Anda di halaman 1dari 23

Laporan Biologi

(Mengenal satwa unggas yang ada di


Taman Marga Satwa Ragunan)
Dosen Pengampu:

Drs. Mulyoto, M.Kes

OLEH :

KELOMPOK UNGGAS

ANGGOTA- ANGGOTA

NUR ARSY AMALI (195001516030)

RISKI MARDIANSAH (195001516031)

RISSA ADELIA (195001516034)

RINA SULISTYOWATI (195001516036)

AGROTEKNOLOGI - PERTANIAN

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA


2019
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia untuk bertahan hidup memerlukan makhluk hidup lain yaitu tumbuhan dan
hewan. Banyak sekali tumbuhan bagi manusia baik sebagai bahan pangan, kesehatan, atau
lainnya. Begitu juga dengan hewan, keduanya memiliki kedudukan yang sama penting untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Keberadaan hewan dibumi banyak memberikan manfaat dan
keuntungan bagi kehidupan manusia. Dibawah ini adalah ulasan mengenai manfaat hewan
bagi manusia. Hewan bermanfaat sebagai sumber bahan makanan, sumber obat-obatan dan
sebagai sumber pupuk bagai tanaman. Keseimbangan dalam mendukung suatu ekosistem
sangatlah penting. Gangguan terhadap salah satu unsure ekosistem dapat mengganggu unsur
ekosistem yang lain. Oleh karena itu penting untuk menjaga dan memahami tentang unsur-
unsur ekosistem agar mampu menjaga dan memeliharanya dengan sebaik-baiknya,

1.2 Tujuan

Kunjungan ini bertujuan mengenal aneka Satwa yang ada di Kebun Binatang Ragunan dalam
aspek asal-usulnya, jenis makanannya dan cara berkembangbiak

1.3 Petunjuk Kegiatan

1. Mahasiswa mempersiapkan camera untuk merekam atau mempotret aktifitas satwa di Kebun
Binatang Ragunan
2. Mencatat sumber pakan satwa yang diamati, siklus hidupnya dan cara perkembangbiakannya
3. Mencatat manfaat hewan bagi kehidupan manusia
4. Setelah semua satwa yang ditugaskan untuk dicatat lalu dibuatlah laporannya.
BAB 2
LANDASAN TEORI

Taman Margasatwa Ragunan didirikan pada tanggal 19 September tahun 1864 di


Batavia ( kini Jakarta ) dengan nama “Planten en Dierentuin” ini pertama kali di kelola oleh
perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culture Vereniging Planten en Dierentuin
at Batavia ). Taman ini berdiri di atas lahan seluas 10 hektar di Jalan Cikini Raya No 73 yang
di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di Indonesia.

* 1864 * 1949

Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya di ubah menjadi Kebun
Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok lagi untuk
peragaan satwa. Pada tahun 1964. Pada masa Gubernur DCI Jakarta Dr. Soemarno dibentuk
Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl.
Cikini Raya no 73 Ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W.
Umboh. , Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 ha di Ragunan , Pasar
Minggu. Jaraknya kira-kira 20 Km dari pusat kota. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini
ke Ragunan membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari
Kebun Binatang Cikini.
Kebun Binatang Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DKI
( Daerah Khusus Ibukota ) Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan nama Taman
Margasatwa Ragunan.
Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan dipimpin oleh Benjamin Galstaun
direktur pertama waktu itu.
Pada tahun 1983 berubah namanya menjadi Badan Pengelola Kebun Binatang
Ragunan. Pada tahun 2001 berubah lagi menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan
Tahun 2009 berubah menjadi UPT ( Unit Pelayanan Teknis ) Taman Margasatwa
Ragunan. Pada tahun 2010 namanya berubah menjadi BLUD ( Badan Layanan Umum
Daerah ) Taman Margasatwa Ragunan. Saat ini luas Taman Margasatwa Ragunan mencapai
147 Hektar dengan koleksi satwa 2101 ekor satwa dari 220 spesies.
Pada Tahun 2015 BLUD Taman Margasatwa Ragunan berubah namanya menjadi
Kantor Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2014
tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Taman Margasatwa Ragunan. Sebuah taman seluas 147 hektar dan berpenghuni lebih
dari 2.009 ekor satwa serta ditumbuhi lebih dari 20.000 pohon membuat suasana
lingkungannya sejuk dan nyaman. Lahannnya tertata dan terbangun serta sebagian lagi masih
dikembangkan menuju suatu kebun binatang yang modern sebagai identitas kota Jakarta.
Berkunjung ke Taman Margasatwa Ragunan berarti memasuki sebuah hutan tropis
mini, di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati yang memiliki nilai konservasi tinggi dan
menyimpan harapan untuk masa depan.
Sebuah kebun binatang modern menampilkan suatu system ekologi yang lengkap
yang bias menjadi satu sumber ilmu pengetahuan yang akan mengawali langkah pelestarian
kehidupan alam liar. Singkatnya, kebuna binatang adalah “Kapal Nuh” kita dalam
menghadapi bencana dan kerusakan alam yang akhir-akhir ini sering terjadi. Bila nanti sudah
tidak ada lagi hutan di bumi ini, paling tidak masih ada contoh-contoh makhluk yang
menakjubkan ini di kebun binatang, entah itu telah berwujud satwa ataupun masih berbentuk
embrio, sel atau DNA.
A. Memanajemen kebun binatang
 Penjualan tiket

