Anda di halaman 1dari 3

SKU 13

“Rajin dan giat mengikuti latihan Pasukan Penggalang sekurangkurangnya 10 kali latihan
berturut-turut”
Jika peserta didik telah mengikuti kegiatan pramuka selama 10 kali berturut-turut maka sku
sudah bisa ditanda tangani.

SKU 14
“Dapat melakukan Salam Pramuka secara tepat dan benar”
Memperhatikan kata kerja yang digunakan dalam kalimat sku no 14 yaitu dapat “melakukan”
maka peserta didik diuji mempraktikan penggunaan ketiga macam salam pramuka dibawah ini.

MATERI SALAM PRAMUKA


Dalam Gerakan Pramuka kita mengenal tiga macam salam Pramuka, yaitu salam biasa, salam
hormat, salam janji.
1. Salam Biasa
Dipergunakan apabila seseorang Pramuka berjumpa dengan Pramuka lain. untuk pertama kali
atau yang terakhir pada hari itu. Siapa yang melihat dahulu, dialah yang harus memberi salam
terlebih dahulu tanpa aba‑aba, tidak pandang pangkat. tua ataupun lebih muda.

2. Salam Hormat.
Dipergunakan apabila seorang Pramuka :
a. Bertemu dengan orang yang wajib dihormati, misalnya bertemu dengan; Presiden, Wakil
Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah dll. Pejabat atau tokoh masyarakat
lainnya. Dalam keadaan biasa Kakak pembina cukup di beri salam biasa, tetapi dalam suatu
upacara wajib diberi salam hormat.
b. Melihat bendera Merah Putih sedang dikibarkan atau diturunkan. Kalau kebetulan sedang sibuk
mengerjakan sesuatu, lalu mendengarkan pluit tanda Sang Merah Putih dikibarkan atau
diturunkan, maka harus berhenti dari kesibukannya sebentar, segera berdiri tegak di tempat dan
memberi salam hormat.
c. Dalam suatu upacara mendengarkan lagu Indonesia Raya, tetapi kalau ikut menyanyi tidak
perlu memberi salam melainkan cukup berdiri tegak saja.
d. Kebetulan bertemu dengan jenazah yang dibawa ke makam. Jika sedang duduk atau berjalan
segera berdiri tegak menghadap ke arah jenazah sambil memberi salam hormat.
Cara memberikan salam hormat pada dasarnya sama dengan cara memberikan salam biasa. juga
jika sedang membawa tongkat. Hanya bedanya salam hormat harus diberikan dengan berdiri tegak
yaitu dengan sikap sempurna. Jelasnya tidak boleh sambil duduk santai. sambil berjalan atau naik
sepeda atau dengan menganggukkan kepala atau mengucapkan salam. Dalam upacara salam
hormat biasanya diberikan dengan aba‑aba dari Pemimpin upacara, dan didalam suatu barisan
aba‑aba diberikan oleh pemimpin barisan.

3. Salam Janji.
Dipergunakan seorang Pramuka dalam suatu upacara mendengarkan janji Trisatya diucapkan.
Begitu kita mendengarkan ucapan “Demi kehormatanku aku berjanji…….dst” dalam suatu
upacara pelantikan, maka semua Pramuka yang hadir wajib memberikan salam janji secara
otomatis, walaupun tidak disertai aba‑aba untuk menghormat.

Cara memberikan salam janji sama dengan sara memberikan salam hormat, yaitu selalu dalam
sikap sempurna. Jika tangan kanan membawa tongkat, maka tongkat itu dipindahkan untuk
dipegang tangan kiri dan dimiringkan bagian atasnya kekiri. Kemudian dengan tangan kanan
memberikan salam janji. Sesudah selesai ucapan janji, tangan kanan kembali tegak dan memegang
kembali tongkat tadi.
Bagi Pramuka yang sedang bertugas membawa perlengkapan upacara tidak perlu memberi
salam janji, cukuplah berdiri tegak saja.

SKU 18
“Dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pertemuan-pertemuan Penggalang”
Peserta didik diarahkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar selama
kegiatan pramuka. Agar menjadi perhatian kakak Pembina bahwa adik-adik harus selalu di
berikan pengertian bahwa untuk menyelesaikan sku no 18 ini mereka harus bisa mempraktikannya
dalam setiap kegiatan kepramukaan.
MATERI
Berbahasa yang baik dan benar dalam sudut pandang tiap orang memiliki perbedaan tergantung
sejauh mana pemahaman seseorang terhadap prinsip baik dan benar itu. Tidak semua bahasa yang
baik itu benar dan sebaliknya, tidak semua bahasa yang benar itu baik. Tentunya yang terbaik
adalah bisa berbahasa dengan baik dan benar. Untuk dapat melakukannya, perlu dipahami dulu
apa yang dimaksud dengan baik dan benar tersebut.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa
harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras bahasa yang
dipilih pun harus sesuai.
Laras bahasa (bahasa Inggris: linguistic register) adalah bentuk bahasa yang digunakan untuk
suatu tujuan atau pada konteks sosial tertentu. Banyak sekali laras bahasa yang dapat diidentifikasi
tanpa batasan yang jelas di antaranya. Contoh dari laras bahasa ini dapat ditemui dalam bahasa
Jawa, yang memiliki laras resmi yang disebut krama, laras akrab yang disebut ngoko dan laras
madya yang terletak di tengah-tengahnya. Ketiga laras ini memiliki kosakata yang berbeda, dan
digunakan dalam keadaan sosial yang berbeda pula.
Definisi dan kategorisasi laras bahasa pun berbeda antara para ahli linguistik. Salah satu model
pembagian laras bahasa yang paling terkemuka diajukan oleh Joos (1961) yang membagi lima
laras bahasa menurut derajat keformalannya, yaitu :
(1) beku (frozen),
(2) resmi (formal),
(3) konsultatif (consultative),
(4) santai (casual), dan
(5) akrab (intimate).
Ragam beku digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti
pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
Ragam resmi digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato resmi, rapat resmi, dan jurnal
ilmiah.
Ragam konsultatif digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran
informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
Ragam santai digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum
tentu saling kenal dengan akrab.
Ragam akrab digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.

Sebagaimana dimaknai oleh KBBI, istilah laras bersinonim dengan istilah ragam dalam konteks
linguistik.
.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk
bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai
berikut.:

- Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang
baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
- Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan
bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
- Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa
Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan
ini.
- Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku
yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan
/atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
- Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi
efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis
sesuai maksud aslinya.
Dari semua ciri bahasa baku tersebut, sebenarnya hanya nomor 2 (kata baku) dan nomor 4 (lafal
baku) yang paling sulit dilakukan pada semua ragam. Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan
kalimat efektif dapat diterapkan (dengan penyesuaian) mulai dari ragam akrab hingga ragam beku.
Penggunaan kata baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab malah akan
menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.

Anda mungkin juga menyukai