Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOPOROSIS
DI DESA PERENDEKAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 DAN 4 - A.2 / SEMESTER V
1. MITA AYU UTAMI ( 041 STYC 15 )
2. M. JEFRI ( 043 STYC 15 )
3. NANA RATNA DEWI ( 048 STYC 15 )
4. NURJAITUN ( 049 STYC 15 )
5. RAHMAN HADI PUTRA ( 051 STYC 15 )
6. RILLA AYU SUITARI ( 055 STYC 15 )
7. RISAWATI ( 057 STYC 15 )
8. RINDI PUTRI FEBRIANA ( 056 STYC 15 )
9. RISMALA PRAMUDITHA ( 058 STYC 15 )
10. RIWIATUL HASANAH ( 059 STYC 15 )
11. ROZI APRILIANDI ( 062 STYC 15 )
12. SISKA MAULIDA AGUSTINI ( 068 STYC 15 )
13. SRI KURNIAWATI ( 071 STYC 15 )
14. SUCIATI ( 073 STYC 15 )
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu Heny Marlina Riskawati
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem Muskuloskeletal yang telah
memberikan bimbingan dan masukan sehingga Laporan Pendahuluan Dan
Laporan Kasus “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Dengan Diagnosa Medis Osteoporosis Di Desa Perendekan” ini
dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Semoga amal baik
yang beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 24 Oktober 2017

Penulis,

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) ii


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
I. KONSEP DASAR PENYAKIT - OSTEOPOROSIS
A. Definisi ........................................................................................................ 1
B. Etiologi ........................................................................................................ 1
C. Klasifikasi.................................................................................................... 7
D. Manifestasi Klinis ....................................................................................... 8
E. Patofisiologi ................................................................................................ 9
F. WOC.......................................................................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 12
H. Komplikasi ................................................................................................ 14
I. Penatalaksanaan ........................................................................................ 14
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................................. 17
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 18
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................. 25
LAMPIRAN ......................................................................................................... 36

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) iii


LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS
I. KONSEP DASAR PENYAKIT OSTEOPOROSIS
A. Definisi
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massa tulang
berkurang. Komponen matriks tulang, yaitu mineral dan protein berkurang.
Resorbsi terjadi lebih cepat daripada formasi tulang, sehingga tulang menjadi
tipis (Pusdiknakes, 1995 dikutip dalam Suratun dkk, 2008)
Osteoporosis adalah kelainan dengan penurunan massa tulang total. Pada
kondisi ini terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal,
kecepatan resorpsi tulang lebih besar daripada kecepatan pembentukan
tulang, yang mengakibatkan penurunan massa tulang total (Brunner &
Suddarth, 2000). Jadi osteoporosis adalah elainan atau ganngguan yang
terjadi karena penurunan massa tulang total. (dikutip dalam Suratun dkk,
2008)
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan
rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang,
menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya
fraktur. Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila
telah terjadi fraktur. Pada osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan
kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan
tulang sehingga penderita osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau
fraktur. Lokasi kejadian patah tulang osteoporosis yang paling sering terjadi
adalah pada patah tulang vertebra (tulang punggung), tulang leher femur, dan
tulang gelang tangan (patah tulang colles). Adapun frekuensi patah tulang
leher femur adalah 20% dari total jumlah patah tulang osteoporosis. (Zairin
Noor H, 2012)

B. Etiologi
Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi esterogen dan
perubahan yang berhubungan dengan penuaan. Faktor Risiko Osteoporosis
menurut Rosi Pratiwi (2014) diantaranya:

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 1


1) Usia
Mulai dari lahir sampai kira-kira usia 30 tahun, jaringan tulang yang
dibuat lebih banyak daripada yang hilang. Tetapi setelah usia 30 tahun
situasi berbalik, yaitu jaringan tulang yang hilang lebih banyak dari pada
yang dibuat. Tulang mempunyai 3 permukaan, atau bisa disebut juga
dengan envelope, dan setiap permukaan memiliki bentuk anatomi yang
berbeda. Permukaan tulang yang menghadap lubang sumsum tulang
disebut dengan endosteal envelope, permukaan luarnya disebut periosteal
envelope, dan diantara keduanya terdapat intracortical envelope. Ketika
masa kanak kanak, tulang baru terbentuk pada periosteal envelope. Anak-
anak tumbuh karena jumlah yang terbentuk dalam periosteum melebihi
apa yang dipisahkan pada permukaan endosteal dari tulang kortikal. Pada
anak remaja, pertumbuhan menjadi semakin cepat karena meningkatnya
produksi hormon seks. Seiring dengan meningkatnya usia, pertumbuhan
tulang akan semakin berkurang. Proporsi osteoporosis lebih rendah pada
kelompok lansia dini (usia 55-65 tahun) daripada lansia lanjut (usia 65-
85 tahun). Peningkatan usia memiliki hubungan dengan kejadian
osteoporosis. Jadi terdapat hubungan antara osteoporosis dengan
peningkatan usia. Begitu juga dengan fraktur osteoporotik akan
meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden fraktur pergelangan
tangan meningkat secara bermakna setelah umur 50, fraktur vertebra
meningkat setelah umur 60, dan fraktur panggul sekitar umur 70.
Studi epidemiologis yang dilakukan menunjukkan bahwa asupan zat
gizi makro dan mikro dalam tubuh merupakan salah satu faktor yang
dapat memperlambat kejadian osteoporosis di masa lanjut usia. Selain
memenuhi asupan zat gizi, perlu juga memperhatikan aktivitas fsik.
Menurut Hoger dan Hoeger (2005), kurangnya aktivitas fsik pada
seorang individu di masa muda aka berdampak pada penurunan
kepadatan tulang di masa lanjut usia. (Marjan&Marliyati, 2013)
2) Jenis Kelamin
Wanita secara signifikan memilki risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya osteoporosis. Pada osteoporosis primer, perbandingan antara

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 2


wanita dan pria adalah 5 : 1. Pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi
untuk terjadinya osteoporosis sekunder, yaitu sekitar 40-60%, karena
akibat dari hipogonadisme, konsumsi alkohol, atau pemakaian
kortikosteroid yang berlebihan. Secara keseluruhan perbandingan wanita
dan pria adalah 4 : 1.
3) Ras
Pada umumnya ras Afrika-Amerika memiliki massa tulang tertinggi,
sedangkan ras kulit putih terutama Eropa Utara, memiliki massa tulang
terendah. Massa tulang pada ras campuran Asia-Amerika berada di
antara keduanya. Penelitian menunjukkan bahwa, bahkan pada usia muda
terdapat perbedaan antara anak Afrika-Amerika dan anak kulit putih.
Wanita Afrika-Amerika umumnya memiliki massa otot yang lebih tinggi.
Massa tulang dan massa otot memiliki kaitan yang sangat erat, dimana
semakin berat otot, tekanan pada tulang semakin tinggi sehingga tulang
semakin besar. Penurunan massa tulang pada wanita Afrika-Amerika
yang semua cenderung lebih lambat daripada wanita berkulit putih. Hal
ini mungkin disebabkan oleh perbedaan hormon di antara kedua ras
tersebut. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa wanita yang
berasal dari negara-negara Eropa Utara, Jepang, dan Cina lebih mudah
terkena osteoporosis daripada yang berasal dari Afrika, Spanyol, atau
Mediterania.
4) Riwayat Keluarga
Faktor genetika juga memiliki kontribusi terhadap massa tulang.
Penelitian terhadap pasangan kembar menunjukkan bahwa puncak massa
tulang di bagian pinggul dan tulang punggung sangat bergantung pada
genetika. Anak perempuan dari wanita yang mengalami patah tulang
osteoporosis rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah daripada
anak seusia mereka (kira-kira 3-7 % lebih rendah).
5) Indeks Massa Tubuh
Berat badan yang ringan, indeks massa tubuh yang rendah, dan
kekuatan tulang yang menurun memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap
berkurangnya massa tulang pada semua bagian tubuh wanita. Beberapa

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 3


penelitian menyimpulkan bahwa efek berat badan terhadap massa tulang
lebih besar pada bagian tubuh yang menopang berat badan, misalnya
pada tulang femur atau tibia. Estrogen tidak hanya dihasilkan oleh
ovarium, namun juga bisa dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan dari
jaringan lemak. Jaringan lemak atau adiposa dapat mengubah hormon
androgen menjadi estrogen. Semakin banyak jaringan lemak yang
dimiliki oleh wanita, semakin banyak hormon estrogen yang dapat
diproduksi. Penurunan massa tulang pada wanita yang kelebihan berat
badan dan memiliki kadar lemak yang tinggi, pada umumnya akan lebih
kecil. Adanya penumpukan jaringan lunak dapat melindungi rangka
tubuh dari trauma dan patah tulang.
6) Aktifitas Fisik
Latihan beban akan memberikan penekanan pada rangka tulang dan
menyebabkan tulang berkontraksi sehingga merangsang pembentukan
tulang. Kurang aktifitas karena istirahat di tempat tidur yang
berkepanjangan dapat mengurangi massa tulang. Hidup dengan aktifitas
fisik yang cukup dapat menghasilkan massa tulang yang lebih besar.
Itulah sebabnya seorang atlet memiliki massa tulang yang lebih besar
dibandingkan yang non-atlet. Proporsi osteoporosis seseorang yang
memiliki tingkat aktivitas fisik dan beban pekerjaan harian tinggi saat
berusia 25 sampai 55 tahun cenderung sedikit lebih rendah daripada yang
memiliki aktifitas fisik tingkat sedang dan rendah.
7) Densitas Tulang
Densitas masa tulang juga berhubungan dengan risiko terjadinya
fraktur. Setiap penurunan 1 SD, berhubungan dengan risiko peningkatan
fraktur sebesar 1,5 - 3,0 kali. Faktor usia juga menjadi pertimbangan
dalam menentukan besarnya risiko menurut densitas tulang.
8) Penggunan kortikosteroid
Kortikosteroid banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit,
terutama penyakit autoimun, namun kortikosteroid yang digunakan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis
sekunder dan fraktur osteoporotik. Kortikosteroid dapat menginduksi

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 4


terjadinya osteoporosis bila dikonsumsi lebih dari 7,5 mg per hari selama
lebih dari 3 bulan. Kortikosteroid akan menyebabkan gangguan absorbsi
kalsium di usus, dan peningkatan ekskresi kalsium pada ginjal, sehingga
akan terjadi hipokalsemia. Selain berdampak pada absorbsi kalsium dan
ekskresi kalsium , kortikosteroid juga akan menyebabkan penekanan
terhadap hormon gonadotropin, sehingga produksi estrogen akan
menurun dan akhirnya akan terjadi peningkatan kerja osteoklas.
Kortikosteroid juga akan menghambat kerja osteoblas, sehingga
penurunan formasi tulang akan terjadi. Dengan terjadinya peningkatan
kerja osteoklas dan penurunan kerja dari osteoblas, maka akan terjadi
osteoporosis yang progresif.
9) Menopause
Wanita yang memasuki masa menopause akan terjadi fungsi ovarium
yang menurun sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron juga
menurun. Ketika tingkat estrogen menurun, siklus remodeling tulang
berubah dan pengurangan jaringan tulang akan dimulai. Salah satu fungsi
estrogen adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal.
Tingkat resorpsi tulang akan menjadi lebih tinggi daripada formasi
tulang, yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Sangat
berpengaruh terhadap kondisi ini adalah tulang trabekular karena tingkat
turnover yang tinggi dan tulang ini sangat rentan terhadap defisiensi
estrogen. Tulang trabekular akan menjadi tipis dan akhirnya berlubang
atau terlepas dari jaringan sekitarnya. Ketika cukup banyak tulang yang
terlepas, tulang trabekular akan melemah.
10) Merokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan kadar
estrogen, sehingga kadar estrogen pada orang yang merokok akan
cenderung lebih rendah daripada yang tidak merokok. Wanita pasca
menopause yang merokok dan mendapatkan tambahan estrogen masih
akan kehilangan massa tulang. Berat badan perokok juga lebih ringan dan
dapat mengalami menopause dini ( kira-kira 5 tahun lebih awal ),
daripada nonperokok. Dapat diartikan bahwa wanita yang merokok

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 5


memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya osteoporosis dibandingkan
wanita yang tidak merokok.
11) Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan selama bertahun-tahun
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Kebiasaan meminum alkohol
lebih dari 750 mL per minggu mempunyai peranan penting dalam
penurunan densitas tulang. Alkohol dapat secara langsung meracuni
jaringan tulang atau mengurangi massa tulang karena adanya nutrisi yang
buruk. Hal ini disebabkan karena pada orang yang selalu menonsumsi
alkohol biasanya tidak mengkonsumsi makanan yang sehat dan
mendapatkan hampir seluruh kalori dari alkohol. Disamping akibat dari
defisiensi nutrisi, kekurangan vitamin D juga disebabkan oleh
terganggunya metabolisme di dalam hepar, karena pada konsumsi
alkohol berlebih akan menyebabkan gangguan fungsi hepar.
12) Riwayat Fraktur
Beberapa penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa, riwayat
fraktur merupakan salah satu faktor risiko osteoporosis.
Sedangkan penyebab sekundernya terdapat beberapa predisposisi, yaitu
sebagai berikut:
1) Sejarah keluarga, sejarah keluarga juga memengaruhi penyakit ini, pada
keluarga yang mempunyai sejarah osteoporosis, anak-anak yang
dilahirkannya cenderung akan mempunyai penyakit yang sama.
2) Gangguan endokrin, meliputi: hiperparatiroidsme, hipogonadism,
hipertiroidism, diabetes melitus, penyakit cusbing, prolaktinoma,
akromegali, insufisiensi adrenal.
3) Gangguan nutrisi dan gastrointestinal, meliputi: penyakit inflamasi usus
besar (inflammatory bowel disease), celiac disease, malnutrisi, riwayat
pembedahan gastric bypass, penyakit hari kronis, anoreksia nervosa,
vitamin D atau kalsium defisiensi.
4) Penyakit ginjal, meliputi: gagal ginjal kronik (GGK) dan idiopatik
hiperkalsiuria.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 6


5) Penyakit rematik, meliputi : reumatoid atritis. Ankylosing spondylitis,
lupus eritematus sistemik.
6) Gangguan hematologi, meliputi : multiple myeloma, talasemia, leukemia,
limfoma, hemafilia, sickle cell disease, dan mastositosis sistemik.
7) Gangguan genetik, meliputi: cstiyc fibrosis, osteogenesis imperfekta,
hipofosfatasi.
8) Gangguan lainnya, meliputi: pofiria, sarcoid, imobilisasi, kehamilan/
laktasi, chronic obstructive pulmonary diseases (COPD), nutrisi
parentral, HIV/AIDS.
9) Obat-obatan, beberapa golongan obat yang meningktakan kehilangan
matriks tulang, meliputi berikut ini.
a. Kortikosteroid: prednision (≥5 mg/hari minimal pemberian ≥3 bulan)
b. Antikonvulsan: phenytoin, barbiturates, karbamazepine (agen-agen ini
berhubungan dengan defisiensi vitamin D).
c. Heparin (penggunaan jangka panjang).
d. Kemoterapetik/obat-obat transplantasi: cylosporine, tacrolimus,
platinum compounds, cyclophosphmide,ifosfamaide, methotrexate.
e. Hormonal/terapi endokrin: gonadottropin-releasing hormone (GnRH)
agonists, luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH) analogs,
depomedroxyprogeterone, excessive thyroid supplementation.
f. Lithium
g. Aromatase inhibitors : exemestane, anastrozole.

C. Klasifikasi
Menurut dalam Rosi Pratiwi (2014) dan Wisnu Wardana (2012)
pembagian osteoporosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya. Pada tahun 1983, Riggs dan Melton membagi osteoporosis
primer menjadi 2 tipe, yaitu Osteoporosis tipe I dan osteoporosis tipe II.
Osteoporosis tipe I disebut juga osteoporosis pasca menopause, biasanya
gejala timbul pada wanita berusia 51-75 tahun. Osteoporosis tipe ini

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 7


disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause. Osteoporosis tipe II
disebut juga osteoporosis senilis, disebabkan oleh gangguan absorpsi
kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang
mengakibatkan timbulnya osteoporosis. Senilis berarti hanya terjadi pada
usia lanjut diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita.
2) Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui
penyebabnya, yaitu terjadi karena adanya penyakit lain yang mendasari,
defisiensi atau konsumsi obat (kortikosteroid, barbiturat, anti kejang dan
hormon tirioid yang berlebihan) yang dapat menyebabkan osteoporosis.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid dan paratiroid), pemakaian alkohol yang
berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.
3) Penyebab lain, Osteoporosis Juvelin Idiopatik
Hal ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar
dan fungsi hormonal yang normal dan kadar vitamin yang normal namun
tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang (Mulyaningsi,
2008).

D. Manifestasi Klinis
Seperti yang dikutip oleh Rosi Pratiwi (2014) kepadatan tulang secara
perlahan (terutama pada osteoporosis senilis), sehingga pada awal
osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Namun, kemudian muncullah gejala-
gejala seperti:
1) Nyeri Terus-menerus yang Tidak Kunjung Hilang
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi menipis,
timbulah nyeri tulang dan kelainan bentuk. Menipisnya tulang belakang
menyebabkan nyeri punggung menahun. Biasanya nyeri timbul secara
tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu di punggung, yang akan
bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh di
daerah tersebut akan terasa sakit, akan tetapi biasanya rasa sakit akan

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 8


menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau bulan (Junaidi,
2007)
2) Tubuh Memendek
Ketika beberapa tulang belakang hancur, akan terbentuk kelengkungan
yang abnormal dari tulang belakang yang menyebabkan ketegangan otot
dan timbul rasa sakit. Tulang lain bisa ikut patah, kerap kali disebabkan
oleh tekanan ringan atau karena jatuh. (Junaidi, 2007)
3) Mudah menderita patah tulang terutama tulang pinggul.
4) Disertai gejala menopause: panas, banyak keringat, keputihan, dan susah
tidur.

E. Patofisiologi
Osteoporosis adalah abnormalis pada proses remodeling tulang di mana
resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa
tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling tulang digambarkan
dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Meskipun pertumbuhan
terhenti, remodeling tulang berlanjut. Proses dinamik ini meliputi resorpsi
pada satu permukaan tulang dan deposisi pembentukan tulang pada tempat
yang berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh beban berat badan dan gravitasi,
sama halnya dengan masalah seperti penyakit sistemik. Proses seluler
dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan dimodulasi oleh hormon lokal dan
sistemik, serta peptida. Remodeling tulang mempunyai dua fungsi utama : (1)
untuk memperbaiki kerusakan mikro di dalam tulang rangka untuk
mempertahankan kekuatan tulang rangka, dan (2) untuk mensuplai kalsium
dari tulang rangka untuk mempertahankan kalsium serum. Remodeling tulang
juga diatur oleh beberapa hormon yang bersirkulasi, termasuk estrogen,
androgen, vitamin D, dan hormon paratiroid (PTH), demikian juga faktor
pertumbuhan yang diproduksi lokal seperti IGF-I dan IGF–II, transforming
growth factor (TGF), parathyroid hormone-related peptide (PTHrP), ILs,
prostaglandin, dan anggota superfamili tumor necrosis factor (TNF). (Wisnu
W, 2012)

