Anda di halaman 1dari 35

Oksigenasi

Oleh :
Maria Goretik, SST, M.Kes
 
KEBUTUHAN OKSIGENASI
Oksigen (O2) adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh.
Diperoleh dengan cara menghirup
oksigen setiap kali bernapas..
Konsep dasar
Proses respirasi adalah proses keluar
masuknya udara ke paru-paru dan terjadi
pertukaran gas.
Oksigenasi
 Pemenuhan
kebutuhan oksigen
(O2) di dalam
tubuh.
 Sistem
pernapasan
berperan dalam
pemenuhan
kebutuhan
oksigenasi
Proses Respirasi/Oksigenasi
1. Ventilasi
Keluar masuknya oksigen dr atmosfer ke dalam
alveoli (inspirasi dan ekspirasi)
Faktor2 yg mempengaruhi Ventilasi paru;
a . Oksigen atmosfer yg adekuat

b . Jalan napas yang bersih

c . Pengembangan paru yang adekuat

d . Regulasi pernapasan
2. Difusi gas-gas (oksigen-karbondioksida)

Pertukaran antara oksigen di alveoli dengan


kapiler paru dan karbondioksida (CO2) di
kapiler dengan alveoli
Dipengaruhi oleh;
a . Luasnya permukaan paru

b . Tebal membran respirasi

c . Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen

d . Afinitas gas (menembus dan mengikat Hb)


3. Transportasi Gas

Proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan


tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
Pd proses tranportasi O2 akan berikat dengan
Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan
larut dlm plasma (3%).
Transportasi gas dipengaruhi oleh;
a . Curah jantung (cardiac output)

b . Jumlah sel darah merah (Hb)

c . Latihan (exercise)

d . Hematokrit darah
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan
oksigen:
1 . Faktor fisiologi

2 . Faktor perkembangan

3 . Faktor perilaku

4 . Faktor lingkungan
Gangguan oksigenasi:
Hiperventilasi
Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
 Kecemasan

 Infeksi / sepsis

 Keracunan obat-obatan

 Ketidakseimbangan asam basa seperti pada


asidosis metabolic
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah
takikardi, napas pendek, nyeri dada,
menurunnya konsentrasi, disorientasi,
tinnitus(telinga berdengung).
Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar
tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan oksigen tubuh atau untuk
mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan
hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi,
kardiakdisritmia, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang
Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan oksigen seluler
akibat dari defisiensi oksigen yang diinspirasi
atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh :
 Menurunnya hemoglobin

 Berkurangnya konsentrasi oksigen jika berada

di puncak gunung.
 Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam

darah seperti pada pneumonia.


 Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.

 Kerusakan / gangguan ventilasi.

Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan,


Obstruksi jalan napas

Kondisi pernapasan yg tdk normal akibat


ketidakmampuan batuk secara efektif,
disebabkan oleh sekresi yg kental/berlebihan
akibat penyakit infeksi, imobilisasi, efek
pengobatan sedatif dll.
Tanda klinis;
 Batuk tidak efektif

 Tidak mampu mengeluarka sekresi di jalan

napas
 Suara napas menunjukkan adanya sumbatan

 Jumlah, irama dan kedalaman tdk normal


Perubahan Pola Pernapasan
1. Tachypnea (>24 x/mnt)
2. Bradypnea (<10 x/mnt)
3. Hiperventilasi
4. Kusmaul (cepat, dangkal : aisdosis)
5. Hipoventilasi
6. Dispnea (sesak & berat saat bernapas)
7. Orthopnea (kesulitan bernapas kecuali posisi
duduk)
8. Cheyne stokes (siklus pernapasan mula-mula
naik, turun, berhenti dan mulai siklus baru)
9. Pernapasan paradoksial (pergerakan dinding
Pemeriksaan diagnostik
1. Analisa Gas Darah (AGD)
 Analisa gas darah (AGD) merupakan pemeriksaan
laboratorium yang sangat penting untuk
mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan
tingkat asam basa (pH) di dalam darah.
 Hal ini bertujuan untuk mengetahui status
oksigenasi pasien, status keseimbangan asam
basa, fungsi paru dan status metabolisme pasien.
 Analisa gas darah meliputi pemeriksaan
PO2(tekanan parsial oksigen), PCO3 (75-
100mmHg), PH (7,38-7,42)), HCO3 (bikarbonat 22-
28miliekuivalen/liter), dan saturasi O2(94-100%).
 Lab Darah
Hb (laki-laki: 14-18 gr%, wanita 12-14gr%)
Ht (persentasi darah/100ml laki-laki : 40-50%,
wanita: 37-47%)
Leukosit (5000-11000mm3)
 Mantoux test

Tes Mantoux atau tuberculin skin test


(TST) adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui adanya paparan kuman
TB pada tubuh.
Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah
zat kecil cairan yang disebut dengan PPD
tuberculin, ke kulit lengan. Pasca penyuntikan,
biasanya akan terbentuk benjolan kecil di
 Pemeriksaan Sputum

