Anda di halaman 1dari 17

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

“INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT AKDR (ALAT


KONTRASEPSI DALAM RAHIM)”
Dosen Pembimbing : Nirwana Per-Angin2 S.Pd, M.PH

Disusun oleh:
Kelompok 3
Fathul Jannah P07124118190
Fauziah Wahdah P07124118192
Ferananda Junaedi P07124118194
Fitria Nur Fadia P07124118196
Ghina Mahdiyah P07124118198
Gita Putri Andani P07124118200
Iis Al maidah P07124118202
Islahul Annisa P07124118204

KEMENTERIAN KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


BANJARMASIN
PRODI D III JURUSAN KEBIDANAN
SEMESTER III A
2019
INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT AKDR (ALAT
KONTRASEPSI DALAM RAHIM)

A. Pengertian Informed Choice Dan Informed Consent

1. Pengertian Informed Choice


Informed Choice Adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan di alaminya. Pilihan (choice) harus
dibedakan dari persetujuan (concent). Persetujuan penting dari sudut pandang
bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk
semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih
penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima jasa
asuhan kebidanan. (Sulistyawati Ari.2011)

2. Pengertian Informed Consent


Informed concent berasal dari dua kata, yaitu informed (telah mendapat
penjelasan, keterangan, informasi dan consent (memberikan persetujuan,
mengizinkan). Informed concent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapatkan informasi ( KBBI )
Informed concent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya
medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah pasien mendapatkan
informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk
menolong dirinya disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi ( Sulistyawati Ari. 2011 )
Informed concent ditafsirkan sebagai persetujuan tindakan medis adalah
persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut ( Dalam
Permenkes no 585 tahun 1989 ( pasal 1) ).

1
B. Tujuan Informed Choice dan Informed Consent
1. Tujuan Informed Choice
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan
tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi.
Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM
1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan
penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil
dari pilihannya.

2. Tujuan Informed Consent


a. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya
yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
b. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan
bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada
setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko.

C. Pengertian AKDR
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) lebih dikenal orang awam dengan istilah
spiral. Namun apakah semua AKDR berbentuk spiral? Pengguna AKDR saat ini
cukup banyak, menurut survey yang dilakukan jumlah akseptornya berada diposisi
ketiga setelah suntik dan pil. Sebenarnya banyak keunggulan metode kontrasepsi
ini, namun tidak semua klien berminat dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-
beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan, dilarang oleh suami
karena takut benangnya mengganggu saat bersenggama dan kurangnya pengetahuan
tentang KB AKDR. Adapun berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan oleh
akseptor KB agar tidak terjadi salah persepsi setelah pemasangan yaitu pengetahuan
akseptor KB tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi, status

2
kesehatan klien sebelum ber KB, tahu efek samping konsekuensi kegagalan atau
kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang direncanakan, persetujuan
pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang lain.

AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik


kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim, AKDR atau
IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang 4.

A. Jenis - jenis AKDR


1. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari
benang sutra dan logam sampai generasi plastic (polietilen) baik yang ditambah
obat maupun tidak.
IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu
Lippes Loop dan yang dari jenis medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal.


a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesteron per hari
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung
4) Daya kerja : 18 bulan
5) Teknik insersic plunging (modified withdrawal)

3
b. LNG-20
1) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per
hari
2) Sedang di teliti di finlandia
3) Angka kegagalan/kehamilan agak terendah : 0,5 per 100 wanita per tahun\
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan
ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami
aminore atau pendarahan haid yang sangat sedikit

E. Mekanisme Kerja
1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang
berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi
radang setempat, dengan serbukan lekosit yang dapat melarutkan blastosis atau
sperma
2. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakaian
AKDR yang dapat menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus.
3. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang sering menyebabkan adanya
kontraksi uterus pada pemakaiian AKDR yang dapat menghalangi nidasi
4. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender serviks
sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati cavum uteri.
5. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii
6. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR
mengubah trasnportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan
sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat
(dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin
memiliki mekanisme dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan
sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim

4
7. Dari penelitian-penelitian terakhir, disangka bahwa IUD juga mencegah
spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilisasi) ini terbukti dari
penelitian di chili :
a. Diambil ovum dari 14 wanita pemakai IUD dan dari 20 wanita tanpa
menggunakan kontrasepsi. Semua wanita telah melakukan senggama
sekitar waktu ovulasi
b. Ternyata ovum dari wanita aseptor IUD tidak ada menunjukkan tanda-tanda
terjadnya fertilisasi maupun perkembangan embrionik normal, sedangkan
setengah dari ovum wanita yang tidak memakai kontasepsi menunjukkan
tanda-tanda fertilisasi dan perkembangan embrionik yang normal
c. Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD antara lain bekerja dengan cara
mencegah terjadinya fertilisasi.
8. Untuk IUD yang mengandung Cu :
a. Antagonisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim
carbonic anhydrase yaitu salah satu enxim dan traktus genetalia wanita,
dimana Cu menghambat reaksi Carbonic anhydrase sehingga tidak
memungkinkan terjadi implantasi dan mungkin juge menghambat aktivitas
al phosphatase
b. Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus
c. Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium
d. Mengganggu metabolisme glikogen Penambahan Ag pada IUD yang
mengandung Cu mempunyai maksud untuk mengurangi fragmentasi dari
Cu sehingga Cu lebih lama habisnya.
9. Untuk IUD yang mengandung hormon progesteron.
a. Gangguan proses Gangguan pematangan proliferatif sekretoir sehingga
timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses
implantasi endometrium tetap berada dalam fase decidual / progestational
b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental / tebal karena pengaruh progestin.

5
F. Efektifitas
1. Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (countinuation rate)
Yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa Ekspulsi spontan, terjadinya
kehamilan dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau
pribadi.
2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada:
a. IUD nya : ukuran,bentuk dan mengandung Cu atau progesterone
b. Akseptor
1) Umur
Makin tua usia makin rendah angka kehamilan ekspulsi dan pengangkatan
atau pengeluaran IUD
2) Paritas
Makin muda usia terutama pada multigravida makin tinggi angka ekspulsi
dan pengangkatan pengeluaran IUD
3) Frekuensi senggama
Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan
per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan).

G. Keuntungan
1. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
2. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu
diganti).
3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5. meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
6. Tidak ada efeksamping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
7. Tidak mempengaruhi kualitas ASI

6
8. Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus(Apabila tidak
terjadi infeksi).
9. Dapat di gunakan sampai monopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir).
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik

H. Kerugian
Efek samping yang umum terjadi:

1. Berubah siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah
3 bulan).
2. Haid lebih lama dan banyak.
3. Perdarahan (spotting) antara menstruasi.
4. Saat haid lebih sakit.
5. Tidak mencegah IMS termasuk HIV atau AIDS
6. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
7. Penyakit radang panggul terjadi.seorang perempuan dengan IMS memakai
AKDR, PRP, dapat memicu infertilitas.
8. Prosedur medis termasuk pemerriksaan pelvik diperlikan dalam pemasangan
AKDR seringkali perempuan takut selama pemasangan
9. Sedkit nyeri dan pendarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
10. klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan
terlatih yang harus melepaskannya
11. Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR dipasang sesudah melairkan)
12. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal

7
13. Perempuan harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu, untuk
melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinyake dalam vagina.
Sebagian perempuan ini tidak mau melakukannya.

I. Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Keadaan multipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangak panjang
4. Perempuan menyusi yang ingin menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusi bayinya
6. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Perempuan dari resiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metode hormoni
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ngingat meminum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan 1-5 hari setelah senggama

AKDR dapat digunakan pada ibu hamil dalam segala kemungkinan misalnya :

1. Perokok
2. Sedang memakai antibiotika atau anti kejang
3. Geuyk ataupun kurus
4. Menderita tumor jinak payudara
5. Pusing-pusing, sakit kepala
6. Tekanan darah tinggi
7. Varises ditungkai atau di vulva
8. Penderita penyakit jantung (termasuk jantung katuo dapat diberikan antibiotika
sebelum pemasangan AKDR)
9. Pernah menderita stroke
10. Penderita penyakit diabetes
11. Penderita penyakit hati atau empedu

