2089-7669
AB STRACT
Keywords: Massage, Oxytocin, High Fundus uteri (TFU), Type lochea, Weight Babies
1),2),3),
Prodi DIII Kebidanan Blora Poltekkes Kemenkes Semarang
Pada Tahun 2015 Program MDGs (Kemenkes RI, 2014). Menghadapi tan-
(Millenium Development Goals) belum tangan dan target SDGs tersebut maka
mencapai target yang telah ditetapkan. perlu adanya program kesehatan ibu
Substainable Development Goals (SDGs) dan bayi yang mampu menurunkan
tahun 2030 merupakan pembangunan angka kesakitan dan kematian pada ibu
berkelanjutan dari MDGs tahun 2015. dan bayi.
Target sistem kesehatan nasional dalam AKI Propinsi Jawa Tengah tahun
SDGs tahun 2030 yaitu menetapkan 2012 sebesar 116,34 per 100.000 kela-
penurunan Angka Kematian Ibu di- hiran hidup, mengalami peningkatan
bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup bila dibandingkan dengan AKI tahun
dan menurunkan Angka Kematian 2011 sebesar 116,01 per 100.000
Neonatal 12 per 1.000 kelahiran hidup
9
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
kelahiran hidup. Kematian ibu sebesar prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah
57,93 % terjadi pada waktu nifas, 24,74% melahirkan adalah dengan melakukan
terjadi pada kehamilan, 17,33% pada pijat oksitosin.
persalinan (Dinas Kesehatan Propinsi Beberapa hasil penelitian menun-
Jateng, 2012). Penyebab kematian ibu jukkan bahwa pijat untuk merangsang
pada waktu nifas diantaranya adalah hormon oksitosin memilik manfaat
karena perdarahan post partum. Salah untuk ibu nifas dan bayi. Menurut
satu penyebab utama perdarahan Lund, et al (2002) bahwa perawatan
postpartum adalah atonia uteri, yaitu pemijatan berulang bisa meningkatkan
kegagalan mekanisme akibat gangguan produksi hormon oksitosin. Efek dari
fungsi miometrium. Upaya untuk pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat
mengendalikan terjadinya perdarahan reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan.
dari tempat plasenta dengan memper- Pijat oksitosin berfungsi untuk mensti-
baiki kontraksi dan retraksi serat mulasi sekresi oksitosin yang merang-
myometrium yang kuat dengan pijatan sang sekresi ASI. Oksitosin akan
yang merangsang pengeluaran oksito- bekerja memacu refleks pengeluaran ASI
sin. Oleh karena itu, upaya memper- atau refleks oksitosin yang disebut juga
tahankan kontraksi uterus melalui Let Down Reflex (LDR).
pijatan untuk merangsang keluarnya Berdasarkan penelitian Endah
hormone oksitosin merupakan bagian dan Imas (2011) pijat oksitosin ber-
penting dari perawatan postpartum pengaruh terhadap jumlah produksi
(Sutrisminah dan Nur; 2013). Hormon kolostrum menjadi lebih banyak. Pene-
oksitosin ini sangat berperan dalam litian yang serupa juga dilakukan oleh
proses involusi uterus. Proses involusi Albertina, Melly, Rahmawati (2015)
akan berjalan dengan bagus jika bahwa terdapat hubungan yang sig-
kontraksi uterus kuat sehingga harus nifikan antara pijat oksitosin dengan
dilakukan tindakan untuk memperbaiki kelancaran produksi ASI. Berdasarkan
kontraksi uterus (Cuningham, 2006). hasil penelitian tersebut, saran yang
Penelitian yang dilakukan oleh diberikan kepada tempat pelayanan
Sarli, Masrul, Meilinda (2015) tentang kesehatan adalah tetap menerapkan
pengaruh perbedaan kadar oksitosin intervensi pijat oksitosin bagi ibu post
melalui pemijatan oksitosin terhadap partum untuk meningkatkan produksi
jumlah perdarahan pada ibu 2 jam post ASI.
partum menunjukkan bahwa terdapat Data Riset Kesehatan Dasar (Ris-
perbedaan yang bermakna antara kesdas) tahun 2010 menunjukkan
jumlah perdarahan ibu 2 jam bahwa pemberian ASI di Indonesia saat
postpartum pada kelompok intervensi ini memprihatinkan, presentase bayi
dan kelompok kontrol. Semakin tinggi yang menyusu eksklusif sampai dengan
kadar oksitosin maka jumlah 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini dise-
perdarahan semakin sedikit. Oksitosin babkan kesadaran masyarakat dalam
dapat diperoleh dengan berbagai cara mendorong peningkatan pemberian ASI
baik melalui oral, intranasal, intra- masih relatif rendah (Sugiyarti, 2012).
muscular, maupun dengan pemijatan Berdasarkan PP No 23 tahun 2012
yang merangsang keluarnya hormon tentang pemberian Air Susu Ibu Eks-
oksitosin. Salah satu upaya yang bisa klusif disebutkan bahwa pemberian
dilakukan untuk merangsang hormon ASI ekslusif bertujuan untuk menjamin
10
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
Perlakua
Pendidi Kontrol
n
Jumlah Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan
kan
N % N % N % bahwa selisih mean tertinggi Tinggi
SD 1 3,33 3 10 4 6,67 Fundus Uteri antara kelompok kontrol
1
SMP 46,6 8 26,6 22 36,6 dan perlakuan terjadi pada hari ke-7
4
1 1 yaitu sebesar 2.09.
SMA 50 60 33 55
5 8
D3/S1 0 0 1 3,33 1 1,67
3 3 100 100
Jumlah 100% 60
0 0 % %
Sumber : (Data Primer, 2016)
12
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
Sangui-
nolenta
nolenta
Sero sa
Serosa
Rubra
Rubra
Alba
Al
ba Tabel 4.7
Hasil Uji Mann Whitney perubahan TFU
Lochea 3 3 Perubahan TFU
0
0 0 0
0
0 0 0
Hari 1 Hari 1 Hari 4 Hari Hari Hari
Lochea 7 10 14
4 26 0 0 0 28 2 0 Mann- 435.000 445.500 296.50 190.50 404.00
Hari 4
Lochea Whytney U
0 24 6 0 0 11 19 0 Wilcoxon W 900.000 910.500 761.50 655.50 869.00
Hari 7
Lochea Z -1.000 -.067 -2.274 -3.876 -1.22
0 6 23 1 0 0 14 16
Hari 10 Asymp.Sig.( .317 .946 .023 .000 .222
Lochea 2-tailed)
0 0 22 8 0 0 3 27
Hari 14
Sumber : Data Primer (2016) Sumber : (SPSS.17.00)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan
bahwa perubahan lochea antara Tabel 4.7 menunjukkan perhi-
kelompok kontrol dan perlakuan mulai tungan perubahan TFU kelompok kon-
terjadi pada hari ke-4. trol dan perlakuan dengan Uji Mann-
Whitney dengan hasil p-value (signi-
Perubahan Berat Badan Bayi fikansi) pada hari ke-1, ke-4 dan ke-14
sebesar 0.317, 0.946 0.222 (p>0.05),
Tabel 4.6
Distribusi perubahan berat badan bayi. sehingga tidak ada perbedaan antara
TFU pada kelompok kontrol dan
Perubahan
Kontrol Perlakuaan
perlakuan pada hari ke-1, ke-4 dan ke-
kenaikan 14. P-value pada hari ke-7 dan ke-10
BB Bayi (mg) Mean Median Mean Median
didapatkan hasil 0.023, 0.000 (p<0.05)
Hari 1 0 0 0 0
sehingga ada perbedaan perubahan
Hari 4 -5.47 -1.50 35.13 54.00
Hari 7 33.60 50.00 231.87
TFU antara kelompok kontrol dan
258.50
Hari 10 40.47 47.50 80.03 perlakukan pada hari ke-7 dan ke-10.
100.00
Hari 14 110.00 96.50 106.00 Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
85.00
Sumber :(Data Primer, 2016) Dengan demikian pijat untuk merang-
sang hormon oksitosin memiliki efek-
Analisis Bivariat tifitas terhadap tinggi fundus uteri pada
Analisis bivariat yang digunakan ibu nifas primipara. Untuk perhitungan
untuk mengetahui efektivitas pijat perubahan lochea menggu-nakan uji
untuk merangsang hormone oksitosin Mann Whitney seperti berikut ini.
dilihat dari perubahan tinggi fundus
uteri, jenis lochea dan kenaikan berat
badan bayi antara yang diberi pijat dan
tidak diberi pijat. Uji normalitas data
menggunakan Kolmogrov-Smirnov
13
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
14
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
kontrol dan 18 responden dari kelom- teori dan hasil penelitian ini mem-
pok perlakuan. buktikan bahwa dengan adanya penga-
Status pekerjaan responden se- ruh pijat oksitosin dapat mempercepat
bagian besar adalah Ibu Rumah penurunan tinggi fundus uteri dari
Tangga, yaitu sebanyak 55 orang (91,7 kondisi normal pada umumnya. Hal ini
%), 28 responden dari kelompok dikarenakan adanya peningkatan hormon
kontrol dan 27 responden dari oksitosin pada ibu nifas primipara
kelompok perlakuan. setelah diberikan intervensi berupa
Hasil analisis uji Mann Whitney pijatan. Pernyataan ini didu-kung oleh
pada tinggi fundus uterus hari ke 1, hari hasil penelitian oleh Lisni Andeka dkk
ke 4 dan hari ke 14 menunjukkan p- pada tahun 2015 bahwa pemberian
value > 0,05 masing-masing yaitu 0,317, pijat oksitosin mengalami percepatan
0,946 dan 0,222. Hal ini menunjukkan pencapaian waktu involusi uterus.