Tujuan pemeriksaan mikroskopis sputum adalah


:
Menegakkan diagnosis TB
Menentukan potensi penularan
Masalah keperawatan yg
berkaitan dg Respirasi
1. Jalan napas tidak efektif
Keadaan dmn seseorang tdk dpt membersihkan
sekresi atau obstruksi dr saluran pernapasan
untuk mempertahankan kepatenan jalan
napas
Ditandai dg:
 Suara napas abnormal (wheezing)

 Perubahan laju dan kedalaman pernapasan

 Takipnea

 Dyspnea

 Cyanosis
Pola napas tidak efektif
Karakteristik;
 Perubahan kedalaman pernapasan

 Dyspnea, napas pendek

 Penggunaan otot-otot tambahan

 Takipnea

 Cyanosis

 Gas darah arteri tdk normal


Gangguan pertukaran Gas
Keadaan dimana individu mengalami suatu
penurunan aliran oksigen atau karbondioksida
antara alveoli paru
Karakteristik;
 Gelisah

 Hipoksia

 Tidak mampu mengeluarkan sputum

 Somnolence

 Confusion (cemas)

 Hiperkalemia
Rencana keperawatan
1. Mempertahankan jalan napas efektif
 Awasi perubahan status jalan napas
 Berikan humidifier
 Lakukan tindakan pembersihan jalan napas
fibrasi, clapping atau postural drainase
 Ajarkan batuk efektif & cara menghindari
alergen
 Pertahankan jalan napas tetap terbuka
2. Mempertahankan pola pernapasan kembali
efektif
 Awasiperubahan pola pernapasan

 Atur posisi sesuai dengan kebutuhan

(semifowler)
 Berikan oksigenasi

 Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi

3. Mempertahankan pertukaran Gas


 Awasi perubahan status pernapasan

 Atur posisi

 Berikan oksigenasi

Lakukan suction bila memungkinkan


Terapi Oksigen

Salah satu dari terapi pernafasan dalam


mempertahankan oksigenasi jaringan yang
adekuat adalah terapi oksigen (O2).
Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk
keperawatan terhadap adanya gangguan
pemenuhan oksigen pada klien.
Syarat-syarat Pemberian Oksigen Meliputi :

1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara


inspirasi,
2. Tahanan jalan nafas yang rendah,
3. Tidak terjadi penumpukan CO2,
4. Efisien,
5. Nyaman untuk pasien.
Dalam pemberian terapi oksigen perlu diperhatikan
“Humidification”. Hal ini penting diperhatikan
oleh karena udara yang normal dihirup telah
mengalami humidfikasi sedangkan oksigen yang
diperoleh dari sumber oksigen (tabung O2)
Indikasi Pemberian Oksigen

Indikasi utama pemberian oksigen


adalah :
1. Klien dengan peningkatan kerja nafas,
dimana tubuh berespon terhadap
keadaan hipoksemia melalui
peningkatan laju dan dalamnya
pernafasan serta adanya kerja otot-
otot tambahan pernafasan,
2. Klien dengan peningkatan kerja
Metode Pemberian Oksigen

Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :


1. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk
menambah konsentrasi udara
ruangan,. Ditujukan untuk klien yang
memerlukan oksigen, namun masih
mampu bernafas dengan pola
pernafasan normal, misalnya klien
dengan kecepatan pernafasan 16 –
Contoh sistem aliran rendah adalah
:
1. Kateter nasal
2. Kanul nasal
3. Sungkup muka sederhana,
4. Sungkup muka dengan kantong
rebreathing,
5. Sungkup muka dengan kantong
non rebreathing.
1. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat
memberikan oksigen secara kontinyu dengan
aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% -
44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak,
makan dan berbicara, murah dan nyaman serta
dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen
yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter
nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat
terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat
memberikan oksigen kontinyu dengan aliran
1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen
sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal
dan laju pernafasan teratur, pemasangannya
mudah dibandingkan kateter nasal, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen
lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila
Kateter nasal dan Kanul Nasal
d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
:
Suatu teknik pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan
aliran 8 – 12 liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup
muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi
rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong
oksigen bisa terlipat.
Masker Rebreathing dan Masker Non
Rebreathing
2. Sistem Aliran Tinggi
Teknik pemberian oksigen lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga
dengan tehnik ini dapat menambahkan
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup
muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang
dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup
yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur
suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif,
akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara
yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada
alat ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan
konsentrasi 30 – 55%.
Bahaya Pemberian Oksigen
1. Kebakaran
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat
memudahkan terjadinya kebakaran,
oleh karena itu klein dengan terapi
pemberian oksigen harus menghindari :
Merokok, membuka alat listrik dalam
area sumber oksigen, menghindari
penggunaan listrik tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor
dengan konsentrasi dan aliran yang
Terima Kasih…

Anda mungkin juga menyukai