KNOWLEDGE
SHARING
Daftar Isi
CEDERA MUSKULOSKELETAL 25
KERACUNAN 36
DAFTAR PUSTAKA 55
-i-
Pagina • ii
Kata Pengantar
Pertolongan pertama gawat darurat merupakan suatu tindakan penanganan pertama yang
dilakukan pada korban kedaruratan baik medis maupun trauma hingga penanganan medis yang
lebih lanjut dapat diberikan. Penanganan yang baik dan benar dapat menyelamatkan banyak
nyawa serta mencegah terjadinya kecacatan akibat kedaruratan yang dialami oleh korban. Namun
pada kenyataannya, sebagian besar masyarakat awam tidak mengetahui bagaimana pertolongan
pertama dilakukan dengan benar. Pemikiran bahwa korban harus secepatnya ditangani oleh tim
medis telah mengabaikan pertolongan pada menit-menit pertama. Masyarakat awam sering
memindahkan dan mengangkut korban ke fasilitas medis secara cepat dan sembarang tanpa
mengindahkan kondisi korban pada saat itu. Akibantya, banyak korban kedaruratan yang
meninggal atau cacat karena tiadanya pertolongan pertama yang merupakan salah satu kunci
keberhasilan pertolongan pada korban kedaruratan.
Atas dasar hal ini, maka Ikatan Alumni Semarang (IKALSEMAR) yang merupakan perkumpulan
alumnus Akademi Keperawatan dan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Depkes Semarang
menyusun program pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat untuk awam. Dengan melihat
kondisi lapangan serta berdasar pengalaman lapangan para alumni, maka program pelatihan ini
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
• Tingkat Mula (Essential First Aid) dengan format program 8 jam
• Tingkat Dasar (Basic First Aid) dengan format program 16 jam
• Tingkat Madya (Intermediate First Aid) dengan format program 24 jam
Pelatihan tingkat mula ditujukan kepada awam yang berada pada lokasi kerja atau lokasi tempat
tinggal dengan fasilitas medis yang mudah dijangkau serta resiko kedaruratan yang rendah.
Termasuk dalam golongan ini adalah pekerja kantor, atau yang bertempat tinggal di kota dengan
fasilitas memadai. Selain itu, tingkat mula juga diperuntukan bagi karyawan yang memiliki
keharusan mendapatkan pelatihan PPGD di tempat kerjanya.
Pelatihan tingkat dasar ditujukan kepada awam yang berada di lokasi kerja atau bertempat tinggal
dengan resiko kedaruratan sedang hingga tinggi yang memiliki fasilitas medis yang membutuhkan
waktu untuk mencapai tempat kejadian. Karyawan yang bertugas sebagai floor warden, fire
warden, security warden sebaiknya tingkat kemampuan pertolongan pertama pada tingkat ini.
Pelatihan tingkat madya ditujukan kepada awam yang berada di lokasi kerja atau lokasi tempat
tinggal dengan fasilitas medis yang sulit dijangkau serta memiliki resiko terjadinya kedaruratan
cukup tinggi. Karyawan yang ditunjuk sebagai petugas penolong (first aider) pertama sebaiknya
mengikuti pelatihan tingkat ini. Pelatihan tingkat ini juga membantu awam untuk jenjang pelatihan
selanjutnya seperti pelatihan Medical First Responder.
Kurikulum program pelatihan ini merujuk kepada berbagai model pelatihan pertolongan pertama
badan pelatihan dunia seperti American Red Cross, British Red Cross, serta American Red Cross.
Protokol bantuan hidup dasar yang menjadi dasar paling penting merujuk kepada panduan
terbaru yang dikeluarkan oleh International Liaison Committee on Resuscitation (ILCOR) yang
telah diterima oleh berbagai badan resusitasi dunia.
Program pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran orang dewasa atau
adult learning. Dengan model pelatihan ini, setiap peserta akan terlibat secara aktif dalam
mencapai tujuan pelatihan. Instruktur akan menjadi fasilitator yang membantu serta memandu
peserta dalam mencapai tujuan pelatihan.
Kata Pengantar
Pertolongan Pertama dalam Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Terpadu
Dalam kasus kedaruratan trauma, kematian dapat terjadi pada menit-menit pertama akibat
hancurnya atau rusaknya organ vital manusia. Kematian ini tidak dapat dicegah karena tingkat
keparahan yang terjadi. Kematian tahap berikutnya, terjadi akibat komplikasi cedera yang terjadi
beberapa saat setelah cedera terjadi. Perdarahan hebat sering menjadi awal terjadinya syok yang
akan berujung pada kegagalan fungsi tubuh secara menyeluruh. Kematian tahap akhir terjadi
akibat kegagalan multi organ akibat infeksi atau kerusakan organ akibat tidak adekuatnya
pertolongan yang diberikan. Tindakan definitif yang diberikan dalam rentang waktu satu jam sejak
terjadinya kedaruratan memberikan kemungkinan terbesar untuk pasien untuk bertahan hidup.
Waktu ini disebut sebagai ‘Golden Hour’.
Sedangkan pada kedaruratan medis, masalah gangguan berujung pada pada kematian organ vital
khususnya otak. Seperti telah diketahui bahwa otak tidak dapat bertahan lama tanpa oksigen atau
nutrisi yang adekuat. Bila otak tidak menerima suplai oksigen lebih dari 4 menit maka kerusakan
otak akan terjadi. Kerusakan otak bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Waktu 4
menit dimana otak dapat bertahan tanpa mengalami kerusakan berarti ini disebut sebagai ‘Golden
Period’.
Untuk mempertahankan kehidupan korban dalam waktu ‘Golden Hour’ dan ‘Golden Period’ ini,
maka suatu sistem pelayanan gawat darurat yang terpadu harus dibentuk. Dengan sistem
pelayanan gawat darurat terpadu, maka tim medis yang terlatih akan dengan cepat mencapai
lokasi kejadian, dan memberikan pertolongan yang baik. Sementara awam di lokasi kejadian
dapat memberikan pertolongan pertama yang memadai hingga tim medis ini mengambil alih kasus
yang terjadi.
Di negara berkembang, dengan minimnya fasilitas kesehatan dan layanan gawat darurat maka
tingkat kematian akibat kedaruratan baik medis maupun trauma cukup tinggi. Sering ambulans
gawat darurat yang disediakan oleh pemerintah ataupun lembaga pelayanan kesehatan tidak lebih
dari alat transportasi tanpa tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi ketrampilan maupun
peralatan. Hal ini diperburuk dengan rendahnya pengetahuan awam mengenai pertolongan
pertama, sehingga banyak korban yang tidak mendapatkan pertolongan yang benar. Hal ini
berakibat pada banyaknya korban yang meninggal atau mengalami kecacatan akibat pertolongan
pertama yang tidak benar serta terlambatnya bantuan medis.
Berdasarkan hal ini, maka yang menjadi pertanyaan besar adalah:
“ Apa yang harus saya lakukan untuk meningkatkan kemungkinan pasien untuk bertahan hidup
dan mencegah terjadinya kecacatan?”
pertama harus dilakukan pada saat keadaan lingkungan benar-benar aman untuk penolong
melakukan usaha pertolongan.
Prinsip dasar dalam melakukan pertolongan pertama adalah:
• Mempertahankan dan menyelamatkan kehidupan
• Mencegah keadaan menjadi lebih buruk
• Mempercepat proses penyembuhan
Prinsip dasar ini akan dapat dicapai bila penolong pertama selalu mempertahankan ketrampilan
serta pengetahuannya dalam masalah penanganan kasus darurat. Berlatih dan mengembangkan
kemampuan diri adalah kunci untuk mencapai prinsip dasar ini.
Pemeriksaan &
Pemeriksaan Situasi Pemeriksaan &
Penanganan
Lokasi Kejadian Penanganan Awal
Sekunder
Catatan:
Saat memanggil pertolongan medis atau layanan gawat darurat, penolong pertama harus
menyebutkan atau melaporkan hal-hal di bawah ini:
• Identitas diri
• Lokasi kejadian
• Jenis kedaruratan yang dihadapi
• Jumlah korban dan kondisi umum
• Jenis bantuan yang dibutuhkan
• Nomor kontak yang bisa dihubungi kembali
Bantuan hidup dasar ini harus secepatnya dilakukan bila diperlukan. Kegagalan dalam melakukan
bantuan hidup dasar lebih dari 4 menit sejak korban mengalami henti jantung akan meningkatkan
resiko kematian bagi korban akibat kerusakan otak.
Pengenalan
Tersedak ada dua macam, yaitu parsial dimana masih ada celah di saluran napas yang
mengalami sumbatan serta total dimana tidak ada lagi celah di saluran napas yang tersumbat.
