Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rizki Maulana Fadhila

NIM : D14190102

Kelas : P07.2

Kelompok :4

Competing in Righteousness
Indonesia kaya dengan budaya, Indonesia kaya dengan bahasa, Indonesia kaya
dengan suku-suku, Indonesia kaya dengan agama, Indonesia kaya dengan pulau-pulau,
Indonesia kaya dengan biota laut dan darat, Indonesia kaya dengan sumber daya alam,
Indonesia kaya dengan sumber daya manusia. Namun kenapa kemiskinan terus
merajalela? Kenapa pengangguran terus bertambah? Kenapa korupsi terus berlanjut?
Seakan-akan kejahatan hadir bagi orang-orang yang haus akan dunianya. Dimana nilai-
nilai Pancasila yang menjadi falsafah hidup bangsa, namun terkikis oleh bangsanya
sendiri. Nilai-nilai yang seharusnya menjadikan karakter khusus bangsa Indonesia ini
dibuang oleh bangsanya sendiri bagaikan sampah tak berguna. Persaingan untuk
memperoleh harta, tahta, dan wanita dilakukan dengan cara yang tidak sehat. Berbagai
macam cara dilakukan hanya untuk mendapatkan kursi di parlemen. “Money is
everything but everything is not by money” happiness, love, dan affection tidak dapat
dibeli oleh uang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persaingan adalah usaha


memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan
(perusahaan, negara) pada bidang perdagangan, produksi, persenjataan, dan
sebagainya. Persaingan yang diperlukan masa kini adalah healthy competition yang
berorientasi pada :

SOSIOLOGI UMUM 1
1. Memajukan seluruh bidang atau organisasi

Persaingan yang sehat menempatkan setidaknya sejumlah fokus gambaran


yang lebih besar untuk memberi manfaat bagi seluruh organisasi, industri, atau
disiplin. Ketika seseorang memecahkan rekor atau mencapai sesuatu yang baru, itu
dipandang sebagai langkah penting menuju kesuksesan yang lebih luas dan potensi
diperluas untuk semua orang.

2. Membuka potensi pribadi

Meskipun kompetisi kadang-kadang memusatkan perhatian pada individu, apa


sifat fokus itu? Apakah individu lebih berorientasi untuk mendapatkan kejayaan
atau penghargaan, atau apakah mereka menggunakan kompetisi sebagai peluang
untuk medorong diri mereka ke tingkat kinerja yang baru? Persaingan yang sehat
kurang peduli terhadap bagaimana mereka menumpuk kepada orang lain, dan lebih
tertarik untuk memasuki bidang baru potensi pribadi

3. Menghormati nilai-nilai yang dipegang Bersama

Ketika kita memikirkan beberapa acara kompetitif terbesar di bidang olahraga,


bagi kita tampaknya ada persatuan yang hampir tak terucap yang melibatkan
pemain dan tim Bersama -rasa nilai- nilai Bersama. Hal ini seperti ketekunan,
kehormatan, ketabahan, keadilan, dan integritas. Tentu, kita mungkin memikirkan
pengecualian untuk ini (situasi dimana nilai-nilai diabaikan). Tetapi, sebagian
besar, persaingan sehat menekankan cita-cita yang lebih besar dibandingkan
keuntungan individu dari atlet atau tim tertentu

4. Perjalanan dan hasilnya

Berbeda dengan persaingan tidak sehat, lingkungan kompetitif yang paling


efektif mengakui nilai perjalanan. Daripada menempatkan semua fokus pada tujuan
akhir, mereka menarik perhatian pembelajaran dan kebijaksanaan yang diperoleh
selama proses menuju kesana

SOSIOLOGI UMUM 2
Inilah yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak timbul
kebencian, perpecahan, dan permusuhan sesama bangsa Indonesia. Sebaliknya
unhealthy competition beorientasi pada :

1. Kelangkaan dan ketakutan

Persaingan tidak sehat ketika mengandaikan bahwa haya ada sejumlah


keberhasilan atau pencapaian yang tersedia di dunia. Itu didasarkan pada
kelangkaan dan ketakutan daripada kelimpahan. Dikatakan, “Saya harus berjuang
untuk mendapatkan sepotong kue saya, atau orang lain akan mendapatkannya dan
tidak ada yang tersisa untuk saya.”

2. Mendapatkan validasi dan perhatian

Ketika kompetisi dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan perhatian dan


validasi dari orang lain, itu akhirnya datang dari tempat yang tidak aman dan ragu-
ragu. Yayasan yang lebih lemah ini berdampak negatif pada kemampuan seseorang
untuk tampil dan bersaing di puncak potensi mereka. Pada saat yang sama,
fokusnya sangat sempit sehingga ia melupakan tim atau komunitas yang luas.

3. Meremahkan orang lain

Persaingan bisa menjadi lebih tidak sehat ketika beorientasi untuk


menghancurkan orang lain. Hal ini dimotivasi oleh kepentingan pribadi, tetapi hal
lain untuk mulai secara aktif menyabot kinerja orang lain. Keinginan buruk dan
aktivitas merusak ini tidak hanya menyakiti orang lain tetapi juga memakan inti
orang lain atau entitas yang melakukannya.

4. Menang dengan segala cara

Persaingan yang tidak sehat memberikan penekanan yang tidak proporsional


pada hasilnya, alih-alih menilai proses atau perjalanan yang diperlukan untuk
sampai kesana. Dan ketika hasilnya menjadi satu-satunya fokus, itu dapat
mempromosikan gagasan bahwa seseorang atau tim harus melakukan “apapun

SOSIOLOGI UMUM 3
yang diperlukan” untuk berhasil. Mentalitas ini kemudian dapat menyebabkan
segala macam keputusan buruk dan praktik tidak etis.

Agama Islam mengajarkan kita tentang perihal persaingan yang sehat berlandaskan
niat semata-mata karena Allah Swt. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an : “…Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 ). Mental selalu berlomba
dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) ini seharusnya dimiliki seorang muslim. Karena
ketika mental ini ditanamkan dalam kehidupan kita, maka hidup akan diwarnai dengan
keteraturan, optimisme serta kesungguhan. Dan senantiasa menyegerakan segala
sesuatu yang berurusan dengan Allah atau syariat-Nya.

Fastabiqul Khoirot adalah suatu konsep yang menghendaki segenap umat Islam
segera melakukan aksi kebaikan untuk mendapat ridha-Nya. Jika ada orang lain juga
melakukan, maka berusahalah untuk melakukan dengan kualtias terbaik
(ahsanu ‘amala) dan terus-menerus. Dengan berlomba-lomba dalam kebaikan, kita
akan mendapatkan faedah yang luar biasa, yaitu semua waktu akan menjadi produktif,
tidak ada waktu yang terbuang percuma, karena manusia akan sibuk dengan amal
kebaikan. Selain itu, membiasakan diri ber-fastabiqul khoirot akan menyelamatkan
diri kita pada kesia-siaan waktu, karena semua dihadapi dengan perencanaan dengan
sebaik-baiknya dan amalan yang kita lakukan akan diridhoi oleh Allah subhanahu
wa ta’ ala.

Hasan Al Bashri rahimahullah, seorang ulama besar yang ketakwaan beliau


dianggap oleh beberapa pakar sangat mirio dengan sahabat Nabi SAW pernah bertutur
: “Barang siapa yang berusaha menyaingi agamamu, maka berkompetisilah dan
kalahkan dia, dan barang siapa yang berusaha menyaingi duniamu maka biarkanlah dia
dengan dunia” (Adabul Hasal Al Bashri :68). Seperti apapun perkembangan zaman
sekarang, seharusnya membuat seseorang mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tidak
ada manusia yang hidup tanpa masalah, tetapi dengan masalah tersebut bagaimana

SOSIOLOGI UMUM 4
manusia dapat meningkatkan potensi kebaikannya yang akhirnya akan meningkatkan
keimanannya.

Pada masa Khulafaur Rasyidin radhiallahu anhum, para sahabat Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam dan para tabiin berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan
membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu Bakar
ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiallahu anhuma termasuk orang yang gigih
bersaing di dalam amal kebaikan yang mulia ini, yang pelakunya mendapatkan
kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat.
Ada sebuah kisah yang terjadi pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu anhu.
Pada saat itu Umar mengawasi apa yang dilakukan oleh Abu Bakar. Lalu dia
melakukan dua kali lipatnya sehingga dia mendapatkan kebaikan dan berbuat lebih dari
Abu Bakar dalam hal kebaikan.
Suatu hari, Umar mengawasi Abu Bakar di waktu fajar. Sesuatu telah menarik
perhatian Umar. Saat itu Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat
subuh. Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil beberapa saat, lalu dia pulang
kembali ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan
apa yang dilakukan Abu Bakar di sana. Umar mengetahui segala kebaikan yang
dilakukan Abu Bakar kecuali rahasia urusan gubuk tersebut.
Hari-hari terus berjalan, Abu Bakar tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran
kota itu. Umar masih belum mengetahui apa yang dilakukan Abu Bakar di sana.
Sampai akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah
Abu Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu
dengan mata kepalanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh
sahabatnya di situ. Manakala Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar
mendapatkan seorang nenek tua yang lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta
kedua matanya. Tidak ada sesuatu pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang
dengan apa yang dilihatnya, dia ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini
dengan Abu Bakar radhiallahu anhu. Umar bertanya, "Apa yang dilakukan laki-laki itu
di sini?" Nenek menjawab, "Demi Allah, aku tidak mengetahui, wahai anakku. Setiap

SOSIOLOGI UMUM 5
pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan
makanan untukku. Kemudian dia pergi tanpa berbicara apapun denganku."
Umar menekuk kedua lututnya dan kedua matanya basah oleh air mata. Dia
mengucapkan kalimatnya yang masyhur, "Sungguh, engkau telah membuat lelah
khalifah sesudahmu wahai Abu Bakar."
Nabi Muhammad Saw, para sahabat, dan para ulama telah mengajarkan untuk
selalu bersaing dalam kebaikan. Kebaikan tidak melihat stratifikasi sosial seseorang,
kebaikan tidak melihat si kaya atau si miskin, kebaikan tidak melihat dia penjabat atau
rakyat biasa. Tapi kebaikan melihat ketulusan hati seseorang untuk melakukan itu.

Daftar Pustaka

https://goskybound.com/unhealthy-and-healthy-competition/

https://suaramuslim.net/alasan-harus-berlomba-dalam-kebaikan/

https://m.inilah.com/news/detail/2519790/abu-bakar-dan-umar-gigih-bersaing-
dalam-kebaikan

SOSIOLOGI UMUM 6

Anda mungkin juga menyukai