8
12. Malaria
13. Skistosomiosis (tanpa anemia)
14. Penyakit tiroid
15. Epilepsi
16. Nonpelvik TBC
17. Setelah kehamilan ektopik
18. Setelah pembedahan pelvik

Catatan : semua keadaantersebut sesuai dengan kriterria WHO, WHO Eligibility


Criteria Category

J. Kontra Indikasi
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
2. Pendarahan vagina yang tidak diketahui (sambil dapat dievaluasi)
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sedang menderita abortus septic
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum utari
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga ahim kurang dari 5 cm

K. Insersi/ Pemasangan IUD

1. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan :


a. Ekspulsi,
b. Kerja kontraseptif tidak efektif,

c. Perforasi uterus

2. Untuk sukses/berhasil insersi IUD tergantung pada beberapa hal, yaitu:

9
a. Ukuran dan macam IUD, makin berserta tabung insersinya,
b. Makin kecil IUD, makin mudah insersinys, maka makin tinggi ekspulsinya,
c. Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya.
3. Waktu atau saat insersi.
a. Insersi interval
1) Kebijakan (policy) lama : Insersi IUD dilakukan selama atau segara
sesudah haid. Alasan: Ostium uteri lebih terbuka, canalis cervicalis lunak,
perdarahan yang timbul karena prosedur insersi, tertutup oleh pendarahan
yang normal, wanita pasti tidak hamil. Tetapi, akhirnya kebijakan ini
ditinggalkan karena: infeksi dan ekpulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan
saat haid. Diatas canalis cervicalis adalah saat pada saat haid maupun pada
saat mid-siklus, memudahkan calon akseptor pada setiap ia datang ke klinik
KB.
2) Kebijakan (policy) sekarang : Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari
siklus haid asal kita yakin seyakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam
keadaan hamil.

b. Insersi Post-Partum
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum, hanya
kerugian paling besar adalah angka kejadian ekpulsi yang sangat tinggi. Tetapi
menurut penyelidikan di Singapura, saat yang terbaik adalah delapan minggu
post-partum. Alasanya kerana antara empat-delapan minggu post-partum
bahaya perforasi tinggi sekali.

c. Insersi Post-Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setalah abortus, maka IUD dapat
segera dipasang sesudah :
1) Abortus trimester I: ekpulsi, infeksi, perforasi, fan lain lain sama seperti
pada insersi interval

10
2) Abortus trimester II: ekpulsi 5-10x lebih besar dari pada setalah aburtos
trimester I
d. Insersi post coital
e. Dipasangkan maksimal setelah 5 hari senggama tidak terlindungi.

4. Teknik insersi, ada tiga cara:


a. Terknik push out: mendorong: Lippes loop, bahaya perforasi lebih besar
b. Teknik Withdrawal : menarik Cu IUD
c. Teknik Plunging : “mencelupkan” Progestasert-T

5. Prosedur Insersi IUD


a. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan dan informed consent
b. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya
c. Persiapan alat
1) Bivale speculum/ speculum cocor bebek
2) Tekakulum (penjepit portio)
3) Sounde uterus (untuk mengukur kedalaman uterus)
4) Forsep/korentang
5) Gunting mayo
6) Mangkuk untuk larutan antiseptik
7) Sarung tangan steril atau sarung tangan DTT
8) Cairan antiseptik (mis: povidon iodine)
9) Kasa atau kapas
10) Cairan DTT
11) Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
12) AKDR (CuT-380A) atau Progestasert-T yang masih belum rusak atau
terbuka
13) Bengkok
d. Persiapan tenaga kesehatan : celemek, cuci tangan, masker

11
e. Pakai sarung tangan steril
f. Periksa genetelia eksterna (ulkus, pembengkakam kelenjar bartholini dan
kelenjar skene)
g. Lakukan pemeriksaan insoekulo : pasang speculum dalam vagina dan
perhatikan cairan vagina, servikitis dan bila ada indikasi kerjakan
Papanicolaou smear dan pemeriksaan bakteriologis terhadap Gonorrhea.
h. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk,
posisi, dan mobilitas uterus, serta untuk menyikirkan kemungkinan-
kemungkinan adanya infeksi atau keganasan dari organ-organ sekitarnya
(nyeri, goyang serviks, tumor adneska)
i. Lepaskan sarung tangan steril, masukkan kelarutan chlorin 0,5%.
j. Memasukan lengan AKDR Copper T380 A di dalam kemasan sterilnya
k. Pakai sarung tangan steril atau DTT
l. Pasang kembali speculum dalam vagina dan lakukan desinveksi endoserviks
dan dinding vagina
m. Pasang tenakulum pada bibir serviks atas lakukan tarikan ringan padanya
untuk meluruskan dan menstabilkan uterus ini akan mengurangi pendarahan
dan psiko peforasi
n. Lakukan sonde uterus untuk menentukan posisi dan kedalaman covum uteri
o. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman kavum uteri
p. Masukan tabung inserter dengan hati-hati sampai leher birumenyen tuh
fundus atau sampai terasa ada tahanan
q. Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (with-drawal
technique). Trik keluar pendorong. Setelah lengan lepas, dorong secara
perlahan-lahan tabung inserter ke dalam vakum uteri sampai leher biru
menyentuh serviks.
r. Tarik keluar bagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3-4 cm
panjangnya.
s. Lepaskan tenakulum dan speculum

12
t. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi,
u. Lakukan dokumentasi alat-alat dan sarung tangan
v. Cuci tangan dibawah air yang mengalir
w. Ajarkan pada pasien bagai man cara memeriksa benang

L. Prosedur Pencabutan AKDR


1. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan dan berikan informed
consent
2. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemih
3. Persiapan alat
a. Bivalve speculum
b. Vorceps/korentang
c. Mangkuk untuk larutan antiseptic
d. Sarung tangan steril/DTT
e. Cairan antiseptic
f. Kain kasa atau kapas
g. Sumber cahaya yang cukup
h. Tang buaya
i. Klemlurus/lengkung
4. Persiapan tenaga kesehatan, cuci tngan
5. Posisi kan pasien dengan di gym bed dengan lampu penerangan
6. Pakai sarung tangan steril
7. Psang speculum untuk melihat serviks dan benang
8. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik
9. Jepit benang di dekat serviksdengan menggunakan klem lurus atau lengkung
dan tali benang I Tarik pelan-pelan
10. Tunjukan AKDR/IUD yang brthasil dicabut

13
11. Beri antiseptic (povidon iodine), apabila terjadi pendarahan maka pertahan kan
(deep) selama 3 menit
12. Lepaskan speculum,bereskan alat,lepaskan handscoon dan rendam alat di
laritan clorin 0,5 %

M. Kunjungan Ulang
1. Satu (1) bulan pasca pemasangan
2. Tiga (3) bulan kemudian
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Satu (1) tahun sekali
5. Bila terlambat haid satu minggu
6. Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur

N. Informasi Umum
1. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan
2. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa
bulan pertama.
3. Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan.
4. Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak
5. AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien

O. Efek Samping dan Penanganan AKDR (Cu T-380A)


1. Amenora
Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan
konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila diketahui. Apabila hamil,
jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan
kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari
13 minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila klien sedang hamil dan ingin

14
mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko
kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan
kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
2. Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab lain dari kekejangan.
Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan
penyebabnya beri analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien
mengalami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menetukan
metode kontrasepsi yang lain.
3. Perdarahan pervagina yang hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila
tidak ada kelainan potologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat,
lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibu profen (800mg, 3x sehari selama
1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap
hari selama 1 sampai 3 bulan)
4. Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak.
Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak
terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan
vakum uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih)
setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuk ke dokter, lakukan
x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang
tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan
metode lain.
5. Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya Penyakit Radang
Panggul.
Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita
gonorhoe atau infeksi klamidal, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP,
obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan beri
metode lain sampai masalahnya teratasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai