hiperemesis gravidarum grade I.
5. Ibu sudah mengetahui tentang mobilisasi pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum grade I.
6. Ibu bersedia banyak minum minimal 2 –3 liter per hari atau 7 –8
gelas per hari.
7. Ibu sudah dilberikan injeksi B comlex secara IM dan bersedia untuk
minum obat oral secara teratur.
8. Ibu bersedia dan senang akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu
lagi.
54

DATA PERKEMBANGAN I
( Kunjungan Rumah )
Tanggal :14 Juli 2019 Pukul : 08.00 WIB
A. Subyektif
1. Ibu mengatakan masih mual dan muntah konsistensi cair ± 4 kali sehari
2. Ibu mengatakan badan masih merasa lemas.
3. Ibu mengatakan tidak dapat istirahat dengan nyenyak dan sering
terbangun karena mual muntah.
4. Ibu mengatakan nafsu makan masih sedikit 1 –2 kali sehari dan
minumnya masih sedikit ± 5 – 6 gelas.
5. Ibu mengatakan masih merasa cemas dengan keadaan kehamilannya
sehubung dengan mual muntah yang dialami.
6. Ibu mengatakan teratur minum obat setiap hari dan masing – masing
obat tinggal 3 biji.
B. Obyektif
1. Keadaan umum : Cukup
2. Kesadaran : Composmentis
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit
c. Suhu : 36 °C
d. Respirasi : 22 x/menit
4. BB sekarang : 40 kg
5. Pemeriksaan inspeksi : Turgor kulit kurang, lidah kering, mata cekung
dan congjungtiva pucat.
C. Assesment
Ny.Y umur 22 tahun G1P0A0 umur kehamilan 8+2 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I.
D. Planning
Tanggal :14 Juli 2019 Pukul : 09.30 WIB
1. Pukul 09.30 WIB menanyakan mual muntah setiap kali kunjungan rumah.
55

Evaluasi :Ibu masih mual muntah konsistensi cair 4–5 kali sehari
konsistensi air.
2. Pukul 09.40 WIB menjelaskan pada ibu bahwa mual dan muntah yang
dialaminya saat ini merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
Evaluasi :Ibu sudah mengerti tentang kondisinya saat ini sehubung
dengan mual muntah yang dialaminya.
3. Pukul 09.45 WIB menganjurkan ibu makan selagi panas dengan porsi
sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang berminyak dan berbau
lemak seperti gorengan, susu, keju, daging untuk sementara waktu sampai
kondisi klien pulih.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk makan selagi panas dengan porsi sedikit
tapi sering dan menghindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
4. Pukul 09.50 WIB menganjurkan ibu setiap bangun pagi untuk miring
terlebih dahulu kemudian duduk baru secara perlahan berdiri untuk
menghindari mual dan muntah.
Evaluasi :Ibu bersedia setiap bangun pagi miring terlebih dahulu
kemudian duduk baru perlahan bediri.
5. Pukul 09.55 WIB menganjurkan ibu untuk banyak minum dan banyak
istirahat tidur siang ± 2 –3 jam dan tidur malam ± 8 jam agar tidak terjadi
dehidrasi dan bisa istirahat secara maksimal.
Evaluasi :Ibu bersedia untuk banyak minum 7 – 8 gelas dan banyak
istirahat tidur siang ± 2 – 3 jam dan tidur malam ± 8 jam.
6. Pukul 10.00 WIB menganjurkan ibu untuk tetap meneruskan minum obat
sampai kondisi pulih kembali.
Evaluasi :Ibu bersedia untuk melanjutkan minum obat secara teratur.
7. Pukul 10.05 WIB memberi dukungan moril bahwa penyakit ini bisa
disembuhkan.
Evaluasi :Ibu merasa senang dengan pelayanan yang diberikan.
8. Pukul 10.10 WIB memberitahu ibu akan tetap melakukan kunjungan
rumah 3 hari lagi sampai keadaan baik.
56

Evaluasi : Ibu merasa senang dengan kunjungan yang dilakukan untuk


kesehatannya.
57

DATA PERKEMBANGAN II
( Kunjungan Rumah )
Tanggal :17 Juli 2019 Pukul : 10.00 WIB
A. Subyektif
1. Ibu mengatakan mual dan muntah sudah mulai berkurang ± 2 – 3 kali
sehari konsistensi cair.
2. Ibu mengatakan badannya masih sedikit lemas.
3. Ibu mengatakan nafsu makan sudah membaik ± 2 –3 kali sehari dan
minum ± 5 –6 gelas sehari.
4. Ibu mengatakan sedikit bisa istirahat dengan tenang karena mual dan
muntahnya sudah berkurang.
5. Ibu mengatakan tidak begitu cemas dengan kondisi kehamilannya saat
ini.
6. Ibu mengatakan selalu minum obat dengan teratur dan obatnya sudah
habis.
B. Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit
c. Respirasi : 21 x/menit
d. Suhu : 36,2 °C
4. BB sekarang : 41 kg
5. Inspeksi : Turgor kulit sedikit kurang, lidah tidak
kering, mata tidak cekung, conjungtiva merah muda.
C. Assesment
Ny. Y umur 22 tahun G1P0A0 hamil 8+5 minggu dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade I.
D. Planning
Tanggal : 17 Juli 2019 Pukul : 10.15 WIB
58

1. Pukul 10.15 WIB memberitahu ibu keadaannya saat ini dalam kondisi
baik.
Evaluasi :Ibu sudah mengetahui keadaannya saat ini bahwa dalam kondisi
baik.
2. Pukul 10.17 WIB menanyakan mual dan muntah pada ibu.
Evaluasi :Mual dan muntah sudah berkurang ± 2 –3 kali sehari, badan
masih sedikit lemas
3. Pukul 10.20 WIB menjelaskan kembali kepada ibu tentang gizi seimbang
ibu hamil seperti nasi, sayur, lauk dan buah –buahan.
Evaluasi :Ibu sudah mengetahui tentang gizi ibu hamil.
4. Pukul 10.25 WIB mengevaluasi ibu untuk makan dengan gizi seimbang
dan makan selagi panas atau dingin dengan porsi sedikit tapi sering dan
menghindari makanan yang berminyak serta berbau lemak (contohnya
daging, susu, gorengan) agar tidak memicu terjadinya mual dan muntah.
Evaluasi :Ibu bersedia makan dengan gizi seimbang dan makan selagi
panas atau dingin dengan porsi sedikit tapi sering.
5. Pukul 10.30 WIB mengevaluasi ibu untuk istirahat siang ±2 – 3 jam dan
tidur malam ± 8 jam supaya bisa istirahat secara maksimal.
Evaluasi :Ibu bersedia untuk istirahat dengan tidur siang ± 2 –3 jam
sehari dan tidur malam ± 8 jam.
6. Pukul 10.35 WIB menganjurkan ibu untuk banyak minum 7 – 8 gelas
sehari agar tidak terjadi dehidrasi.
Evaluasi :Ibu bersedia untuk banyak minum yaitu sehari minimal 7 –8
gelas.
7. Pukul 10.40 WIB memberikan ibu terapi obat Vesperum (10 mg) 2 x 1
sehari, sebanyak 10 tablet diminum dengan air putih.
Evaluasi :Ibu sudah diberikan terapi obat lagi.
8. Pukul 10.45 WIB memberitahu ibu akan tetap melakukan kunjungan
rumah 4 hari lagi sampai kondisi membaik.
Evaluasi : Ibu merasa senang dengan kunjungan rumah yang akan
dilakukan untuk mengetahui tentang perkembangan kesehatannya.
59

DATA PERKEMBANGAN III


( Kunjungan Rumah )
Tanggal :21 Juli 2019 Pukul : 10.00 WIB
A. Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak mual dan muntah lagi.
2. Ibu mengatakan badan sudah tidak lemas lagi.
3. Ibu mengatakan nafsu makan sudah membaik ± 3 kali sehari dan
minum air putih 6 – 7 gelas sehari.
4. Ibu mengatakan dapat istirahat dengan nyaman pada siang hari dan
malam hari.
5. Ibu mengatakan sudah tidak cemas lagi dengan kondisi kehamilannya.
6. Ibu mengatakan obat selalu diminum secara teratur.
B. Obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Vital sign
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Suhu : 36 °C
d. Respirasi : 22 x/menit
4. BB sekarang : 41,5 kg
5. Inspeksi : Turgor kulit baik, lidah tidak
kering, mata tidak cekung, conjungtiva merah muda..
C. Assesment
Ny. Y umur 22 tahun G1P0A0 hamil 9+2 minggu dengan riwayat
Hipermesis Gravidum Grade I.
D. Planning
Tanggal :21 Juli 2019 Pukul : 10.10 WIB
1. Pukul 10.10 WIB memberitahu ibu bahwa kondisi saat ini sudah baik.
Evaluasi :Ibu merasa senang dan nyaman dengan kondisinya saat ini
karena mual dan muntahnya sudah berhenti sehingga aktifitas dan
60

kehidupan sehari –hari berjalan normal kembali. Keadaan umum baik,


kesadaran composmentis, mual dan muntah sudah berhenti, kulit tidak
kurang, badan tidak lemas, nafsu makan baik dan berat badan sudah
naik 0,5kg.
2. Pukul 10.15 WIB mengevaluasi ibu untuk tetap mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang seperti nasi, sayur, lauk, buah dan cukup
minum.
Evaluasi :Ibu bersedia mengkonsumsi makan –makanan yang bergizi
seimbang seperti nasi, sayur, lauk, dan buah serta cukup minum.
3. Pukul 10.20 WIB mengevaluasi kembali untuk istirahat cukup yaitu
tidur siang ± 2 –3 jam dan tidur siang ± 8 jam.
Evaluasi :Ibu bersedia istirahat cukup yaitu tidur siang ± 2 –3 jam dan
tidur malam ± 8 jam.
4. Pukul 10.25 WIB menjelaskan pada ibu tentang tanda –tanda bahaya
kehamilan yaitu perdarahan, bengkak pada muka dan kaki, serta sakit
kepada yang hebat dan menetap.
Evaluasi :Ibu sudah mengetahui tentang tanda – tanda bahaya
kehamilan.
5. Pukul 10.30 WIB menganjurkan ibu untuk berhenti minum obat apabila
sudah tidak mual muntah lagi.
Evaluasi :Ibu bersedia berhenti minum obat apabila tidak mual muntah
lagi.
6. Pukul 10.35 WIB menganjurkan ibu untuk tetap kunjungan ulang 1
bulan lagi atau jika ada keluhan.
Evaluasi :Ibu bersedia tetap melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi
atau jika ada keluhan.
61

BAB V
PEMBAHASAN

Adapun yang dibahas dalam studi kasus ini adalah menggunakan


manjemen 7 langkah Varney yaitu dari pengkajian, interprestasi data, diagnosa
potensial, kebutuhan segera, perencanaan tindakan / intervensi, pelaksanaan
tindakan / implementasi dan evaluasi.
5.1. Pengkajian
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi
akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid. Kaji
ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat
(Nurul, 2015).
Pada pengkajian data ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
Grade I secara teori didapatkan tanda dan gejala yaitu muntah terus menerus
sehingga menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan
turun, rasa nyeri epigastrium, nadi meningkat, tekanan darah turun, turgor
kulit kurang, lidah kering, dan mata cekung (Fauziyah, 2016).
Keluhan yang muncul pada kasus Hiperemesis Gravidarum Grade I
adalah mual muntah 6–10 x/hari (Sulistyawati, 2015). Sedangkan
pengkajian data pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I
yang dialami Ny. Y tanda gejalanya yaitu : ibu mengatakan sering muntah
dalam sehari ± 6 kali sehari, nafsu makan berkurang, badan lemas, hasil
pemeriksaan turgor kulit kurang, lidah kering, mata cekung, conjungtiva
pucat dan berat badan turun. Dari pengkajian ini menunjukkan bahwa dalam
pengkajian data ini penulis menemukan adanya kesenjangan atara teori dan
kenyataan dilahan praktek yaitu ibu tidak mengatakan nyeri di daerah
epigastrium, dan hasil pemeriksaanya nadi tidak meningkat, tekanan darah
62

tidak turun sehingga penulis dapat melanjutkan asuhan kebidanan


selanjutnya sesuai dengan kondisi klien.
5.2. Interprestasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah
atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan di
Interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik
(Agustin, 2016).

a. Diagnosa kebidanan
Ny. Y G1P0A0 umur 22 tahun umur kehamilan 10+2 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I.
Data Dasar :
1. Data Subyektif
a) Ibu mengatakan bernama Ny. Y berumur 22 tahun
b) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 15 Mei
2019.
c) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dan belum
pernah keguguran.
d) Ibu mengatakan sejak 1 hari yang lalu mengalami mual
muntah konsistensi cair ± 6 kali sehari, tidak nafsu makan
dan badan terasa lemas sampai mengganggu aktifitasnya.
2. Data Obyektif
a) Keadaan umum : Cukup
b) Kesadaran : Composmentis
c) HPL : 22 Februari 2020
d) Vital sign
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 37 °C
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi : 22 x/menit
63

e) BB sebelum hamil : 40 kg
f) BB sekarang : 40 kg
g) Palpasi
Leopold I : Teraba ballottement
h) Inspeksi
Turgor kulit kurang, lidah kering, mata cekung dan
conjungtiva pucat.

b. Masalah
Ibu merasa tidak nyaman, cemas dan gelisah dengan kehamilannya
saat ini karena mual muntah yang mengganggu aktifitasnya.
c. Kebutuhan
1) Informasi tentang keadaan kehamilannya saat ini
2) Informasi tentang penyebab mual dan muntah serta cara
mengatasinya
3) Dukungan moril untuk ibu dari suami dan keluarganya.
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus
Hiperemesis Gravidarum Grade I adalah “Ny. X G P A umur tahun
hamil minggu dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I dan masalah
yang sering muncul pada kasus Hiperemesis Gravidarum Gade I
adalah gangguan rasa nyaman, cemas, dan gelisah menghadapi
kehamilannya serta memberikan kebutuhan yaitu infomasi tentang
keadaannya saat ini, memberikan konseling serta motivasi dukungan
pada ibu (Sulistyawati, 2015).
Sedangkan pada interpretasi data ini setelah diperoleh data
dari ibu, keluarga dan tenaga kesehatan maka didapatkan diagnosa
Ny. Y umur 22 tahun G1P0A0 hamil 8+2 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I. Masalah yang muncul dari
diagnosa kebidanan tersebut adalah klien merasa cemas dan gelisah
dengan kehamilannya saat ini karena mual muntah yang berlebihan
yang mengganggu aktivitasnya, dan masalah tersebut dapat teratasi
64

dengan memberikan kebutuhan yaitu informasi tentang keadaan


kehamilannya saat ini, informasi tentang mual dan muntahnya, dan
dukungan moril pada ibu. Sehingga tidak terjadi adanya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan.

5.3. Diagnosa Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Agustin, 2016).
Menurut teori pada langkah ini kita mengidentifikasi atau diganosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila rnemungkinkan
dilakukan pencegahan.
Diagnosa potensial dari Hiperemesis Gravidarum Grade Iyaitu
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit serta dapat mengarah
ke Hiperemesis Gravidarum Grade IIyang dapat membahayakan hidup ibu
dan janin (Manuaba, 2010).
Antisipasi yang tepat dan penatalaksanaan yang baik dari
asuhankebidanan yang diberikan kepada klien sehingga tidak terjadi
Hiperemesis Gravidarum Grade II, dan tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktek di lapangan.
5.4. Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Agustin, 2016).
Menurut teori kebutuhan tindakan segera mencerminkan
kesinambungan dalam manajemen kebidanan.Data baru mungkin saja perlu
65