Tarif masuk Dewasa Rp. 4.000,-/orang

pengunjung Anak-anak Rp. 3.000,-/orang

Bus besar, truk besar, dan mobil


Rp. 15.000,-/hari
box besar
Bus kecil, Truk kecil, mobil box Rp. 12.500,-/hari
kecil, dan pick up besar
Tarif penitipan
Mobil sedan, minibus/sejenis, Rp. 6.000,-/hari
termasuk dalam bentuk pickup
kendaraan / parkir
kecil
Sepeda motor, dan kendaraan Rp. 3.000,-/hari
roda tiga
Sepeda Rp. 1.000,-/hari

Kuda tunggang Rp. 5.000,-/satu kali


keliling
Onta tunggang Rp. 7.500,-/satu kali
keliling
Taman satwa anak Rp. 2.500,-/satu kali
keliling
Pemakaian fasilitas
Perahu Angsa Rp. 18.000,-/satu kali
wahana / fauna keliling
Kereta keliling Rp. 10.000,-/satu kali
keliling
Sepeda tunggal Rp. 10.000,-/orang
Sepeda ganda Rp. 15.000,-/orang
Kuda bendi Rp. 15.000,-/satu kali
keliling
Hari Selasa s.d Jumat (usia 3
Tarif masuk Pusat Rp. 6.000,-/orang
tahun ke atas)

Primata Schmutzer Hari Sabtu s.d Minggu / libur Rp. 7.500,-/orang


nasional (usia 3 tahun ke atas)

Harga Rp. 35,000 dengan Saldo Rp.


Pembayaran Tiket Masuk 20,000
menggunakan Kartu ( Rincian Harga Kartu Rp. 10,000 dan
Jakcard Bank DKI saldo di kartu Rp. 20,000 )

Informasi :
Rp. 30,000
 Kartu Jakcard bisa
dibeli di semua loket
Taman Margasatwa
Ragunan
 Topup Saldo minimum
Rp. 10,000 ( Maksimal
Saldo Kartu Rp. Harga Rp. 65,000 dengan Saldo Rp. Rp. 60,000
1,000,000 ) 50,000
 Topup bisa dilakukan ( Rincian Harga Kartu Rp. 10,000 dan
di semua Loket Taman saldo di kartu Rp. 50,000 )
Margasatwa Ragunan,
Halte Busway
 Kartu Jakcard bisa
digunakan di Taman
Margasatwa Ragunan,
Monumen Nasional,
Museum Kota Tua dan
Transjakarta.

 Kebersihan
Proses kebersihan Kebun Binatang Ragunan dilakukan secara berkala tiap hari, dimulai
dari membersihkan jalanan yang dilalui pengunjung hingga kandang tempat satwa
berada selalu diperhatikan kebersihannya agar pengunjung serta satwa merasa nyaman.
 Pemberian Makanan
 Jadwal makan satwa yang besar
- 2:30 PM – 2:45 PM - 12:00 PM – 12:30 PM
Waktu makan siang Gajah Sumatera Jadwal makan siang Gorilla
- 3:00 PM – 3:15 PM - 3:00 PM – 3:15 PM
Jadwal makan sore Gajah Sumatera Jadwal makan sore Komodo
pemberian makan hewn lain sesuai jadwal yang telah ditentukannya
* Manajemen lain yaitu kebersihan dan makanan bisa dibaca di beberapa halaman berikut
disetiap kelompok

 LOKASI GEOGRAFIS
Taman Margasatwa Ragunan di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat kota
Jakarta, Ia berada di ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 2300 mm,
suhu 27 ° C dan kelembapan 60 %. Taman Margasatwa Ragunan berdiri di atas tanah latosol
merah seluas 147 hektar.

Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki
keanekaragaman flora dan fauna. Fauna Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi
karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Keanekaragaman yang tinggi
ini disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area; zona zoogeografi
Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi
oleh fauna Australia. Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh ekosistem yang
beragam di antaranya: pantai, bukit pasir, muara, hutan bakau, dan terumbu karang.

B. Pengertian Hewan Unggas


Unggas adalah sejenis hewan ternak kelompok dari sejenis burung yang akan
dimanfaatkan daging, telur dan bulunya. Pada umumnya hewan ini termasuk bagian dari
kelompok ordo gallifermos dan anserifornes.Memiliki bentuk tubuh seperti ayam atau seperti
bebek. Secara umum kebanyakan hewan jenis ini memang mempunyai bentuk tubuh seperti
ayam dan bebek.Biasanya hewan-hewan unggas sering dijadikan sebagai hewan ternak atau
hewan peliharaan.Karena hewan jenis ini mudah dirawat dan termasuk hewan yang produktif.
Akan tetapi hewan unggas memiliki daya tubuh yang lemah, maka hewan ini sering
terkena virus atau penyakit.Kata unggas pada umumnya digunakan untuk burung pemakan
daging.Atau lebih umumnya, kata ini juga dapat digunakan untuk menyebut jenis-jenis
burung lainnya.
C. Ciri-ciri Hewan Unggas
Agar kita bisa membedakan hewan yang tergolong hewan unggas dengan hewan yang
bukan termasuk golongan hewan unggas.
1. Biasanya memiliki bulu yang menutupi tubuhnya.
2. Hewan unggas memiliki jantung dengan empat ruang: bilik kanan, bilik kiri, serambi
kanan dan serambi kiri.
3. Kebanyakan hewan unggas bernafas menggunakan paru-paru. Akan tetapi ada
sebagian hewan unggas yang memiliki alat bantu perafasan yaitu pundi udara, untuk
membantunya saat terbang.
4. Pada umumnya berkembang biak dengan cara ovipar (Bertelur).
5. Cara fertilisasinya yaitu dengan fertilisasi internal.
6. Termasuk dalam golongan hewan yang berdarah panas atau homoioterm.
7. Pada umunya memiliki organ gerak berupa sepasang kaki dan sepasang sayap.
Meskipun ada beberapa hewan unggas yang tidak bisa terbang. Hal ini dikarenakan
yang tidak bisa terbang tidak memiliki kantong udara pada sayapnya.

D. Jenis jenis Hewan Unggas


1. Burung Pelikan Timor, (Pelecanus Conspicillatus)
AUSTRALIAN PELICAN

 Klasifikasi
Kelas : Unggas (Aves)
Bangsa : Palecaniformes
Suku : Palecanidae
Marga : Peleanus
Jenis : Pelecanus Conspicillatus
 Deskripsi
Burung air yang memiliki kantung dibawah paruhnya, panjang tubuh 106 cm dan
lebar bentangan sayap maksimum 1,83 m. Bulunya didominasi warna putih, sayap
berwarna hitam dan kertas paruh merah muda. Burung perenang yang baik, dengan
kaki mereka yang pendek dan kuat serta berselaput.Burung pelican ini berperan
sebagai objek wisata dan sebagai ekosistem sehari-hari.
 Perilaku :
Burung ini merupakan burung yang hidup berkelompok, jumlah kelompok 50 ekor
sampai ribuan. Mempunyai kebiasaan migrasi dari benua satu ke benua lainnya.
Selain itu juga mempunyai kemampuan renang yang baik. Menangkap ikan dengan
cara menyendokkan paruh bawah pada mangsanya lalu memuntahkan airnya dengan
menahan mangsa tetap di dalam paruh.
 Habitat :
Danau, waduk, rawa.
 Perkembangbiakan : Berbiak sampai usia 2-3 tahun. Telurnya berwarna putih
berkapur.Masa inkubasinya selama 32-35 hari.
 Makanan : Ikan. Amfibi, Krustasea

2. Bangau Tontong (Leptoptilos javanicus )


LESSER ADJUTAN

 Klasifikasi
Kelas : Unggas (Aves)
Bangsa : Cikoniformis
Suku : Cikonidae
Marga : Leptoptilos
Jenis : Leptoptilos javanicus
 Deskripsi : Bangau besar dengan posisi tegak, memiliki panjang 87-93 cm, beratnya
dari 4-5,71 kg, tinggi sekitar 110-120 cm. Tubuh dan sayap berwarna hitam, perut
berwarna putih.
 Habitat : Hutan mangrove, danau, lahan basah/lumpur
 Perkembangbiakan
Musim kawin terjadi sekitar februari-mei di India Selatan, dan november- januari di
India Utara.Hewan ini Bertelur sebanyak 3-4 butir.Betina mengerami telur sekitar 28-
30 hari.
 Makanan : Burung ini memakan hewan - hewan air kecil seperti ikan, katak, reptil,
dan hewan tak bertulang belakang seperti udang, kerang, dan siput. Hewan ini juga
pernah ditemukan sedang memakan bangkai, meskipun itu sangat jarang terjadi
 Peranananya dalam pertanian adalah membantu petani membasmi hama. Seperti
belalang yang memakan daun padi.
 Perilaku : Bangau Tongtong juga merupakan jenis burung yang soliter. Jadi, burung
ini lebih suka untuk menyendiri jika dibandingkan berkumpul di dalam kelompok.
Walaupun pada saat musim kawin hewan ini tampak bergerombol membentuk satu
kelompok kecil. Musim kawin pada umumnya akan bersamaan yang ada di awal
musim kering. Sedangkan untuk waktunya bervariasi sesuai dengan daerah yang di
diami oleh bangau ini. Sarangnya dibangun di atas pohon yang dekat dengan daerah
yang basah. Bahan baku sarangnya biasanya terdiri atas ranting – ranting kecil dan
ilalang yang disusun sehingga berbentuk seperti mangkuk yang tebal.

3. Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus Leucogaster)


WHITE – BELLIED SEA EAGLE

 Klasifikasi
Kelas : Unggas (Aves)
Bangsa : Falconiformes
Suku : Falconidae
Marga : Haliaeetus
Jenis : Haliaeetus Leucogaster
 Deskripsi
Mempunyai panjang tubuh mencapai 65-85 cm, rentang sayap 170-220 cm dengan
berat tubuh burung jantan 1,8 – 2,9 kg dan betina 2,5 – 3,9 kg. Bagian atas berwarna
abu-abu kebiruan, sedangkan bagian bawah, kepala dan leher berwarna putih.Iris
coklat.Kuku, paruh dan sera berwarna abu-abu.Tungkai tanpa bulu dan kaki berwarna
abu-abu.Saat terbang, ekornya yang pendek tampak berbentuk baji dan sayapnya
terangangkat ke atas membentuk huruf "V".
 Perilaku :
Burung ini aktif saat siang hari (diurnal), saat mencari makan lebih sering terlihat
terbang tinggi di daerah pantai.Cakarnya yang kuat memudahkannya untuk
mencengkeram mangsa dan membawanya terbang, meskipun ukurannya cukup besar.
 Reproduksi :
Musim kawin terjadi sekitar Januari-Agustus.Kebanyakan bertelur 1-2 butir, dengan
masa pengeraman 40-45 hari.Telur-telur diletakkan di sarang yang sangat besar dan
lebar.Sarang tersebut dibuat di tebing-tebing tinggi atau di ranting ujung pohon.
 Makanan :
Hewan ini memakan berbagai jenis ikan laut, rawa atau sungai yang bermuara di
laut.Burung ini juga memakan berbagai jenis burung, reptile, dan mamalia.
 Habitat :
Burung ini ditemukan di daerah pesisir, sering terlihat terbang di atas
perairan.Penyebarannya India, Asia Tenggara, Filipina, Indonesia dan tersebar luas di
Australia

4. Burung Unta (Struthio Camelus)


OSTRICH

 Klasifikasi :
Kelas : Unggas (Aves)
Bangsa : Struthioniformes
Suku : Struthionidae
Marga : Struthio
Jenis : Struthio Camelus
 Deskripsi :
Burung unta adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang
diselubungi bulu.paruhnya tidak bergigi dan lancip. Burung ini dicirikan dengan leher
dan kaki yang panjang hingga 250 cm dan dapat berlari hingga kecepatan 70 km per
jam. Burung unta terkenal dengan bersarang secara sosial, di mana beberapa ekor
burung betina akan bertelur dalam satu sarang, untuk dierami oleh betina pada waktu
siang dan jantan pada waktu malam. Telur burung unta adalah telur terbesar dari
semua jenis burung dan merupakan satu-satunya burung yang memiliki dua jari kaki.
 Perilaku :
Burung yang aktif di siang hari dan merupakan binatang yang memiliki hubungan
social yang tinggi, mereka sering berkelana dalam kelompok.Terkadang ada yang
berkelompok hanya terdiri dari 3 atau 4 ekor.Tetapi kebanyakan mereka berkelana
dalam jumlah yang besar.Berkisar antara 50 ekor atau lebih.
 Perkembangbiakan :
Siap bertelur pada usia 3-4 tahun. Bersifat poligami dan musim kawin terjadi pada
saat musim hujan dan bertelur sebanyak 20 butir.
 Makanan : Dedaunan, biji-bijian, akar, semak dan buah
 Habitat : Savanna dan gurun di Afrika
 Peranan dalam pertanian : sebagai sumber makanan dan pupuk
5. Julang Emas (Aceros Undulatus)
WREATED HORNBILL

 Klasifikasi : Ordo Coraciiformes, Family Bucerotidae


 Deskripsi :
Burung ini mempunyai ukuran sedang di dalam kelompoknya, panjang tubuh
mencapai 100 cm. Burung julang emas bulu bagian punggung, sayap, perutnya
berwarna hitam dan ekornya berwarna putih. Mempunyai mata berwarna kuning, kulit
di sekitar mata berwarna merah.Paruh berwarna kuning gading dengan bangunan
yang terbuat dari bahan tulang.Kaki berwarna hitam. Burung yang berjenis kelamin
jantan, bulu kepala berwarna krem, bulu alis kemerahan. Kantung leher berwarna
kuning, tidak berbulu dan terdapat garis berwarna hitam.Sedangkan burung yang
berjenis kelamin betina, kepala dan leher berwarna hitam, kantung keher berwarna
biru, tidak ditumbuhi bulu.
 Perilaku : Pada waktu bereproduksi hidup berpasangan, namun akan membentuk
kelompok di luar waktu musim reproduksi. Burung ini menyukai terbang tinggi di
atas hutan dengan kepakan sayap yang berat dengan kepala tampak menjulur ke
depan.
 Reproduksi : Julang emas betina bertelur 2 butir, telur dierami oleh yang betina di
dalam lubang pohon. Selama mengerami yang betina mendapan kebutuhan pakan jari
yang jantan dengan jalan disuapi melewati lubang. Lubang pohon tinggal disisakan
sebesar ukuran paruh, penutup lubang menggunakan lumpur dan air liurnya.
 Makanan : Pada waktu mencari pakan sering dijumpai berkelompok dengan dengan
burung julang lainnya. Jenis pakan yang disukai adalah buah-buahan, namun sering
dijumpai makan serangga dan inverbrata lainnya. Kadang juga memakan katak, kadal,
telur burung lainnya, burung kecil, dan tikus. Di Kebun Raya dan Kebun Binatang
Gembira Loka satwa ini diberi pakan pisang, pepaya, dan daging.
 Habitat : Hutan tropika basah, di berbagai ketinggian hingga 2.000 m. Sebarannya di
Kalimantan dan Sumatera, Jawa dan Bali.

6. Merak Hijau (Pavo Muticus)


GREEN PEAFOWL
 Klasifikasi
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Unggas
Ordo :Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Pavo
Spesies : P. muticus
 Deskripsi :
Burung jenis ini berukuran besar, panjang tubuh jantan mencapai 210 cm, sedangkan
betina 120 cm. Kaki berukuran panjang, dan tampak ramping, terdapat taji. Burung
merak jantan dewasa saat memasuki musim kawin bulu ekornya memananjang dan
indah, terdapat deretan manik-manik dan dapat direntangkan sehingga menyerupai
kipas yang berukuran besar. Manik-manik pada bulu ekor akan tampak mirip mata,
berwarna biru ditengah, dikelilingi warna kuning kecoklatan sehingga tampak indah
saat bulu-bulu ekor direntangkan. Warna bulu pada leher hingga punggung bagian
depan dan dada berwarna hijau, hijau-kebiruan dan kuning-kehijauan membentuk
pola manik-manik yang berukuran kecil. Manik-manik mirip seperti susunan genting
di atap rumah. Di bagian kepala atas, posisi agak belakang terdapat bulu-bulu yang
bertangkai sebagai mahkota. Sayap berwarna hijau-kebiruan, bulu-bulu primer yang
terletak di tepi sayap berwarna coklat. Paruh, kaki, jari-jari kaki dan taji berwarna
putih kekuningan. Mata bulat, hitam, terletak disamping kepala, pada posisi tengah
bulu-bulu yang membentuk garis horisontal berwarna biru, di bawah mata berwarna
biru dan kuning-kecoklatan dan di bagian atas mata berwarna biru.
 Perilaku :
Burung merak hidup secara berkelompok, terikat dalam satu keluarga. Perkawinan
bersifat poligami. Induk merak jantan menyukai tarian dengan mengibaskan ekornya,
sehingga menyerupai kipas yang berukuran amat besar, bergerak ke kanan dan ke kiri
menyesuaikan arah datangnya angin, menghentak-hentak kakinya, sambil
memperhatikan induk betina yang akan dipikat. Induk jantan tidak segan-segan
mengusir jantan lainnya dengan cara menyerangnya, memakai tendangan dan
patukan. Pada waktu malam datang, burung merak akan mencari tempat tidur,
biasanya di atas pohon yang tinggi dan selalu berpindah-pindah.

