Laporan Kasus Bedah Umum Fix
Laporan Kasus Bedah Umum Fix
BAB I
PENDAHULUAN
akan merenggang, membesar karena adanya tekanan yang tinggi dari dalam. Bila
hal ini terjadi secara terus-menerus, maka pembuluh darah itu tidak akan mampu
kembali ke bentuk semula. Kejadian ini dialami pula oleh wanita yang sedang hamil
dan seseorang yang obesitas. Lama kelamaan, akan terjadi penonjolan hemorrhoid
yang tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam anus, sehingga harus dilakukan
operasi (Murbawani, 2006).
Untuk melakukan penegakan diagnosis hemoroid diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, danpemeriksaan konfirmasi yang teliti serta perlu dievaluasi
dengan seksama agar dapat dicapai pendekatan terapeutik yang sesuai.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi, definisi, etiologi, klasifikasi, diagnosis, penatalaksanaan,
komplikasi dan prognosis dari hemoroid?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dan memahami anatomi, definisi, etiologi, klasifikasi, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari hemoroid.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. J
Usia : 59 th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Gampingan, Pagak
Pekerjaan : Petani
Pendidikan terkahir : SMK
Status Pernikahan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
No.RM : 4814**
Tanggal Masuk RS : 3 November 2019
2.2 ANAMNESA
4. Riwayat Terapi :
Keluhan serupa (-), Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Asam urat (-),
Penyakit jantung (-).
6. Riwayat Kebiasaan :
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), trismus (-), gusi berdarah (-),tonsil
membesar (-), pharing hiperemis (-).
8. Leher
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
9. Thoraks
Normochest, simetris, retraksi (-), spidernevi (-).
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis
sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra
(kesan jantung tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas normal, regular, bising
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-),
luka (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Perkusi :
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi : suara dasar vesikular
suara tambahan: Ronkhi Wheezing
- - - -
- - - -
6
- - - -
10. Abdomen
Inspeksi : Jaringan parut/bekas luka (-), tumor/benjolan (-).
Auskultasi : Bising usus (+), normal (14x/menit)
Perkusi : soefl, nyeri tekan (+), hepar tidak teraba, pembesaran lien
(-)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba. Soefl (+)
11. Ektremitas
Atas : Akral dingin (-/-), Edema (-/-), ulkus (-/-)
Bawah : Akral dingin (-/-), Edema (-/-), ulkus (-/-)
2.5 Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Kanjuruhan Kepanjen tanggal 3 november 2019,
pasien mengatakan ada benjolan yang keluar dari anus sejak 3 hari yang lalu. Pasien
saat ini merasakan nyeri pada benjolan di anus tersebut, pasien juga mengeluh
perutnya sakit, tidak bisa kentut dan buang air besar tidak lancar sudah sejak 4 hari
yang lalu, pasien mengatakan pada saat BAB juga disertai darah berwarna merah
segar. Sejak 1 bulan yang lalu pasien juga mengeluhkan keluar benjolan dari anus,
namun dapat dimasukkan lagi dengan bantuan, keluhan tersebut hilang timbul dan
tidak disertai nyeri. Keluhan timbul jika pasien susah buang air besar dan mengejan.
Keluhan mual dan muntah disangkal.
(+), multiple (+), ukuran 2x3 cm, tidak nyeri ketika di palpasi, tidak ditemukan massa,
mukosa rektal halus (+).
2.9 Prognosis
Dubia ad bonam
2.10 Follow Up
No Tgl S O A P
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI
Canalis analis merupakan bagian terbawah dari usus besar yang memiliki
panjang kurang lebih 3 cm, berjalan ke bawah dari ampula recti sampai anus. Saat
defekasi, dinding lateral canalis analis dipertahankan saling berdekatan dengan
m.levator ani dan m.sphincter ani. Perbatasan tengah canalis analis ditandai oleh
linea dentata, yaitu tempat pertemuan antara ektoderm dan endoderm
(Sjamsuhidajat, 2010).
Tunika mukosa setengah bagian atas canalis analis berasal dari endoderm usus
besar. Tunika mukosa dilapisi oleh epitel selapis kolumnar, mempunyai lipatan
columnae analis dan dihubungkan satu sama lain pada ujung bawahnya oleh plicae
semilunares yang dinamakan valvulae anales. Vaskularisasi canalis analis berasal
11
dari arteria yang mendarahi usus besar, yaitu a. rectalis superior, yang merupakan
cabang dari a. mesenterica inferior. Aliran darah vena terutama oleh v. rectalis
superior, yang merupakan cabang dari v. mesenterica inferior dan v. porta.
Persarafannya sama seperti persarafan mukosa rektum dan berasal dari saraf
otonom plexus hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan
(Snell,2012).
Tunika mukosa setengah bagian bawah kanalis analis berasal dari ektoderm
proctoderm. Tunika mukosa dilapisi oleh epitel berlapis gepeng yang secara
bertahap bergabung dengan epidermis perianal di anus, tidak mempunyai columnae
anales. Suplai arterinya berasal dari a. rectalis inferior, cabang dari a. pudenda
interna. Aliran darah vena oleh v. rectalis inferior, cabang v. pudenda interna yang
mengalirkan darahnya ke v. iliaca interna. Persarafan berasal dari saraf somatik n.
rectalis inferior sehingga peka terhadap rasa nyeri, suhu, raba, dan tekan
(Snell,2012).
3.2 DEFINISI
bawah. Hemorrhoid interna sering terletak di kanan depan, kanan belakang dan kiri
lateral. Hemorrhoid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemorrhoidalis inferior terdapat di sebelah distal pada mukokutan di dalam jaringan
di bawah epitel anus (Sjamsuhidajat, 2005).
3.3 ETIOLOGI
Penyebab utama dari hemoroid adalah keadaan akibat kongesti vena yang
disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis sehingga
peningkatan pada daerah anorektal berulang dan berlangsung lama. Telah diajukan
beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis
pada kehamilan, pembesaran prostat, dan tumor rektum. Penyakit hati yang kronis
disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem
portal tidak memiliki katup sehingga mudah terjadi aliran balik. Berikut beberapa
penyebab dari hemoroid (Simadibrata,2006 ; Guyton & Hall,2008 ; Sjamsuhidajat,
2010).
2. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar yang
disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon descenden yang menumpuk
karena absorpsi cairan yang berlebihan. Pada konstipasi diperlukan waktu
mengejan yang lebih lama. Tekanan yang keras saat mengejan dapat
mengakibatkan trauma berlebihan pada plexus hemoroidalis sehingga
menyebabkan hemoroid.
Beberapa penyebab konstipasi antara lain :
Peningkatan stress psikologis
14
Ketidaksesuaian diet
Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak cukup untuk
merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat
seperti; beras, telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak
lebih lambat di saluran cerna. Namun dengan meningkatkan intake cairan dapat
mempercepat pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.
Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan seperti ; morfin, codein, obat-obatan adrenergik dan
antikolinergik lain dapat memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja
sistem syaraf pusat sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
Usia lanjut
Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang berlebihan pada saluran
cerna. Sehingga konsistensi tinja yang dikeluarkan menjadi keras.
3. Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter pun
juga menjadi tipis dan atonis. Karena sphincternya lemah maka dapat timbul
prolaps. Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan
penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan
konsistensi tinja menjadi keras. Sehingga terjadi penekanan berlebihan pada plexus
hemoroidalis yang dipicu oeh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.
4. Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir
akan memudahkan terjadinya hemoroid setelah mendapat paparan tambahan seperti
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain.
5. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemoroid
adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.
15
Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan
pelebaran plexus hemoroidalis.
berat akan meningkatkan risiko kejadian hemoroid. Hal tersebut dikarenakan terjadi
peregangan musculussphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita
mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.
9. Kehamilan
3.4 KLASIFIKASI
Hemoroid eksterna berada dibawah kulit, terjadi pembesaran seiring waktu dan
menhasilkan dilatasi cenderung menjadi trombosis berulang. Hemoroid eksterna
diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya yang merupakan
suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung
saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag
biasanya merupakan sequele dari hematoma akut. Hemoroid ini berupa satu atau
lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah
(Simadibrata,2006 ; Lindseth,2006).
17
Hemoroid adalah suatu bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel saluran
anus. Sebenarnya bantalan ini merupakan bagian normal dari anorektum manusia,
dan telah ada sejak dalam rahim. Bantalan ini mengelilingi dan menahan
18
anastomosis antara arteri rektalis superior dengan vena rektalis superior, medial dan
inferior. Bantalan ini juga mengandung lapisan otot polos dibawah epitel yang
membentuk massa bantalan (Lindseth,2006 ; Kumar, 2007).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik
dari vena homoroidalis. Beberapa etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau
diare, sering mengedan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroma uteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal
sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan
darah kedalam sistem portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup,
sehingga mudah terjadi aliran balik (Lindseth,2006 ; Kumar, 2007).
1. Perdarahan
a) Akibat trauma atau faeces yang keras
b) Darah segar menetes setelah pengeluaran faeces (tidak bercampur dengan
faeces)
c) Berwarna merah segar.
d) Perdarah masif : tonus spincter yang melemah, bantalan prolaps pecah dan
terbendung oleh spincter perdarahan masif anemia berat
2. Benjolan
a) Tahap awal: hanya terjadi pada waktu defekasi, disusul reduksi spontan post
defekasi
b) Tahap lanjut: perlu didorong kembali post defekasi
19
a. Anamnesis Hemoroid
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya darah
segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya
gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II hemoroid internal pasien akan
merasakan adanya masa pada anus dan hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien
akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid derajat IV yang telah mengalami
trombosis. Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya
trombosis hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid
internal biasanya timbul gejala hanya ketika mengalami prolapsus sehingga terjadi
ulserasi, perdarahan, atau trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala atau
dapat ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi
dan trombosis.
b. Pemeriksaan Fisik Hemoroid
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang mengalami
20
prolaps. Hemoroid internal derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar
dan cukup sulit membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan
rektal kecuali hemoroid tersebut telah mengalami trombosis.
Posisi melakukan pemeriksaan fisik : posisi miring (sims position) atau posisi
menungging (knee chest)
1. Inspeksi
Perdarahan atau bekas perdarahan pada anus
Prolaps hemoroid interna (dengan pasien mengejan), tentukan lokasi
hemoroid
Benjolan pada tepi anus (hemoroid eksterna) kelainan anorectal lainnya
(fisura ani, fistel ani dan lain-lain)
2. Colok dubur (rectal touche) dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rectum.
c. Pemeriksaan Penunjang Hemoroid
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan
mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Side-viewing pada anoskopi
merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat
dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan
rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker.
Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus
dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan
perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid.
3.8 TATALAKSANA
Penatalaksanaan medis
Penatalaksaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I
sampai III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien
menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid
interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid tang tidak respon
21
1. Nonfarmakologis
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak dan banyak
berjalan. Dengan banyak bergerak pola defekasi menjadi membaik. Pasien
diharuskan banyak minum 30-40 ml/kgbb/hari untuk melunakkan tinja dan
mengkonsumsi makanan yang banyak makan serat.
2. Farmakologis
a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP yaitu
suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen
serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau isphagula Husk
(misal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat kedua yaitu obat laksan
atau pencahar antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax,
Microlac dll. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan
kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari.
b. Obat simtomatik : bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan
rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus. Obat pengurang
keluhan seringkali dicampur pelumas (lubricant), vasokonstriktor, dan
antiseptic lemah. Sediaan penenang keluhan yang ada di pasar dalam bentuk
ointment atau suppositoria antara lain Anusol, Boraginol N/S, dan Faktu. Bila
22
a) Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam
minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam jaringan areolar
yangg longgar dibawah hemorrhoid interna dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut.
Penyuntikan dilakukan disebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang
panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat
maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika
masuk kedalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan.
23
4. Penatalaksanaan bedah
Ada tiga tindakan bedah yang bisa dilakukan saat ini yaitu bedah konvensional,
bedah laser, dan bedah stapler.
a. Bedah konvensional
1) Teknik Milligan-Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid ditiga tempat utama. Basis
massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan ditahan dengan hemostat dan
diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal
terhadap pleksus hemoroidalis. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap
hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika
mukosa skitar pleksus hemoroidalis interna dan eksterna yang dibebaskan dari
jaringan yang mendasarinya. Hemoroid di eksisi secara keseluruhan.
24
b. Bedah Laser
Pada prinsipnya pembedahan ini sama dengan dengan pembedahan
konvensional hanya alat pemotongannya menggunakan laser. Pada bedah laser
nyeri berkurang dan tidak menimbulkan perdarahan.
c. Bedah stapler /Procedure for Prolapse Hemorrhoid (PPH)
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya
keatas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi
anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebahgai
bantalan saat BAB.
3.9 KOMPLIKASI
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah anemia berat dan trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid (Sjamsuhidajat, 2010 ;
Ramming, 2010).
3.10 PROGNOSIS
Sebagian besar hemoroid akan sembuh secara spontan atau dengan terapi
konservatif saja. Prognosis kambuhnya penyakit hemoroid sebagian besar timbul
pada keberhasilan edukasi, yaitu pada perubahan pola makan, defekasi, dan gaya
hidup (Sjamsuhidajat, 2010).
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Telah diperiksa seorang pasien bernama Tn.J usia 59 tahun, pasien mengatakan
ada benjolan yang keluar dari anus sejak 3 hari yang lalu. Pasien saat ini merasakan
nyeri pada benjolan di anus tersebut, pasien juga mengeluh perutnya sakit, tidak
bisa kentut dan buang air besar tidak lancar sudah sejak 4 hari yang lalu, pasien
mengatakan pada saat BAB juga disertai darah berwarna merah segar. Sejak 1 bulan
yang lalu pasien juga mengeluhkan keluar benjolan dari anus, namun dapat
dimasukkan lagi dengan bantuan, keluhan tersebut hilang timbul dan tidak disertai
nyeri. Keluhan timbul jika pasien susah buang air besar dan mengejan. Keluhan
mual dan muntah disangkal.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa pasien
didiagnosis dengan Hemorrhoid Interna Grade IV.
pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau pada penderita yang mengalami
perdarahan yang berulang yang tidak sembuh dengan cara lain. Penatalaksanaan
bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau semua derajat
hemoroid tang tidak respon terhadap pengobatan medis. Selain itu terapi non
farmakologi juga diberikan pada pasien ini yaitu diet tinggi serat dan edukasi untuk
tidak sering mengejan saat BAB, sedangkan farmakologi yaitu diberikan analgesic oral
untuk mengurangi nyeri pada saat sebelum operasi & pasca operasi, injeksi antifibrinolitik,
4.2 SARAN
Setelah mengkaji laporan kasus ini disarakan kepada pembaca maupun penulis
untuk menambah wawasan lebih dalam lagi melalui sumber-sumber lain yang lebih
relevan terutama pada penentuan hemoroid dan tatalaksana lanjut pada hemoroid.