DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 DAN 4 - A.2 / SEMESTER V
1. MITA AYU UTAMI ( 041 STYC 15 )
2. M. JEFRI ( 043 STYC 15 )
3. NANA RATNA DEWI ( 048 STYC 15 )
4. NURJAITUN ( 049 STYC 15 )
5. RAHMAN HADI PUTRA ( 051 STYC 15 )
6. RILLA AYU SUITARI ( 055 STYC 15 )
7. RISAWATI ( 057 STYC 15 )
8. RINDI PUTRI FEBRIANA ( 056 STYC 15 )
9. RISMALA PRAMUDITHA ( 058 STYC 15 )
10. RIWIATUL HASANAH ( 059 STYC 15 )
11. ROZI APRILIANDI ( 062 STYC 15 )
12. SISKA MAULIDA AGUSTINI ( 068 STYC 15 )
13. SRI KURNIAWATI ( 071 STYC 15 )
14. SUCIATI ( 073 STYC 15 )
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu Heny Marlina Riskawati
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem Muskuloskeletal yang telah
memberikan bimbingan dan masukan sehingga Laporan Pendahuluan Dan
Laporan Kasus “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Dengan Diagnosa Medis Osteoporosis Di Desa Perendekan” ini
dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Semoga amal baik
yang beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis,
B. Etiologi
Penyebab primer dari osteoporosis adalah defisiensi esterogen dan
perubahan yang berhubungan dengan penuaan. Faktor Risiko Osteoporosis
menurut Rosi Pratiwi (2014) diantaranya:
C. Klasifikasi
Menurut dalam Rosi Pratiwi (2014) dan Wisnu Wardana (2012)
pembagian osteoporosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya. Pada tahun 1983, Riggs dan Melton membagi osteoporosis
primer menjadi 2 tipe, yaitu Osteoporosis tipe I dan osteoporosis tipe II.
Osteoporosis tipe I disebut juga osteoporosis pasca menopause, biasanya
gejala timbul pada wanita berusia 51-75 tahun. Osteoporosis tipe ini
D. Manifestasi Klinis
Seperti yang dikutip oleh Rosi Pratiwi (2014) kepadatan tulang secara
perlahan (terutama pada osteoporosis senilis), sehingga pada awal
osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Namun, kemudian muncullah gejala-
gejala seperti:
1) Nyeri Terus-menerus yang Tidak Kunjung Hilang
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi menipis,
timbulah nyeri tulang dan kelainan bentuk. Menipisnya tulang belakang
menyebabkan nyeri punggung menahun. Biasanya nyeri timbul secara
tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu di punggung, yang akan
bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh di
daerah tersebut akan terasa sakit, akan tetapi biasanya rasa sakit akan
E. Patofisiologi
Osteoporosis adalah abnormalis pada proses remodeling tulang di mana
resorpsi tulang melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa
tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi. Remodeling tulang digambarkan
dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas. Meskipun pertumbuhan
terhenti, remodeling tulang berlanjut. Proses dinamik ini meliputi resorpsi
pada satu permukaan tulang dan deposisi pembentukan tulang pada tempat
yang berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh beban berat badan dan gravitasi,
sama halnya dengan masalah seperti penyakit sistemik. Proses seluler
dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan dimodulasi oleh hormon lokal dan
sistemik, serta peptida. Remodeling tulang mempunyai dua fungsi utama : (1)
untuk memperbaiki kerusakan mikro di dalam tulang rangka untuk
mempertahankan kekuatan tulang rangka, dan (2) untuk mensuplai kalsium
dari tulang rangka untuk mempertahankan kalsium serum. Remodeling tulang
juga diatur oleh beberapa hormon yang bersirkulasi, termasuk estrogen,
androgen, vitamin D, dan hormon paratiroid (PTH), demikian juga faktor
pertumbuhan yang diproduksi lokal seperti IGF-I dan IGF–II, transforming
growth factor (TGF), parathyroid hormone-related peptide (PTHrP), ILs,
prostaglandin, dan anggota superfamili tumor necrosis factor (TNF). (Wisnu
W, 2012)
F. WOC
Factor usia, jenis kelamin, Melemahnya daya serap sel terhadap Merokok, alcohol, kopi,
ras, keluarga, bentuk tubuh, kalsium dari darah ke tulang. defisiensi vitamin dan gizi,
dan tidak pernah melahirkan Peningkatan pengeluaran kalsium bersama gaya hidup, (immobilisasi),
urine. anoreksia nervosa dan
Tidak tercapainya massa tulang yang penggunaan obat-obatan.
maksimal.
Resorpsi tulang menjadi lebih cepat.
I. Penatalaksanaan
Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan pada osteoporosis, diantaranya:
1. Konservatif
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada asuhan memperlambat atau
menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan
mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari
perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama
hidupnya. Dengan demikian tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah
terjadinya fraktur (patah tulang). Intervensi tersebut meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Diet : dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal
dengan mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/hari) dalam dietnya
(minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon),
berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan
noemal.
b. Spesialis : orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau
pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis otopedi untuk manajemen
selanjutnya.
c. Olahraga : modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan.
Olahraga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat
osteoporosis. Olahraga yang direkomendasikan termasuk di antaranya
adalah jalan kaki, besepeda, dan joging.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri yang
berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
4. Risiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Intervensi 2
Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan harga diri yang
berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, koping pasien positif.
Kriteria hasil : Mengekspresikan perasaan, memilih alternatif pemecahan
masalah, dan meningkatkan komunikasi.
Intervensi 3
Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, nyeri berkurang/hilang.
Kriteria Hasil: Mengalami peredaan nyeri saat istirahat, mengalami
ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari,
menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat
fraktur, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan skala 0-4 Nyeri merupakan respon subyektif
yang dapat dikaji dengan
Intervensi 4
Risiko cedera (fraktur) yang berhubungan dengan tulang osteoporosis.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, tidak terjadi cidera.
Kriteria Hasil : Mempertahankan postur tubuh yang baik, menggunakan
mekanika tubuh yang baik, latihan isometrik, berpatisipasi
dalam aktivitas di luar rumah, dan menghindari aktivitas
yang menimbulkan cidera.
Intervensi Rasional
Anjurkan melakukan aktivitas fisik. Untuk memperkuat otot, mencegah
atrofi, dan memperlambat
Intervensi 5
Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
Tujuan : Dalam waktu ... x 24 jam, klien mendapatkan pengetahuan
mengenai osteoporosis dan program pengobatan.
Kriteria Hasil: Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan fisik
terhadap massa tulang, mengonsumsi kalsium dengan jumlah
yang mencukupi, meningkatkan latihan fisik, dan mengetahui
waktu perawatan lanjutan.
Intervensi Rasional
Jelaskan pentingnya diet yang tepat, Untuk memenuhi kebutuhan vitamin
latihan, dan aktivitas fisik yang dan membantu mempercepat
sesuai, serta istirahat yang cukup. pembentukan tulang.
Jelaskan penggunakan obat serta efek Dengan penjelasan yang benar sesuai
samping obat yang diberikan secara indikasi dapat menghindari overdosis
detail. dan kesiapan pasien untuk
menghadapi efek samping obat.
Jelaskan pentingnya lingkungan yang Untuk menghindari risiko jatuh.
aman, misalnya, lantai tidak licin,
tangga menggunakan pegangan .
Anjurkan mengurangi kafein, Alkohol dapat secara langsung
Kneale, Julia D alih bahasa oleh Egi Tamara Yudha dkk. 2011. Keperawatan
Ortopedik & Trauma. Jakarta: EGC.
Marjan dan Marliyanti (2013) Jurnal Gizi dan Pangan. Hubungan Antara Pola
Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoporosis pada
Lansia di Panti Werdha Bogor. Vol.8, No.2, Juli ’13. ISSN 197-1059.
Suratun, Heryati, Santa Manrung, Een Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data
Nama klien : Ny.A
Umur : 70 thn
Diagnosa Medis : Osteoporosis
Alamat : Perendekan
b) Prioritas diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra
spasme otot, deformitas tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder
akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
3. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program
terapi yang berhubungan dengan kurang informasi.
C. INTERVENSI
No Dx Hari/ Tujuan & Intervensi Rasional
Tgl Kriteria Hasil
1 1 Minggu, : Setelah dilakukan 1. Pantau tingkat 1. Tulang dalam
22 tindakan nyeri pada peningkatan jumlah
Oktober keperawatan 1x24 punggung, nyeri trabekular, pembatasan
2017 jam diharapkan terlokalisasi atau gerak spinal.
nyeri berkurang. menyebar pada
Kriteria Hasil : abdomen atau
Klien akan pinggang. Skala
mengekspresikan nyeri 7-9 yaitu
nyerinya, klien nyeri berat.
dapat tenang dan 2. Ajarkan pada klien 2. Alternatif lain untuk
istirahat yang tentang alternative mengatasi nyeri,
cukup, klien dapat lain untuk pengaturan posisi,
mandiri dalam mengatasi dan kompres hangat dan
Foto 2: Setelah siap, kelompok pergi menuju rumah Ny.A untuk dilakukan
pengkajian dengan wawancara langsung.
Foto 6: Foto makanan atau sembako dari kelompok sebagai bentuk terimakasih
kepada klien yang telah bersedia untuk di wawancarai sebagai klien.