 Reproduksi :
Musim kawin berlangsung pada bulan Juli dan Agustus, sarang dibuat di atas tanah di
tengah-tengah semak belukar atau di atas pohon. Jumlah telur biasanya 3-5 butir, yang
akan dierami selama 28 hari sehingga telur-telur akan menetas pada bulan September
dan Oktober saat musim penghujan tiba.
 Pakan :
Jenis-jenis pakan yaitu: biji-bijian, buah-buahan, kecambah, sayur, cacing, insekta,
amphibia dan kadang juga reptilia.
 Habitat : Hidup di lahan terbuka, semak belukar dan terdapat pohon-pohon berukuran
tinggi yang lebat, dekat sumber air seperti danau atau sungai. Tersebar di Indonesia.
 Perannya dalam pertanian: kotoran yang dihasilkan pada burung merak ini bisa
digunakan sebagai pupuk kompos seperti halnya pada kotoran hewan lain.

7. Reeves Pheasant (Reeves’s pheasant)


SYRMATICUS REEVESII

 Klasifikasi
Kelas : Unggas (Aves)
Bangsa : Galliformes
Suku : Phasianidae
Marga : Symaticus
Jenis : Synaticus reevesii
 Deskripsi
Ukuran panjang jantan 210 cm, berat 1,529 g. Jantan berbulu cerah dengan berbulu
putih keemasan dan merah bersisik, kaki abu-abu, iris coklat, dan kulit merah
telanjang di sekitar mata. Kepala berwarna putih dengan pita sempit hitam di
matanya. Jantan memiliki ekor putih keperakkan yang sangat panjang.
 Habitat
Hutan primer, hutan sekunder, padang rumput.
 Perkembangbiakan
Betina bertelur 7-14 telur pada bulan April atau Mei, masa inkubasi 24-25 hari.
 Makanan
Biji-bijian, pucuk rumput, pucuk daun, serangga.
 Perannya dalam pertanian : kotoran yang dihasilkan pada burung merak ini bisa
digunakan sebagai pupuk kompos seperti halnya pada kotoran hewan lain.
8. Ayam Kalkun, Maleagris gallopavo

 Klasifikasi :
Kerajaan :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Unggas(Aves)
Ordo :Galliformes
Famili : Phasianidae
 Deskripsi
Memiliki jengger tipis kecil dan lemas berwarna hitam kusam.Terdapat pial yang
berwarna hitam kusam dan berukuran kecil. Ketika mereka berdiri tegak berkesar
sedikit datar, mereka akan terlihat memiliki tambun yang beratnya sekitar 1,5 kg.
Pada bulu ekornya akan menyempit pada ujungnya. Terdapat rongga pada antara
sayap dan badannya.

 Perilaku : Ayam kalkun memiliki karakter yang tenang dan tidak banyak tingkah
ketika mereka di lepas, namun mereka akan menjadi liar ketika mereka di kurung,
apalagi di kurung pada tempat yang sempit.

 Reproduksi : Kalkun diketahui mempunyai kemampuan unik dalam melakukan


reproduksi aseksual. Walaupun tidak ada kalkun pejantan, kalkun betina bisa
menghasilkan telur yang fertil. Anak kalkun yang dihasilkan sering sakit-sakitan dan
hampir selalu jantan. Perilaku ini bisa mengganggu proses inkubasi telur di
peternakan kalkun
 Pakan : ikan kecil, dedak, biji-bijian
 Habitat : Di hutan sekunder dan perkebunan.
 Peranannya dalam pertanian : pupuk ayam menjadi pupuk kompos dalam pertanian
9. Belibis Mandarin, Aix galericulata

 Klasifikasi
Kelas : Unggas (Aves)
Bangsa : Anseriformes
Suku : Anatidae
Marga : Aix
Jenis :Aixgalericulata
 Deskripsi : Bebek berukuran sedang yang memiliki panjang 41-49 cm dan bentang
sayap 65-75 cm. Pada jantan paruh berwarna merah dan pola bulan berwarna putih di
matanya, dadanya berwarna ungu dengan dua garis putih di bawahnya. Pada betina
cincin mata berwarna putih.
 Perilaku : Belibis Mandarin memiliki karakter yang tenang dan tidak banyak tingkah,
didarat mereka hanya membersihkan diri dan istirahat, sedangkan diair mereka
berenang, makan, dan bermain
 Reproduksi : Belibis Mandarin bertelur hingga 9 butir, masa bertelur bulan April-Mei
dan bersarag pada rongga pohon.
 Pakan :Biji-bijian, dan berbagai macam serangga keil.
 Habitat : Sekitar danau, rawa dan padang rumput
 Perannya dalam petanian : kotoran yang dihasilkan pada ayam ini bisa digunakan
sebagai pupuk kompos seperti halnya pada kotoran hewan lain.

10. Puyuh Mahkota Sengayan (Rollulus rouloul)


 Klasifikasi
Kelas :Unggas (Aves)
Orde :Galliformes
Famil :Phasianidae
Spesies :Rollulus
Genus :Rollulus rouloul
 Deskripsi
Puyuh sengayan (Rollulus rouloul) adalah sejenis burung puyuh berukuran kecil,
dengan panjang sekitar 25cm, berkaki and kulit sekitar mata berwarna merah.
Burung jantan dan betina mudah dibedakan. Jantan dewasa memiliki bulu
berwarna biru keunguan mengilap, paruh bawah berwarna merah dan dahi
berwarna putih dengan jambul tegak seperti bulu sikat berwarna merah.
Betina memiliki kepala dan jambul pendek berwarna abu-abu, sayap kecoklatan
dan bulu berwarna hijau. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan.
Deskripsi: Berbadan gemuk (25cm), berjambul. Jantan : jambul merah padam
menyebar khas, betina kepala dan jambul abu-abu, sayap coklat, tubuh hijau.
 Perkembangbiakan : Puyuh Sengayan adalah monogami. Burung betina menetaskan
antara 5 - 6 butir telur berwarna putih, lama mengeram sekitar 18 hari
 Habitat : Penghuni hutan di dataran rendah sampai ketinggian 800 meter
 Makanan : Pemakan tumbuhan (Herbivora) atau biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan.
 Penyebaran :Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan.

11. Ayam Peliharaan


 Klasifikasi
Nama ilmiah : Gallus gallus domesticus
Famili : Phasianidae
Kingdom : Animalia
Kelas : Unggas (Aves)
Filum : Chordata
Ordo : Galliformes
 Deskripsi
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara
orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan
(selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu
subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau
ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan
ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling
umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil
telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam
hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam
bekisar. Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly's Bird
Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung
lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Sudut pandang tradisional peternakan ayam dalam domestikasi spesies ini termaktub
dalam Encyclopædia Britannica (2007): "Manusia pertama mendomestikasi ayam asal
India untuk keperluan adu ayam di Asia, Afrika, dan Eropa. Tidak ada perhatian
khusus diberikan ke produksi telur atau daging.
- Deskripsi ayam kapas : ukuran tubuhnya relatif kecil dengan berat 1-1,4 kg. Bulu
ayam ini berwarna putih polos seperti kapas sedangkan paruh dan kakinya berwarna
hitam. Ayam ini memiliki jari cakar sebanyak 5 buah. kaki ayam kapas biasanya
berbulu.
- Deskripsi ayam Poland : Ayam ini memiliki jambul dibagian kepala, berwarna abu –
abu, kecoklatan hingga kehitaman serta kombinasi, badan pendek dengan bobot badan
rata – rata 1-2 kg, bagian mata tertutup mahkota atau jambul, bulu tampak halus dan
lembut bila diraba, bagian kelamin jantan dan betina sangat menonjol, bersifat intensif
atau takut dunia luar
 Habitat
Ayam peliharaan berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus
gallus) yang hidup di India. Ayam jantan yang sedang berkokok di pagi hari. Sebagai
hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan
ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan
tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan
kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah
atau kadang-kadang di pohon. Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh
unggas pemangsa, seperti elang.
 Macam-macamnya yang ada diragunan

- Ayam Poland (berdasarkan ras)

- Ayam Brahma (berdasarkan ras) - Ayam kapas

Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul berbagai istilah
teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam.
Berdasarkan fungsi

Menurut fungsinya, orang mengenal

 ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya;


 ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya;
 ayam hias atau ayam timangan (pet, klangenan), untuk dilepas di kebun/taman atau
dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam
katai dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan
ayam peliharaan sejati);
 ayam sabung, untuk dijadikan permainan sabung ayam.

Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu kalah, dan
tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging.
Berdasarkan ras

Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras (buras, atau kampung). Dalam
pengertian "ayam ras" menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang
dikembangkan untuk usaha komersial massal, seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok
ayam buras terdapat pula ras lokal ayam yang khas namun tidak dikembangkan untuk usaha
komersial massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai dikembangkan
(dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau untuk acara ritual. Berikut ini
adalah ras lokal ayam di Nusantara yang telah dikembangkan untuk sifat/penampilan tertentu:

 ayam pelung, ras lokal dan unggul dari Priangan (Kabupaten Cianjur) yang memiliki
kokokan yang khas (panjang dan bernada unik), termasuk ayam hias;
 ayam kedu (termasuk ayam cemani), ras lokal dan mulia dari daerah Kedu dengan ciri
khas warna hitam legam hingga moncong dan dagingnya, termasuk ayam pedaging dan
ayam hias;
 ayam nunukan, ras lokal dan mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk badan tegap
dan ukuran besar, keturunan ayam aduan, termasuk ayam pedaging dan hias;
 ayam poland, ras local dan unik dari polandia dengan jambul Eropa yang dikenal karena
lambang bulu yang luar biasa
 ayam brahma, ras local dari amerika serikat dengan memiliki ciri khas postur tubuhnya
yang tinggi dan besar, termasuk ayam hias, ayam petelur dan ayam pedaging.

Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe khas tertentu namun sifat
itu tidak selalu eksklusif milik ras tertentu, seperti

 ayam walik (frizzle), ayam dengan bulu yang tidak menutupi badan tetapi tegak berdiri;
 ayam bali, ayam dengan leher tidak berbulu dan jambul di kepalanya, sekarang mulai
dibiakmurnikan;
 ayam katai (bantam), istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil (proporsi panjang
kaki dengan ukuran badan lebih kecil daripada ayam "normal"), terdapat berbagai ras
lokal dan ras murni seleksi yang masuk kategori ini;
 ayam ketawa, ayam (jantan) seleksi dengan suara kokok terputus-putus seperti orang
tertawa, diduga pertama kali sengaja diseleksi di Sulawesi Selatan, tetapi sekarang telah
tersebar di berbagai tempat.
 Makanan
- Ayam kapas : biji-bijian, dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil
seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.
- Ayam Poland : kacang – kacangan, beras merah, konsentrat, dan gabah.
- Ayam Brahma : Voer/BR, Dedak., Bekatul, Jagung giling, Beras Merah, Kacang –
kacangan
 Perkembangbiakan
- Ayam Poland : Ayam Poland merupakan ayam yang cukup pandai bertelur, ayam ini
bisa menghasilkan telur sebanyak 10-20 butir. Jika Anda ingin memelihara ayam
poland untuk menghasilkan anakan yang banyak, bisa dengan menetaskan telur ayam
poland dengan mesin penetas. Sehingga indukan Ayam Poland bisa dipersiapkan
untuk dikawinkan kembali setelah 1 minggu. Telur ayam bisa menetas dalam kurun
waktu 21 hari
- Ayam Kapas : Telur ayam kapas berwarna krem dan berukuran kecil. Ayam ini
dapat menghasilkan 200 butir telur pertahun.
- Ayam Brahma : Ayam brahma akan memasuki usia perkawinan pada saat usianya
menginjak 8 bulan dan ayam brahma akan bertelur pada usia 8 bulan. Selain itu
kelebihan jenis ayam brahma pada produktifitasnya yang cukup tinggi sehingga
produktifitasnya mampu menghasilkan 15-18 butir telur dalam satu periode tertentu.
Namun tidak menutup kemungkinan jika telur ayam brahma dimasukkan dalam
mesin penetas, produktifitas telur ayam brahma akan lebih tinggi dan mampu
menghasilkan bisa mencapai 40-60 butir telur padasatu kali periode tertentu.
 Peranan Ayam dalam pertanian : pemanfaatan pupuk atau kotoran ayam sangat efektif
bagi tanaman.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa begitu banyak satwa-satwa
yang ada di Indonesia tetapi kami hanya dapat meneliti yang ada di Taman Marga
Satwa Ragunan ini. Satwa-satwa disana dikelompokkan dari berbagai jenis. Kami
yang ditugaskan untuk meneliti satwa unggas dapat mengetahui satwa unggas dari
klasifikasi setiap satwanya, deskripsi mengenai satwanya,perilaku, pakan, habitat,
perkembangbiakannya serta dapat mengetahui peranannya dalam pertanian.
B. SARAN
Menurut kami sebaiknya jika datang berkunjung lagi harus berencana membawa
makanan seolah-olah kita berpiknik. 

Anda mungkin juga menyukai