Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

OSTEOMALACIA DAN KONSEP DASAR KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 - A.2 / SEMESTER V
1. RILLA AYU SUITARI ( 055 STYC 15 )
2. RIWIATUL HASANAH ( 059 STYC 15 )
3. RAHMAN HADI PUTRA ( 051 STYC 15 )
4. NURJAITUN ( 049 STYC 15 )
5. SISKA MAULIDA AGUSTINI ( 068 STYC 15 )
6. RISAWATI ( 057 STYC 15 )
7. SUPRIADI ( 076 STYC 15 )
8. M. JEFRI ( 043 STYC 15 )

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam. Penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah System Pencernaan yang telah memberikan
bimbingan dan masukan sehingga Makalah “Osteomalacia Dan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan” ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 11 Oktober 2017

Penulis,

( Sistem Muskuloskeletal klp.4 ) ii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................. 2
BAB 2 KONSEP DASAR TEORI
2.1 Definisi Osteomalacia ........................................................................... 3
2.2 Etiologi Osteomalacia .......................................................................... 4
2.3 Manifestasi Klinis Osteomalacia........................................................... 4
2.4 Patofisiologi Osteomalacia.................................................................... 5
2.5 Pathway/WOC Osteomalacia ................................................................ 6
2.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia .................................................. 7
2.7 Komplikasi Osteomalacia ..................................................................... 7
2.8 Penatalaksanaan Osteomalacia.............................................................. 7
BAB 3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ............................................................................................ 8
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................ 11
3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 14
4.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

( Sistem Muskuloskeletal klp.4 ) iii


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah
kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya
kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi
perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya
tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/
patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di
bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil
akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan
kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi
pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama
osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan
tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat
menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi
usus, penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya
osteomalasia (Noor , Helmi Zairin,2012).

1.2 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui tentang Konsep Dasar Penyakit
Osteomalacia dan Asuhan Dasar Keperawatan Osteomalacia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi Konsep Dasar Penyakit Osteomalacia
2. Untuk mengidentifikasikan Asuhan Dasar Keperawatan
Osteomalacia

(Makalah Osteomalacia) 1
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan dibuatkannya makalah “Osteomalacia dan Asuhan Dasar
Keperawatan” ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
mahasiswa perawat dalam mengetahui dan memahami penyakit Osteomalacia
tersebut . Dengan makalah ini pula, para mahasiswa perawat agar tidak
melakukan kesalahan dalam pemberian tindakan keperawatan nantinya serta
agar para perawat lebih terampil dalam menangani kasus tersebut.

(Makalah Osteomalacia) 2
BAB 2
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Definisi Osteomalacia


Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang
anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung
kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang
menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah
lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia ialah perubahan patologi berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat
dibawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal,
hasil ahirnya ialah rasio antra mineral tulang dengan matriks tulang berkurang
(Noor , Helmi Zairin,2012).
Osteomalasia adalah manifestasi defisiensi vitamin D. Perubahan
mendasar pada penyakti ini adalah gangguan mineralisasi tulang, disertai
meningkatnya osteoid yang tidak mengalami mineralisasi. (Robins, 2007).
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan
tidak memadainya mineralisasi tulang. (Kondisi serupa pada anak dinamakan
rikets.) Pada orang dewasa osteomalasia bersifat kronik, dan deformitas
skeletalnya tidak seberat pada anak karena pertumbuhan skeletal telah selesai.
Pada pasien ini, sejumlah besar osteoid atau remodeling tulang baru tidak
mengalami klasifikasi. Diperkirakan bahwa defek primernya adalah
kekurangan vitamin D aktif (kalsitrol), yang memacu absorpsi kalsium dan
traktur gastrointestinalis dan memfasilitasi mineralisasi tulang. Pasokan
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel rendah. Tanpa vitamin D yang
mencukupi, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat klasifikasi
tulang. Sebagai akibat kegagalan mineralisasi, terjadilah pelunakan dan
perlemahan kerangka tubuh, menyebabkan nyeri, nyeri tekan, pelengkungan
tulang dan patah tulang patologik.
(Brunner & Suddarth.2013:2339)

(Makalah Osteomalacia) 3
2.2 Etiologi Osteomalacia
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:
1. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium
akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila
ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu
penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi
makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses
mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika
kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam
tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
2. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya
tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
3. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan
kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
4. Gangguan malabsorbsi
Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :
a. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit
mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
b. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan
peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
c. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired),
renal tubular acidosis yang disertai dispro teinemia kronik (Noor,
Helmi Zairin, 2012).

