Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. Batu saluran kemih diduga ada hubungannya
dengan terbentuknya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh seseorang yang meliputi herediter, umur, jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya yang meliputi geografi, iklim dan
temperature, asupan air,diet, dan pekerjaan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebra yang terbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urine. Ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urine. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi. Sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak parirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentuk di dalam vertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
Efek ginjal tidak berfungsi atau terganggu maka terjadi kebocoran protein melalui
unit penyaring ginjal (nefron). Pada urine ditemukan protein bahkan albumin yang memiliki
berat molekul besar. Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama pada penyakit hipertensi
akan menyebabkan ginjal harus bekerja keras dalam menjalankan fungsinya. Sebaliknya
terganggunya fungsi ginjal pada mekanisme pengaturan tekanan darah juga dapat
menyebabkan hipertensi

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengkajian pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
2. Bagaimana diagnosa pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
3. Apa saja rencana keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi urine?
6. Bagaimana pendokumentasian keperawatan pada klien dengan gangguan eliminasi
urine?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu
Batu Ginjal.

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. B
dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. B dengan


Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
b. Mahasiswa mampu melakukan menentukan diagnose pada klien Tn. B
dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien Tn. B
dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
d. Mahasiswa dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien Tn. B
dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil Asuhan Keperawatan yang
telah disusun pada klien Tn. B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu
Batu Ginjal.
f. Mahasiswa mampu melakukan penyusunan pendokumentasian hasil
Asuhan Keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien Tn. B dengan
Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Eliminasi Urine


1. Pengertian
Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal sebagai hasil filtrasi
dari plasma darah di glomelurus. Menurut para ahli definisi eliminasi urine adalah:
a. Arthonah (2004)
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan
menentukan kelangsungan hidup manusia.
b. Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembungan sisa metabolism tubuh baik berupa urine
taupun bowel feses.
c. Ambarwati (2009)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan
eliminasi alvi.

B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine


Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
kandung kemih, dan uretra.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan
volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine
sebagai zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur
dengan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah
kurang lebih satu juta) yang merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine
disalurkan ke dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung
kemih
2. Kandung Kemih
Kandung kemih (buli-buli—bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot
halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan
jaringan otot yang paling panjang, memanjang ditengah dan melingkar yang disebut
sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar
kandung kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau
disebut sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan
uretra, sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi
kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam
kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan
rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.
3. Uretra
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra
pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai
tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri
atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada
wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat
menyalurkan urine kebagian luar tubuh.

C. Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan
vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika
urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian
reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-
450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol
berkemih yang terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan
melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot
detrusor dan relaksasi otot sfingter internal. Komposisi urine :
1. Air (96%)
2. Larutan (4%):
a. Larutan Organik: urea, amonia, kreatin, dan uric acid.
b. Larutan Anorganik: Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium,
dan fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.

D. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


 Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output atau
jumlah urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu,
kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
 Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan
jumlah pengeluaran urine.
 Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi, dalam
kaitannya dengan ketersediaan fasilitas toilet.
 Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya frekuensi keinginan berkemih. Hal
ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
 Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
 Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak-anak, yang lebih memiliki kecenderungan untuk
mengalami kesulitan mengontrol buang air kecil. Namun dengan bertambahnya usia,
kemampuan untuk mengontrol buang air kecil meningkat.
 Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit tertentu, seperti diabetes melitus, dapat memengaruhi produksi urine.
 Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur masyarakat yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
 Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet dapat mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urinal atau pot urine bila dalam keadaan sakit.
 Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalan membantu proses berkemih adalah
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
 Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan
penurunan jumlah produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.
 Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemihseperti intravenouspyelogram (IVP), dengan membatasi jumlah asupan dapat
memengaruhi produksi urine. Kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

F. Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine


1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan distensi dari vesika
urinaria. Atau, retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika
urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang
refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung sebanyak
3000-4000 ml urine.
Tanda-tanda klinis pada retensi :
a. Ketidaknyamanan daerah pubis
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih
d. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
f. keresahan dan keinginan berkemih
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih

Penyebabnya yaitu :
a. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
b. Trauma sumsum tulang belakang
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfingter yang kuat
e. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum, penyebab dari inkontinensia yaitu :
proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat
narkotik atau sedatif. Inkontinensia urine terdiri dari :
a. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine tanpa sadar, tetapi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk
berkemih. Kemungkinan penyababnya yaitu :
 Penurunan kapasitas kandung kemih
 Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan spasme
(infeksi saluran kemih.
 Minum alkohol atau kafein
 Peningkatan cairan
 Peningkatan konsentrasi urine
 Distensi kamdung kemih yang berlebihan
Tanda-tanda inkontinensia dorongan :
- Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
- Spasme kandung kemih.

b. Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebabnya adalah :
 Disfungsi neurologis
 Kontraksi independen dan refleks detrusor karena pembedahan
 Trauma atau penyakit yang memengaruhi saraf medula spinalis
 Fistula
 Neuropati
Tanda-tanda inkontinensia total :
- Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
- Tidak ada distensi kandung kemih
- Nokturia
- Pengobatan inkontinensia tidak berhasil

c. Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen. Kemungkinan penyebanya
adalah :
 Tekanan intra abdomen tinggi (obesitas)
 Distensi kandung kemih
 Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontinensia stres :
- Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
- Adanya dorongan berkemih
- Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)

d. Inkontinensia Refleks
Inkontinensia refleks merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu. Kemungkinan penyebabnya adalah kerusakan
neurologis (lesi medula spinalis).
Tanda-tanda inkontinensia refleks :
- Tidak ada dorongan untuk berkemih
- Merasa bahwa kandung kemih penuh
- Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval teratur

e. Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran
urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebabnya adalah
kerusakan neurologis (lesi medula spinalis).
Tanda-tanda inkontinensia fungsional :
- Adanya dorongan untuk berkemih
- Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urine

3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak
atau orang jompo, umumnya pada malam hari. Faktor penyebab enuresis yaitu :
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke
kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urine
dalam jumlah besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan
dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang tua).
e. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem perkemihan.
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan pemedas.

4. Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding
perut untuk drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada
kandung kemih.

G. Perubahan Pola Eliminasi Urine


Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami
gangguan pola eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan
motorik sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi
berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa
tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi dijumpai pada
keadaan stres atau hamil.

2. Urgensi

Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinensia


jika tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam
mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada
mereka.
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering ditemukan
pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.
4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besra oleh ginjal tanpa
adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita diabetes
melitus, defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal kronik.
5. Urinaria Supresi
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal,
urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.
H. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine

A. Pengkajian Keperawatan
1. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputo bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
2. Pola berkemih meliputi:
a. Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam waktu 24
jam.
b. Urgensi.
Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang sering ketoilet karena takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
c. Disturia.
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkmih.
d. Poliuria
Keadaan produksi urine yang abnormal dalam jumlah besar tanpa adanya
peningkatan asupan cairan.
e. Urinaria Supresi
Keadaan produksi urine yang berhenti secara mendadak. Secara normal, produksi
urine oleh ginjal pada orang dewasa memiliki kecepatan 60-120ml/jam (720-
1440ml/hari)
f. Volume urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam waktu 24
jam. Berdasarkan usia, volume urine normal dapat ditentukan :

No Usia Jumlah/hari

1 1 hari – 2hari 15-600ml

2 3 hari – 10 hari 100-300ml

3 10 hari – 2 bulan 250-400ml

4 2 bulan – 1 tahun 400-500ml

5 1-3 tahun 500-600ml

6 3-5 tahun 600-700ml

7 5-8 tahun 700-1000ml

8 8-14 tahun 800-1400ml

9. 14 tahun – dewasa 1500ml

10. Dewasa tua Kurang lebih 1500ml


g. Faktor yang memengaruhi kebiasaan buang air kecil :
 Diet
 Gaya hidup
 Tingkat aktivitas
 Stress psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
h. Keadaan urine, meliputi :

No Keadaan Normal Interpretasi

1. Warna Kekuning-kuningan Urine berwarna orange gelap menun jukkan


adanya pengaruh obat, sedangkan warna
merah dan kuning kecoklatan
mengidentifikasikan adanya penyakit.

2 Bau Aromatic Bau menyengat merupakan indikasi


adanya masalah seperti infeksi/penggunaan
obat tertentu.

3 Berat jenis 1.010-1.030 Menunjukkan adanya konsentrasi urine.

4. kejernihan Terang dan transparan Adanya kekeruhan karena mukus.

5. PH Sedikit asam (4,5-7,5) Dapat menunjukkan keseimbangan asam-basa

6. Protein Molekul protein yang Dapat menunjukkan keseimbangan asam-


besar seperti : albumin, basa, pada kondisi kerusakan ginjal, molekul
hitrogten, globulin tidak tersebut dapat melewati saringan masuk ke
dapat disaring melalui urine.
ginjal urine.

7. Darah Tak tampak jelas. Hematuria menunjukkan trauma atau penyakit


pada saluran kemih bagiabn bawah.

8. Glukosa Adanya sejumlah Apabila menetap terjadi pada pasien diabetes


glukosa dalam urine mellitus.
tidak berarti bila hanya
bersifat sementara.

i.Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti tanda retensi urine, inkontinensia ujrine,
enuresis dll.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan :
a. Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomaly saluran urinaria
b. Penurunan kapasitas/iritasi kandung kemih akibat penyakit
c. Kerusakan pada saluran kemih
d. Efek pembedahan saluran kemih
e. Hambatan lingkungan ke kamar mandi.
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan :
a. Kerusakan mobilitas
b. Hambatan lingkungan
c. Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia)
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan :
Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medulla
spinalis.
4. Inkontinensia stress berhubungan dengan :
a. Penurunan tonus otot (pada lansia)
b. Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan urine akibat kelainan kongenital
5. Inkonteninsia total berhubungan dengan :
Defisit komunikasi/persepsi
6. Inkontinensia dorongan berhubungan dengan :
a. Penurunan kapasitas kandung kemih akibat penyakit infeksi, trauma, faktor penuaan
dll
b. Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat penggunaan alkhohol dll.
7. Retensi urine berhubungan dengan :
a. Adanya hambatan pada afingter akibat penyakit struktur, BPH, dll
b. Stress/ketidaknyamanan
8. Perubahan body image berhubungan dengan inkontinensia, ureterostami, eneuresis.

C. Perencanaan Keperawatan.
Tujuan :
1. Memahami arti eliminasi urine
2. membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
3. Mencegah infeksi
4. Mempertahankan integritas kulit
5. Memberi rasa nyaman
6. Mengembalikan fungsi kandung kemih
7. Memberikan asupan cairan secara cepat
8. Mencegah kerusakan kulit
9. Memulihkan self esteem/ mencegah tekanan emosional

Rencana Tindakan :
1. Monitor / observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan
eliminasi urine, retursi dan inkontinensia
2. Kurangi faktor yang memengaruhi masalah
3. Monitor terus perubahan retensi urine
4. Lakukan kateterisasi.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan.
1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine berbeda-beda, maka
pengambilan/pengumpulan urine juga dibedakan sesuai dengan tujuannya.
2. Menolong buang air kecil dengan menggunakan urinal
Menolong buang kecil dengan menggunakan urinal merupakan tindakan
keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di
kamar kecil sendiri di kamar kecil menggunakan alat penampung (urinal) dengan
tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan dari urine (warna dan jumlah).
3. Melakukan kateterisasi.
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan
eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Menggubakan kondom kateter
Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol
berkemih.cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih danmempertahankannya.

E. Evaluasi Keperawatan
1. Miksi secara normal,ditunjukan dengan kemampuan pasien berkemih sesuai dengan
asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat kompresi pada
kandung kemih, /kateter.
2. Menggosaokan kandung kemih, ditunjukan dengan berkurangnya distensi, volume
urine residu dan lancarnya kepatenan drainase.
3. Mencegah infeksi ,ditunjukan dengan tidak adanya tanda infeksi,tidak ditemukan
adanya disurya, urginsi, frekuensi, rasa terbakar.
4. Mempertahankan intregitas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa
inflamasi dan kulit sekitar uriterostomi kering.
5. Melakukan bladden training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi
inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan ringkasan Asuhan Keperawatan yang dilakukan kepada Tn. B
dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal, yang dilaksanakan pada tanggal
15-17 Juni 2016. Asuhan Keperawatan ini di mulai dari pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2016
Nomor Register : 627622
Diagnosa Medis : Batu Ginjal.
Tanggal Masuk : 13 Juni 2016

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Warakas No.4
Sumber Biaya : BPJS
Sumber Informasi : Klien dankeluarga.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pinggang bagian sebelah kiri dan
muncul secara berulang-ulang. Nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan rasanya
sampai ujung penis. Klien merasakan nyeri sejak 5 hari yang lalu.
b. Kronologis Keluhan : 5 hari yang lalu klien mengalami nyeri pinggang yang hebat,
akhirnya keluarga klien di bawah ke RSUD KOJA.
1. Faktor pencetus :kekurangan minum air putih
2. Timbulnya keluhan : Mendadak
3. Lamanya : 5 hari
4. Upaya mengatasi : Dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) : Tidak Ada.
b. Riwayat Kecelakaan : Tidak Ada.
c. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan dan berapa lama) : Tidak Ada
d. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
3. Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Adakah orang yang terdekat dengan pasien : Istri
b. Interaksi dalam keluarga
 Pola komunikasi : terbuka
 Pembuat keputusan : Istri
 Kegiatan Kemasyarakatan : Tidak Ada
c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : tidak ada
d. Mekanisme koping terhadap penyakitnya : Tidur
e. Masalah yangvmempengaruhi pasien : tidak ada
f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :
 hal yang difikirkan saat ini : ingin cepat sembuh
 Harapan setelah menjalani perawatan : ingin segera kumpul bersama
keluarga.
g. Tugas perkembangan menurut usia saat ini : menikah.
h. Sistem nilai kepercayaan
 nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan saat ini : tidak ada
 aktivitas agama kepercayaan yang dilakukan : tidak ada
4. Kondisi lingkungan rumah
Padat penduduk.
5. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit
a. Pola Nutrisi
 Frekwensi makan : 3x sehari
 Nafsu makan : baik
 Jenis makanan dirumah : nasi dan lauk pauk
 Makanan yang tidak disukai : tidak ada\
 Kebiasaan sebelum makan : berdoa.
b. Pola eliminasi
1. BAK
 Frekwensi : 7-8 x/hari
 Warna : kuning jernih
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
2. BAB
 Frekwensi : 2-3 x/hari
 Warna : kecoklatan
 Bau : khas
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : tidak ada
 Pencahar : tidak ada.
c. Pola Personal Hygiene
1. Mandi
 frekwensi : 2x sehari
 waktu : pagi dan sore
 sabun : Ya
2. Oral Hygiene :
 frekwensi : 2x sehari
 waktu : pagi dan sore
 pasta gigi : Ya
3. Cuci Rambut
 Frekwensi : 1x sehari
 Waktu : sore hari
 Shampo : Ya
4. Pola istirahat dan tidur
 Lamanya tidur : 7-8 jam/hari
 Tidur siang : Ya
5. Pola Aktivitas dan Latihan
 kegiatan dalam pekerjaan : tidak ada
 waktu bekerja : pagi
 olahraga : tidak
 jenisnya : tidak ada
 frekwensi : tidak ada
 Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh
6. Pola kebiasaan yang memepengaruhi kesehatan
a. Merokok : Ya
 Frekwensi : 5 x sehari
 Jumlah : 1 bungkus 2 hari
 Lama pemakaian : sudah lama
b. Minuman Keras : tidak
 frekwensi : tidak ada
 jumlah : tidak ada
 lama pemakaian : tidak ada

7. Pola kebiasaan dirumah sakit


a. Pola nutrisi
 Frekwensi : 3x sehari
 Berat badan : 54 kg
 Tinggi badan : 153cm
b. Pola personal hygiene
1. Mandi
 Frekwensi : 1x sehari (dilap saja)
 Waktu : pagi
 Sabun : tidak
2. Oral hygiene :
 Frekwensi : tidak ada
 Waktu : tidak ada
 Pasta gigi : tidak ada
c. Pola istirahat dan Tidur
1. Lamanya tidur : 8-10 jam perhari
2. Tidur siang : Ya
3. Pola aktivitas dan latihan
Keluhan dalam beraktivitas : pergerakan tubuh

C. PENGKAJIAN FISIK
1. KEPALA
a. Bentuk : simetris
b. Keluhan : tidak ada

2. MATA
a. Posisi mata : simetris
b. Kelopak mata : normal
c. Pergerakan bola mata : normal
d. Konjungtiva : normal
e. Kornea : normal
f. Sklera : normal
g. Pupil : isokor
h. Otot-otot mata : normal
i. Fungsi penglihatan : baik
j. Tanda-tanda radang : tidak ada
k. Pemakaian kaca mata : tidak ada
l. Pemakaian lensa kotak : tidak ada

3. Hidung
a. Reaksi alergi : tidak ada
b. Cara mengatasi : tidak ada
c. Pernah mengalami flu : pernah
d. Ada sinus : tidak ada

4. Telinga
a. Daun telinga : normal
b. Karakteristik serumen : tidak ada
c. Kondisi telinga : normal
d. Cairan dalam telinga : tidak ada
e. Perasaan penuh di telinga : tidak ada
f. Tinitus : tidak ada
g. Fungsi pendengaran : normal
h. Bantu pendengaran : tidak ada
5. Mulut dan tenggorokan
a. Keadaan mulut
1. Gigi : caries
2. Penggunaan gigi palsu ; tidak ada
3. Stomatitis : tidak ada
4. Lidah kotor : Ya
5. Salifa : tidak
b. Gangguan berbicara : tidak ada
c. Kesulitan menelan : tidak ada
d. Pemeriksaan gigi terakhir : tidak ada

6. Pernafasan.
a. Jalan nafas : bersih
b. Pernafasan : tidak sesak
c. Menggunakan alat bantu nafas : tidak
d. Frekwensi : tidak ada
e. Irama : teratur
f. Kedalaman dalam
g. Batuk : tidak
h. Sputum : tidak ada
i. Konsistensi : tidak ada
j. Terdapat darah : tidak ada
k. Suara nafas : normal

7. Sirkulasi
a. Sirkulasi perifer
1. Nadi : 90x/menit, Irama : teratur, Denyut : kuat
2. Tekanan Darah :140/90 mmHg
3. Temperatur kulit : dingin
4. Warna kulit : pucat
5. Pengisian kapiler : 2/detik

b. Sirkulasi jantung
1. Kecepatan denyut apical : 81 kali/menit
2. Irama : teratur
3. Sakit dada : tidak ada

8. Sistem Hematologi
a. Hb : 13 Gr/dl
b. Ht : 23,1 vol%
c. Leukosit : tidak ada
d. Hematokrit : 23,1%
e. Trombosit : 249 Ribu/ul
f. Mengeluh kesakitan : tidak ada
9. Neurologis
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. Orientasi :
1. Waktu : Klien mengenal waktu.
2. Tempat : Klien mengenal tempat.
3. Orang : Kien mengenal orang
c. Nilai GCS : E = 4. V=5, M=6
d. Riwayat kejang : tidak ada
e. Kekuatan menggenggam : kuat
f. Pergerakan ekstremitas : aktif

10. Abdomen dan Nutrisi


a. Muntah : tidak ada
b. Mual : tidak ada
c. Nafsu makan : baik
d. Nyeri daerah perut : Ya.
e. Rasa penuh di perut : Ya.
f. Karakteristik nyeri : kiri bawah.
g. Hepar : tidak teraba
h. Abdomen : baik
i. Bising usus : 10x/menit

11. Eliminasi
a. BAB
1. Frekwensi : 1x sehari
2. Diare : tidak ada
3. Warna feces : coklat
4. Konsistensi feces : setengah padat
5. Konstipasi : tidak ada.

b. BAK
1. Pola rutin : 6X/hari (terkontrol)
2. Jumlah/24 jam : 400 ml
3. Warna : kuning pekat
4. Distensi : tidak ada

12. Kulit
a. Turgor kulit : elastis/baik
b. Warna kulit : normal.
c. Keadaan kulit : baik
d. Keadaan rambut
1. Tekstur : baik
2. Kebersihan : Ya
13. Muskuloskeletal
a. Kesulitan dalam pergerakan : Ya
b. Sakit pada tulang, sendi, kulit : tidak
c. Fraktur : tidak ada
d. Kelainan bentuk tulang sendi : normal

14. Sistem kelemahan tubuh


a. Suhu tubuh : 36,5 derajat Celcius
b. BB sebelum sakit : 54 kg
c. BB setelah sakit : 54 kg
d. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada

15. Penatalaksanaan

No. Nama Obat Dosis Untuk Jam pemberian Cara


diagnosa pemberian

1. Ketorolac 2x30mg Rasa nyaman: 11.00 wib dan 23.00 wib Injeksi IV
nyeri

2. Batugin 2x30mg Eliminasi 11.00 wib dan 23.00 wib Injeksi IV


urine

3. Rl 20 tpm 14.00 Infusan

4. Natrium 2x30mg Eliminasi 11.00 dan 23.00 wib Injeksi IV


Bikarbonat Urine

5. Tamsulosin 1x0,4mg Eliminasi 08.00 wib Obat Oral


urine

6. Aspirin 3x500mg Rasa nyaman 08.00, 13.00, 17.00 wib Obat Oral
nyeri
RESUME
Tn. B berumur 44th datang ke IGD RSUD. Koja diantar oleh keluarganya pada tanggal 15
Juni 2016 pada pukul 11.05 wib dengan keluhan utama klien mengeluh nyeri pinggang kiri
hilang timbul. Selanjutnya klien di periksa oleh tenaga medis dan dilakukan tindakan
memasang infus ke pasien.Klien dinyatakan terdiagnosa penyakit batu ginjal. Kemudian klien
dipindahkan ke ruang perawatan lantai 8 Blok D pada pukul 13.05 wib. Pada tanggal 15 Juni
2016 saat dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri
dan rasanya sampai penis. Klien mengatakan nyerinya sejak 5 hari yang lalu. Klien
mengatakan kurang minum. Klien mengatakan sakit saat buang air kecil.
 TTV klien TD :140/90mmHg.
 Suhu : 36,5 oC,
 RR : 22x/menit.
 Nadi : 90x/menit.

Setelah dilakukan pengkajian, klien ditemukan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri, gangguan elimininasi urine dan gangguan personal hygiene. Klien terpasang
infus RL 500ml 20 t/m.

DATA FOKUS
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

No Data Subyektif Data Obyektif

1 1. Klien mengatakan nyeri pada daerah 1. Klien tampak memegangi perutnya


perut
2. Klien mengatakan nyerinya sudah 2. Skala nyeri klien 3 jika di ukur

sejak 5 hari yang lalu. dengan skala nyeri.

3. Klien mengatakan nyerinya dari 3. Klien tampak meringis kesakitan.

pinggang sebelah kiri menjalar sampai


daerah penis.
4. Klien mengatakan nyerinya seperti
4. Klien tampak lemas.
dililit
5. Klien mengatakan lemas. 5. Klien tampak minum sedikit.

6. Klien mengatakan minumnya hanya 6. Klien tampak sakit saat miksi.


sedikit.
7. Urine klien tampak berwarna kuning
7. Klie mengatakan kurang minum.. dan jernih
8. Klien tampak belum mandi selama
8. Klien mengatakan sakit saat buang air
dirawat.
kecil.

9. Klien tampak lesuh.


9. Klien mengatakan urinnya berwana
kuning pekat.
10. Badan klien teraba lengket.
10. Klien mengatakan selama dirawat
11
belum mandi. (hanya dilap) Klien terpasang infus RL 20t/m 500ml.

11. Klien mengatakan badannya gatal. 12. TTV Klien :

TD : 140/90 mmHg.
12. Klien mengatakan badannya lesuh.
Nadi : 90x/menit.
13. Klien mengatakan tidak pernah sikat
gigi selama dirawat dirumah sakit. RR : 22x/menit.

Suhu : 36,5 derajat celcius.


14. Klien mengatakan tidak cuci rambut
selama dirawat. Klien terlihat terpasang infus RL 20t/m
500ml.

Klien tampak giginya terlihat tidak


segar.

15. Balance Cairan

Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc
Output :

Urine : 400 cc

BAB : 50 cc

Keringat :50 cc

IWL : 810 cc +

1310 cc

Balance Cairan = Intake – Output

= 1500cc-1310cc= 190
cc
ANALISA DATA
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

No Tanggal Data Masalah Etiologi

1. 15 Juni DS : Gangguan rasa b.d inflamasi


2016 nyaman dan sekunder
1. Klien mengatakan nyeri pada daerah nyeri terhadap iritasi
perut batu
2. Klien mengatakan nyerinya sudah sejak
5 hari yang lalu.
3. Kien mengatakan
nyerinya dari pinggang
sebelah kiri menjalar sampai daerah
penis.
4. Klien mengatakan nyerinya seperti
dililit.

DO :

1. Klien tampak memegangi perutnya


2. Skala nyeri klien 3 jika di ukur dengan
skala nyeri
3. Klien tampak meringis kesakitan
4. Klien tampak lemas.

2. TTV Klien :

TD : 140/90mmHg.

Nadi : 90x/menit.

RR : 22x/menit.

Suhu : 36,5◦ᴄ.
2. 15 Juni DS :
2016
1. Klien mengatakan lemas

2. Klien mengatakan minumnya hanya b.d sumbatan


sedikit. di daerah
Perubahan uretral.
3. Klien mengatakan kurang minum.
Eliminasi
Urine
4. Klien mengatakan sakit saat buang air
kecil.

5. Klien mengatakan
urinnya berwana kuning pekat

DO :

1. Klien tampak lemas.

2. Klien tampak minum sedikit.

3. klien tampak sakit saat buang air


kecil.

4. Urine klien tampak berwarna kuning


pekat.

5. Klien tampak lemas

6. Balance Cairan

Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc
Output :

Urine : 400 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +

1310 cc

IWL : (15XBB)

24 jam

= (15x54kg)

24 jam

= 33,75 cc/24 jam

Jadi, kalau dalam 24 jam

= 33,75 x 24

= 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output

=1500cc-1310cc

= 190 cc
ANALISA DATA
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

No. Tanggal Data Masalah Etiologi

3. 15 Juni DS : Personal Keterbatasan


2016 Hygiene Fisik
1. Klien mengatakan selama dirawat belum
mandi (hanya dilap)

2. Klien mengatakan badannya gatal.

3. Klien mengatakan badannya lesuh.

4. Klien mengatakan tidak mencuci rambut


selama dirawat

DO:

1. Klien tampak belum mandi selama dirawat

2. Klien tampak lesuh

3. Badan klien teraba lengket.

4. Klien tampak tidak menggosok gigi selam


a dirawat di rumah sakit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal.

No. Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Ditemukan Teratasi
Dx

1. Gangguan rasa nyaman nyeri 15 juni 2016 _


b.d inflamasi sekunder
terhadap iritasi batu

2. Perubahan eliminasi urine b.d 15 Juni 2016 _


sumbatan di daerah uretral

Personal Hygiene : (Mandi dan


3. 15 Juni 2016 17 Juni 2016
oral hygiene) b.d keterbatasan
fisik

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

N Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional


o Kriteria Hasil

D
x

1. 15 Juni DS : Setelah Mandiri : 1. Untuk


2016. dilakukan mengetah
1. Klien mengatakan ny tindakan 1.Obs TTV ui TTV
eri pada daerah perut keperawatan klien. klien.
2. Klien mengatakan ny kepada Tn. B
erinya sudah sejak 5 selama 3x24 2. Kaji skala 2. Untuk
hari yang lalu. jam masalah nyeri klien. mengetahui
Nyeri b.d
3. Kien mengatakan peningkatan 3.Jelaskan Skala nyeri
nyerinya dari frekuensi/doro penyebab nyeri klien
pinggang sebelah kiri ngan kontraksi klien.
menjalar ureteral teratas berkurang
sampai daerah penis. i: 4. Berikan posi atau tidak
si yang
4. Klien mengatakan ny 1. Klien dapat nyaman. 3. Membantu
erinya seperti dililit. menunjukkan klien agar
rasa Kolaborasi : mengetahui
nyeri berkuran penyebab
1.Berikan obat i nyeritersebut.
g/
njeksi
hilang setelah
Ketorolac
30 4. Membantu
dilakukan asu
mg klien agar
han
mendapatkn
keperawatan.
2. Berikan obat posisi yang
Aspirin 500 mg nyaman.
2. Klien tampa
DO : k rileks.

Klien tampak memegangi 3.Skala nyeri


perutnya klien berkuran
g
Skala nyeri klien 3
jika di ukur dengan skala 4. Klien dapat
nyeri. dan istirahat

Klien tampak meringis


kesakitan.

Klien tampak lemas.

TTV Klien :

TD : 140/90mmHg.

Nadi :
90x/menit.

RR: 22x/menit
Suhu:36,5◦ᴄ.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : BatuGinjal

N Tangg Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


o al Hasil

D
x

2. Kamis, DS : Setelah dilakukan Mandiri : 1. untuk


tindakan mengetah
16 Jun 1. Klien mengatakan lemas. keperawatan 1. Obs ui
i 2016 kepada Tn. B pemasuka pemasuk
2. Klien mengatakan dan
selama an dan
minumnya hanya sedikit. pengeluara pengeluar
3x24 jam masalah
Perubahan n an
3. Klien mengatakan kurang karakteristi karakteris
eliminasi urine b.d
minum. k urin.
stimulasi kandung tik urine
kemih oleh batu klien
4. Klien mengatakan sakit saat 2. Tentuka
buang air kecil dapatteratasi n 2. Agar
pola berke mengetah
5. Klien mengatakan urinnya b 1. Menunjukkan mih normal ui pola
erwana kuning pekat pola pasien. berkemih
eliminasi urine normal
kembali normal. 3. Obs pasien
peningkata
2. Aliran urine n 3. Untuk
lancar. pemasukan mengetah
cairan : 3 – ui
3.Klien berkemih 4 liter/hari. peningkat
dengan jumlah an
normal dansepertibi 4. Obs sem pemasuk
asanya. ua an cairan
urin, catat pada
DO : adanya klien.
keluaran
1. Klien tampak lemas.
batu. 4. untuk
2. Klien tampak minum mengetah
5) ui semua
sedikit.
urine dan
3. Klien tampak sakit saat adanya
buang air kecil Kolaborasi pengeluar
: an batu
4. Urine klien atau tidak
tampak berwarna kuning 1. Berikan .
pekat injeksi
Batugin 30
mg

2. Berikan
injeksi
Natrium
Bikarbonat
30 mg

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

N Tang Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


o gal Keperawatan

D
x

3. Jum` DS : Setelah dilakukan tindakan1. 1.Bantu klie1. Agar badan


at, keperawatan kepada Tn. B n Klien bersih
1. Klien mengatakan selama 3x24 jam masalah membersihk
17 Ju selama dirawat gangguan personal hygiene an diri. 2. Untuk
ni belum mandi. berhubungan denganketerba2. Menentuka
2016 tasan fisik 2. n bantuan
2. Klien mengatakan Kaji Kema yang akan
badannya gatal. Dapat teratasi : mpuan klien dilakukan
3. Klien mengataka oleh
1. Badan klie terlihat segar Dalam perawat
n badannya lesuh.
melakukan
4. Klien 2. Klien tidak lesu lagi. perawatan Agar klien
mengatakan tidak diri. Beritahu tahu pentin
mencuci rambut 3. Badan klien tidaklengket Klien tentang g nya
selama di rawat lagi. penkes kebersihan
kebersihan diri bagi
diri.
DO: tubuh.

1. Klien tampak
belum
mandi selama
dirawat.

2. Klien tampak
lesuh.

3. Badan klien teraba


lengket.

4. Klien tampak tidak


menggosok gigi
selama di rawat

IMPLEMENTASI
NamaKlien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
DiagnosaMedis : Batu Ginjal.

No. Hari/Tanggal Implementasi Paraf


Dx

1. Rabu, Mandiri :
15 Juni 2016
1. Mengobservasi TTV klien.
10.00 wib
R:

TD : 140/90 mmHg.

Nadi : 90x/menit.

RR : 22x/menit.

Suhu : 36,5 derajat celcius.

1. Mengkaji skala nyeri klien.

R: Nyeri klien masih 3 jika diukur dengan skala nyeri.


2. Memberikan posisi yang nyaman

R : klien tampak nyaman dengan posisinya.


11.00 wib

Kolaborasi :
13.00 wib
1. Memberikan obat injeksi Ketorolac 30 mg

Kamis,
2. Memberikan obat Aspirin 500 mg
16 Juni 2016

10.00 wib Mandiri :

1. Mengobservasi TTV klien.

R:

TD : 140/90 mmHg.

Nadi : 92x/menit.

RR : 22x/menit.

Suhu : 36 derajatcelcius.

2. Mengkaji skala nyeri klien.

R: Nyeri klien di skala 2 jika di ukur dengan skala


nyeri.

3. Berikan posisi yang nyaman

11.00 wib R : klien tampak mau diberikan posisi yang nyaman.

Kolaborasi :
13.00 wib
1. Memberikan obat injeksi Ketorolac 30mg

R : Klien sudah diberikan obat.


1. Memberikan obat Aspirin 500mg

R : Klien sudah diberikan obat.

Jum`at,
Mandiri :
17 Juni 2016
1. Mengobservasi TTV klien.
10.0 Wib
R:

TD : 130/80 mmHg.

Nadi : 90x/menit.

RR : 22x/menit.

Suhu : 36,5 derajatcelcius.

2. Mengkaji skala nyeri klien.

R : Nyeri klien di skala 1 jika di ukur dengan


skala nyeri.

3. Memberikan posisi yang nyaman

R : klien tampak mau diberikan posisi yang nyaman.

11.00 wib Kolaborasi :

1. Memberikan obat injeksi Ketorolac 30mg

R : Klien tampak sudah diberikan obat


13.00 wib

1. Memberikan obat Aspirin 500mg

R : Klien tampak sudah di berikan obat


IMPLEMENTASI
Nama Klien/Umur :Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :Batu Ginjal

NoDx Hari/Tanggal Implementasi Paraf

2. Rabu, Mandiri :

15 Juni 2016 1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik


urin.
10.00 wib
R : klien tampak mau di observasi urinenya.

2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4


liter/hari.

R: Klien tampak mau untuk peningkatan cairan perhari


3-4 liter.

3. Menghitung balance cairan

Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 400 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +

1310 cc
IWL : (15XBB)

24 jam

= (15x54kg)

24 jam

= 33,75 cc/24 jam

Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24

= 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output

=1500cc-1310cc

= 190 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.

R :klien tampak mau dilihat urinnya, dan belum ada batu


yang keluar.
11.00 wib

Kolaborasi :

1. Memberikan injeksi Batugin 30mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

2. Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.


Kamis, Mandiri :

16 Juni 2016 1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik


urin.
10.00 wib
R :klien tampak mau di observasi urinenya.

2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4


liter/hari.

R : klien tampak masih tidak mau untuk peningkatan

Cairan perhari 3-4 liter.

3. Menghitung balance cairan.

R : Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 450 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +

1360 cc
IWL : (15XBB)

24 jam

= (15x54kg)

24 jam

= 33,75 cc/24 jam

Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24

= 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output

=1500cc-1360cc

= 140 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.


11.00 wib
R : klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu
yang keluar.

Kolaborasi :

1. Memberikan injeksi Batugin 30mg

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

2. Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30mg

R : Klien tampak sudah diberikan obat.


Jum`at, Mandiri :

17 Juni 2016 1. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik


urin.
10.00 wib
R : klien tampak mau di observasi urinenya.

2. Mengobservasi peningkatan pemasukan cairan : 3 – 4


liter/hari.

R : klientampakmauuntukpeningkatancairanperhari 3-4 liter.

3. Menghitung balance cairan

R :Intake :

Infus : 500 cc

Minum : 600 cc

Makan : 400 cc +

1500 cc

Output :

Urine : 440 cc

BAB : 50 cc

Keringat : 50 cc

IWL : 810 cc +

1350 cc

IWL : (15XBB)

24 jam

= (15x54kg)

24 jam
= 33,75 cc/24 jam

Jadi, kalau dalam 24 jam = 33,75 x 24 = 810cc/24jam

Balance Cairan = Intake –Output

=1500cc-1350cc

= 150 cc

4. Mengobservasi semua urin, catat adanya keluaran batu.

R : klien tampak mau dilihat urinnya dan belum ada batu


yang keluar.
11.00 wib
Kolaborasi :

1. Memberikan injeksi Batugin 30 mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

2. Memberikan injeksi Natrium Bikarbonat 30 mg.

R : Klien tampak sudah diberikan obat.

IMPLEMENTASI
Nama Klien/UmuR : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal.

No Hari/Tanggal Implementasi Paraf


Dx.

3. Rabu, Mandiri :

15 Juni 2016 1. Membantu klien membersihkan diri.

10.00 wib R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.


3. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan

diri.

R : klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan

diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.

R : klien tampak mau mendengarkan saat diberitahu tentang


penkes kebersihan diri.

Kamis,
Mandiri :
16 Juni 2016
1. Membantu klien membersihkan diri.
10.00 wib
R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.

2. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan

diri.

R : klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.

R: klien tampak mau mendengarkan saat diberitahu


tentang penkes kebersihan diri.

Jum`at, Mandiri :

17 Juni 2016 1. Membantu klien membersihkan diri.

10.00 wib R : klien tampak mau dibantu saat dibersihkan badannya.


2. Mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan
diri.

R : klien tampak mau dikaji dalam melakukan perawatan diri.

3. Memberitahu klien tentang penkes kebersihan diri.

R : klien tampak mau mendengarkan saat diberitahu tentang


penkes kebersihan diri.

EVALUASI
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis :BatuGinjal

No Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


Dx

1. Rabu, S : - Klien mengatakan nyeri pada daerah perut


15 Juni 2016
-Klien mengatakan nyerinya sudah sejak 5 hari yang lalu.

- Klien mengatakan nyerinya seperti dililit.

O : - Klien tampak memegangi perutnya

- Skala nyeri klien 3 jika di ukur dengan skala nyeri.

- Klien tampak meringis kesakitan.

- Klien tampak lemas.

A :Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : LanjutkanIntervensi
Kamis, S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
16 Juni 2016
- Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri

menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.

- klien tampak memegangi perutnya.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P :Lanjutkan Intervensi.

Jum`at, 17
S : - Klien mengatakan nyerinya masih terasa.
Juni 2016
- Klien mengatakan nyeri pada daerah perut sebelah kiri
1
menjalar sampai penis.

O : - klien tampak meringis kesakitan.

- klien tampak memegangi perutnya.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P :Lanjutkan Intervensi.
EVALUASI
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

NoDx Hari/Tanggal Evaluasi Paraf

2. Rabu, S : - Klien mengatakan lemas.


15 Juni 2016
- Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.

- Klien mengatakan sakit saat buang air kecil

- Klien mengatakan urinnya berwana kuning pekat.

O : - Klien tampak lemas.

- Klien tampak minum sedikit.

- Klien tampak kesakitan saat miksi.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

Kamis, S : - Klien mengatakan sakit saat miksi.


16 Juni 2016
- Klien mengatakan urinnya berwana kuning dan jernih.

O : - Klien tampak kesakitan saat miksi.

- Urine klien tampak berwarna kuning dan jernih.


A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

S : - Klien mengatakan lemas.


Jum`at,
- Klien mengatakan minumnya hanya sedikit.
17 Juni 2016
- Klien mengatakan sakit saat miksi.

O : - Klien tampak lemas.

- Klien tampak minum sedikit.

- Klien tampak kesakitan saat miksi.

A : Tujuan tercapai, masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi.

EVALUASI
Nama Klien/Umur : Tn.B/44th
No. Kamar/Ruang : 805/Tenggiri
Diagnosa Medis : Batu Ginjal

NoDx Hari/Tanggal Evaluasi Paraf

3. Rabu, S : - Klien mengatakan selama dirawat belum mandi.


15 Juni 2016
- Klien mengatakan badannya gatal.

- Klien mengatakan badannya lesuh.

- Klien mengatakan tidak cuci rambut selama di rawat


O : - Klien tampak belum mandi selama dirawat.

- Klien tampak lesuh.

- Badan klien teraba lengket.

A :Tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : pertahankan Intervensi.

Kamis, S : - Klien mengatakan selama dirawat belum mandi.


16 Juni 2016
- Klien mengatakan badannya gatal.

- Klien mengatakan badannya lesuh.

O : - Klien tampak belum mandi selama dirawat.

- Klien tampak lesuh.

- Badan klien teraba lengket.

A :Tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : Pertahankan Intervensi
Jum`at, S : - Klien mengatakan selama dirawat belum mandi.
17 Juni 2016 - Klien mengatakan badannya gatal.

- Klien mengatakan badannya lesuh.


O : - Klien tampak belum mandi selama dirawat.

- Klien tampak lesuh.

- Badan klien teraba lengket.

A :Tujuan tercapai, masalah teratasi.

P : Pertahankan Intervensi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas bab demi bab (Bab I sampai V) secara keseluruhan mengenai
asuhan keperawatan pada Tn.B dengan Gangguan Eliminasi Urine yaitu Batu Ginjal dari segi
tinjauan teoritas maupun kasus, maka Bab V penulis dapat menarik kesimpulan dan saran
sebagai berikut:
Pada tahap pengkajian eliminasi urine merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. Dimana sistem tubuh yang berperan dalam
terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, kandung kemih, dan uretra. Mekanisme
berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, mel
alui medulla spinalis dihantarkan kepusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks sereb
ral, kemudian otak memberikan impuls rangsangan melalui medulla spinalis keneuromotoris
di daerah sacral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasiotot sfingter internal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu : diet dan asupan, respon keinginan
awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan,
kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pembedahan, dan
pengobatan.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk klien dan keluarga
Meningkatkan pada klien dan keluarga agar memperbanyak minum air putih
2. Untuk perawat
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan
yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan keadaan klien guna mendapatkan gambaran
yang menyeluruh tentang perkembangan kondisi klien serta tindakan yang telah dilakukan
terhadap klien dan menindaklanjuti masalah yang belum teratasi
3. Mahasiswa diharuskan untuk lebih memahami teori tentang Asuhan keperawatn pada klien
dengan gangguan eliminasi urine sehingga mampu melaksanakan Asuhan keperawatan pada
klien gangguan eliminasi urine
DAFTAR PUSTAKA

AlimulHidayat, A. Aziz. 2006. PengantarKebutuhanDasarManusia. Aplikasidan Proses


Keperawatan.Jakarta :SalembaMedika

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC

TarwotoWartonah, 2011. KebutuhanDasarManusiadan Proses Keperawatan.Edisi 5.Jakarta


:SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai