Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA KASUS


ARTRITIS REUMATOID

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1-2 -A.2 / SEMESTER V

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam. Penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah System Muskuloskeletal yang telah
memberikan bimbingan dan masukan sehingga Makalah “Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Pada Kasus Artritis Reumatoid” ini dapat tersusun sesuai
dengan waktu yang telah di tentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akan
mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 23 Oktober 2017

Penulis,

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
I. LAPORAN PENDAULUAN ARTRITIS RHEUMATOID
A. Definisi Artritis .........................................................................................1
B. Etiologi Artritis..........................................................................................1
C. Klasifikasi Artritis......................................................................................1
D. WOC Artritis.............................................................................................3
E. Manifestasi Klinis Artritis.........................................................................3
F. Pemeriksaan Penunjang Artritis................................................................7
G. Penatalaksanaan Medis Artritis.................................................................8
H. Konsep Asuhan Keperawatan Atritis ........................................................8
DAFTARPUSTAKA............................................................................................15

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 3


LAPORAN PENDAULUAN ARTRITIS RHEUMATOID

A. Definisi Atritis
Artritis adalah inflamasi sendi (Barbara Engram 1999). Artritis adalah
suatu bentuk penyakit sendi yang sering di jumpai, meliputi bermacam-macam
kelainan dengan penyebab yang berbeda (Robbins, 007). Jadi artitis adalah
inflamasi yang terjadi pada sendi dengan kausa yang berbeda-beda dan dapat
mengenai semua usia.

B. Etiologi
Etiologi artritis rheumatoid masih belum di ketahui, kemungkinan artritis
rheumatoid merupakan manifestasi respon terhadap suatu agen infeksiosa
pada pejamu yang secara genetis rentan telah di perkirakan. Karena distribusi
Artritis Rheumatoid yang telah mendunia, organisme tersangka yang telah
dihipotesiskan terdapat dimana-mana. Sejumlah agen penyebab telah
diperkirakan, yaitu mycoplasma, virus Eipstein Barr,sitomegalovirus,
parvovirus dan virus rubella, tetapi bukti yang meyakinkan apakah agen
tersebut atau agen infeksiosa lain menyebabkan Artritis Rheumatoid belum
ada (Harrison,2000).

C. Klasifikasi
Artritis Rheumatoid (AR), Osteoartritis (OA), dan Gout adalah bentuk
yang lebih umum terjadi. Terdapat banyak penyakit jaringan penyambung
yang dicirikan oleh artritis, seperti sistemik lupus, eritematosus,
dermatomiositis, skleroderma, demam reumatik dan spondilitis ankilosis.
Artritis Rheumatoid adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan
kronis di karakteristikan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Artritis Juvenilis merupakan artritis kronik pada anak yang menyerang
satu sendi atau lebih, penyakit ini berbeda dengan penyakit artitis rheumatoid
dewasa karena jarang merupakan awal dari artritis rheumatoid dewasa dan
faktor reumatoid biasanya negatif.
Terdapat tiga tipe berdasarkan gambaran klinisnya.
1. Tipe pertama adalah artritis juvenis tipe pausiartikular. Biasanya mengenai
sendi lutut atau pergelangan kaki, kadang mengenai sendi panggul atau

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 1


siku. Keadaan umum biasanya baik. Kommplikasi yang dapat timbul
adalah iridosiklitis.
2. Tipe kedua adalah tipe poliartikular, mengenai lima sendi atau lebih dan
disertai dengan tanda yang lebih bera. Paling sering diitemukan di sendi
lutuut, pergelangan kaki, telapak kaki,pergelangan tangan dan leher.
Prognosis buruk bila timbul berulang. Komplikasi berupa hambatan umum
pertumbuhan skelet. Keadaan ini di perberat dengan pemberian
kortiskoteroid, jangka panjang.
3. Tipe ketiga adalah artritis sistemik yang juga disebut penyakit still. Tipe
ini jarang ditemukan, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk. biasanya
menyerang anak dibawah umur lima tahun. Pada keadaan takut, dapat
menyerang beberapa sendi di sertai tanda sistemik berupa panas tinggi,
bercak eritema, anemia. Limfadenopati, hepatosplenomegali, dan
perikarditis. Dari tipe ini, 70 % akan mengalami remisi dibawah umur 10
tahun. Umumnya didapat deformitas karena destruksi sendi dan gangguan
pertumbuhan. Penanggulangan dengan immobilisasi menggunakan bidai
sementara dapat mencegah devormitas sendi. Pemberian salisilat dapat
mengurangi nyeri dan inflamasi. Pemberian kortikosteroid jangka panjang
tidak memperbaiki prognosis atau mencegah komplikasi, malah
mengakibatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun dan
osteoporosis (Wim De Jong, 1997 ).

D. WOC

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 2


E. Manifestasi Klinis
Nyeri,pembengkakan, dan nyeri tekan mula-mula mungkin terasa di
sekitar sendi dengan lokasi tidak jelas. nyeri sendi yang terkena di perparah
oleh gerakan, merupakan manifestasi tersering Artritis Rheumatoid. Secara
klinis peradangan sinovium menyebabkan nyeri tekan, pembengkakan dan
keterbatasan gerakan. Pada pemeriksaan sendi, terutama sendi besar misalnya
lutut, teraba hangat tetapi jarang terjadi eritema. Nyeri terutama berasal dari
kapsul sendi , yang bantak di persyarafi oleh serat nyeri dan sangat peka
terhadap regangan.
1. Osteoartritis (Juga di sebut penyakit sendi degeneratif )
Penyakit ini merupakan gangguan non inflamasi yang yang di cirikan
oleh perubahan degeneratif pada kartilago artikular dan pertumbuhan
berlebihan pada tulang (osteofit) pada tepi sendi, ini mempengaruhi sendi
pada tubuh, khususnya sendi beban be rat seperti kolumna vertebralis,

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 3


panggul dan lutut. Tidak seperti Artritis Rheumatoid, tidak terdapat
keterlibatan sistemik pada Osteoartritis.
2. Gout disebut juga penyakit pirai (artritis Urika)
Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan pada
metabolisme purin menimbulkan hiperurisemia (kadar asam urat serum
lebih dari 7,0 mg/100 ml). Ini dapat mempengaruhi sendi tetapi
lebihumum mempengaruhi kaki. Secara khas, sendi metatarsofalangeal
pertama dari ibu jarii kaki besar adalah sisi primer yang terlibat. Sendi lain
yang dapat terlibat adalah dapat meliputi lutut dan pergelangan kaki.
Gout adalah bentuk artritis yang di karakteristikan oleh periode remisi
dan eksaserbasi. Selama remisi pasien asimtomatik. Eksaserbasi ( kadang-
kadang di sebut serangan gout ) terjadi bila kristal urat terakumulasi dalam
jaringan sinovial menyebabkan inflamasi berat dalam beberapa jam. Pada
akhirnya gout dapat menimbulkan deformitas kronis dari osteoartritis
sekunder yang terjadi sebagai serangan yang berulang yang akhirnya
merusak kartilago artikular. Komplikasi klain yang dapat terjadi adalah
batu ginjal.
Gambaran klinis artritis urika (gout ) berupa serangan
monoartikular yang ditandai nyeri sendi hebat karena artritis akut.
Biasanya terdapat pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan lokal, dan sendi
tidak dapat di gerakan. Pembengkakan dan kemerahan paling menonjol.
Nyeri hebat sekali sehingga penderita tidak tahan pakai kaos kaki.
3. Ada beberapa klasifikasi artritis lainnya yaitu :
a. Artritis Hemofilik
Yaitu perdarahan sendi berulang akibat penyakit hemofilia lambat
laun mengarah pada kerusakakn sendi yang berat. Penyakit ini biasanya
terdiagnosis secara tidak sengaja, penderita sering mengeluh nyeri pada
persendian akibat hemartrosis.
b. Artritis pada penyakit Kolagen
Poliartritis kronik dapat berkembang satu variasi dari penyajkit
jaringan lunak difus yang mengenai kolagen. Dalam golongan ini
termasuk lupus eritematosus sistemik, poliartritis nodosa. Sklerosis
sistemik progresif, polimiositis, dermatomiositis, dan purpura trombotik
trombositopenia.
c. Artritis Enteropati

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 4


Artritis terjadi pada sekitar 20 % dari penderita kolitis ulseratif dan
penyakit crhon. Artritis ini mirip dengan spondiloartropati pada
persendian perifer. Aktivitas artritis ini mencerminkan aktivitas dari
penyakit peradangan usus. Pengobatan efektif untuk penyakit usus
biasanya juga akan menyembuhkan artritis ini ( Harrison : 2000).
d. Artritis Tuberkulosis
Tuberkulosis sendi merupakan tuberkulosis sekunder yang dapat
menghinggapi semua sendi. Urutan frekuensi kejadian adalah sendi
panggul, lutut, kaki, siku, pergelangan tangan dan bahu. Artritis
Tuberkulosis dapat ditemukan pada segala usia, tetapi frekuensinya
lebih tinggi pada usia muda. Basil tuberkulosis sampai di sinovial
secara hematogen dan berkembang biak, (Wim De Jong, 1997).
e. Artritis Septik akut
Artritis septik akut dapat berakibat ankilosis ( gangguan pada sendi
menyebabkan sendi tidak dapat digerakkan ) bila pengeluaran nanah
tidak dilakukan pada tahap dini. artritis septik akut menyerang anak
yang sedang tumbuh. Seperti osteomilitis hematogen akut. Bahkan
penyakit ini sering menyertai osteomielitis hematogen akut sebagai
komplikasi atau penjalaran langsung. Kuman penyebab yang paling
sering adalah staphylokokkus aureus. Streptokokkus, pneumokokkus,
dan meskipun lebih jarang haemopillus influenza dan salmonella juga
dapat menyerang sendi.
Infeksi sendi piogenik ini merusak kartilago sendi karena enzim
lisozom yang berasal dari sel leukosit maupun bakteria. Destruksi
kartilago juga merupakan akibat dari peradangan logo yang masuk
melalui proses di fusi dari cairan sendi.
Tanda pertama dari artritis septik akut adalah demam dan hambatan
gerak sendi karena nyeri.

Faktor risiko artritis septik purulen akut :

1) Keadaan gizi dan keadaan umum buruk.


2) Tua atau bayi.
3) Penyakit sistemik yang menekan sistem imun :
a) Diabetes mellitus
b) Gangguan faal ginjal.
c) Keganasan