Sumbatan yang bersifat parsial ditandai dengan adanya batuk-batuk, nafas yang sesak serta
nafas yang diiringi bunyi. Apabila korban mampu batuk dengan efektif, maka sumbatan dapat
keluar dengan sendirinya. Tetapi, bila tidak maka sumbatan dapat berlangsung lama atau bahkan
menjadi total yang menghentikan napas korban seluruhnya.
Sumbatan total ditandai dengan tidak ada napas serta korban tidak dapat berbicara sama sekali.
Korban akan panik dan sulit untuk mengendalikan diri. Hal ini berakibat ia akan mudah jatuh pada
kondisi kekurangan oksigen secara akut dan menyebabkan ketidaksadaran dengan cepat.
Penanganan
Bila korban masih bisa batuk atau bernapas, tindakan pertama yang dilakukan adalah menyuruh
korban untuk batuk secara efektif.
Bila korban tidak dapat batuk secara efektif maka langkah selanjutnya adalah menepuk punggung
korban (di antara kedua tulang belikatnya) sebanyak 5 kali. Kemudian periksa apakah benda
penyumbat keluar atau tidak.
Bila tidak berhasil maka dilakukan hentakan di perut atau di dada (pada anak-anak dan ibu hamil
sebaiknya di dada) sebanyak 5 kali. Kemudian periksa apakah berhasil atau tidak.
Bila tidak berhasil, maka ulangi tepukan punggung sebanyak 5 kali dan dilanjutkan hentakan di
perut atau dada sebanyak 5 kali juga.
Bila langkah-langkah tersebut tidak berhasil dan korban menjadi tidak sadar, maka lakukan
langkah-langkah berikut:
• Buka mulut korban dan lihat apakah benda penyumbat terlihat, bila terlihat keluarkan
dengan jari-jari anda. Bila tidak terlihat, jangan memasukkan jari untuk mencarinya,
karena mungkin akan membuat benda penyumbat semakin ke dalam dan terjepit.
• Periksa pernapasan korban selama 10 detik(pada korban tidak sadar, otot-otot sekitar
jalan napas menjadi rileks dan mungkin menyebabkan benda penyumbat bergeser ke
arah saluran pencernaan / kerongkongan sehingga jalan napas terbuka). Bila korban
bernapas berarti tidak ada sumbatan lagi, posisikan korban pada posisi miring atau posisi
rekoveri.
• Bila korban tidak bernapas, beri bantuan napas 2 kali bila tidak berhasil masuk, lanjutkan
hingga 5 kali usaha bantuan napas.
• Bila 5 kali bantuan napas tidak berhasil, maka lakukan hentakan di dada sebanyak 15 kali
seperti saat melakukan penekanan dada di resusitasi jantung paru.
• Setelah 15 kali hentakan dada, periksa kembali mulut korban untuk memastikan benda
penyumbat keluar atau tidak. Bila tidak, periksa lagi napas korban sebelum memberikan
bantuan napas. Kemudian kembali lakukan bantuan napas yang diikuti penekanan dada.
• Hal ini dilakukan terus hingga benda asing tersebut keluar atau tidak terjadi lagi sumbatan
jalan napas. Jalan napas tidak tersumbat bila korban bernapas kembali atau sewaktu
diberikan bantuan napas dada akan mengembang penuh.
Catatan:
Segera panggil bantuan layanan gawat darurat bila korban menjadi tidak sadar akibat sumbatan
jalan napas ini.
Pingsan (Sinkop)
Pingsan atau sinkop merupakan kondisi hilangnya kesadaran sesaat manusia akibat penurunan
sirkulasi ke otak. Sering disebabkan adanya faktor emosional, lingkungan atau faktor fisik tubuh.
Bekerja keras di bawah suhu yang ekstrim serta kondisi tubuh yang lemah sering menjadi
penyebab utama.
Pingsan hanya berlangsung sesaat dan korban akan segera pulih serta sadar setelah aliran darah
ke otak kembali normal.
Ciri-ciri orang pingsan di antaranya:
• Kesadaran turun, namun masih berespon terhadap rangsang nyeri dengan menepis atau
menarik tangannya saat dipencet kukunya.
