Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.

2089-7669

EFEKTIVITAS PIJAT UNTUK MERANGSANG HORMON OKSITOSIN


PADA IBU NIFAS PRIMIPARA

Murti Ani1), Novita Ika Wardani3), Septalia Isharyanti3)


murtiani89@yahoo.com

AB STRACT

Maternal mortality in Indonesia is still quite high, one reason is postpartum


hemorrhage. Efforts to prevent postpartum hemorrhage can be done with the
administration of oxytocin. The hormone oxytocin plays a role in the process of
return of the uterus to its original shape. Oxytocin is also working spur spending
reflex ASI Let Down Reflex (LDR).
To examine the effectiveness of massage to stimulate the hormone
oxytocin in the mother postpartum primipara
This quasi-experimental research designs, sampling techniques with
simple random sampling of 60 people, 30 people in treatment group and 30
controls. The research instrument that is the observation sheet. The massage is
done every day, from day 1 to day 14 post partum. TFU measurement
observations, kind lochea, weight baby day 1, 4, 7, 10, 14. Statistical test with
Mann Whitney.
Massage to stimulate the oxytocin hormone has a high effectiveness
against changes in the uterine fundus on the day 7 and 10 of 0.023 and 0.0001 (p
<0.05), to change the type of lochea on the day 4, 7, 10, 14 amounted to 0.015,
0.001, 0.000, 0.000 (p <0.05), the production of breast milk in the day 7 and 10 of
0.000, 0.031 (p <0.05)
Massage to stimulate the oxytocin hormone has a high effectiveness
against changes in the

Keywords: Massage, Oxytocin, High Fundus uteri (TFU), Type lochea, Weight Babies
1),2),3),
Prodi DIII Kebidanan Blora Poltekkes Kemenkes Semarang

Pada Tahun 2015 Program MDGs (Kemenkes RI, 2014). Menghadapi tan-
(Millenium Development Goals) belum tangan dan target SDGs tersebut maka
mencapai target yang telah ditetapkan. perlu adanya program kesehatan ibu
Substainable Development Goals (SDGs) dan bayi yang mampu menurunkan
tahun 2030 merupakan pembangunan angka kesakitan dan kematian pada ibu
berkelanjutan dari MDGs tahun 2015. dan bayi.
Target sistem kesehatan nasional dalam AKI Propinsi Jawa Tengah tahun
SDGs tahun 2030 yaitu menetapkan 2012 sebesar 116,34 per 100.000 kela-
penurunan Angka Kematian Ibu di- hiran hidup, mengalami peningkatan
bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup bila dibandingkan dengan AKI tahun
dan menurunkan Angka Kematian 2011 sebesar 116,01 per 100.000
Neonatal 12 per 1.000 kelahiran hidup

9
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

kelahiran hidup. Kematian ibu sebesar prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah
57,93 % terjadi pada waktu nifas, 24,74% melahirkan adalah dengan melakukan
terjadi pada kehamilan, 17,33% pada pijat oksitosin.
persalinan (Dinas Kesehatan Propinsi Beberapa hasil penelitian menun-
Jateng, 2012). Penyebab kematian ibu jukkan bahwa pijat untuk merangsang
pada waktu nifas diantaranya adalah hormon oksitosin memilik manfaat
karena perdarahan post partum. Salah untuk ibu nifas dan bayi. Menurut
satu penyebab utama perdarahan Lund, et al (2002) bahwa perawatan
postpartum adalah atonia uteri, yaitu pemijatan berulang bisa meningkatkan
kegagalan mekanisme akibat gangguan produksi hormon oksitosin. Efek dari
fungsi miometrium. Upaya untuk pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat
mengendalikan terjadinya perdarahan reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan.
dari tempat plasenta dengan memper- Pijat oksitosin berfungsi untuk mensti-
baiki kontraksi dan retraksi serat mulasi sekresi oksitosin yang merang-
myometrium yang kuat dengan pijatan sang sekresi ASI. Oksitosin akan
yang merangsang pengeluaran oksito- bekerja memacu refleks pengeluaran ASI
sin. Oleh karena itu, upaya memper- atau refleks oksitosin yang disebut juga
tahankan kontraksi uterus melalui Let Down Reflex (LDR).
pijatan untuk merangsang keluarnya Berdasarkan penelitian Endah
hormone oksitosin merupakan bagian dan Imas (2011) pijat oksitosin ber-
penting dari perawatan postpartum pengaruh terhadap jumlah produksi
(Sutrisminah dan Nur; 2013). Hormon kolostrum menjadi lebih banyak. Pene-
oksitosin ini sangat berperan dalam litian yang serupa juga dilakukan oleh
proses involusi uterus. Proses involusi Albertina, Melly, Rahmawati (2015)
akan berjalan dengan bagus jika bahwa terdapat hubungan yang sig-
kontraksi uterus kuat sehingga harus nifikan antara pijat oksitosin dengan
dilakukan tindakan untuk memperbaiki kelancaran produksi ASI. Berdasarkan
kontraksi uterus (Cuningham, 2006). hasil penelitian tersebut, saran yang
Penelitian yang dilakukan oleh diberikan kepada tempat pelayanan
Sarli, Masrul, Meilinda (2015) tentang kesehatan adalah tetap menerapkan
pengaruh perbedaan kadar oksitosin intervensi pijat oksitosin bagi ibu post
melalui pemijatan oksitosin terhadap partum untuk meningkatkan produksi
jumlah perdarahan pada ibu 2 jam post ASI.
partum menunjukkan bahwa terdapat Data Riset Kesehatan Dasar (Ris-
perbedaan yang bermakna antara kesdas) tahun 2010 menunjukkan
jumlah perdarahan ibu 2 jam bahwa pemberian ASI di Indonesia saat
postpartum pada kelompok intervensi ini memprihatinkan, presentase bayi
dan kelompok kontrol. Semakin tinggi yang menyusu eksklusif sampai dengan
kadar oksitosin maka jumlah 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini dise-
perdarahan semakin sedikit. Oksitosin babkan kesadaran masyarakat dalam
dapat diperoleh dengan berbagai cara mendorong peningkatan pemberian ASI
baik melalui oral, intranasal, intra- masih relatif rendah (Sugiyarti, 2012).
muscular, maupun dengan pemijatan Berdasarkan PP No 23 tahun 2012
yang merangsang keluarnya hormon tentang pemberian Air Susu Ibu Eks-
oksitosin. Salah satu upaya yang bisa klusif disebutkan bahwa pemberian
dilakukan untuk merangsang hormon ASI ekslusif bertujuan untuk menjamin
10
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

pemenuhan hak bayi untuk men- maupun merangsang keluarnya ASI.


dapatkan ASI Ekslusif sejak lahir Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sampai batas berusia 6 (enam) bulan dilakukan oleh Hanum, Yanik dan Ike
dengan memperhatikan pertumbuhan (2015) pijat oksitosin adalah salah satu
dan perkembangannya. Pemberian ASI cara untuk memperlancar dan mening-
saat ini masih terhalang dengan katkan produksi ASI. Pijat oksitosin
banyaknya kendala diantaranya adalah merupakan salah satu contoh intervensi
produksi ASI yang kurang lancar. mandiri bidan dan dengan mudah
Berdasarkan hasil penelitian yang dipilih dalam penatalaksanaan merang-
dilakukan oleh Rahmawati (2015) dike- sang produksi ASI. Sehubungan dengan
tahui bahwa ada perbedaan pengeluar- itu maka peneliti tertarik untuk meneliti
an ASI antara kelompok ibu yang lebih lanjut tentang efektivitas pijat
mendapat pijat oksitosin dengan ibu untuk merangsang hormon oksitosin
yang tidak mendapat pijat oksitosin. pada ibu nifas primipara.
Ibu post partum normal yang mendapat
pijat oksitosin berpeluang memiliki METODE
pengeluaran ASI yang lebih lancar Desain penelitian ini menggunakan
sebanyak 3.552 kali dibandingkan quasi eksperiment dengan rancangan
kelompok ibu post partum kontrol. Hal nonrandom with group control design.
ini juga didukung oleh penelitian yang Rancangan penelitian ini sebagai
telah dilakukan oleh Khairani, Maria
berikut :
dan Wiwi (2011) yang mendapatkan
hasil ada pengaruh pijat oksitosin
terhadap involusi uterus pada ibu post Tabel 3.1.
Desain penelitian
partum.
X1 X1 X1 X1
Penelitian yang dilakukan oleh Kelompok I O1 O2 O3 O4 O5
Venter dan Tara (2008) dalam Hanum, P X0 X0 X0 X0
Yanik dan Ike (2015) menyatakan Kelompok II O
O61 O
O72 O
O83 O
O94 O10
bahwa ASI mengandung zat imune
Keterangan:
modulator serta zat gizi yang unik. I : Ibu post partum perlakuan
Selain itu, ASI mengandung zat gizi II : Ibu post partum kontrol
O1 : Observasi dan pengukuran sebelum pijat
lengkap seperti karbohidrat berupa kelompok perlakuan hari pertama
laktosa, lemak yang banyak (asam O2 : Observasi dan pengukuran sesudah pijat
hari keempat
lemak tak jenuh ganda), protein utama O3 : Observasi dan pengukuran sesudah pijat
berupa lactabumin yang mudah dicer- hari ketujuh
O4 : Observasi dan pengukuran sesudah pijat
na, kandungan vitamin dan mineral hari kesepuluh
yang banyak. O5 : Observasi dan pengukuran sesudah pijat
hari keempat belas
Hasil studi pendahuluan melalui X1 : Diberikan intervensi pijat oksitosin
wawancara yang dilakukan pada O6 : Observasi dan pengukuran kelompok
kontrol hari pertama
beberapa bidan di Puskesmas wilayah O7 : Observasi dan pengukuran hari keempat
Kabupaten Blora mereka mengatakan O8 : Observasi dan pengukuran hari ketujuh
O9 : Observasi dan pengukuran hari kesepuluh
tidak pernah melakukan pijat untuk O10 : Observasi dan pengukuran hari keempat belas
merangsang hormon oksitosin pada X0 : Tidak diberikan intervensi pijat oksitosin
saat memberikan perawatan kepada ibu
post partum, baik untuk merangsang
kontraksi uterus, mengatasi perdarahan,
11
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

HASIL DAN PEMBAHSAN Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan


bahwa pendidikan sebagian besar
Penelitian dilakukan oleh peneliti responden adalah SMA yaitu 33 orang
dengan dibantu oleh enumerator. Jum- atau 55 %, 15 orang pada kelompok
lah responden yaitu sebanyak 60 kontrol dan 18 orang.
responden, 30 orang untuk kelompok
kontrol dan 30 orang untuk kelompok Pekerjaan
perlakuan. Dari penelitian tersebut Tabel 4.3
didapatkan hasil penelitian yang disaji- Distribusi pekerjaan
kan dalam bentuk analisa univariat dan Kontrol Perlakuan Jumlah
Peker
bivariat. jaan N % N % N %
IRT 28 93,3 27 90 55 91,6
Analisis Univariat Swas
2 6,6 3 10 5 8,3
Karakteristik responden meliputi ta
PNS 0 0 0 0 0 0
Umur Ibu Juml
30 100 30 100 60 100
ah
Sumber :(Data Primer, 2016)
Tabel 4.1
Distribusi umur responden Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan
Umur
Kontrol Perlakuan Jumlah bahwa pekerjaan sebagian besar res-
N % N % N % ponden adalah IRT yaitu 55 orang atau
<20
3 10% 5 17% 8 13,33% 91,67 %, yaitu 28 orang pada kelom-
tahun
20-35
27 90% 25 83% 52 86,67%
pok kontrol dan 27 orang pada kelom-
tahun
pok perlakuan.
>35
0 0% 0 0% 0 0%
tahun
Jumlah 30 100% 30 100% 50 100% Perubahan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Sumber :(Data primer, 2016)
Tabel 4.4
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan Perubahan Tinggi Fundus Uteri
bahwa umur sebagian besar res-ponden Kelompok Kelompok
adalah 20-35 tahun yaitu 52 orang atau Variabel Kontrol Perlakuan
Mean Median Mean Median
86,67 %. Pada kelompok kontrol 27 TFU Hari 1 11.843 11.850 11.877 11.850
orang, dan kelompok perlakukan 25 TFU Hari 4 8.303 8.200 8.290 8.250
orang. TFU Hari 7 5.420 5.500 3.330 3.350
TFU Hari
2.043 2.000 0.877 1.000
10
Pendidikan TFU Hari
0 0 0 0
14
Tabel 4.2 Sumber : Data Primer (2016)
Distribusi pendidikan responden

Perlakua
Pendidi Kontrol
n
Jumlah Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan
kan
N % N % N % bahwa selisih mean tertinggi Tinggi
SD 1 3,33 3 10 4 6,67 Fundus Uteri antara kelompok kontrol
1
SMP 46,6 8 26,6 22 36,6 dan perlakuan terjadi pada hari ke-7
4
1 1 yaitu sebesar 2.09.
SMA 50 60 33 55
5 8
D3/S1 0 0 1 3,33 1 1,67
3 3 100 100
Jumlah 100% 60
0 0 % %
Sumber : (Data Primer, 2016)
12
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

Perubahan Jenis Lochea. (sampel lebih dari 50) dan didapatkan


hasil nilai p 0,031 (p<0,05) sehingga
Tabel 4.5 data tidak berdistribusi normal. Uji
Perubahan Jenis Lochea yang digunakan adalah Mann Whitney.
Kelompok Kelompok
Untuk perhitungan perubahan TFU
Kontrol Perlakuan menggunakan uji Mann Whitney se-
perti pada tabel berikut ini.
Variabel
Sangui-

Sangui-
nolenta

nolenta

Sero sa
Serosa
Rubra

Rubra
Alba
Al
ba Tabel 4.7
Hasil Uji Mann Whitney perubahan TFU
Lochea 3 3 Perubahan TFU
0
0 0 0
0
0 0 0
Hari 1 Hari 1 Hari 4 Hari Hari Hari
Lochea 7 10 14
4 26 0 0 0 28 2 0 Mann- 435.000 445.500 296.50 190.50 404.00
Hari 4
Lochea Whytney U
0 24 6 0 0 11 19 0 Wilcoxon W 900.000 910.500 761.50 655.50 869.00
Hari 7
Lochea Z -1.000 -.067 -2.274 -3.876 -1.22
0 6 23 1 0 0 14 16
Hari 10 Asymp.Sig.( .317 .946 .023 .000 .222
Lochea 2-tailed)
0 0 22 8 0 0 3 27
Hari 14
Sumber : Data Primer (2016) Sumber : (SPSS.17.00)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan
bahwa perubahan lochea antara Tabel 4.7 menunjukkan perhi-
kelompok kontrol dan perlakuan mulai tungan perubahan TFU kelompok kon-
terjadi pada hari ke-4. trol dan perlakuan dengan Uji Mann-
Whitney dengan hasil p-value (signi-
Perubahan Berat Badan Bayi fikansi) pada hari ke-1, ke-4 dan ke-14
sebesar 0.317, 0.946 0.222 (p>0.05),
Tabel 4.6
Distribusi perubahan berat badan bayi. sehingga tidak ada perbedaan antara
TFU pada kelompok kontrol dan
Perubahan
Kontrol Perlakuaan
perlakuan pada hari ke-1, ke-4 dan ke-
kenaikan 14. P-value pada hari ke-7 dan ke-10
BB Bayi (mg) Mean Median Mean Median
didapatkan hasil 0.023, 0.000 (p<0.05)
Hari 1 0 0 0 0
sehingga ada perbedaan perubahan
Hari 4 -5.47 -1.50 35.13 54.00
Hari 7 33.60 50.00 231.87
TFU antara kelompok kontrol dan
258.50
Hari 10 40.47 47.50 80.03 perlakukan pada hari ke-7 dan ke-10.
100.00
Hari 14 110.00 96.50 106.00 Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
85.00
Sumber :(Data Primer, 2016) Dengan demikian pijat untuk merang-
sang hormon oksitosin memiliki efek-
Analisis Bivariat tifitas terhadap tinggi fundus uteri pada
Analisis bivariat yang digunakan ibu nifas primipara. Untuk perhitungan
untuk mengetahui efektivitas pijat perubahan lochea menggu-nakan uji
untuk merangsang hormone oksitosin Mann Whitney seperti berikut ini.
dilihat dari perubahan tinggi fundus
uteri, jenis lochea dan kenaikan berat
badan bayi antara yang diberi pijat dan
tidak diberi pijat. Uji normalitas data
menggunakan Kolmogrov-Smirnov

13
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

Tabel 4.8 Tabel 4.9 menunjukkan perhitungan


Hasil Uji Mann Whitney perubahan Lochea
perubahan produksi ASI yang diukur
Lochea dengan perubahan kenaikan berat
Hari 1 Hari 4 Hari 7
Hari
10
Hari
14
badan bayi pada kelompok kontrol dan
Mann-
450.00 364.00 255.00 183.00 165.00
perlakuan dengan Uji Mann-Whitney
Whytney U
dengan hasil p-value (signifikansi)
Wilcoxon W 915.00 829.00 720.00 648.00 630.00
pada hari ke-1, ke-4, ke-14 sebesar
Z .000 -2.444 -3.376 -4.583 -4.934
Asymp.Sig.(
1.000, 0.167, 0.796 (p>0.05), sehingga
1.000 .015 .001 .000 .000
2-tailed) tidak ada perbedaan antara produksi
ASI pada kelompok kontrol dan
Sumber : (SPSS.17.00) perlakuan pada hari ke-1, ke-4 dan ke-
Tabel 4.8 menunjukkan perh- 14. P-value pada hari ke-7 dan ke-10
itungan perubahan lochea kelompok didapatkan hasil 0.000, 0.031 (p<0.05)
kontrol dan perlakuan dengan Uji sehingga ada perbedaan perubahan
Mann-Whitney dengan hasil p-value produksi ASI pada kelompok control
(signifikansi) pada hari ke-1 sebesar dan perlakukan pada hari ke-7 dan ke-
1.000 (p>0.05), sehingga tidak ada 10.
perbedaan antara TFU pada kelompok Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
kontrol dan perlakuan pada hari ke-1. Dengan demikian pijat untuk
P-value pada hari ke-4, ke-7, ke-10 dan merangsang hormon oksitosin memiliki
ke-14 didapatkan hasil 0.015, 0.001, efektifitas terhadap produksi ASI pada
0.000, 0.000 (p<0.05) sehingga ada ibu nifas primipara.
perbedaan perubahan lochea pada
kelompok kontrol dan perlakukan pada PEMBAHASAN
hari ke-4, ke-7, ke-10 dan ke-14.
Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Mayoritas responden berada
Dengan demikian pijat untuk merang- pada kelompok umur reproduktif (20-
sang hormon oksitosin memiliki efek- 35 tahun) yaitu sebanyak 52 orang
tifitas terhadap jenis lochea pada ibu (86,7 %) , 27 responden dari kelompok
nifas primipara. Untuk perhitungan kontrol dan 25 responden dari kelom-
perubahan kenaikan berat badan bayi pok perlakuan. Pada penelitian ini,
menggunakan uji Mann Whitney faktor usia juga bisa mempengaruhi
seperti pada tabel berikut ini. penurunan uterus. Ibu dengan kondisi
usia yang lebih tua banyak dipengaruhi
Tabel 4.9
oleh proses penuaan, adanya perubahan
Hasil Uji Mann Whitney perubahan kenaikan berat metabolisme akan menghambat proses
badan involusi uterus (Kautsar, 2011).
Kenaikan Berat Badan Meningkatnya umur seseorang akan
Hari
Hari 1
4
Hari 7 Hari 10 Hari 14 semakin berkurang fungsi reproduk-
Mann-
Whytne 450.00
365.5
103.50 304.00 432.50
sinya dan keelastisitasan otot-otot
0
yU organ reproduksi (Liana, 2013).
Wilcox 821.5
on W
915.00
0
568.50 769.00 897.50 Status pendidikan responden,
Z .000 -1.38 -5.128 -2.160 -.259 sebagian besar berada pada pendi-
Asymp.
Sig.(2- 1.000 .167 .000 .031 .796 dikan SMA yaitu sebanyak 33 orang
tailed)
(55 %), 15 responden dari kelompok
Sumber : (SPSS.17.00)

14
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

kontrol dan 18 responden dari kelom- teori dan hasil penelitian ini mem-
pok perlakuan. buktikan bahwa dengan adanya penga-
Status pekerjaan responden se- ruh pijat oksitosin dapat mempercepat
bagian besar adalah Ibu Rumah penurunan tinggi fundus uteri dari
Tangga, yaitu sebanyak 55 orang (91,7 kondisi normal pada umumnya. Hal ini
%), 28 responden dari kelompok dikarenakan adanya peningkatan hormon
kontrol dan 27 responden dari oksitosin pada ibu nifas primipara
kelompok perlakuan. setelah diberikan intervensi berupa
Hasil analisis uji Mann Whitney pijatan. Pernyataan ini didu-kung oleh
pada tinggi fundus uterus hari ke 1, hari hasil penelitian oleh Lisni Andeka dkk
ke 4 dan hari ke 14 menunjukkan p- pada tahun 2015 bahwa pemberian
value > 0,05 masing-masing yaitu 0,317, pijat oksitosin mengalami percepatan
0,946 dan 0,222. Hal ini menunjukkan pencapaian waktu involusi uterus.
bahwa tidak ada perbedaan TFU antara Selain pernyataan di atas, oksitosin
hari ke 1, hari ke 4 dan hari ke 14 ternyata juga mampu mengi-kat aktin
untuk kelompok yang mendapat miosin dalam otot uterus sehingga
perlakuan dan kelompok kontrol. Hal kontraksi uterus semakin uat, dan
ini dapat dilihat dari nilai rerata pada proses involusi uterus semakin bagus
kelompok kontrol lebih besar daripada (Jordan, 2004).
nilai rerata pada kelompok perlakuan. Hasil analisis uji Mann Whitney
Lain halnya dengan TFU hari ke 7 dan pada pengeluaran lokhea hari ke 1
hari ke 10 yang menunjukkan p-value menunjukkan p-value > 0,05. Hal ini
< 0,05 masing-masing yaitu 0,023 dan berarti bahwa tidak ada perbedaan
0,0001; dimana berarti ada perbedaan lokhea antara hari ke 1 dan hari ke 4.
tinggi fundus uterus antara hari ke 7 Lain halnya dengan pengeluaran lokhea
dan hari ke 10. Hal ini dapat dilihat pada hari ke 4, hari ke 7, hari ke 10 dan
dari nilai rerata pada kelompok hari ke 14 yang menunjukkan p-value
perlakuan lebih besar daripada nilai < 0,05 masing-masing yaitu 0,015 ;
rerata pada kelompok kontrol untuk 0,001 ; 0,0001 dan 0,0001. Hal ini
ketiganya. Pijat untuk merangsang berarti ada perbedaan pengeluaran
oksitosin berpengaruh terhadap penu- lokhea antara hari ke 4, hari ke 7, hari
runan tinggi fundus uterus. Oksitosin ke 10 dan hari ke 14 pada kedua
yang dihasilkan oleh hipofisis posterior kelompok. Perubahan pada hari ke 7
akan masuk ke dalam sirkulasi darah dapat dilihat bahwa pada kelompok
dan bekerja pada otot otot uterus, kontrol jumlah responden yang masih
sehingga dapat membantu proses mengeluarkan lokhea sanguinolenta
involusi uterus (Sibagariang, 2010). sebanyak 24 responden dan lokhea
Teori pada umumnya, bahwa hari ke 5 serosa sebanyak 6 responden, sedang-
- 7 penurunan tinggi fundus berada kan pada kelompok perlakuan jumlah
pada pertengahan simpisis pubis dan responden yang masih mengeluarkan
pusat. Teori lain menyebutkan bahwa lokhea sanguinolenta sebanyak 11
penurunan tinggi fundus uteri pada responden dan lokhea serosa sebanyak
masa nifas terjadi penurunan 1 cm 19 responden, begitu juga dengan
selama 1 hari postpartum, 6 cm di perubahan hari ke 4, hari ke 10 dan hari
bawah pusat selama 6 hari postpartum ke 14. Hal ini merupakan pembuktian
(Manuaba, 2007). Perbedaan antara adanya pengaruh pijat untuk merang-
15
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

sang oksitosin terhadap pengeluaran dan membuat ASI mengalir dari alveoli
lokhea. Meningkatnya hormon oksitosin ke duktus menuju sinus dan putting
akan mengurangi jumlah perdarahan. yang nantinya akan dihisap oleh bayi.
Dengan adanya involusi uterus, lapisan Pijat oksitosin selain bermanfaat untuk
luar desidua yang mengelilingi plasenta merangsang hormon oksitosin juga
akan menjadi nekrotik dan melebur. bermanfaat untuk membuat ibu rileks,
Desidua yang mati akan akan keluar lebih nyaman, mengurangi kelelahan
bersama dengan sisa cairan (Marni, setelah melahirkan (Mardiyaningsih,
2012). Semakin cepat proses involusi, 2010).
makan akan semakin cepat perubahan
pengeluaran lokhea (Rincci, 2009). Jika SIMPULAN
ibu mendapatkan rangsangan oksitosin, Rata-rata perubahan Tinggi Fun-
pengeluaran lokhea akan mengalami dus Uteri (TFU) pada ibu nifas pri-
perubahan dengan cepat dari periode mipara tertinggi pada hari ketujuh,
normalnya. Pengeluaran lokhea dapat pada kelompok kontrol sebesar 5,420
dipengaruhi dengan aktivitasi mobili- dan kelompok perlakuan sebesar 3,330
sasi dan menyusui (Crum, 2010). atau terdapat perbedaan penurunan
Berdasarkan uji Mann Whitney sebesar 2,090 cm.
pada data berat badan didapatkan Jenis lochea pada kelompok
perbedaan berat badan bayi antara kontrol dan perlakuan pada hari kesatu
kelompok kontrol dan kelompok perla- adalah lochea rubra. Jenis lochea
kuan pada hari ke 7 dan hari ke 10, kelompok kontrol pada hari keempat
dibuktikan dengan nilai p value < 0,05. adalah lochea rubra dan sanguinolenta,
Perubahan pada hari ke 7 dan ke 10 sedangkan pada kelompok perlakuan
adanya peningkatan berat badan yang adalah lochea sanguinolenta dan
lebih besar pada kelompok perlakuan serosa. Jenis lochea kelompok kontrol
daripada peningkatan berat badan pada dan perlakuan pada hari ketujuh adalah
kelompok kontrol. Peningkatan berat lochea sanguinolenta dan serosa. Jenis
badan bayi merupakan salah satu lochea kelompok kontrol pada hari
indikator kecukupan produksi ASI. kesepuluh adalah lochea sanguinolenta,
Salah satu tanda bayi tidak cukup serosa, alba sedangkan pada kelompok
mendapat ASI adalah pertambahan perlakuan adalah lochea serosa dan
berat badan kurang, bayi kehilangan alba. Jenis lochea kelompok kontrol
berat badan lebih dari 10% dari berat dan perlakuan pada hari keempat belas
lahir atau kurang dari berat lahir saat adalah lochea serosa dan alba.
usia 2 minggu (WHO, 2011). Hasil Produksi ASI yang ditandai
penelitian ini membuktikan bahwa dengan selisih kenaikan berat badan
adanya intervensi pijat untuk merang- bayi hari keempat pada kelompok
sang hormon oksitosin mampu mem- kontrol dan perlakuan memiliki mean
perbanyak produksi ASI yang dalam sebesar -5,747 dan 35,13 atau terdapat
hal ini diukur dari peningkatan berat perbedaan kenaikan sebesar 40,6 gram.
badan bayi. Pijat oksitosin merangsang Selisih kenaikan berat badan bayi
refleks let down untuk mensekresi hari ketujuh pada kelompok kontrol
hormon oksitosin ke dalam darah dan perlakuan memiliki mean sebesar
sehingga menyebabkan sel-sel miopi- 33,60 dan 231,87 atau terdapat
telium di sekitar alveoli berkontraksi perbedaan kenaikan sebesar 198,27
16
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

gram. Selisih kenaikan berat badan merangsang hormone oksitosin untuk


bayi hari kesepuluh pada kelompok mempercepat pemulihan rahim ibu post
kontrol dan perlakuan memiliki mean partum dan produksi ASI untuk bayi
sebesar 40.47 dan 80,03 atau terdapat tercukupi.
perbedaan kenaikan sebesar 39,56 Bagi Institusi Puskesmas
gram. Selisih kenaikan berat badan Diharapkan institusi Puskesmas
bayi hari keempat belas pada kelompok dapat mengadakan program pijat untuk
kontrol dan perlakuan memiliki mean merangsang hormone oksitosin dan
sebesar 110,00 dan 106,00 atau meningkatkan promosi kepada ibu
terdapat perbedaan kenaikan sebesar 4 dengan cara memfasilitasi dengan
gram. media leaflet atau papan yang ditempel
Pijat untuk merangsang hormone di dinding ruangan nifas yang berisi
oksitosin memiliki efektivitas terhadap gerakan pijat untuk merangsang
perubahan tinggi fundus uteri pada ibu hormone oksitosin dan mengajarkan
nifas primipara hari ke-7 dan ke-10 teknik pijat ke keluarga pasien.
berdasarkan uji Man-Whitney dengan
nilai sig sebesar 0.023 dan 0.0001 DAFTAR PUSTAKA
(p<0,05).
Pijat untuk merangsang hormone Albertina, M, Melly, Rahmawati
oksitosin memiliki efektivitas terhadap Shoufiah. 2015. Hubungan Pijat
perubahan jenis lochea pada ibu nifas Oksitosin Dengan Kelancaran
primipara hari ke-4, ke-7, ke-10 dan Produksi ASI Pada Ibu Post
ke-14 berdasarkan uji Man-Whitney Partum Seksio Sesarea Hari Ke
dengan nilai sig 0.015, 0.001, 0.000, 2-3. Jurnal Husada Mahakam
0.000 (p<0.05). Volume III No.9, Mei 2015, Hal
Pijat untuk merangsang hormone 452-521
oksitosin memiliki efektivitas terhadap Cunningham,F.G, Mc Donald,
produksi ASI hari ke-7 dan ke-10 P.C.Grant, N.F. 2006. Obstetri
berdasarkan uji Man-Whitney dengan Williams. Penerjemah : Suyono
nilai sig 0.000, 0.031 (p<0.05). & Hartono. Jakarta: EGC
SARAN Crum, Kelly. 2010. Maternal Psycolo-
Bagi Klien ghic Changes. Whasington :
Untuk suami dan keluarga ibu post Association of Women Health
partum dapat membantu melakukan Obstetric and Neonatal Nurses.
pijat untuk merangsang hormone oksi- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
tosin sampai masa nifas selesai, karena Profil Kesehatan Provinsi Jawa
dapat membantu mempercepat pemu- Tengah Tahun 2012. Didapat dari
lihan kondisi rahim selama masa nifas http://www.depkes.go.id diakses
dan produksi ASI untuk bayi tercukupi. tanggal 01/02/2016
Bagi Masyarakat Dinas Kesehatan Rembang. 2014. Pro-
Masyarakat hendaknya lebih me- fil Kesehatan Kabupaten Rem-
ngenal manfaat pijat untuk merangsang bang Tahun 2014
hormone oksitosin sehingga dapat Endah Siti Nur, Imas Masdinarsah.
mendorong ibu untuk mendapatkan 2011. Pengaruh Pijat Oksitosin
asuhan masa nifas dengan pijat untuk terhadap Pengeluaran Kolostrum
17
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

pada Ibu Post Partum di Ruang Liana, 2013. Faktor-faktor Yang


Kebidanan Rumah Sakit Mempengaruhi Tinggi Fundus
Muhammadiyah Bandung. Jurnal Uterus pada Ibu Postpartum di
Kesehatan Kartika. RS Umum dr. Zainal Abidin
Hamranani, Sri Sat Titi. 2011. Penga Banda Aceh. Stikes U’budaiyah
ruh Pijat Oksitosin Terhadap Banda Aceh.
Involusi Uterus Pada Ibu Post Lisni, Andeka, Misrawati, Gamya Tri
Partum Dengan Persalinan Lama
Utami. 2015. Perbandingan Efek-
Di Rumah Sakit Wilayah Kabu-
tivitas Senam Nifas dan Pijat
paten Klaten. Motorik Jurnal
Oksitosin terhadap Involusi
Ilmu Kesehatan (Journal of
Uterus pada Ibu Postpartum.
Health Science) Vol 6, No 12
JOM Volume 2 No 2 Oktober
2011
2015.
Hanum, Sri Mukhodim Faridah, Yanik
Purwanti, Ike Rohmah Khuma- Lund, I; Moberg, U; Wang, J; Yu, C;
iroh. 2015. Efektifitas Pijat Kurosawa, M. 2002. Massage
Oksitosin terhadap Produksi ASI. affect nociception of oxytocin.
Midwiferia/Vol.1; No.1/April 2015 J.European neuroscience Vol
Huliana, M., 2003. Perawatan Ibu 16:330-338
Pasca Melahirkan. Jakarta : Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah
Puspa Swara Obstetri Cetakan I. Jakarta: EGC.
Isnaini, Nurul, Rama Diyanti. 2015.
Hubungan Pijat Oksitosin Pada Mardiyaningsih, Eko, Setyowati, Luknis
Ibu Nifas Terhadap Pengeluaran Sabri. 2011. Efektifitas kombinasi
ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas teknik marmet dan pijat oksi-
Raja Basa Indah Bandar toksin terhadap produksi ASI ibu
Lampung Tahun 2015. Jurnal post SC di RS wilayah Jawa
Kebidanan Vol 1, No 2, Juli 2015 Tengah. Jurnal Keperawatan
: 91-97 Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing) Volume 6,
Jordan. S. 2004. Obat yang Meningkat- No.1, Maret 2011
kan Kontraksilitas Uterus atau Marmi.2012. Asuhan Kebidanan pada
Oksitosin. Dalam Ester. M. (Ed) Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Farmakologi Kebidanan. Jakarta Pelajar.
: Penerbit Buku Kedokteran EGC Nurchayati. 2012.Manfaat Massaging
Kementerian Kesehatan RI. Profil Nape (Pemijatan Tengkuk) Ter-
Kesehatan Indonesia Tahun 2014. hadap Pengeluaran ASI Pada Ibu
Jakarta: Kementrian Kesehatan Nifas Di RSUD Cilacap
Republik Indonesia Pilliteri.(2003). Meternal and child
Khairani Leli, Maria Komariah, Wiwi health nursing.Buku I. Fourth
Mardiah. 2011. Pengaruh Pijat edition. Philadelphia: Lippincott
Oksitosin Terhadap Involusi Prawirohardjo, S.2009. Ilmu Kebi-
Uterus pada Ibu Post Partum danan. Jakarta: Yayasan Bina
Kelas III RSHS Bandung. Ban- Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
dung: Fakultas Ilmu Keperawat- Rahmawati, Eli. Hubungan Pijat Ok-
an Universitas Padjadjaran sitosin Dengan Pengeluaran ASI

18
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.14 Oktober 2017 ISSN.2089-7669

Pada Ibu Post Partum Hari 1-2 Sutrisminah, Emi, Nur Alfiyati. 2013.
Di BPM HJ.NL Kota Balikpapan. Benefits of Breast Massage on
Jurnal Husada Mahakam Volume Postpartum Uterine Involution.
III No.8 November 2014 hal 389- Jurnal Involusi Kebidanan, Vol.3
442 No.5, Januari 2013
Varney, Helen. dkk. (2007). Buku Ajar
Rincci, S. S. 2009. Esential of
Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Maternity Newborn and Women
EGC.
Health Nursing 2nd edition. China
: Lipincot Williams and Walkins.
Safrina, Renny sinaga, Yusliana Naing-
golan. 2016. Perbedaan Efektivitas
Antara Pijat Oksitosin Dan Pijat
Payudara Terhadap Involusi
Uteri Pada Ibu Post Partum Di
BPM Kota Pematangsiantar
Tahun 2015. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes Volume
VII Nomor 1, Januari 2016
ISSN:2086-3098
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Sibagariang, E. E dkk.2010. Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Sudigdo Sastroasmoro. 2010. Dasar –
dasar Metodologi Penelitian
Klinis edisi ke-4. Sagung Seto.
Jakarta
Sugiyarti, I. 2012. Hubungan Pendidi-
kan Dan Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Manfaat ASI Eksklusif
Dengan Motivasi Ibu Untuk
Memberikan ASI Eksklusif (Studi
KasusDi Puskesmas Candilama
Kota Semarang).Di dapat dari:
http://digilib.unimus.ac.iddiakses
tanggal 01 Februari 2016
Suherni, S. dkk.(2008). Perawatan
Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyaningsih. (2011). Metodologi
Kebidanan Kuantitatif Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

19

Anda mungkin juga menyukai