2.3 Manifestasi Klinis Osteomalacia


Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteomalasia
adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang. Sebagai akibat kekurangan
kalsium, biasanya terjadi kelemahan otot. Pasien akan mengalami cara jalan
bebek atau pincang. Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi
melengkung (karena berat tubuh dan tarikan otot). Vertebrata yang melunak
mengalami kompresi, sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan
merusak bentuk toraks (kifosis). Sakrum terdorong ke bawah dan ke depan,

(Makalah Osteomalacia) 4
dan pelvis tertekan ke lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk
khas pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada
wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan
meningkatkan risiko jatuh dan fraktur. secara umum terdapat sepuluh tanda
utama dari klinis osteomalcia yaitu sebagai berikut:
1. Lemahnya tulang
2. Nyeri tulang
3. Nyeri tulang spina.
4. Nyeri tulang pelvis.
5. Nyeri tulang panjang.
6. Kelemahan otot.
7. Hipokalsemia.
8. Tulang vertebra mengalami tekanan.
9. Pendataran pelvis.
10. Fraktur,baik secara jumlah dan mudahnya patah tulang (Noor , Helmi
Zairin,2012).

2.4 Patofisiologis Osteomalacia


Ada berbagai macam penyebab dari osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Faktor yang berbahaya untuk
perkembangan osteomalasia di antaranya kesalahan diet, malabsorpsi ,
gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan jangka lama
(phenyton, Phenobarbital), dan insufisiensi vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (difisiensi vitamin D sering di gologkan dalam hal
kekurangan kalsium) terutama gangguan fungsi menju kerusakan, tetapi
factor makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat
menjadi factor pencetus. Hal tersebut terjadi dengan frekuensi tersering
dimana kandungan vitamin D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan
diet, serta kurangnya sinar matahari.
Osteomalcia kemunkinan terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari
absorpsi kalsium atau kekurangan kalsium dari tubuh. Gangguan
gastrointestinal dimana kurangnya absorpsi lemak juga dapat menyebabkan
osteomalacia. Kurangnya absorsi lemak merupakan kekurangan lain selain

(Makalah Osteomalacia) 5
vitamin D (semua vitamin yang larut dalam lemak) dan kalsium yang dapat
mengakibatkan osteomalacia. Eskresi yang paling terakhir terdapat dalam
feses bercampur dengan asam lemak (fatty acid). Sebagai contoh dapat
terjadi gangguan diantaranya celiac disease, obstruksi system pencernaan
kronik, pangkreatitis kronis, dan reseksi perut yang kecil.
Penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan vitamin D, tetapi
disisi lain organ-organ tersebut dapat mengubah vitamin D kedalam bentu
aktif. Terakhir, hiperparatiroid menunjang terjadinya kekurangan
pembentukan kalsium, dengan demikian osteomalacia menyebabkan kenaikan
eksresi fospat dalam urin. (Noor , Helmi Zairin,2012).

2.5 Pathway Osteomalacia


Gagal ginjal kronik, Insufisiensi Vit. D,
kesalahan diet

Absorbsi lemak terganggu

Pembentukan vitamin D terganggu


Kesalahan diet

Penyerapan kalsium usus

Kegagalan absorbsi
kalsium/ kekurangan
kalsium
Transport kalsium Kelemahan otot
ke tulang terganggu Osteomalasia
Intoleransi aktivitas
Tulang melunak

Tulang melengkung Resiko fraktur


meningkat
Penekanan saraf vertebra
Resiko cedera
Nyeri

(Makalah Osteomalacia) 6
2.6 Pemeriksaan Penunjang Osteomalacia
1. Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata rata serum
kalsium dan jumlah fosfor, serta kurangnya kenaikan alkaline fosfat.
Ekskresi urine kalsium dan kreatinin lambat.
2. Radiologis
Pada foto polos di dapatkan adanya osteosklerosis dan erosi pada
periosteum. Kondisi kondrokalsinosis bisa terjadi di dalam fibrokartilage
atau tulang rawan hialain dan paling sering terjadi di daerah lutut (Noor ,
Helmi Zairin,2012).

1.8 Komplikasi Osteomalacia


1. Nyeri Tulang dan Kelemahan Otot.
2. Jika memiliki osteomalasia, lebih mungkin untuk mengalami patah tulang
dan deformitas, khususnya pada tulang belakang, tulang rusuk, dan kaki.
3. Kelemahan tulang akan menimbulkan resiko fraktur. Os vertebra yang
melunak akan tertekan menjadi pendek sehingga orang itu akan berkurang
tingginya. Trunkus klien yang memendek sehingga mengubah bentuk
thorax yang disebut kifosis, dimana klien terlihat seperti membungkuk dan
skoliosis. (Noor , Helmi Zairin. 2012)

1.9 Penatalaksanaan Osteomalacia


Penatalaksanaan yang optimal pada pasien dengan osteomalasia, meliputi
hal hal sebagai berikut:
1. Pemberian vitamin D, baik secara suplemen dan diet tinggi vitamin D
2. Diet tinggi kalsium dan fosfat
3. Pengobatan bila terjadi hipokalsemia.
4. Peningkatan pajanan sinar matahari
5. Peninjauan kurang pemberian obat yang bisa mengabselerasi vitamin D,
seperti dialntin, rifamfisim, phenobarbitol (Noor , Helmi Zairin,2012).

(Makalah Osteomalacia) 7
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien dengan Osteomalacia adalah sebagai berikut :
Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari,
pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya kursi roda, tongkat,
walker), dan nyeri (jika ada nyeri tetapkan lokasi, derajat nyeri, lama, faktor
yang memperberat dan faktor pencetus) kram atau kelemahan Pengkajian
perlu dilakukan secara sistematis, teliti dan terarah.
a. Anamnesis
1. Data demografi
2. Riwayat perkembangan : Data ini untuk mengetahui tingkat
perkembangan pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan
tua.
3. Riwayat sosial : Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang
yang terpapar terus-menerus dengan agens tertentu dalam
pekerjaannya, status kesehatannya dapat dipengaruhi.
4. Riwayat penyakit keturunan : Riwayat penyakit keluarga perlu
diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu
diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes melitus yang merupakan
predisposisi penyakit sendidegeneratif, TBC, artritis, riketsia,
osteomielitis, dll)
5. Riwayat diet : Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi
vitamin A,D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk
menjaga kondisi muskuloskeletal.
6. Aktivitas kegiatan sehari-hari
7. Riwayat kesehatan masa lalu : Data ini meliputi kondisi kesehatan
individu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung
terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan
tulang rawan, riwayat artritis dan osteomielitis.

(Makalah Osteomalacia) 8
8. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakan ada
riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala
mendadak atau perlahan. Timbulnya untuk pertama kalinya atau
berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada tidaknya gangguan pada
sistem lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien
memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan
utama pasien dan gangguan muskuloskeletal meliputi : Nyeri,
Kekuatan sendi, Bengkak, Deformitas dan imobilitas, dan Perubahan
sensori

b. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian Skeletal Tubuh
Hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh, yaitu :
 Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan
oleh penyakit sendi.
 Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh
adanya tumor tulang.
 Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
sejajar secara anatomis
 Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik
bukan sendi, teraba krepitus pada titik gerakan abnormal,
menunjukkan adanya patah tulang.

2. Pengkajian Tulang Belakang


Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan
yaitu :
 Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang).
 Bahu tidak sama tinggi.
 Garis pinggang yang tidak simetris.
 Skapula yang menonjol Skoliosis tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik), kelainan kongenital, atau akibat kerusakan otot
para-spinal

(Makalah Osteomalacia) 9
 Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada).
Sering terjadipada lansia dengan osteoporosis atau penyakti
neuromuskular.
 Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan.
3. Pengkajian Sistem Persendian
Pengkajian sistem perssendian dengan pemeriksaan luas
gerak sendi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas dan
adanya benjolan. Pemeriksaan sendi menggunakan alat
goniometer, yaitu busur derajat yang dirancang khusus untuk
evakuasi gerak sendi.
4. Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah
posisi, kekuatan dan koordinasi otot, serta ukuran masing-masing
otot. Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi
seperti polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis,
poliomielitis dan distrofi otot. Palpasi otot dilakukan ketika
ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat akan
merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta
pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.
5. Pengkajian Cara Berjalan
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal
berikut:
 Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak.
 Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas
pendek.
 Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan
Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara
berjalan.

(Makalah Osteomalacia) 10
3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin, Arif. 2008.
1. Nyeri kronis berhubungan dengan pelunakan tulang.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.

3.3 Intervensi Keperawatan


Menurut Doenges, M. 2012
1. Nyeri kronis b.d. pelunakan tulang.
Tujuan: Setelah diberi tindakan selama 2 x 60 menit nyeri berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol.
b. Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istirahat/tidur dengan
tepat.
c. Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya.
d. Skala nyeri 0-2.
No. Intervensi Rasional

1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas Untuk mengetahui respon dan
nyeri (skala 0-10). Selidiki sejauh mana tingkat
perubahan karakteristik nyeri. nyeri pasien.

2. Berikan tindakan kenyamanan Mencegah pergeseran tulang


(contoh ubah posisi sering, pijatan dan penekanan pada jaringan
lembut). yang luka.

3. Berikan lingkungan yang tenang. Agar pasien dapat beristirahat


dan mencegah timbulnya stress.

4. Kolaborasi dengan dokter tentang Untuk mengurangi rasa sakit /


pemberian analgetik, kaji efektifitas nyeri.
dari tindakan penurunan rasa nyeri.

5. Kolaborasi dengan ilmu gizi tentang Pemberian vitamin D membantu


asupan nutrisi pasien dengan untuk perbaikan tulang.

(Makalah Osteomalacia) 11
pemberian vitamin D.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot


Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x 24 jam.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat
kemampuan
b. Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan
toleriansi aktifitas.
No Intervensi Rasional

1 Evaluasi laporan kelemahan, Klien menunjukkan


perhatikan ketidak mampuan untuk kelemahannya berkurang dan
berpartisipasi dalam aktifitas sehari- dapat melakukan aktifitasnya
hari

2 Berikan lingkungan tenang dan Menghemat energi untuk


periode istirahat tanpa gangguan aktifitas

3 Pertahankan istirahat tirah baring / Istirahat sistemik dianjurkan


duduk jika diperlukan selama eksaserbasi dan seluruh
fase penyakit yang penting
mencegah kelemhan

4 Berikan lingkungan yang aman Menghindari cedera akibat


kecelakaan

5 Konsul dengan ahli terapi fisik atau Memformulasikan program


fisioterapi. latihan.

3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam masalah
resiko tinggi cidera teratasi.

(Makalah Osteomalacia) 12
Kriteria Hasil: Tidak terjadi cidera.
No. Intervensi Rasional

1. Hindari perilaku yang beresiko tinggi Agar tidak terjadi cidera


terhadap pasien seperti aktifitas yang terhadap pasien.
berat.
2. Pasang pengaman di tempat tidur Untuk menghindari terjadi
pasien. jatuh terhadap pasiaen.
3. Anjurkan kepada pasien agar Penggunaan sandal yang licin
menggunakan sandal yang tidak licin atau tanpa sandal
saat ke kamar mandi atau mobilitas. mengakibatkan pasien
terjatuh.
4. Anjurkan keluarga selalu mendampingi Agar meminimalisir resiko
atau membantu setiap aktifitas pasien. cidera terhadap pasien.

(Makalah Osteomalacia) 13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomalasia berasal dari bahasa Yunani yaitu osteomalacia yang artinya
adalah mineralisasi osteoid yang tidak adekuat atau terlambat pada tulang
spongiosa atau korteks dewasa.
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan
tidak memadainya mineralisasi tulang. Tulang membutuhkan komponen
kalsium dan fosfat agar tulang menjadi padat dan keras. Jika asupan kedua
mineral tersebut kurang akibat diet yang kurang baik atau penyerapan di
dalam tubuh terganggu, maka di saat inilah terjadi osteomalasia. Dengan
keluhan nyeri pada tulang dan kelemahan otot. Tidak terdapat banyak
perbedaan dari asuhan keperawatan teori dan kasus.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di
bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil
akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
Beberapa predisposisi yang bisa menyebabkan kondisi osteomalasia
adalah sebagai berikut: Defisiensi vitamin D, Malabsorpsi, Tidak adekuatnya
pajanan sinar matahari, Hipokalsemia, dan Penyakit Ginjal.

4.2 Saran
Sebagai Mahasiswa Ilmu Keperawatan, sangatlah penting untuk
memahami konsep penyakit dan Asuhan Keparawatan Secara Teoritis. Bagi
mahasiswa atau pembaca yang akan membuat makalah selanjutnya diharapkan
dapat lebih melengkapi dengan teori yang lengkap dan kasus yang lebih
spesifik. Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan
pada khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
osteomalasia dengan baik dan sesuai dengan prosedur keperawatan serta
tentunya memperhatikan aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan
prosedur yang dilakukan.

(Makalah Osteomalacia) 14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.


Jakarta: EGC.
Noor , Helmi Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal. Jakarta :
Salemba Medika.
Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperaawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Helmi, Zirin Noor. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba Medika
Yatim, Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian. Edisi 1. Jakarta : Pustaka
Populer Obor.
Surutan, dkk. 2006. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Seri Asuhan
keperawatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Doenges, M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Wilkinson, J, M. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda,
Intervensi Nic, Kriteria Hasil Noc. Edisi 9. Jakarta: EGC

(Makalah Osteomalacia) 15

Anda mungkin juga menyukai