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 5


d) Pecandu obat intravena atau alkohol.
e) Obat imunosupresan atau AIDS
4) Kelainan sendi lama
Ringkasan diagnosis artritis septik akut :
a) Nyrei sekitar sendi
b) Hambatan gerak
c) Tanda sistemik :
 Demam
 Menggigil
 Malaise
d) Sendi
 Bengkak
 Hidrops
 Panas
 Nyeri tekan
e) Aspirasi
 Cairan keruh
 Nanah dengan bakteria, (Wim De jong, 2004 ).
5) Artritis infeksi (Bakterial )
Infeksi pada sendi dapat di sebabkan oleh bakteri piogenik atau basil
tuberkulosis. Artritis piogenik pada umumnya sebagai akibat
penyebaran kuman secara hematogen dari infeksi primer di tempat
lain (Robbins, 2007 ).
6) Penyakit lime (Artritis Lyme)
Penyakit lime di sebabkan oleh spirochaeta yang baru di identifikasi,
di sebut Borrelia Burg Dorferi, yang ditularkan oleh kutu ixodes
dammini (Robbins, 2007).
F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik untuk Artritis Rheumatoid dan Osteoartritis.
a. Tidak terdapat tes diagnostik tunggal terhadap Osteoartritis. Sinar X
sering menunjukan pembesaran tulang (osteofit ), dengan
generasikartilago dan penumpukan tulang
b. Tidak terdapat tes tunggal pada Artritis Rheumatoid. Dalam
hubungannya dengan riwayat dan temuan fisik pasien, banyak tes
memberi indikator positif :
1) Laju sedimentasi eritrosit meningkat, menunjukan inflamasi
2) Tes aglutinasi lateks menunjukan kadar igG atau IgM (Faktor
mayor dari reumatoid) tinggi titer, makin berat penyakitnya.
3) JDL menunjukan anemia hipokromik normositik.
4) Analisis cairan sinovial menunjukan jumlah peningkatan jumlah
cairan sinovial yang encer dan buram (normalnya kental dan

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 6


jernih ), kelebihan leukosit polimorfonuklear, dan penurunan
komplemen.
5) Sinar X terhadap sendi yang terlibat menunjukan bengkak jaringan
lunak, erosi kartilago artikular, dan osteoporosis pada penyakit
akut. Pada penyakit kronis, sinar X menunjukakn penyempitan
ruang sendi, subluksasio, dan ankilosis.
2. Pemeriksaan diagnostik untuk gout
a. Kadar asam urat serum meningkat. Temuan ini sendiri bukan
diagnostik karena berbagai obat dapat menyebabkan hiperurisemia.
b. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat yang menunjukan
inflamasi
c. SDP meningkat (leukositosis).
d. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat, di tentukan oleh
24 penampungan urine.
Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunnjukan
kristal urat monosodium yang membuat diagnosis.
e. Sinar-X menunjukan masa fotoseus dan destruksi tulang dan
perubahan sendi.
G. Penatalaksanaan Medis Pada Artritis
a. Istrahat
b. Latihan
c. Diet seimbang
d. Farmakoterapi :
1) Non steroid anti-inflammatory drug (NSAID).
2) Kortikosteroid
3)
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Pengkajian

a. Pemeriksaan fisik berdasarkan survey umum dan pengkajian sisitem


musculoskeletal :
1) Gejala-gejala dini nonspesifik seperti lemah, lelah, adanya nyeri
musculoskeletal menyebar
2) Gejala-gejala yang lebih pasti yang menunjukan progresif penyakit:
a) Nyeri sendi dan nyeri takan disertai dengan kemerahan dan bengkak
pada jaringan lunak sekitar sendi.
b) Kekakuan sendi setelah periode tidak aktif dan pada timbul yang
berahir 30 menit atau lebih lama.

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 7


c) Demam ringan (selama masa eksaserbasi)
d) Pembesaran tulang dari sendi interfalangeal distal (Nodus
Heberden’s), dan sendi interfalangeal proksimal (Nodus Bouchard’s),
keduanya spesifik untuk osteoarthritis.
3) Manifestasi yang menunjukan perluasan keterlibatan sisitemik pada
Artritis Rheumatoid:
a) Mata skleritis, keratokonjungtivitas.
b) Nodus limfa, limfadenopati.
c) Limpa, splenomegali.
d) Sumsum tulang-anemia, trombositopenia.
e) Pembuluh darah-vaskulitis (ulkus di sekitar dasar kuku), fenomena
Raynaud’s.
f) Pulmonal-efusi pleura, fibrosis pulmoner.
g) Jantung-efusi pericardial, perikarditis.
h) Ginjal-amiloidosis.
i) Oto-penggunaan otot, miositis.
j) Kulit-nodulus subkutan dan tonjolan tulang.

b. Kaji terhadap factor-faktor atau situasi yang mencetuskan eksaserbasi


dari nyeri sendi, seperti stress emosi, cuaca dingin, latihan berlebihan,
dan kelelahan ekstreem.
c. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi dan dampaknya pada gaya hidup
dan kemampuan untuk melakukan aktifitas (mandi, berpakain, jalan,
toileting, makan, dan tidur) dan aktifitas sosial ( menulis kerja, aktifitas
seksual, memasak, rekreasi)
2. Pengkajian Data Dasar untuk Gout

a. Riwayat atau adanya factor resiko :


1) Peningkatan kadar asam urat serum.
2) Riwayat keluarga positif.
b. Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian fungsi musculoskeletal dapat
menunjukan :
1) Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 8


2) Tofi dengan Gout kronis. Ini temuan paling bermakna. Tofi adalah
pembesaran jaringan permanen diakibatkan dari deposit Kristal urat
natrium. Ini dapat terjadi dimana saja pada tubuh tetapi umun
ditemukan pada sendi sinovial , bursa elokanol, dan vertebra.
3) Laporan episode serangan Gout adalah episode nyeri berdenyut, berat,
dan tidak dapat ditoleransi. Nyeri disertai dengan pembekakan dan
kemerahan dari sendi yang sakit. Serangan Gout terjadi tiba-tiba dan
dapat dan berahir 2-10 hari, pada bagian yang sakit kembali normal
setelahnya. Istrahat dengan kaki yang ditinggikan dapat mengurangi
nyeri yang kadang hilang sama sakali, obat tertentu (aspirin, dioretik),
masukan makanan tinggi purin (daging kelenjar, sarden, ikan, remis,
angsa, dan daging rusa).
c. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi dan rencana tindakan.
d. Kaji dampak kondisi pada gaya hidup pasien (Barbara engram,
1999).

Diagnosa & Intervensi Keperawatan

1. Diagnose keperawatn untuk arthritis rheumatoid dan osteuartritis.


a. Nyeri yang berhubungan dengan arthritis kronis.
1) Batasan karakteristik :
kemerahan dan bengkak pada sendi, mengungkapkan ketidak
nyamanan dan kekakuan, gerakan lambat, keterbatsan latihan
rentang gerak merintih pada gerakan.
2) Hasil pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan hilang dan ketidak nyamanan.
3) Criteria evaluasi :
Menyangkal nyeri, tak ada merintih, ekspresi wajah relaks, mampu
melakukan aktivitas.
4) Intervensi dan rasioanl :
a) Bantu istrahat selama episode nyeri, bantu aktivitas sesuai
kebutuhan.
R : Itrahat mengurangi penggunaan energy

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 9


b) Rujuk pasien pada terapi fisik sesuai program.
R : Terapi fisik dapat mengevaluasi derajat mobilitas pasien dan
rencana program latihan yang tepat dengan kebutuhan khusu
pasien dalam kerangka kerja keterbatasan. Latihan regular
membantu mempertahankan fleksibilitas sendi.

c) Berikan obat arthritis yang di programkan dan evaluasi


keefektifannya. Berikan metode panas lembab.
R : untuk mengurangi inflamasi sehingga mengurangi nyeri.
Panas membantu merangsa sirkulasi dan meningkatkan
relaksasi otot.

b. Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanan pemeliharaan di


rumah yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
dan rencana tindakan, koping inefektif.
1) Batasan karakteritis :
Mengungkapkan kurang pemahaman, melaporkan penggunaan diet
lemak, tindakan meminta informasi, dapat mengungkapkan perasaan
depresi.
2) Hasil pasien (kolaboratif) :
Mendemonstrasikan pemahaman dari tindakan pencegahan dan
pemeliharaan perawatan diri.
3) Criteria Evaluasi :
Mengungkapkan pemahaman instruksi perawtan diri, melakukan
latihan yang dianjurkan dengan benar, mengungkapkan keinginan
intuk melaksanakan rencana terapeutik yang diprogramkan.
4) Intervensi dan rasional :
a) Berikan instruksi untuk menggunakan tindakan panas atau dingin
dan nyeri (pancuran atau mandi hangat, pusaran air, mandi
paraffin, kemasan panas lembab, kemasan dingin).

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 10


R : Untuk menghindari kerusakan lanjut pada sendi yan
terganggu. Toleransi latihan latihan diperbaiki bila nyeri
tidak ada.

b) Lakukan latihan yang di programkan oleh terapis fisik setelah


tindakan pemanasan.
R : Untuk mengurangi inflamasi sehingga mengurangi nyeri.
c) Rujuk pasien pada yayasan arttritis lolak.
R : Organisasi ini memberikan informasi tentang arthritis dan
penatalaksanaanya.

d) Anjurkan pasien untuk menggunakan obat arthritis sesuai pesanan


dan memberi tahu dokter bila terjadi reaksi merugikan.
R : Obat-obatan membantu mengurangi inflamasi dan mengontrol
nyeri dan kekakuan.

2. Diagnose keperawatan untuk Gout


a. Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan intergritas jaringan
sekunder terhadap gout.
1) Batasan karakteristik:
Mengungkapkan ketidaknyamanan, merintih, melindungi sisi yang
sakit, meringis.
2) Hasil pasien :
Mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
3) Kriteria evaluasi :
Menyangkal nyeri, ekspresi wajah relaks, tidak ada merintih.
4) Intervensi dan rasional :
a) Pantau kadar asam urat serum.
R : untuk mengevaluasi keefektifan terapi.

b) Berikan istrahat dengan kaki ditinggikan.


R : menghilangkan tekanan dari kaki.

c) Berikan obat antigout yang diresepkan dan evaluasi


keefektifannya.

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 11


R : Obat antigout bekerja dengan menghambat reabsorpsi asam
urat ditubulus ginjal.

d) Berikan analgesic yang di programkan.


R : analgesic memblok jaras nyeri.

b. Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di


rumah yang berhubungan dengan kurang pengetahuan dan rencana
tindakan, koping in-efektif pada kondisi kronis.
1) Batasan karakteristik:
Mengungkapkan kurang pemahaman, meminta informasi,
melaporkan riwayat tidak patuh, melaporkan perasaan harga diri
rendah atau depresi, melaporkan menarik diri dari aktifitas sosial,
mengungkapkan rasa malu tentang pembesaran sendi deformitas.
2) Hasil pasien :
Mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi aktivitas
pemeliharaan dan pencegahan perawatan diri yang deprogramkan.
3) Criteria evaluasi :
Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi perawatan diri,
sedikit melaporkan serangan gout, kadar asam urat dalam rentang
normal, mengungkapkan rencana untuk melakukan tindakan
pencegahan pada gaya hidup baru.
4) Intervensi dan Rasional :
a) Berikan informasi tentang sifat kondisi. Ingatkan pasien bahwa
ada kesalahan genetic pada metabolisme purin.
R : kepatuhan di tingkatkan melalui penyuluhan kesehatan.
Juga mengetahui apa yang diharapkan membantu
mengurangi ansietas.

b) Ajarkan pasien apa yang dilakukan selama serangan.


R : membantu mencegah kerusakan lanjut pada sendi.

c) Instruksikan pasien untuk menghubungakn dokter bila terjadi


nyeri panggul kolik.

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 12


R : ini dapat menandakan pembentukan batu pada ginjal
(barbara engram, 1999).

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 13


DAFTAR PUSTAKA

Kolid Rosyidi.2013.Muskuloskeletal.Jakarta : Trans Informa Media


Arif Muttamin.2013.Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal.Jakarta : ECG

( Muskuloskeletal ”Atritis Reumatoid” Kel.1&2 ) 14

Anda mungkin juga menyukai