bahwa tidak ada perbedaan TFU antara Selain pernyataan di atas, oksitosin
hari ke 1, hari ke 4 dan hari ke 14 ternyata juga mampu mengi-kat aktin
untuk kelompok yang mendapat miosin dalam otot uterus sehingga
perlakuan dan kelompok kontrol. Hal kontraksi uterus semakin uat, dan
ini dapat dilihat dari nilai rerata pada proses involusi uterus semakin bagus
kelompok kontrol lebih besar daripada (Jordan, 2004).
nilai rerata pada kelompok perlakuan. Hasil analisis uji Mann Whitney
Lain halnya dengan TFU hari ke 7 dan pada pengeluaran lokhea hari ke 1
hari ke 10 yang menunjukkan p-value menunjukkan p-value > 0,05. Hal ini
< 0,05 masing-masing yaitu 0,023 dan berarti bahwa tidak ada perbedaan
0,0001; dimana berarti ada perbedaan lokhea antara hari ke 1 dan hari ke 4.
tinggi fundus uterus antara hari ke 7 Lain halnya dengan pengeluaran lokhea
dan hari ke 10. Hal ini dapat dilihat pada hari ke 4, hari ke 7, hari ke 10 dan
dari nilai rerata pada kelompok hari ke 14 yang menunjukkan p-value
perlakuan lebih besar daripada nilai < 0,05 masing-masing yaitu 0,015 ;
rerata pada kelompok kontrol untuk 0,001 ; 0,0001 dan 0,0001. Hal ini
ketiganya. Pijat untuk merangsang berarti ada perbedaan pengeluaran
oksitosin berpengaruh terhadap penu- lokhea antara hari ke 4, hari ke 7, hari
runan tinggi fundus uterus. Oksitosin ke 10 dan hari ke 14 pada kedua
yang dihasilkan oleh hipofisis posterior kelompok. Perubahan pada hari ke 7
akan masuk ke dalam sirkulasi darah dapat dilihat bahwa pada kelompok
dan bekerja pada otot otot uterus, kontrol jumlah responden yang masih
sehingga dapat membantu proses mengeluarkan lokhea sanguinolenta
involusi uterus (Sibagariang, 2010). sebanyak 24 responden dan lokhea
Teori pada umumnya, bahwa hari ke 5 serosa sebanyak 6 responden, sedang-
- 7 penurunan tinggi fundus berada kan pada kelompok perlakuan jumlah
pada pertengahan simpisis pubis dan responden yang masih mengeluarkan
pusat. Teori lain menyebutkan bahwa lokhea sanguinolenta sebanyak 11
penurunan tinggi fundus uteri pada responden dan lokhea serosa sebanyak
masa nifas terjadi penurunan 1 cm 19 responden, begitu juga dengan
selama 1 hari postpartum, 6 cm di perubahan hari ke 4, hari ke 10 dan hari
bawah pusat selama 6 hari postpartum ke 14. Hal ini merupakan pembuktian
(Manuaba, 2007). Perbedaan antara adanya pengaruh pijat untuk merang-
15
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
sang oksitosin terhadap pengeluaran dan membuat ASI mengalir dari alveoli
lokhea. Meningkatnya hormon oksitosin ke duktus menuju sinus dan putting
akan mengurangi jumlah perdarahan. yang nantinya akan dihisap oleh bayi.
Dengan adanya involusi uterus, lapisan Pijat oksitosin selain bermanfaat untuk
luar desidua yang mengelilingi plasenta merangsang hormon oksitosin juga
akan menjadi nekrotik dan melebur. bermanfaat untuk membuat ibu rileks,
Desidua yang mati akan akan keluar lebih nyaman, mengurangi kelelahan
bersama dengan sisa cairan (Marni, setelah melahirkan (Mardiyaningsih,
2012). Semakin cepat proses involusi, 2010).
makan akan semakin cepat perubahan
pengeluaran lokhea (Rincci, 2009). Jika SIMPULAN
ibu mendapatkan rangsangan oksitosin, Rata-rata perubahan Tinggi Fun-
pengeluaran lokhea akan mengalami dus Uteri (TFU) pada ibu nifas pri-
perubahan dengan cepat dari periode mipara tertinggi pada hari ketujuh,
normalnya. Pengeluaran lokhea dapat pada kelompok kontrol sebesar 5,420
dipengaruhi dengan aktivitasi mobili- dan kelompok perlakuan sebesar 3,330
sasi dan menyusui (Crum, 2010). atau terdapat perbedaan penurunan
Berdasarkan uji Mann Whitney sebesar 2,090 cm.
pada data berat badan didapatkan Jenis lochea pada kelompok
perbedaan berat badan bayi antara kontrol dan perlakuan pada hari kesatu
kelompok kontrol dan kelompok perla- adalah lochea rubra. Jenis lochea
kuan pada hari ke 7 dan hari ke 10, kelompok kontrol pada hari keempat
dibuktikan dengan nilai p value < 0,05. adalah lochea rubra dan sanguinolenta,
Perubahan pada hari ke 7 dan ke 10 sedangkan pada kelompok perlakuan
adanya peningkatan berat badan yang adalah lochea sanguinolenta dan
lebih besar pada kelompok perlakuan serosa. Jenis lochea kelompok kontrol
daripada peningkatan berat badan pada dan perlakuan pada hari ketujuh adalah
kelompok kontrol. Peningkatan berat lochea sanguinolenta dan serosa. Jenis
badan bayi merupakan salah satu lochea kelompok kontrol pada hari
indikator kecukupan produksi ASI. kesepuluh adalah lochea sanguinolenta,
Salah satu tanda bayi tidak cukup serosa, alba sedangkan pada kelompok
mendapat ASI adalah pertambahan perlakuan adalah lochea serosa dan
berat badan kurang, bayi kehilangan alba. Jenis lochea kelompok kontrol
berat badan lebih dari 10% dari berat dan perlakuan pada hari keempat belas
lahir atau kurang dari berat lahir saat adalah lochea serosa dan alba.
usia 2 minggu (WHO, 2011). Hasil Produksi ASI yang ditandai
penelitian ini membuktikan bahwa dengan selisih kenaikan berat badan
adanya intervensi pijat untuk merang- bayi hari keempat pada kelompok
sang hormon oksitosin mampu mem- kontrol dan perlakuan memiliki mean
perbanyak produksi ASI yang dalam sebesar -5,747 dan 35,13 atau terdapat
hal ini diukur dari peningkatan berat perbedaan kenaikan sebesar 40,6 gram.
badan bayi. Pijat oksitosin merangsang Selisih kenaikan berat badan bayi
refleks let down untuk mensekresi hari ketujuh pada kelompok kontrol
hormon oksitosin ke dalam darah dan perlakuan memiliki mean sebesar
sehingga menyebabkan sel-sel miopi- 33,60 dan 231,87 atau terdapat
telium di sekitar alveoli berkontraksi perbedaan kenaikan sebesar 198,27
16
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
18
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669
Pada Ibu Post Partum Hari 1-2 Sutrisminah, Emi, Nur Alfiyati. 2013.
Di BPM HJ.NL Kota Balikpapan. Benefits of Breast Massage on
Jurnal Husada Mahakam Volume Postpartum Uterine Involution.
III No.8 November 2014 hal 389- Jurnal Involusi Kebidanan, Vol.3
442 No.5, Januari 2013
Varney, Helen. dkk. (2007). Buku Ajar
Rincci, S. S. 2009. Esential of
Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Maternity Newborn and Women
EGC.
Health Nursing 2nd edition. China
: Lipincot Williams and Walkins.
Safrina, Renny sinaga, Yusliana Naing-
golan. 2016. Perbedaan Efektivitas
Antara Pijat Oksitosin Dan Pijat
Payudara Terhadap Involusi
Uteri Pada Ibu Post Partum Di
BPM Kota Pematangsiantar
Tahun 2015. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes Volume
VII Nomor 1, Januari 2016
ISSN:2086-3098
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Sibagariang, E. E dkk.2010. Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Sudigdo Sastroasmoro. 2010. Dasar –
dasar Metodologi Penelitian
Klinis edisi ke-4. Sagung Seto.
Jakarta
Sugiyarti, I. 2012. Hubungan Pendidi-
kan Dan Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Manfaat ASI Eksklusif
Dengan Motivasi Ibu Untuk
Memberikan ASI Eksklusif (Studi
KasusDi Puskesmas Candilama
Kota Semarang).Di dapat dari:
http://digilib.unimus.ac.iddiakses
tanggal 01 Februari 2016
Suherni, S. dkk.(2008). Perawatan
Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyaningsih. (2011). Metodologi
Kebidanan Kuantitatif Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
19