dikumpulkan dan dievaluasi dan data yang dikumpulkan dapat


rnenunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera.
Antisipasi atau tindakan segera pada ibu hamil Hiperemesis
Gravidarum Grade I yaitu memberi terapi vitamin B6, sedativ, antihistamin,
anti mual muntah serta motivasi untuk bedrest total (Rukiyah, 2016).
Sedangkan antisipasi atau tindakan segera pada kasus ini disesuaikan
dengan diagnosa potensial yang mungkin terjadi.Tindakan –tindakan yang
dilakukan pada kasus yaitu pemberian injeksi intramuskular B complex,
vesperum (10 mg) 2x1 sehari.Dari hasil antisipasi atau tindakan segera
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan yaitu
dalam rencana pemberian terapi.Kesenjangan ini tidak menghambat untuk
melakukan asuhan berikutnya.
5.5. Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi (Agustin, 2016).
Rencana asuhan menurut Rukiyah (2010), yaitu : lakukan observasi
terhadap keadaan umum dan vital sign, lakukan penimbangan berat badan
pada ibu, beritahu ibu bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
normal pada kehamilan muda, anjurkan ibu untuk mengubah makan sehari –
hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering, anjurkan ibu untuk
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur tetapi duduk dahulu dan
baru perlahan berdiri bangun dan dianjurkan makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat, anjurkan ibu untuk menghindari makanan yang berbau
lemak dan berminyak, anjurkan ibu untuk banyak minum air putih dan
istirahat cukup, serta pemberian terapi sesuaikebutuhan (obat emesis yaitu
mediamer B6, sedativ, anti histamin dan anti mual muntah avomin),
anjurkan ibu untuk kunjungan ulang bila kondisi semakin buruk segera
mungkin.
66

Sedangkan pada kasus Ny. Y dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I


penulis dapat membuat perencanaan sebagai berikut :
a. Beritahu ibu tentang kondisinya saat ini.
b. Beri penjelasan kepada ibu tentang mual dan muntah pada ibu hamil
dengan Hiperemesis Gravidarum Grade I
c. Anjurkan ibu untuk istirahat total dan mengurangi aktifitas
d. Beritahu ibu tentang asupan makanan pada ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I
e. Beritahu ibu tentang mobilisasi pada ibu hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum Grade I
f. Anjurkan ibu untuk banyak minum.
g. Berikan cairan intramuskular dan terapi obat oral
h. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi.
Karena adanya kerjasama antara ibu dengan bidan sehingga tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
5.6. Pelaksanaan Tindakan
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam situasi dimana
bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi (Agustin, 2016).
Pada langkah ini telah dilaksanakan implementasi asuhan kebidanan
secara efisien dan aman berdasarkan dari intervensi yang telah direncanakan
pada Hiperemesis Gravidarum Grade I diberikan obat –obatan seperti
vitamin B6, sedativ, anti histamin, dan anti mual muntah (Rukiyah, 2014).
Sedangkan implementasi pada kasus diberikan cairan injeksi
intramuskular B complex untuk membantu proses metabolisme dan
meningkatkan energi..Vesperum (10
67

mg),mengandungdomperidoneadalahtermasukobatgolonganantiemetik, yang
di gunakanuntukmenanganigejalamual, muntah, nyeriperut. Suplemen
vitamin B6 diberikan pada penderita kekurangan vitamin B6 (misalnya
karena malnutrisi), morning sickness, mengatasi jenis anemia tertentu
(anemia sideroblastik), dan kejang terkait vitamin B6 (pyridoxine dependent
seizure).
Pelaksanaan berjalan dengan lancar dan tidak terjadi diagnosa
potensial berupa Hiperemesis Gravidarum Grade II.Sehinggapada kasus
Hiperemesis Gravidarum Grade I padaNy. Y tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik.
5.7. Evaluasi
Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa (Agustin, 2016).
Adapun evaluasi dari asuhan kebidanan ibu hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum Grade I menurut Rukiyah (2014), meliputi :
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah dan nadi
normal, berat badan sudah stabil, ibu bersedia makan dan minum sedikit tapi
sering, ibu bersedia menghindari makanan yang berbau minyak dan lemak,
ibu bersedia istirahat cukup, ibu bersedia melakukan kunjungan ulang bila
kondisi semakin buruk segera mungkin, mual muntah berkurang tidak
terjadi Hiperemesis Gravidarum Grade II.
Kasus pada ibu hamil Ny. Y dengan Hiperemesis Gravidarum Grade
Itelah dilakukan perawatan selama 14 hari dari tanggal 07 Juli 2019 sampai
21 Juli 2019 dengan dilakukan kunjungan rumah sebanyak 3 kali
kunjungan. Kunjungan pertama klien masih merasa mual muntah ± 4–5 kali
sehari, nafsu makan sedikit, turgor kulit kurang, lidah kering, conjungtiva
pucat, mata cekung, badan lemas dan klien merasa cemas.
Kunjungan kedua klien masih merasa mual muntah 2 –3 kali sehari,
nafsu makan sudah ada, turgor kulit sedikit kurang, lidah tidak kering, mata
68

tidak cekung, conjungtiva merah muda, badan masih lemas dan ibu sudah
tidak merasa cemas. Kunjungan ketiga keadaan klien sudah membaik, mual
muntah sudah berhenti, turgor kulit baik, lidah tidak kering, mata tidak
cekung, conjungtiva merah muda, badan tidak lemas, nafsu makan sudah
baik, dan berat badan naik 0,5 kg, serta diagnosa potensial tidak muncul
setelah dilakukan asuhan kebidanan secara baik. Penanganan yang tepat dan
observasi yang baik dari pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada klien maka dari hasil evaluasi tidak ditemukan antara kesenjangan
antara teori dan pratek dilapangan.
69

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
6.1.1. Menurut Managemen Kebidanan Varney
Setelah melakukanAsuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1
pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat
Jaya Tahun 2019, maka penulis dapat menyimpulkan kasus tersebut
sebagai berikut:
a. Telah melaksanakan asuhan 1-7 langkah Varney dan SOAP
pada kasus Asuhan Kebidanan Antenatal Care TM 1 pada Ny.
Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis Gravidarum
Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat Jaya
Tahun 2019.
b. Tidak Ada kesenjangan dalam pemberian terapi antara teori dan
kasus nyata dilapangan padaAsuhan Kebidanan Antenatal Care
TM 1 pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0 dengan Hiperemisis
Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb
Mesat Jaya Tahun 2019, dimana dalam pemberian terapi
menggunakan vitamin B6, sedativ dan anti histamin.
c. Ada alternatif pemecahan masalah Asuhan Kebidanan
Antenatal Care TM 1 pada Ny. Y Umur 22 Tahun G1P0A0
dengan Hiperemisis Gravidarum Grade Idi BPM Eka Rahma
Winarti, Am. Keb Mesat Jaya Tahun 2019, yaitu memberikan
terapi injeksi intrsmuskular B compex, obat oralvesperum (10
mg) 1x1 sehari dan vit B6.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Penulis
Bagi penulis dari studi kasus ini merupakan pengalaman
ilmiah yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah
70

wawasan tentang asuhan pada ibu hamil dengan hiperemisis


gravidarum.
6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi pendidikan dapat input dalam menetapkan manajemen
asuhan kebidanan pada klien ibu hamil dengan hiperemisis
gravidarum.
6.2.3. Bagi Bidan Praktik Mandiri
Bagi BPM dapat digunakan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan sebagai acuan dalam peningkatan pelayan yang
lebih optimal diBPM Eka Rahma Winarti, Am. Keb Mesat Jaya
sehingga dapat mencegah terjadinya hiperemisis gravidarum pada
kehamilan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai