Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : SAHIBUL IZAR

NIM : 19900043

RUANG : AL-BAYYAN II

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN
TONSILOFARINGITIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih

bersifat ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ

sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil

sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.

Tonsilofaringitis merupakan faringitis akut dan tonsilitis akut yang

ditemukan bersama – sama.

Tonsilitis adalah infeksi amandel pada kelenjar di kedua sisi belakang

tenggorokan. Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan, yang melindungi

dan membantu tubuh untuk melawan infeksi. Tonsilitis sangat umum dan

dapat terjadi pada semua usia. Hal ini paling umum pada anak-anak dan

dewasa muda.

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus

pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.


B. Etiologi

Penyebab tonsilofaringitis bermacam – macam, diantaranya adalah

yang tersebut dibawah ini yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

2. Streptokokus Viridans

3. Streptokokus Piogenes

4. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah

(droplet infections )

C. Patofisiologi

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas

bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian

menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen

pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga

tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga

dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya

eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya

sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
D. Pathway

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi

Tonsilofaringitis akut Hipertermi

Edema faring & tonsil Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba eustakii

Sulit makan & minum Kurangnya Infeksi sekunder


pendengaran

Resiko Otitis media


perubahanstatus
nutrisi < dari
kebutuhan tubuh

Gangguan persepsi sensori :


pendengaran

kelemahan

Intoleransi
aktifitas
E. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :

1. Nyeri tenggorok

2. Nyeri telan

3. Sulit menelan

4. Demam

5. Mual

6. Anoreksia

7. Kelenjar limfa leher membengkak

8. Faring hiperemis

9. Edema faring

10. Pembesaran tonsil

11. Tonsil hiperemia

12. Mulut berbau

13. Otalgia ( sakit di telinga )

14. Malaise

F. Komplikasi

Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani

dengan baik adalah :

1. Tonsilofaringitis kronis

2. Otitis media
G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat

diagnosa tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :

1. Leukosit : terjadi peningkatan

2. Hemoglobin : terjadi penurunan

3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:

a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama

10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk

suntikan.

b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:

1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .

2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih dalam kurun waktu 2 tahun.

3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih dalam kurun waktu 3 tahun.

4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis adalah :

a. Penatalaksanaan tonsillitis akut

1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan

eritromisin atau klidomisin.


2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,

kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat

simptomatik.

3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari

komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3 kali negatif

4) Pemberian antipiretik

b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik

1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau

terapi konservatif tidak berhasil.

Tonsilektomi dibagi menjadi :

a. Perawatan Prabedah

Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus

dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.

b. Teknik pembedahan

Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien

diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam

keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah

didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk

mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi


quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat

tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu

pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah

pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan

mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.

c. Perawatan paska-bedah

1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.

2) Memantau tanda-tanda perdarahan:

 Menelan berulang

 Muntah darah segar

 Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

3) Diet

a) Memberikan cairan bila muntah telah reda.

 Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar

(lebih nyaman dari adanya kepingan kecil)

 Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan

perdarahan)

b) Menawarkan makanan

 Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.

 Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat

dinikmati pada pagi hari setelah perdarahaan.


 Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau banyak

bumbu selama 1 minggu

c) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

 Menggunakan ice color (kompres es) bila mau

 Memberikan analgesik (hindari aspirin)

 Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

 Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.

d) Mengajari pasien mengenal hal berikut

 Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi

hidung segera selama 1-2 minggu

 Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang

tertelan.

 Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-

4 dan ke-8 setelah operasi.


II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan utnuk mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi,

1995).

1. Identitas Klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,

tanggal MRS, diagnosa medis dan nomor register.

2. Riwayat Keperawatan

a. Alasan dirawat

b. Keluhan Utama

sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll

c. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi

keluhan. Daerah yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien

pergi kerumah sakit serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien

dirumah sakit. Serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek

terapi dll
d. Riwayat kesehatan lalu

Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum mrs,

penyakit-penyakit yang sebelumnya perna diderita klien sehingga

klien dapat mrs.

 Riwayat kelahiran

 Riwayat imunisasi

 Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis

media)

 Riwayat hospitalisasi

e. Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik

penyakit yang sama dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes

meletus, hipertensi maupun penyakit menular seperti hepatitis, tb

paru.

3. Riwayat psikososial dan spiritual.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Pengkajian umum

 Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll

b. Pernafasan

 Kesulitan bernafas, batuk


 Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :

• T0 : bila sudah dioperasi

• T1 : ukuran yang normal ada

• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

• T3 : pembesaran mencapai garis tengah

• T4 : pembesaran melewati garis tengah

c. Nutrisi

 Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak

makan dan minum, turgor kurang

d. Aktifitas / istirahat

 Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise

e. Keamanan / kenyamanan

 Kecemasan anak terhadap hospitalisasi

5. Pemeriksaan Penunjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis,

inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.

3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan melalui rute normal (diare), abnormal (perdarahan).


4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses

inflamasi dan insisi pembedahan.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan

karena faktor biologi.

C. INTERVENSI

1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.

Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1x24 jam dengan kriteria hasil:

 C/axilaSuhu: 36-37

 Pernapasan 12-21x/mnt

 Tekanan darah 120-129/80-84mmHg

 Nadi 60-100x/mnt

Intervensi:

a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,

saturasi R/mengetahui keadaan klien

b. Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari

R/memenuhi kebutuhan cairan

c. Anjurkan untuk cukup istirahat

R/mempercepat pemulihan kondisi


d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis

R/ mengurangi rasa panas

e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

R/mencukupi kebutuhan pasien

f. Beri kompres hangat

R/vasodilatasi pembuluh darah

g. Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis,

waktu, cara, indikasi

R/mempercepat penyembuhan

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi

mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.

Tujuan : pasien dapat mempertahankan jalan nafas yang paten. Dengan

kriteria hasil:

 Pasien tidak mengeluh sesak, Pernapasan 12-21x/mnt,

Intervensi :

a. Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tetap.

R/untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan

perbaikan pertukaran gas.

b. Hisap sekresi jalan nafas sesuai kebutuhan.

R/pengisapan sekresi dapat melonggarkan jalan nafas.


c. Bantu anak dalam mengeluarkan sputum.

Beberapa anak belum bisa mengeluarkan sputum sendiri.

d. Beri ekspektoran sesuai dengan kebutuhan.

R/ekspektoran dapat membantu mengencerkan dahak.

3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan melalui rute normal (diare), abnormal (perdarahan).

Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:

 BB dalam batas normal

 Tekanan darah 120-129/80-84mmHg

 Nadi 60-100x/mnt

 C/axilaSuhu: 36-37

 Finger print <3 detik BAK 3-5x/hari Tidak ada perdarahan,

Intevensi:

a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,

saturasi R/mengetahui keadaan pasien

b. Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari

R/memenuhi kebutuhan cairan

c. Hitung balance cairan

R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan


d. Anjurkan untuk bed rest

R/mempercepat pemulihan kondisi

e. Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis,

waktu, cara, indikasi

R/mempercepat penyembuhan

f. Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi

R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses

inflamasi dan insisi pembedahan.

Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1x24jam dengan kriteria hasil:

 Pasien tidak mengeluh nyeri, Tekanan darah 120-129/80-

84mmHg, Nadi 60-100x/mnt,

Intervensi:

a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,

saturasi R/mengetahui kondisi pasien

b. Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?

R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan

c. Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam

R/mengurangi rasa nyeri


d. Beri posisi nyaman

R/untuk mengurangi rasa nyeri

e. Beri posisi semifowler

R/memenuhi kebutuhan oksigen.

f. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

R/memenuhi kebutuhan pasien

g. Anjurkan untuk cukup istirahat

R/mempercepat proses penyembuhan

h. Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu,

cara, indikasi

R/mengurangi rasa nyeri

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna,

mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.

Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria

hasil:

 Pasien tidak mengeluh lemas, Makan habis 1 porsi, Pasien tidak

mual, Pasien tidak muntah, Berat badan normal/ideal, Konjungtiva

merah muda, Rambut tidak rontok.


Intervensi:

a. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,

saturasi R/mengetahui keadaan pasien

b. Timbang berat badan

R/mengetahui perubahan berat badan pasien

c. Monitor adanya mual dan muntah

R/mengetahui keadaan pasien

d. Monitor tonus otot, rambut merah dan mudah patah

R/mengetahui status kesehatan pasien

e. Monitor intake makanan/minuman

R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi pasien

f. Anjurkan untuk cukup istirahat

R/mempercepat pemulihan kondisi

g. Anjurkan makan sedikit dan sering

R/supaya tidak mual dan tidak muntah

h. Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang mengandung

zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C

R/mempercepat pemulihan kondisi pasien

i. Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara,

indikasi R/mempercepat penyembuhan


D. IMPLEMENTASI

Disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.

E. EVALUASI

Evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah disusun.


DAFTAR PUSTAKA

Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1997.

Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid I.

Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.

Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara.

Soepardi, Efiaty A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi

Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.

Anda mungkin juga menyukai