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 9


Kondisi osteoporosis merupakan suatu hasil interkasi yang kompleks
menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Berbagai faktor terlibat
dalam interaksi ini dengan mengasilkan suatu kondisi penyerapan tulang
lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan yang baru. Kondisi yang
memberikan manifestasi penurunan massa tulang total. Kondisi osteoporosis
yang tidak mendapatkan intervensi akan memberikan dua manifestasi
penting, dimana tulang menjadi rapuh dan terjadinya kolaps tulang (terutama
area vertebra yang mendapat tekanan tinggi pada saat berdiri). Hal ini akan
berlanjut pada bebagai kondisi dan masalah pada pasien dengan osteoporosis.
Di dalam kehidupan, tulang akan selalu mengalami proses pembaharuan.
Tulang memiliki 2 sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk menyerap dan
menghancurkan/merusak tulang) dan osteoblas (sel yang bekerja untuk
membentuk tulang) (Comptons, 2002). Tulang yang sudah tua dan pernah
mengalami keretakan, akan dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak
tersebut akan diidentifikasi oleh osteosit (sel osteoblas menyatu dengan
matriks tulang) (Cosman, 2009). Kemudian terjadi penyerapan kembali oleh
osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan asam
(Tcandra, 2009). Dengan demikian tulang yang sudah diserap osteoklas yang
berasal dari prekusor di sumsum tulang belakang setelah sel osteoklas hilang.
(Cosman, 2009) (Dikutip dalam Rosi Pratiwi, 2014)
Menurut (Ganong, 2010) ternyata endokrin mengendalikan proses
emodeling tersebut. Dan hormon yang memengaruhi yaitu hormon paratiroid
(resorpsi tulang menjadi lebih cepat) dan estrogen (resorpsi tulang akan
menjadi lama). Sedangkan pada osteoporosis, terjadi gangguan pada
osteoklas, sehingga timbul ketidakseimbangan antara kerja osteoklas dengan
soteoblas. Dan secara menyeluruh massa tulangpun akan menurun, dan
akhirnya terjadilah pengeroposan tulang pada penderita osteoporosis
(Ganong, 2008) (Dikutip dalam Rosi Pratiwi, 2014)
Pada dewasa muda tulang yang diresorpsi digantikan oleh jumlah yang
seimbang jaringan tulang baru. Massa tulang rangka tetap konstan setelah
massa puncak tulang sudah tercapai pada masa dewasa. Setelah usia 30 - 45
tahun, proses resorpsi dan formasi menjadi tidak seimbang, dan resorpsi

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 10


melebih formasi. Ketidakseimbangan ini dapat dimulai pada usia yang
berbeda dan bervariasi pada lokasi tulang rangka yang berbeda;
ketidakseimbangan ini terlebih-lebih pada wanita setelah menopause. (Dikuti
dalam Wisnu W, 2012).
Stadium Osteoporosis ada 3 yaitu:
1) Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih
banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya
terjadi pada usia 30- 35 tahun.
2) Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai
turun (osteopenia).
3) Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya
dengan sentuhan atau benturan ringan.
4) Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan
timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan
mengalami stres dan depresi (Waluyo, 2009).

F. WOC

Hasil interaksi kompleks yang menahun antara


faktor genetik dan faktor lingkungan

Factor usia, jenis kelamin, Melemahnya daya serap sel terhadap Merokok, alcohol, kopi,
ras, keluarga, bentuk tubuh, kalsium dari darah ke tulang. defisiensi vitamin dan gizi,
dan tidak pernah melahirkan Peningkatan pengeluaran kalsium bersama gaya hidup, (immobilisasi),
urine. anoreksia nervosa dan
Tidak tercapainya massa tulang yang penggunaan obat-obatan.
maksimal.
Resorpsi tulang menjadi lebih cepat.

Penyerapan tulang lebih banyak daripada


pembentukan baru

Penurunan massa tulang total

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 11


Osteoporosis

Tulang menjadi rapuh Kolaps bertahap


dan mudah patah tulang vertebra

Fraktur Fraktur Fraktur kompresi Fraktur kompresi Kifosis progresif


colles femur vertebra lumbalis vertebra torakalis

Kompresi saraf Perubahan Penurunan tinggi


pencernaan ileus paralis postural badan
Gangguan fungsi
ekstermitas atas dan bawah.
Pergerakan fragmen tulang,
konstipasi Dermatitis skelet Perubahan postural
spasme otot.

G. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia
urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak
membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA
protein).
Pemeriksaan laboratorium berupa parameter biokimiawi untuk bone
turnover, terutama mengukur produk pemecahan kolagen tulang oleh
osteoklas.
Serum darah dan urin terhadap kadar biokimia:
- Darah rutin, elektrolit, kreatin, ureum darah, kalsium, fosfor, protein
albumin, alkali fosfatase dan enzim hati.
Nilai Normal : Darah Rutin
Hb : 13,0-18,0 gr/dl
Hct : 40-52%
Leu : 4400-11300/mm3
Plt : 150000-450000/mm3
:
Erit 4,5-6,5 juta/µL

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 12


MCV : 80-100 fL
MCH : 26-34 pg
MCHC : 32-36 %
Nilai Normal
Kreatin : <1.2 mg/dL
Ureum darah : 19-43 mg/dL
Kalsium : 4,7-5,2 mg/d
Fosfor : 3,6-5,5 mEq/L
Protein albumin : 3,5-5 gr/dL
Alkali fosfatase : 35-104 U/L
Enzim hati : 5-20 mg/dL
- Test terhadap fungsi kelenjar tiroid
Khusus: pada laki-laki diperiksa kadar testosterone dan pada wanita
dilakukan pemeriksaan estrogen.
- Serum:
• 25 hidroksi vitamin D3
• 1,25 dihidroksi vitamin D3
• Osteocalsin
• Hormon paratiroid
- Urin: Calcium & fosfor urine
2. Radiodiagnostik
Dari berbagai metode pengukuran densitas tulang yang digunakan saat
ini, metode yang berdasarkan x-ray (khususnya dual energy x-ray
absorptiometry (DXA) adalah yang terbanyak digunakan. Teknik ini
secara bertahap menggantikan teknik ionisasi lain yang menggunakan
radiasi gamma. DXA terbukti merupakan teknologi yang paling luas
diterima untuk mengetahui hubungan antara densitas tulang dengan risiko
fraktur. DXA juga merupakan teknik dengan akurasi dan presisi baik,
serta paparan radiasi yang rendah. Oleh karena itu, alat ini dijadikan
sebagai gold standars pemeriksaan massa tulang oleh WHO karena
merupakan pemeriksaan yang validasinya paling luas dalam menilai
fraktur.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 13


H. Komplikasi
Pada banyak kasus, cukup sulit untuk membedakan gejala osteoporosis
maupun komplikasi osteoporosis sehingga keduanya sering disamakan. Hal
ini disebabkan karena osteoporosis disebut dengan silent disease, yang tidak
menunjukkan manifestasi klinis berarti sampai munculnya fraktur. Gejala
awal dari osteoporosis yang dapat dilihat antara lain rasa sakit punggung yang
berat, tinggi badan berkurang, dan terjadi kelainan bentuk tulang belakang
seperti kifosis. Dowager’s hump adalah kondisi kifosis akibat osteoporosis
tingkat lanjut.

I. Penatalaksanaan
Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan pada osteoporosis, diantaranya:
1. Konservatif
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada asuhan memperlambat atau
menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan
mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari
perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama
hidupnya. Dengan demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah
terjadinya fraktur (patah tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Diet : dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal
dengan mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/hari) dalam dietnya
(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),
berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan
noemal.
b. Spesialis : orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau
pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis otopedi untuk manajemen
selanjutnya.
c. Olahraga : modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan.
Olahraga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat
osteoporosis. Olahraga yang direkomendasikan termasuk di antaranya
adalah jalan kaki, besepeda, dan joging.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 14


Bentuk pencegahan lainnya menurut dalam Kneale (2011) yaitu:
 Perubahan gaya hidup
Perubaha gaya hidup dapat mencegah pemburukan osteoporosis dan
menurunkan terjadinya resiko fraktur, tingkat motivasi internal untuk
menerima dan bertindak sesuai perubahan harus ditimbulkan.
Dukungan kontinu dari tim layanan kesehatan dan keluarga psien
sangat penting, perubahan gaya hidup meliputi;
 Mengurangi dan berhenti merokok
 Mengurangi atau berhenti minum alcohol
 Meningkatkan latihan menopang berat
 Meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D
 Mengatur ligkungan rumah untuk menurunkan resiko jatuh.
 Latihan fisik
Latihan fisik berperan paling penting dalam mencegah dan
menangani osteoporosis serta mencegah fraktur. Selain memengaruhi
proses penyakit, latihan fisik juga mengkatkan kesehatan umum pasien,
kesejahteraan dan kualitas hidup.
Gaya hidup aktif dapat dilakukan oleh berbagait kelompok usia
karena program latihan fisik yang tepat dapat meningkatkan massa
tulang remaja dan individu dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa
pelatihan fisik yang sedang dapat membantu melawan osteoporosis,
sedangkan latihan fisik yang terlalu ringan dan berlebihan dapat
mempercepat laju hilangnya massa tulang.
Latihan fisik pada lansia di tekankan untuk meningkatkan kekuatan
dan keseimbangan otot sehingga dapat menurunkan resiko jatuh,
program dasar yang dapat dilakukan untuk semua usia.
 Pasien secara bertahap menyesuaikan diri diri dengan latihan fisik
yang baru.
 Kekuatan otot cendrung terjadi pada awal latihan fisik, tetapi nyeri
yang kontinu menunjukan adanya cedera overius.jika hal ini terjadi,
individu harus menghentikan latihan hingga cedera pulih.
 Latihan fisik harus dilakukan secara teratur agar bermanfaat.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 15


 Latihan fisik yang teratur harus menjadi gaya hidup.
 Latihan fisik yang berlebihan dapat dlakukan meskipun latihan yang
sangat intensif beresiko menyebabkan kerusakan sistem
muskuluskeletal, wanita akan beresiko mengalami amenorea
sehingga menyebabkan terjadinya osteoporosis.
 Latihan fisik, seperti berenang.
2. Medikamentosa
Selain dari tata laksana diatas, obar-obatan dapat dapat diberikan seperti
dibawah ini.
a) Estrogen: untuk perempuan yang baru menopouse, penggantian
estrogen merupakan salah stu cara untuk mencegah osteoporosis.
Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan
tulang. Apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopouse,
maka akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%.
Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada
kulit.
b) Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk meningkatkan
kepadatan pulang. Konsumsi per hari sebanyak 1.200-1.500 mg
(melalui makanan dan suplemen). Konsumsi vitamin D sebanyak 600-
800 IU diperlukan untuk kepadatan tulang
c) Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate,
resedonate, dan etidronate. Obat-obatn ini memperlambat kehilangan
jaringan dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang.
Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa kadar lkalsium dan fungsi
ginjal anda.
d) Hormon lain: hormon-hormon ini akan membantu mengulasi kalsium
dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jaringan tulang.
e) Kalsitonin
f) Teriparatide.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 16


II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN)
A. Pengkajian
Anamnesis mempunyai peranan penting dalam evaluasi penderita
osteoporosis. Keluhan-keluhan utama yang dapat mengarah kepada diagnosis,
seperti misalnya bowing leg dapat mengarah pada diagnosis riket, kesemutan
dan rasa kebal di sekitar mulut dan ujung jari yang terjadi pada hipokalsemia.
Pada anak-anak, gangguan pertumbuhan atau tubuh pendek, nyeri tulang, dan
kelemahan otot, waddling gait, dan kalsifikasi ekstraskeletal dapat mengarah
pada penyakit tulang metabolik. Selain dengan anamnesis keluhan utama,
pendekatan menuju diagnosis juga dapat dibantu dengan adanya riwayat
fraktur yang terjadi karena trauma minimal, adanya faktor imobilisasi lama,
penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari,
asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, dan faktor-faktor risiko lainnya.
(Dikutip dalam Wisnu W, 2012)
Obat-obatan yang dikonsumsi dalam jangka panjang juga dapat digunakan
untuk menunjang anamnesis, yaitu misalnya konsumsi kortikosteroid,
hormon tiroid, antikonvulsan, heparin. Selain konsumsi obat- obatan, juga
konsumsi alkohol jangka panjang dan merokok. Tidak kalah pentingnya,
yaitu adanya riwayat keluarga yang pernah menderita osteoporosis. (Dikutip
dalam Wisnu W, 2012)
a. Riwayat keperawatan. Dikutip dalam Suratun dkk, 2008) pengkajian
riwayat keperawatan, perawatan perlu mengidentifikasi adanya:
1. Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang.
2. Berat badan menurun.
3. Biasanya di atas 45 tahun.
4. Jenis kelamin sering pada wanita.
5. Pola latihan dan aktivitas.
6. Keadaan nutrisi (mis. Kurang vitamin D dan C, serta kalsium)
7. Merokok, mengonsumsi alkohol dan kafein.
8. Adanya penyakit endokrin: diabetes melitus, hipertiroid,
hiperparatiroid, sindrom cushing, akromegali, hipogonadisme.
b. Pemeriksaan Fisik

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 17


1. Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau
nyeri pergerakan.
2. Periksa mobilitas pasien.
3. Tanda adanya perubahan kurvatura tulang belakang
4. Tanda-tanda predisposisi penyebab osteoporosis (lihat etiologi)
5. Tanda-tanda penurunan (Amati posisi pasien yang nampak
membungkuk, perubahan gaya berjalan, hipotensi artostatik, kelemahan
otot-otot okstremitas, penurunan pengelihatan, dan perubahan kognitif).
Pada pemeriksaan fisik yang harus diukur adalah tinggi badan dan berat
badan (indeks massa tubuh <19 kg/m2)., demikian juga dengan gaya jalan
penderita, deformitas tulang, leg-lenght inequality , dan nyeri spinal.
Hipokalsemia yang terjadi dapat ditandai oleh adanya iritasi
muskuloskeletal, yaitu berupa tetani. Adduksi jempol tangan juga dapat
dijumpai, fleksi sendi metacarpophalangeal, dan ekstensi sendi
interphalang. Penderita dengan osteoporosis sering menunjukkan kifosis
dorsal atau gibbus (Dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Selain
itu juga didapatkan protuberansia abdomen, spasme otot paravertebral, dan
kulit yang tipis (tanda McConkey). (Dikutip dalam Wisnu W, 2012)
c. Riwayat Psikososial. Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya
sering timbul kecemasan, takut melakukan aktivitas, dan perubahan
konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis yang
timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri yang
berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
4. Risiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 18


C. Intervensi Keperawatan
Intervensi 1
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, aktivitas dan mobilitas fisik klien
terpenuhi.
Kriteria Hasil : Melakukan ROM secara teratur, menggunakan alat bantu saat
aktivitas, dan menggunakan brace/korset saat aktivitas.
Intervensi Rasional
Gunakan matras dengan tempat tidur Untuk membantu memperbaiki posisi
papan. tulang belakang.
Bantu pasien menggunakan alat Alat bantu tongkat dapat membantu
bantu walker atau tongkat. klien dalam melakukan mobilisasi.
Bantu dan ajarkan latihan ROM Untuk meningkatkan fungsi
setiap 4 jam persendian dan mencegah kontraktur.
Anjurkan menggunakan brace Pasien perlu dilatih menggunakannya
punggung atau korset. dan jelaskan tujuannya.
Kolaborasi dalam pemberian Dengan pemberian ini dapat
analgetik, estrogen, kalsium, dan mengurangi atau menghentikan
vitamin D. kehilangan jaringan tulang.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam Kalsium dan vitamin D diperlukan
program diet tinggi kalsium serta untuk meningkatkan kepadatan
vitamin C dan D. pulang.
Kolaborasi dengan petugas Untuk mengetahui jumlah kadar
laboraturium dalam memantau kadar kalsium klien.
kalsium.

Intervensi 2
Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri yang
berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, koping pasien positif.
Kriteria hasil : Mengekspresikan perasaan, memilih alternatif pemecahan
masalah, dan meningkatkan komunikasi.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 19


Intervensi Rasional
Bantu pasien mengekspresikan Perhatian sungguh-sungguh dapat
perasaan dan dengarkan dengan meyakinkan pasien bahwa perawat
penuh perhatian. bersedia membantu mengatasi
masalahnya dan akan tercipta
hubungan yang harmonis sehingga
timbul koordinasi.
Klarifikasi jika terjadi Klarifikasi ini dapat meningkatkan
kesalahpahaman tentang proses koordinasi pasien selama perawatan.
penyakit dan pengobatan yang telah
diberikan.
Bantu pasien mengidentifikasi Dapat membantu upaya mengenal
pengalaman masa lalu yang diri dan menerima diri kembali.
menimbulkan kesuksesan atau
kebanggaan saat itu.
Identifikasi bersama pasien tentang Hal ini akan dapat meningkatkan
alternatif pemecahan masalah yang kepercayaan diri.
positif.
Bantu untuk meningkatkan Dapat membantu klien merasa
komunikasi dengan keluarga dan diperhatikan dengan mendapat
teman. dukungan dari keluarga dan teman.

Intervensi 3
Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, nyeri berkurang/hilang.
Kriteria Hasil: Mengalami peredaan nyeri saat istirahat, mengalami
ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari,
menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat
fraktur, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan skala 0-4 Nyeri merupakan respon subyektif
yang dapat dikaji dengan

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 20


menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya di atas
tingkat nyeri.
Anjurkan istirahat di tempat tidur Untuk mempercepat imobilisasi.
dengan posisi telentang atau miring.
Atur posisi lutut fleksi. Meningkatkan rasa nyaman dengan
merelaksasi otot.
Kompres hangat intermitten dan pijat Dapat memperbaiki relaksasi otot.
punggung.
Anjurkan posisi tubuh yang baik dan Dengan mekanika tubuh dapat
ajarkan mekanika tubuh. mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal dalam
mempertahankan keseimbangan,
postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak,
dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Gunakan korset/brace punggung, saat Korset/brace membantu pasien
pasien turun dari tempat tidur. mempertahankan postur tubuhnya
dan keseimbangan.
Kolaborasi dalam pemberian Analgesik memblok lintasan nyeri
analgesik . sehingga nyeri akan berkurang.

Intervensi 4
Risiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, tidak terjadi cidera.
Kriteria Hasil : Mempertahankan postur tubuh yang baik, menggunakan
mekanika tubuh yang baik, latihan isometrik, berpatisipasi
dalam aktivitas di luar rumah, dan menghindari aktivitas
yang menimbulkan cidera.
Intervensi Rasional
Anjurkan melakukan aktivitas fisik. Untuk memperkuat otot, mencegah
atrofi, dan memperlambat

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 21


demineralisasi tulang progresif.
Latihan isometrik. Dapat digunakan untuk memperkuat
otot batang tubuh.
Anjurkan pasien untuk berjalan, Untuk menghindari terjadinya
mekanika tubuh yang baik, dan gangguan tulang lain.
postur tubuh yang baik.
Hindari aktivitas membungkuk Untuk menghindari risiko cidera.
mendadak, melengok, dan
mengangkat beban lama.
Lakukan aktivitas di luar ruangan dan Untuk memperbaiki kemampuan
di bawah sinar matahari tubuh menghasilkan vitamin D.

Intervensi 5
Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, klien mendapatkan pengetahuan
mengenai osteoporosis dan program pengobatan.
Kriteria Hasil: Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan fisik
terhadap massa tulang, mengonsumsi kalsium dengan jumlah
yang mencukupi, meningkatkan latihan fisik, dan mengetahui
waktu perawatan lanjutan.
Intervensi Rasional
Jelaskan pentingnya diet yang tepat, Untuk memenuhi kebutuhan vitamin
latihan, dan aktivitas fisik yang dan membantu mempercepat
sesuai, serta istirahat yang cukup. pembentukan tulang.
Jelaskan penggunakan obat serta efek Dengan penjelasan yang benar sesuai
samping obat yang diberikan secara indikasi dapat menghindari overdosis
detail. dan kesiapan pasien untuk
menghadapi efek samping obat.
Jelaskan pentingnya lingkungan yang Untuk menghindari risiko jatuh.
aman, misalnya, lantai tidak licin,
tangga menggunakan pegangan .
Anjurkan mengurangi kafein, Alkohol dapat secara langsung

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 22


alkohol, dan merokok. meracuni jaringan tulang atau
mengurangi massa tulang dan
merokok dapat menyebabkan
defisiensi estrogen.
Jelaskan pentingnya perawatan Untuk mengingatkan klien untuk
lanjutan. rutin melakukan perawatan agar
mempercepat kesembuhan.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 23


DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika.

Kneale, Julia D alih bahasa oleh Egi Tamara Yudha dkk. 2011. Keperawatan
Ortopedik & Trauma. Jakarta: EGC.

Marjan dan Marliyanti (2013) Jurnal Gizi dan Pangan. Hubungan Antara Pola
Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoporosis pada
Lansia di Panti Werdha Bogor. Vol.8, No.2, Juli ’13. ISSN 197-1059.

Rosi Pratiwi (2014) KTI. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Osteoporosis di Puskesmas Pondok Betung Tahun 2014. Jakarta, 3 Juli ’14.
Hal 25.

Suratun, Heryati, Santa Manrung, Een Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 24


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A PADA GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL DENGAN OSTEOPOROSIS DI DESA
PERENDEKAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Biodata Pasien
Nama : Ny.A
Usia : 70 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Desa Perendekan, Kec. Kuripan, Kab. Lobar
Diagnosa Medis : Osteoporosis
Waktu/Tanggal Pengkajian : 10.00 / Minggu, 22 Oktober 2017
Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Usia : 72 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Desa Perendekan, Kec. Kuripan, Kab. Lobar
Hubungan dengan klien : Suami
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kaki sebelah kiri.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. A umur 70 tahun memiliki keluhan nyeri yang sering dirasakannya
pada lutut kaki sebelah kiri sejak 2 bulan yang lalu, rasa nyeri itu sudah
dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu. Ketika memeriksakan diri ke

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 25


PUSTU Ny. A dianjurkan untuk tes darah dan rontgen kaki. Hasil
rongent menunjukkan bahwa Ny. S menderita osteoporosis
Hasil TTV klien:
TD : 180/90 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,50C
RR : 20x/mnt
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak pernah
mengalami penyakit seperti ini dan tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa ada keluarganya yang memiliki penyakit seperti
ini seperti yang dialami pasien sekarang.
4. Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
a. Aktifitas dan Latihan
Klien mengatakan masih bisa mandi sendiri dan dan masih bisa melakukan
aktivitas sendiri walaupun terkadang jika kaki klien terasa nyeri sekali
ADL klien dibantu oleh kluarga .
b. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien sebelum sakit bisa tidur 8 jam pada malam hari
dan 2 jam pada siang hari.
Selama sakit : pasien hanya dapat tidur 5 jam pada malam hari dan 2 jam
pada siang hari
c. Kenyamanan dan Nyei
P : pasien mengatakan nyerinya bertambah ketika berjalan
Q : pasien mengatakan nyerinya terasa seperti ditusuk-tusuk.
R : kaki kiri bagian lutut
S : skala nyeri 5
T : pasien mengatakan nyerinya terus menerus
d. Nutrisi

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 26


Pada saat dikaji pasien mengatakan tidak mengalami penurunan nafsu
makan. Pasien mengatakan tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu
Jenis makanan yang di konsumsi adalah nasi dan sayuran.
e. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa
Pasien mengatakan bisa minum atau mampu menghabiskan 4 gelas air
minum dan pasien tidak mengalami dehidrasi.
f. Oksigenasi
Pasien tidak menggunakan alat bantu bernapas. Pasien tidak mengeluh
batuk.
g. Eliminasi Fekal/ Bowel
Klien mengatakan BABnya lancar, saat dikaji oleh perawat BAB klien
padat dan berwarna coklat dan berbau kas
h. Eliminasi Urine
Pasien mengatakan bisa berkemih 2-3x/hari, pasien tidak menggunakan
kateter, pasien bisa BAK tanpa di bantu oleh keluarganya
i. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran, dan pasien tidak
mengalami gangguan penglihatan, penciuman, pengecapan maupun
sensasi taktil.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis.
TD : 180/90 mmHg N :86x/menit S: 36,50c RR : 20x/mnt
b. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kemerahan
Matasimetris, konjungtiva anemis, hidung simetris tidak menggunakan
pernapasan cuping hidung,
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada peningkatan JVP,
tidak ada nyeri telan.
d. Dada
Bentuk dada simetris

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 27


 Pulmo :
Inspeksi : bentuk pengembangan paru simetris
Palpasi : premitus taktil kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
 Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba pada mid clavicula SIC 5
Perkusi : pekak/redup
Auskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
e. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat kemerahan
Auskultasi : suara pristaltik usus 7x/ mnit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
f. Genetalia
Tidak terkaji
g. Rectum
Tidak terkaji
h. 1. Ekstremitas : Atas :
ROM ka/ki : 5/5
Capilary refil : 2 detik
Akral : hangat
2. Ekstremitas Bawah :
ROM ka/ki : 4/5
Capilary refil : 2 detik
Akral : hangat
6. Psiko Sosio Budaya dan spiritual
a. Psikologis
Pasien cemas dengan penyakitnya karena pasien tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya
b. Sosial

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 28


Sebelum sakit klien sehari-hari sebagai petani dan selalu berbincang-
bincang dengan tetangganya setiap sore.
j. Budaya
Pasien menganut suku sasak dan tidak ada aspek budaya yang merugikan
kesehatan pasien.
c. Spiritual
Sebelum sakit klien sehari hari menjalankan ibadah sholat 5 waktu.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data
Nama klien : Ny.A
Umur : 70 thn
Diagnosa Medis : Osteoporosis
Alamat : Perendekan

SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM


DS: klien mengatakan ngilu pada lutut dan Agen cidera Nyeri akut
kaki kiri Biologis
P: klien mengatakan nyerinya bertambah
saat berjalan
Q: seperti ditusuk-tusuk
R : kaki kanan dan lutut
S:5
T : terus menerus
DO: klien tampak menahan nyeri dan
skalanya 5
DS : klien mengatakan sulit untuk Gangguan Hambatan
beraktivitas dan klien mengatakan apabila muskuloskeletal imobilitas Fisik
nyeri terlalu sakit mata di bantu untuk
memenuhi ADLnya oleh keluarganya
DO : klien tampak sulit untuk beraktivitas
dan selalu dibantu oleh keluarganya dalam

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 29


memenuhi ADL
DS : klien mengatakan tidak mengerti apa Kurang informasi, Kurang
itu osteoporosis. salah persepsi. pengetahuan.
Klien mengatakan belum begitu memahami
penyebab hipertensi.
DO: Klien tampak kebingungan saat
ditanya.

b) Prioritas diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
spasme otot, deformitas tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder
akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
3. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program
terapi yang berhubungan dengan kurang informasi.

C. INTERVENSI
No Dx Hari/ Tujuan & Intervensi Rasional
Tgl Kriteria Hasil
1 1 Minggu, : Setelah dilakukan 1. Pantau tingkat 1. Tulang dalam
22 tindakan nyeri pada peningkatan jumlah
Oktober keperawatan 1x24 punggung, nyeri trabekular, pembatasan
2017 jam diharapkan terlokalisasi atau gerak spinal.
nyeri berkurang. menyebar pada
Kriteria Hasil : abdomen atau
Klien akan pinggang. Skala
mengekspresikan nyeri 7-9 yaitu
nyerinya, klien nyeri berat.
dapat tenang dan 2. Ajarkan pada klien 2. Alternatif lain untuk
istirahat yang tentang alternative mengatasi nyeri,
cukup, klien dapat lain untuk pengaturan posisi,
mandiri dalam mengatasi dan kompres hangat dan

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 30


perawatan dan mengurangi rasa sebagainya.
penanganannya nyerinya.
secara sederhana. 3. Rencanakan pada 3. Kelelahan dan keletihan
klien tentang dapat menurunkan minat
periode istirahat untuk aktivitas sehari-
adekuat dengan hari.
berbaring dalam
posisi telentang
selama kurang
lebih 15 menit

2 2 Minggu, Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Dasar untuk memberikan


22 tindakan kemampuan klien alternative dan latihan
Oktober keperawatan 1x24 yang masih ada. gerak yang sesuai
2017 jam, diharapkan dengan kemapuannya.
klien mampu 2. Rencanakan 2. Latihan akan
melakukan tentang pemberian meningkatkan
mobilitas fisik. program latihan : pergerakan otot dan
Kriteria hasil :  Bantu klien jika stimulasi sirkulasi darah
Klien dapat diperlukan
meningkatan latihan.
mobilitas fisik ;  Ajarkan klien
klien mampu tentang aktivitas
melakukan aktivitas hidup sehari hari
hidup sehari hari yang dapat
secara mandiri. dikerjakan.
 Ajarkan
pentingnya
latihan.
3. Peningkatan 3. Dengan latihan fisik :
latihan fisik secara
adekuat :

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 31


 Dorong latihan  Masa otot lebih besar
dan hindari sehingga memberikan
tekanan pada perlindungan pada
tulang seperti osteoporosis.
berjalan.
 Instruksikan  Program latihan
klien untuk merangsang
latihan selama pembentukan tulang.
kurang lebih
30menit dan
selingi dengan
istirahat dengan
berbaring
selama 15
menit.
 Hindari latihan  Gerakan menimbulkan
fleksi, kompresi vertical dan
membungkuk fraktur vertebra.
tiba–tiba, dan
penangkatan
beban berat.
3 3 Minggu, Setelah diberikan 1. Kaji ulang proses 1. Memberikan dasar
22 tindakan penyakit dan pengetahuan dimana
Oktober keperawatan 1x24 harapan yang akan klien dapat membuat
2017 jam diharapkan datang. pilihan berdasarkan
klien memahami informasi.
tentang penyakit 2. Ajarkan pada klien 2. Informasi yang
osteoporosis dan tentang faktor- diberikan akan membuat
program faktor yang klien lebih memahami
terapi. mempengaruhi tentang penyakitnya.
Kriteria hasil : terjadinya
Klien mampu osteoporosis.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 32


menjelaskan 3. Berikan 3. Suplemen kalsium
tentang pendidikan kepada sering mengakibatkan
penyakitnya, klien mengenai nyeri lambung dan
mampu efek samping distensi abdomen maka
menyebutkan penggunaan obat klien sebaiknya
program terapi mengkonsumsi kalsium
yang diberikan, bersama makanan untuk
klien tampak mengurangi terjadinya
tenang. efek samping tersebut
dan memperhatikan
asupan cairan yang
memadai untuk
menurunkan resiko
pembentukan batu ginjal

D. Implementasi dan Evaluasi


Hari/
DX Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Jam 1. Memantau tingkat nyeri pada S : Klien mengatakan nyeri
11.00-11.10 WIB punggung, nyeri terlokalisasi atau masih terasa namun hilang
Minggu, 22 menyebar pada abdomen atau timbul
Oktober 2017 pinggang. Skala nyeri 7-9 yaitu O : Dapat melakukan
nyeri berat. perawatan secara mandiri dan
2. Mengajarkan pada klien tentang penanganannya secara
alternatif lain untuk mengatasi dan sederhana.
mengurangi rasa nyerinya. A : Masalah teratasi sebagian
3. Merencanakan pada klien tentang P : Intervensi dilanjutkan :
periode istirahat adekuat dengan - Pantau tingkat nyeri
berbaring dalam posisi telentang pada punggung, nyeri
selama kurang lebih 15 menit terlokalisasi atau
menyebar pada
abdomen atau

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 33


pinggang. Skala nyeri
7-9 yaitu nyeri berat.
- Ajarkan pada klien
tentang alternative lain
untuk mengatasi dan
mengurangi rasa
nyerinya.
- Rencanakan pada klien
tentang periode istirahat
adekuat dengan
berbaring dalam posisi
telentang selama
kurang lebih 15 menit
2 Jam 1. Mengkaji tingkat kemampuan klien S : Klien mengatakan sudah
11.10-11.18 WIB yang masih ada. bisa beraktivitas kembali
Minggu, 22 2. Merencanakan tentang pemberian O : Dapat beraktivitas secara
Oktober 2017 program latihan : mandiri
 Membantu klien jika diperlukan A : Masalah teratasi sebagian
latihan P : Intervensi dilanjutkan
 Mengajarkan klien tentang
aktivitas hidup sehari hari yang
dapat dikerjakan/
 Mengajarkan pentingnya latihan.
 Membantu kebutuhan untuk
beradaptasi dan melakukan
aktivitas hidup sehari hari.
3. Meningkatan latihan fisik secara
adekuat :
 Mendorong latihan dan hindari
tekanan pada tulang seperti
berjalan.
 Menginstruksikan klien untuk

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 34


latihan selama kurang lebih
30menit dan selingi dengan
istirahat dengan berbaring selama
15 menit.
 Menghindari latihan fleksi,
membungkuk tiba– tiba,dan
penangkatan beban berat
3 Jam 1. Mengkaji ulang proses penyakit S : Klien mengatakan sudah
11.18-11.27 WIB dan harapan yang akan datang. mulai memahami tentang
Minggu, 22 2. Mengajarkan pada klien tentang penyakit osteoporosis dan
Oktober 2017 faktor-faktor yang mempengaruhi program terapi
terjadinya osteoporosis. O : Pengetahuan klien jadi
3. Memberikan pendidikan kepada bertambah
klien mengenai efek samping A : Masalah teratasi sebagian
penggunaan obat P : Intervensi dilanjutkan

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 35


LAMPIRAN
Foto 1: Saat kelompok tiba di desa perendekan dan menyiapkan bahan, data, serta
pembagian tugas sebelum melakukan pengkajian pada pasien.

Foto 2: Setelah siap, kelompok pergi menuju rumah Ny.A untuk dilakukan
pengkajian dengan wawancara langsung.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 36


Foto 3: Kelompok pergi menuju rumah Ny.A untuk dilakukan pengkajian dengan
wawancara langsung.

Foto 4: Kelompok dan Ny.A melakukan pengkajian dengan wawancara langsung


di berugak depan rumah klien.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 37


Foto 5: Kelompok melakukan tugas masing masing, sebagai pewawancara,
menulis hasil pengkajian, melakukan TTV, pemeriksaan fisik, dan
pendokumentasian.

Foto 6: Foto makanan atau sembako dari kelompok sebagai bentuk terimakasih
kepada klien yang telah bersedia untuk di wawancarai sebagai klien.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 38


Foto 7: Foto salah satu anggota kelompok dengan Ny.A di dalam rumah klien.

Foto 8: Suasana di brugak Ny.A saat dilakukan pengkajian.

( ASKEP Osteoporosis - Kelompok 3 dan 4 ) 39

Anda mungkin juga menyukai