Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL


JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2011 sampai Februari 2012 di Kebun
Percobaan Politeknik Negeri Lampung. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih jagung
hibrida varietas Pioneer 27, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, insektisida Fastac 15 EC,
Furadan 3G, dan fungisida Ridomil 35 D.
Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (4x3) dalam rancangan kelompok teracak
sempurna (RKTS) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk urea yang terdiri dari
100 kg urea ha-1 (d1), 200 kg urea ha-1 (d2), 300 kg urea ha-1 (d3), dan 400 kg urea ha-1 (d4).
Faktor kedua adalah waktu aplikasi pupuk urea yang diberikan secara bertahap pada jagung,
yaitu sebanyak 2 kali pada 1 MST dan awal berbunga (t1), sebanyak 3 kali yaitu pada 1 MST, 3
MST, dan awal berbunga (t2), dan sebanyak 4 kali yaitu pada 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan awal
berbunga (t3).
Penanaman dilakukan dengan sistem tugal dengan kedalaman 3-5 cm dan jarak tanam
75 x 25 cm. Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis yang diberikan sesuai perlakuan,
sedangkan untuk pupuk SP-36 (150 kg ha-1), KCl (100 kg ha-1) pada saat tanaman berumur 1
MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setiap seminggu sekali. Panen dilakukan
apabila telah menunjukkan ciri matang panen

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu


aplikasi pupuk urea tidak berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman jagung kecuali untuk variabel
tinggi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
interaksi dosis dan waktu aplikasi pupuk urea mampu
meningkatkan bobot kering berangkasan (Tabel 1).
Dosis pupuk urea optimum sebesar 285 kg urea/ha yang diaplikasikan sebanyak 4 kali
lebih baik dibandingkan dosis liannya. Hal ini diduga pemberian pupuk urea sebanyak 4 kali
dapat mencegah kehilangan N baik melalui proses pencucian dan penguapan. Adanya interval
aplikasi pupuk urea maka unsur N yang diaplikasikan dapat tersedia bagi tanaman sehingga,
dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup pada saat pertumbuhan vegetatif, maka
fotosintesis akan berjalan aktif dan protein yang terbentuk akan semakin banyak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis dan waktu aplikasi pupuk urea tidak
berpengaruh pada bobot 100 butir (Tabel 1). Tetapi berpengaruh pada hasil jagung per hektar
(Tabel 1), hasil jagung meningkat diduga karena respon tanaman jagung hibrida P27 yang
tergolong sangat respon terhadap pemupukan nitrogen khususnya urea yang dapat menyebabkan
meningkatnya jumlah bobot biji per tongkol. Hasil jagung per hektar menunjukkan adanya
hubungan positif antara hasil jagung per hektar dengan diameter tongkol (Tabel 2). Ini berarti
semakin besar diameter tongkol maka hasil per hektar akan semakin meningkat. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Bara dan Chozin (2009), mengatakan bahwa semakin lebar
diameter tongkol, maka biji yang terdapat pada tongkol tersebut semakin banyak sehingga bobot
biji yang terdapat pada tongkol juga semakin besar sehingga hasil semakin besar.
Setiap penambahan dosis 1 kg urea ha-1 akan meningkatkan hasil jagung per hektar
sebesar 0,005 t ha-1 untuk aplikasi urea sebanyak 3 kali ( 1 MST, 3 MST dan awal berbunga)
dan 4 kali (1 MST, 3 MST, 4 MST, dan awal berbunga) dan pada dosis 400 kg urea ha-1 yaitu
10,93 t ha-1 dan 10,98 t ha-1. Pada dosis 100 kg urea ha-1 dengan aplikasi sebanyak 2 kali (1
MST dan awal berbunga) memberikan hasil jagung sebesar 10,65 t ha-1 (Gambar 2). Pemberian
hara N yang sesuai kebutuhan tanaman baik jumlah dan waktu pemberiannya akan langsung
diserap oleh tanaman.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi
urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pemberian urea
3 dan 4 kali lebih baik dibandingkan pemberian 2 kali. Pemberian dosis 285 kg urea/ha mampu
meningkatkan bobot kering berangkasan. Pemberian dosis 100 kg urea/ha dengan aplikasi 2 kali
(1 MST dan awal berbunga) sudah meningkatkan hasil jagung sebesar 10,65 t ha-1.
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK
UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L) DI
LAHAN KERING

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Kebun jagung Univercity Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian dimulai pada bulan
Desember 2008-April 2009.
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, kored, meteran, tali plastik,
timbangan, dan karung plastik.
Bahan yang digunakan adalah benih jagung varietas Pioner (P21), pupuk organik berupa pupuk
kandang domba dengan dosis 0, 5, 10, dan 15 ton/ha, urea dengan dosis 300 kg/ha, NPK Ponska
(15:15:15) dengan dosis 200 kg/ha, dan kapur dolomit dengan dosis 4 ton/ha.
Metode Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua
faktor. Faktor pertama adalah pemberian dosis pupuk kandang dengan 4 taraf dan faktor kedua
adalah frekuensi pemberian urea dengan 4 taraf. Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga
terdapat 48 satuan satuan percobaan

Hasil dan Pembahasan


Dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Pada umur 2-6 MST, dosis pupuk kandang 15
ton/ha memberikan hasil yang berbeda terhadap tinggi. Nilai
rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST (129.02 cm)
di peroleh dari tanaman yang diberi pupuk kandang dengan
dosis 15 ton/ha (Tabel 1)

Frekuensi pemberian pupuk urea maupun interaksinya tidak


berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tetapi pada
umur 9 MST, perlakuan tanpa pupuk urea (kontrol) lebih
rendah bila dibandingkan dengan perlakuan urea 1-3 kali.
Perkembangan jumlah daun pada berbagai perlakuan
semakin meningkat seiring dengan umur tanaman (MST).
Dosis pupuk kandang memberikan pengaruh terhadap jumlah
daun. Pemberian pupuk kandang dengan dosis 15 ton/ha
menghasikan nilai rata-rata jumlah daun tertinggi, namun pada
umur 5 MST dan 9 MST nilai rata-rata jumlah daun tertinggi
terdapat pada perlakuan dosis pupuk kandang 10 ton/ha.

Frekuensi pemberian pupuk urea maupun interaksinya tidak


berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Pada umur 9 MST,
nilai rata-rata jumlah daun tertinggi diperoleh oleh frekuensi
pemberian pupuk urea 2x (12.76 cm) (Gambar 2).

Dosis pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap


diameter tanaman. Ketiga dosis pupuk menghasilkan diameter
batang yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol dan nilai
rata-rata tertinggi (1.97 cm) diperoleh dari tanaman yang diberi
pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha (Tabel 3).

Dosis pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap


panjang tongkol namun berpengaruh nyata terhadap diameter
tongkol. Frekuensi pemberian pupuk urea berpengaruh nyata
terhadap panjang maupun diameter tongkol. Frekuensi
pemberian urea 3x menghasilkan nilai tertinggi pada panjang
maupun diameter tongkol. (Tabel 4).

Pemberian pupuk kandang dengan dosis perlakuan nyata


berpengaruh terhadap peningkatan bobot 100 butir biji. Nilai
rata-rata tertinggi diperoleh pada dosis pupuk kandang 15
ton/ha terhadap bobot tongkol 100 butir biji (28.73 g).
Frekuensi pemberian pupuk urea berpengaruh nyata terhadap
bobot pipilan 100 butir biji. Frekuensi pemberian pupuk urea
3x menunjukan nilai tertinggi sebesar 30.31 g .(Tabel 5)
Dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap bobot brangkasan per tanaman namun berpengaruh
nyata terhadap bobot brangkasan per petak. Sedangkan
Frekuensi pemberian pupuk urea menunjukan pengaruh nyata
terhadap bobot brangkasan tanaman dan bobot tanaman petak.
Pada dosis pupuk kandang 15 ton/ha dan frekuensi pemberian
pupuk urea 3x terlihat memiliki nilai tertinggi.

Ketiga perlakuan dosis pupuk kandang nyata mempengaruhi


bobot tongkol per tanaman dan bobot tongkol per petak. Nilai
rata-rata bobot tongkol tertinggi diperoleh pada pemberian
pupuk kandang dengan dosis 15 ton/ha (Tabel 7). Pemberian
pupuk urea secara nyata mempengaruhi produksi bobot
tongkol. Nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan frekuensi
pemberian pupuk urea 3x (Tabel 7).

Pemberian pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap bobot


pipilan kering per tongkol. Nilai rata-rata tertinggi diperoleh
pada dosis pupuk kandang 15 ton/ha terhadap bobot pipilan
kering per tongkol (86.86 kg). Frekuensi pemberian pupuk urea
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot pipilan kering per
tongkol (Tabel 8).

Rata-rata bobot tongkol per hektar berbagai perlakuan


meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk kandang dan
frekuensi pemberian pupuk urea. Bobot tongkol per hektar
tertinggi diperoleh pada kombinasi dosis pupuk kandang 15
ton/ha dan frekuensi pemberian pupuk urea 3x sebesar 6.88
ton/ha (Tabel 9).

Rata-rata bobot pipilan kering per hektar pada berbagai


perlakuan semakin meningkat dengan dengan meningkatnya
dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian pupuk urea
kecuali pada kombinasi dosis pupuk kandang 10 ton/ha dan
kontrol. Bobot pipilan kering per hektar tertinggi diperoleh
pada kombinasi dosis pupuk kandang 15 ton/ha dan frekuensi pemberian pupuk urea 3x sebesar
5.50 ton/ha.

Kesimpulan
1. Pemberian pupuk kandang pada lahan kering di university farm IPB Jonggol mutlak
diperlukan. Untuk memperoleh pengaruh sisa (residual) yang nyata, dosis pupuk kandang
15 ton/ha lebih baik dibandingkan dengan dosis 5 ton/ha dan 10 ton/ha.
2. Pemberian pupuk urea secara nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produksi jagung di
lahan kering. Pemberian secara bertahap (2-3 kali) lebih baik dibandingkan dengan
pemberian urea 1 kali pada saat tanam.
RESPON JAGUNG TONGKOL GANDA (Zea mays L.) TERHADAP PEMUPUKAN
UREA DAN KOMPOS

METODELOGI
Penelitian ini berlangsung di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2010. Lokasi penelitian berada
pada ketinggian lebih kurang 1 mdpl dan memiliki tipe Curah hujan B. Bahan tanaman adalah
benih jagung varietas BISI-2.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Untuk
menguji pengaruh perlakuan diuji dengan uji F dan uji lanjut yaitu uji beda nyata pada taraf α
0,05. Pengolahan tanah bersamaan dengan pembuatan plot dengan ukuran 2 x 3,5 m. Jarak
tanam yang digunakan 30 x 75cm dengan jarak antar barisan 30 cm dan dalam barisan 75 cm.
Dengan demikian setiap bedengan terdapat 30 rumpun per bedeng.
Pemupukan dilakukan dua tahap yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan.. Sebelum tanam
diberikan dosis pupuk kompos sesuai dengan perlakuan dilakukan dengan cara menabur dan
mencampur dengan tanah. Sedangkan separuh dosis pupuk urea, semua dosis pupuk SP-36 dan
KCl diberikan secara larikan antar barisan tanaman dengan dosis pupuk SP-36 dan KCl masing-
masing 150 dan 100 kg ha-1 Sedangkan separuh dosis pupuk urea sebagai pupuk susulan
diberikan pada saat tanaman berumur 40 HST.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh interaksi nyata antara
dosis pupuk urea dan kompos
terhadap pertumbuhan tanaman
jagung tongkol ganda pada
umur 30 dan 60 hari setelah
tanam. Peningkatan dosis pupuk urea di atas takaran 150 kg ha-1 menunjukkan penekanan
tinggi tanaman baik pada umur 30 maupun 60 HST. Tinggi tanaman pada umur 30 HST
tertinggi mencapai 65,28 cm pada pemupukan urea 150 kg ha-1 dan kompos 10 ton ha-1,
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan tinggi tanaman pada umur 60 HST
mencapai 255,52 cm pada kombinasi perlakuan yang sama dan juga menunjukkan perbedaan
nyata dengan setiap kombinasi perlakuan lainnya.
Diameter Batang
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa diameter pangkal
batang tanaman jagung tongkol ganda menunjukkan pengaruh
interaksi yang nyata antara dosis pupuk urea dan kompos.
Pemberian kompos 10 ton ha-1 dapat meningkatkan diameter
batang jagung seiring dengan meningkatnya takaran urea sampai
pada dosis 150 kg ha-1. Rata-rata diameter pangkal batang
tanaman maksimum pada umur 60 hari setelah tanam adalah
42,72 mm, terdapat pada perlakuan dosis pupuk urea 150 kg ha-1.
Penambahan dosis pupuk urea lebih dari 150 kg ha-1 yang disertai pemberian kompos
10 ton ha-1 menunjukkan trend penurunan nilai tinggi tanaman. Sesuai dengan hasil penelitian
Adekayode (2004) yang mengungkapkan bahwa interaksi antara pupuk urea dan pupuk kompos
mengandung hara nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Namun jika pupuk urea ditingkatkan
dosisnya, maka kebutuhan N dari pupuk kompos menjadi semakin berkurang diperlukan oleh
tanaman, demikian juga sebaliknya.

Rata-Rata Bobot Kering

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat


pengaruh interaksi yang nyata antara dosis pupuk urea dan dosis
pupuk kompos terhadap bobot kering tanaman. Rata-rata bobot
kering tanaman berkisar antara 151,38 sampai 253,61 g per
batang. Bobot kering tertinggi terdapat pada perlakuan dosis
pupuk urea 150 kg ha-1 dan pemberian pupuk kompos 10 ton ha-
1 yaitu 253,61 g per batang. Dosis urea 150 kg ha-1 dan pupuk kompos 10 ton ha-1 telah
menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung tongkol ganda terbaik menyebabkan ketersediaan
dan serapan N dari pupuk urea telah maksimum dilakukan oleh tanaman.

Kesimpulan

Urea dan kompos secara interaksi berpengaruh nyata pada pertumbuhan jagung tungkol
ganda. Pertumbuhan jagung .tongkol ganda relatif lebih baik pada dosis kompos 10 ton ha -1
yang secara konsisten meningkat sampai pada dosis urea 150 kg ha-1. Penambahan dosis urea
sampai 200 kg ha-1 respon pertumbuhan jagung tongkol ganda menunjukkan pkecenderungan
penurunan pertumbuhan yang nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Adekayode, F.O. 2004. The use of manure to increase the yield and quality of Amaranthus to
feed rabbit in a humid tropical region. Journal of Animal and Veterinary Advances 3 (11): p.
763-768.
Bara dan Chozin. 2009. Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian pupuk urea
terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays. L) di lahan kering. Makalah
Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Hlm 7.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya
(Terjemahan Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta.428p.

Anda mungkin juga menyukai