PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, penghargaaan
orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya
memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu
Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien jiwa, therapi aktivitas Commented [T1]: d
dengan sejumlah klien dalam waktu yang bersamaan. (Keliat, Budi Anna.
2006).
satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan
yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah
1
persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ DR. Radjiman
halusinasi Oleh karena itu maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas
dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya namun tentu saja klien
yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol
dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
Klien mampu menyampaikan pesan kepada orang lain.
diajukan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama
2. Manfaat TAK
a. Umum
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Membentuk sosialisasi
4
3. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran
b. Khusus
sehari-hari.
terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009).
1. Fase Prakelompok
5
ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah
untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak
terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2009).
dan peran baru. Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga
fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Dalam Stuart dan Laraia
(2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan
norming.
a. Tahap orientasi
b. Tahap konflik
c. Tahap kohesif
6
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil
dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok
4. Fase Terminasi
inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal
(Yosep, 2009).
7
stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat
2005).
1. Pengertian halusinasi
mengalami halusinasi.
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi
yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya
pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula
8
Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat
bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang
(PPDGJ III, 2001). Menurut Emil Kraepelin, 1986 gangguan ini disebut
psikologik yang multipel dan dapat digolongkan kedalam: isi dan bentuk
perilaku psikomotorik.
datang dari luar dan rangsang dari luar itu dapat berupa rangsang
9
pendengaran, yang meliputi suara orang yang berasal dari luar kepalanya.
Suara itu mungkin sudah dikenal dan sering sebagai hinaan atau cacian
2000).
panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua
respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami
yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
10
dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus
emosi berlebihan
3. Klasifikasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
1) Halusinasi pendengaran
sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan
3) Halusinasi penghidu
11
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti darah, urine atau feses. Kadang terhirup bau harum.
4) Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
5) Halusinasi pengecap
menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik
urine.
4. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001). Halusinasi dapat terjadi pada klien
substansi lainnya.
12
Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu
pembicaraan.
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
Derajat Halusinasi :
13
pengalaman sensori bisa dikontrol jika kecemasan
diatur/dikendalikan. Nonpsikotik.
suara yang keluar, gerakan mata yang cepat, respon verbal yang
omnipotent)
sendiri. Psikotik.
14
d. Concuering (kecemasan level panik, generally becomes elaborate and
6. Psikopatologi
terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang
datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan
menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input
ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada
7. Penatalaksanaan
15
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa
pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik
16
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya
bertentangan.
17
relaks dan tidak kaku diminum jam 7 pagi, 1 siang dan 7 malam.
agar pikiran tenang. Apabila suara sudah hilang obat tetap dikonsumsi
agar tidak kambuh lagi. Apabila obat habis konsultasi ke dokter untuk
mendapatkan obat.
18
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk
klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat
bekerja sama.
19
BAB III
PERENCANAAN
A. Persiapan
halusinasi.
B. Rencana Pelaksanaan
Kriteria klien yang mengikuti terapi TAK di Ruang Kenanga RSJ. DR.
Radjiman Wediodiningrat.
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
20
a. Klien yang tidak mengikuti TAK sampai selesai
c. Klien dengan halusinasi yang masih dalam tahap akut atau krisis
C. KRITERIA EVALUASI
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang
direncanakan :
70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah
ditentukan.
80% dari jumlah klien mampu bersepon terhadap klien lain dengan
yang diajukan.
70% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah
ditentukan
21
D. Masalah Keperawatan
1. Halusinasi
E. Persiapan
a. Analisa Situasi
1) Waktu Pelaksanaan
Alokasi Waktu :
1. Fase Orientasi:
2. Fase Kerja:
22
- Evaluasi Proses dan Hasil
Jumlah 45 menit
2) Jumlah Perawat
3) Pembagian Tugas
Aulia Insani Latif S.kep Andi Alamsyah, S.kep Sri Muliawan S.kep
Sandi Yusuf, S.kep Andi Riezta A, S.kep Aulia Insani Latif S.kep
Andi Alamsyah, S.kep Aulia Insani Latif S.kep Sandi Yusuf, S.kep
Sesi 4 Sesi 5
Leader : Leader :
Co-Leader: Co-Leader:
23
Sandi Yusuf, S.kep Andi Alamsyah, S.kep
Observer : Observer :
Fasilitator : Fasilitator :
a. Leader (Pemimpin) :
peserta.
b. Fasilitator :
pendapat
c. Observer :
mengevaluasi.
24
Mencatat serta mengamati respon klien selama TAK berlangsung.
Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok serta klien
4
3
1
Keterangan:
1 : Leader
2 : Co Leader
3 : Observer
4 : Fasilitator
F. Proses Pelaksanaan
1) Perkenalan
25
Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh leader
Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin
pada perawat
2) Sesi 1
dimiliki.
26
2. Sesi 2
tersebut.
3. Sesi 3
lalu.
4. Sesi 4
27
Setelah selesai, Leader, Co leader dan motifator memotivasi klien
reword.
5. Sesi 5
leader dan motifator memotivasi klien untuk bergerak. Dan jika sudah
G. Evaluasi proses:
Evaluasi hasil
28
H. Terminasi
kelompok ini
I. Penutup
29
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Keliat & Akemat (2005). Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta:
EGC.
Keliat, Budi Anna. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 8.
30
Yosep, Iyus, S.kp, M.Si. (2009). Keperawatan Jiwa, edisi revisi., Bandung: PT.
Refika Aditama.
31