• Denyut nadi pada saat awal pingsan melambat serta kekuatannya teraba normal
Koma
Koma merupakan hilangnya kesadaran manusia hingga tingkat bawah. Sering terjadi akibat
adanya gangguan-gangguan berat di susunan saraf pusat. Penyebab umum terjadinya koma:
• Gangguan oksigenasi seperti hipoksia, keracunan gas, dll
• Gangguan metabolisma seperti diabetes mellitus
• Gangguan akibat sistem sirkulasi seperti stroke, hipertensi, dll
• Traumatik atau cedera dari luar seperti cedera kepala
Koma ditandai dengan jatuhnya tingkat kesadaran hingga pada tingkatan yang paling rendah.
Orang koma sering hanya bereaksi pada rangsang nyeri dengan menarik tangan dan tubuhnya ke
arah dalam atau bahkan kejang. Tanda-tanda vital yang dideteksi bervariasi dari normal hingga
lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkatan normal.
Penanganan
Sebagaimana orang pingsan, masalah jalan napas, pernapasan serta sirkulasi menjadi perhatian
utama penanganan orang koma.
• Panggil bantuan medis atau layanan gawat darurat
• Jalan napas harus dipastikan bersih, ini karena orang yang dalam keadaan koma tidak
mampu mempertahankan jalan napasnya untuk terbuka. JANGAN memberikan apapun
lewat mulut!
• Pernapasan harus dipastikan adekuat, dengan melonggarkan pakaian atau asesoris yang
mungkin mengganggu pernapasan
• Kaji status sirkulasi korban dengan memeriksa adanya perdarahan yang terjadi
• Lakukan pemeriksaan sekunder pada pasien sebelum menempatkan pasien pada posisi
miring atau rekoveri (bila korban mengalami cedera kepala sebaiknya tidak dimiringkan,
tetapi cukup dijaga jalan napasnya tetap terbuka)
• Cari petanda medis (medical alert) untuk mengetahui penyebab atau faktor yang
menyebabkan pasien menjadi tidak sadar
• Tanyakan kepada orang atau anggota keluarga pasien mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penyakit atau kondisi terakhir korban sebelum tidak sadar
• Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital secara teratur setiap 5 menit hingga tim medis
atau layanan gawat darurat tiba
Catatan:
Bila penolong pertama merasa ragu akan kondisi korban apakah pingsan atau koma, sebaiknya ia
ditangani sebagaimana orang koma.
Jangan pernah meninggalkan korban yang tidak sadar sendirian, selalu awasi kondisi umum
korban khususnya jalan napas, pernapasan serta sirkulasi secara teratur.
Perdarahan Luar
Perdarahan dapat terjadi di luar ataupun di dalam tubuh. Perdarahan luar terjadi akibat adanya
luka terbuka di tubuh. Perdarahan dalam sering terjadi akibat cedera di organ-organ di dalam
tubuh akibat trauma tumpul.
Jenis perdarahan berdasarkan jenis pembuluh darah yang terluka yaitu:
Perdarahan arteri; dimana perdarahan ditandai dengan warna darah yang merah terang, darah
menyemprot deras sesuai dengan denyut jantung. Perdarahan ini adalah perdarahan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan kehilangan darah secara cepat dalam jumlah yang besar.
Perdarahan ini lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan perdarahan yang lainnya.
Perdarahan vena; dimana perdarahan ditandai dengan warna darah yang merah gelap, darah
mengalir tergantung besar kecilnya vena yang terkena. Perdarahan vena bisa berbahaya bila
mengenai pembuluh vena yang besar. Perdarahan relatif mudah dihentikan.
Perdarahan kapiler; dimana perdarahan terjadi secara ringan dengan merembes di luka gores.
Tidak terlalu berbahaya serta paling mudah dihentikan bahkan cukup dengan penekanan saja.
Penanganan
Karena darah dapat menularkan penyakit, maka penolong pertama harus selalu memakai
pelindung seperti sarung tangan plastik atau karet saat menangani perdarahan.
• Lakukan penekanan langsung di luka dengan kain atau kasa
• Bagian yang terluka ditinggikan lebih tinggi dari jantung dengan tetap memberikan
tekanan di bagian luka
• Bila perdarahan tetap tidak terkontrol, lakukan penekanan di titik-titik arteri di ekstremitas
• Setelah perdarahan terkontrol, maka lakukan pembalutan bertekanan dengan pembalut
elastis
• Awasi agar korban tidak jatuh dalam keadaan syok; bila korban mengeluh pusing dan
lemas, telentangkan korban dengan kaki ditinggikan 20-30 cm, jaga agar korban tetap
hangat
• Panggil layanan gawat darurat
Torniket
Pengikatan torniket merupakan cara terakhir untuk menghentikan perdarahan hebat yang tidak
terkontrol dengan cara biasa di atas, misalnya pada luka amputasi di tungkai atau tangan. Torniket
TIDAK disarankan untuk perdarahan atau luka biasa yang masih terkontrol dengan cara di atas.
Torniket dilakukan dengan melakukan pengikatan di bagian distal ekstremitas yang cedera
(sedekat mungkin dengan luka). Pengikatan ini menggunakan kain atau pembalut yang agak
lebar, jangan menggunakan tali atau sling.
Setelah itu ambil batang kayu yang tidak terlalu besar untuk memberikan putaran yang akan
menghentikan perdarahan. Setelah darah berhenti, maka kayu diikat erat.
Bila torniket telah terpasang, maka TIDAK boleh dibuka lagi kecuali oleh tim medis di fasilitas
kesehatan yang menjadi rujukan.
Perdarahan Dalam
Merupakan cedera serius yang memerlukan perthatian khususs. Perdarahan dalam sering
diakibatkan adanya trauma ke beberapa organ internal tubuh seperti liver (hati), limpa atau ginjal.
Selain itu beberapa cedera juga dapat menyebabkan perdarahan dalam yang cukup serius seperti
patah tulang paha (hingga 1 liter) atau patah tulang panggul (hingga 2-3 liter).
Perdarahan dalam dapat dikenali dengan keluarnya darah dari lubang-lubang tertentu seperti
hidung, telinga, mulut, anus dan alat kelamin. Berikut ini merupakan beberapa tanda dan gejala
umum perdarahan dalam:
• Batuk darah segar
• Muntah darah (bisa berwarna merah gelap atau bahkan kehitaman)
• Adanya memar di beberapa bagian vital tubuh seperti di perut
• Otot perut keras dan kaku (sering disebut ‘perut papan’)
Penanganan
Perdarahan dalam merupakan kondisi yang jauh di luar kemampuan penolong pertama untuk
menangani. Pertolongan pertama ditujukan untuk mencegah korban menjadi lebih buruk lagi.
• Segera tenangkan korban
• Jaga pasien untuk tetap hangat
• Tempatkan korban pada posisi syok
• Bila keluar darah dari lubang tubuh, JANGAN disumbat, cukup dengan memberikan
balutan yang longgar di tempat tersebut
• Segera panggil bantuan medis
Syok
Syok merupakan kondisi terjadinya penurunan fungsi sirkulasi dalam mendistibrusikan darah yang
berisi oksigen ke jaringan tubuh sehingga perfusi jaringan khususnya di organ-organ vital
menurun. Pada situasi darurat penyebab utama syok adalah hilangnya darah atau cairan tubuh
dalam jumlah yang banyak serta dalam waktu yang singkat. Selain itu penyebab lainnya adalah
adalah penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah untuk disirkulasikan serta adanya
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan volume darah tidak cukup untuk mengisinya
sehingga berujung pada terjadinya penurunan perfusi.
Tanda-tanda syok diantaranya adalah:
• Napas cepat serta dangkal
• Denyut nadi cepat dan lemah
• Kulit pucat, dingin serta lembab
• Wajah pucat dengan bibir kebiruan, begitupula dengan lidah dan daun telinga
• Mata cekung serta pupil mata membesar / lebar
Korban yang jatuh dalam keadaan syok akan merasa:
• Mual sering diiringi dengan muntah-muntah
• Haus
• Lemah / lemas
• Pusing / vertigo
• Panik dan cemas
Penanganan
Syok tahap lanjut sangat sulit diatasi, karena itu fokus penanganan adalah mencegah terjadinya
syok lebih lanjut dengan mengenali syok dengan cepat serta menghentikan proses penyebab
syok. Selain itu penatalaksaanan jalan napas, pernapasan serta fungsi sirkulasi tidak dapat
dikesampingkan.
• Segera aktifkan layanan gawat darurat / tim medis
• Pastikan jalan napas tetap terbuka dan bersih
• Pastikan napas tetap adekuat dengan menjaga agar korban tetap mendapat udara segar;
minta orang-orang untuk tidak mengerumuni korban
• Pastikan sirkulasi tetap adekuat dengan menghentikan atau mengontrol proses
perdarahan yang terjadi.
• Bila korban tidak mengalami cedera kepala/tulang belakang, patah tulang di kaki / tungkai,
cedera dada atau perut maka TINGGIKAN kaki korban sekitar 20-30 cm
• Jaga agar suhu pasien tetap hangat dengan menyelimuti korban tetapi jangan sampai
korban mengalami hipertermia
• Awasi terus kondisi korban khususnya tanda-tanda vital korban secara teratur hingga tim
medis / layanan gawat darurat
• JANGAN memasukkan organ tubuh yang keluar ke dalam rongga tubuh kembali
• Bungkus organ tubuh tersebut dengan kain basah atau bahan yang tidak menyerap
cairan.
• Lakukan pembalutan dengan hati-hati JANGAN terlalu kencang
• Posisikan korban senyaman mungkin
• JANGAN memberikan apapun lewat mulut
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat atau kirim korban ke RS
Luka Amputasi
Luka amputasi dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan berujung pada syok atau
kematian. Selain itu, dengan adanya bagian tubuh yang terputus akan timbul kecacatan.
Tujuan pertolongan adalah menghentikan perdarahan dan mencegah syok serta mencegah
kecacatan.
• Tenangkan korban
• Lakukan penghentian perdarahan (dengan ditekan langsung, ditinggikan, tekan titik arteri
serta pembalutan)
• Apabila perdarahan tidak terkontrol (ini sering terjadi), lakukan torniket arteri
• Bila korban menunjukkan tanda syok, posisikan korban dalam posisi syok
• Bagian tubuh yang terpotong dimasukkan ke dalam plastik dan ditutup rapat dan
masukkan kedalam air es (JANGAN lupa untuk menyerahkannya kepada tim medis /
layanan gawat darurat)
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat atau kirim korban ke RS
Keguguran
Keguguran dapat menyebabkan perdarahan yang cukup banyak yang dapat mengancam nyawa.
Pertolongan pertama ditujukan untuk mencegah korban menjadi syok.
• Tenangkan korban
• Posisikan korban pada posisi tidur telentang
• Berikan balutan yang tebal (misalnya pembalut wanita)
• Kaki korban ditekuk dengan memberikan penyangga di bawah lututnya
• Jaga korban agar tetap hangat
• JANGAN memberikan apapun lewat mulut
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat atau kirim korban ke RS
Mimisan
Mimisan merupakan perdarahan dari hidung. Ia dapat terjadi akibat cedera ataupun karena
kondisi lingkungan yang ekstrim (sangat panas atau sangat dingin). Bila mimisan menyertai
cedera kepala maka menghentikan perdarahannya bukanlah prioritas utama (dibahas lebih lanjut
pada bab cedera kepala dan tulang belakang).
Bila perdarahan terjadi akibat cuaca yang ekstrim panas ataupun dingin maka pertolongan yang
dapat diberikan adalah:
• Tenangkan korban
• Minta korban untuk menunduk dan bernapas lewat mulut
• Minta korban untuk memencet hidungnya
• Kompres dingin dapat diberikan di sekitar hidung dan dahinya
• Bila perdarahan tidak segera berhenti, sebaiknya segera panggil tim medis / layanan
gawat darurat atau kirim korban ke RS
Catatan:
Langkah diatas dilakukan selama 2 x 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, korban
harus diperiksa oleh tim medis untuk memastikan apakah ada cedera yang lain (misal patah
tulang).
Balsem atau kompres hangat boleh dilakukan setelah 2 x 24 jam. JANGAN melakukan kompres
hangat sesaat terjadinya cedera.
Cedera Muskuloskeletal
Pagina • 27
• Periksa kondisi umum korban; khususnya jalan napas, pernapasan serta sirkulasi
• Bila terjadi patah tulang terbuka, hentikan perdarahan serta hindari patahan tulang untuk
bergerak-gerak. JANGAN masukkan patahan tulang ke dalam jaringan lunak!
• Periksa apakah fungsi sensorik (perasa), motorik (pergerakan) dan nadi di ujung bagian
yang cedera masih baik atau tidak
• Periksa lokasi patah tulang dengan memeriksa dari pangkal dan ujung bagian yang
cedera
• Setelah lokasi patah tulang dapat diketahui, imobilisasi/stabilisasi bagian yang cedera;
imobilisasi harus menstabilkan sendi di atas dan bawah bagian yang cedera
• Periksa ulang fungsi sensorik (perasa), motorik (pergerakan0 dan nadi di ujung bagian
yang cedera
• Lakukan pemeriksaan sekunder sambil menunggu tim layanan gawat darurat tiba
Catatan:
Untuk cedera sendi, imobilisasi tulang di atas dan di bawah sendi. Bila rasa sakit bertambah,
sebaiknya imobilisasi dilakukan tim layanan gawat darurat dengan alat bidai tertentu.
Bila korban ditemukan dalam kondisi telah kehilangan fungsi sensorik, motorik dan nadi, biarkan
tim layanan gawat darurat yang melakukan stabilisasi / imobilisasi
Prosedur Melakukan Bidai Anatomis (‘Body Splint’)
Bidai anatomis dilakukan dengan menggunakan bagian yang sehat sebagai bidai terhadap bagian
yang cedera. Biasa digunakan di bagian tungkai kaki.
• Selipkan balutan pengikat dari kain segitiga yang telah dimodifikasi di bawah bagian yang
cedera; selipkan melalui bawah lutut dan pergelangan kaki tanpa harus mengangkat
bagian yang cedera
• Balutan pengikat ini digeser ke ujung bagian patahan atas dan bawah
• Masukkan balutan pengikat lainnya ke pangkal paha, di lutut serta mata kaki
• Lakukan pengikatan ‘reef knot’ dengan urutan sebagai berikut:
o Ikat bagian kaki dengan ikatan ‘8’ yang menyilang kedua kaki
o Ikat bagian pangkal paha
o Ikat ujung atas dan bawah patahan tulang
o Ikat bagian lutut dengan menutup kedua belah mata lutut
• Periksa ulang fungsi sensorik, motorik serta nadi di ujung bagian yang cedera
Prosedur Pembidaian dengan Bidai Kayu (‘Rigid Splint’)
Bidai kayu digunakan untuk membidai patah tulang panjang seperti di lengan tangan atau tungkai
kaki.
• Sesuaikan ukuran bidai dengan panjang tangan atau kaki (pastikan panjangnya cukup
untuk menstabilkan dua sendi yang mengapit bagian yang patah).
• Selipkan balutan pengikat dari kain segitiga yang telah dimodifikasi di bawah bagian yang
cedera; selipkan melalui bawah lutut dan pergelangan kaki tanpa harus mengangkat
bagian yang cedera
• Balutan pengikat ini digeser ke ujung bagian patahan atas dan bawah
• Masukkan balutan pengikat lainnya ke pangkal paha, di lutut serta mata kaki
• Letakkan dua bilah bidai di kanan kiri bagian yang cedera
• Lakukan pengikatan ‘reef knot’ dengan urutan sebagai berikut:
o Ikat bagian ujung kaki
o Ikat bagian pangkal paha
o Ikat ujung atas dan bawah patahan tulang
o Ikat bagian lutut dengan menutup kedua belah mata lutut
• Periksa ulang fungsi sensorik, motorik serta nadi di ujung bagian yang cedera
Catatan:
Bila terjadi patah tulang paha, maka sebaiknya bidai luar dilakukan sejak dari pangkal ketiak sisi
yang cedera dan bidai dalam dilakukan dari pangkal selangkangan.
Bila terjadi patah tulang bawah, maka sebaiknya bidai dilakukan mulai dari pangkal paha.
Cedera Muskuloskeletal
Cedera Kepala & Tulang Belakang
Susunan syaraf pusat terdiri dari otak besar (Cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak.
Kemudian ketiga otak tersebut akan tersambung ke batang syaraf spinal di tulang belakang.
Susunan syaraf pusat ini terlindungi oleh tulang tengkorak dan susunan anatomis tulang
belakang.
Tengkorak kepala merupakan tempat otak berada. Tengkorak memberikan perlindungan dari
benturan kepada otak. Cairan serebro-spinal juga membantu meredam kejutan atau benturan
yang terjadi, selain itu juga mencegah gesekan langsung antara otak dengan lapisan keras di
sekitarnya.
Otak merupakan organ yang lunak dengan jejaring pembuluh darah yang banyak. Karena
strukturnya inilah maka otak sangat rentan terhadap adanya benturan dari luar atau gesekan
terhadap jaringan keras di sekitarnya. Otak berfungsi sebagai pusat kontrol aktivitas manusia.
Perintah dari otak yang berupa impuls-impuls disalurkan melalui batang syaraf spinal di tulang
belakang. Batang syaraf spinal ini dilindungi oleh struktur tulang belakang (vertebra). Tulang
belakang terdiri dari 33 tulang yang dikelompokkan sesuai dengan tempatnya:
• Tulang belakang servikal (di leher, terdiri dari 7 vertebra)
• Tulang belakang thorakal (di punggung atas, terdiri dari 12 vertebra)
• Tulang belakang lumbal (di punggung bawah, terdiri dari 5 vertebra)
• Sakrum (bagian bawah tulang belakang, terdiri dari 5 vertebra menyatu)
• Koksik (tulang ekor, terdiri dari 4 vertebra menyatu)
Dengan melihat kesinambungan struktur kepala dan tulang belakang ini, maka setiap adanya
cedera kepala maka dicurigai pula kemungkinan cedera tulang belakang.
Cedera Kepala
Permasalahan yang dihadapi dalam cedera kepala adalah kemungkinan cederanya otak yang
berada di dalam rongga tulang tengkorak. Setiap adanya tanda cedera di bagian kepala harus
mengarah kepada adanya cedera otak trumatik.
Beberapa tanda dan gejala yang mungkin ditemukan pada korban cedera kepala:
• Perubahan tingkat kesadaran
• Nyeri atau sakit kepala
• Adanya perlukaan di kepala
• Perdarahan disertai cairan serebro-spinal dari telinga atau hidung
• Memar di kepala
• Memar di sekitar mata (‘Raccoon Eyes’) atau sekitar telinga (‘Battle’s sign)
• Perbedaan reaksi pupil mata
Log Roll
Log roll merupakan teknik untuk menggerakkan korban (memiringkan korban) untuk keperluan
pemeriksaan atau bila korban muntah. Prinsip dasar log roll adalah pergerakan yang seragam dan
serentak dari ujung kepala hingga ke ujung kaki untuk menjaga agar kepala, leher dan tulang
belakang tetap pada posisi netral anatomis.
Untuk melakukan log roll dibutuhkan setidaknya 4 orang. Satu orang bertugas sebagi pemimpin
pemberi aba-aba di bagian kepala. Tiga orang lainnya bertindak sebagai orang yang memiringkan
korban sesuai dengan aba-aba dari bagian kepala.
Bila hendak membersihkan mulut korban, maka penolong di bagian bada ataslah yang bertugas
melakukannya dengan ‘finger sweep’. Bila untuk pemeriksaan, maka penolong di bagian badan
tengah yang bertugas melakukan pemeriksaan bagian belakang korban.
Bodi Mekanis
Bodi mekanis berarti penggunaan tubuh penolong secara baik untuk mempermudah
pengangkatan dan pemindahan sehingga dapat mencegah terjadinya cedera.
Untuk mengangkat dan memindahkan beban secara benar, maka teknik dasar bodi mekanis
harus dikuasai. Berikut ini adalah prinsip dasar bodi mekanis:
• Perencanaan; setiap langkah, arah, dan jarak pengangkatan serta pemindahan korban
harus selalu direncanakan dengan baik. Atur jeda istirahat sewaktu mengangkat dalam
jarak yang jauh serta atur jumlah pengangkat bila obyek terlalu berat
• Posisi kaki, posisi kaki harus dalam kuda-kuda yang baik serta stabil pada permukaan
• Jarak beban, beban angkatan harus diletakkan sedekat mungkin dengan tubuh penolong
• Posisi kepala, kepala harus tegak dengan mata menatap lurus ke depan tidak menunduk
• Posisi punggung, punggung harus dalam keadaan lurus netral anatomis tidak boleh
membungkuk
• Genggaman, tangan harus menggenggam dengan jari-jari bertemu dengan telapak
tangan. Jari kelingking, jari manis merupakan jari-jari yang harus diatur dulu posisinya.
Selain teknik individual di atas, hal lain yang harus diperhatikan adalah kerjasama tim dengan
berkomunikasi yang baik satu dengan yang lain. Sepanjang proses pengangkatan dan
pemindahan tim harus dikoordinasikan dengan baik.
Memindahkan Korban
Sebelum memindahkan korban, penolong pertama harus mengkaji hal-hal di bawah:
• Apakah pemindahan ini harus dilakukan?
• Seberapa cepat pemindahan ini dapat dilakukan?
• Apakah korban perlu distabilkan sebelum dipindahkan?
• Apakah pemindahan ini aman untuk dilakukan?
Sepanjang korban dalam kondisi aman dan tidak ada bahaya lebih lanjut, sebaiknya korban
diposisikan di mana ia ditemukan. Untuk pemindahan sebaiknya menunggu perintah dari tim
medis / layanan gawat darurat.
Pemindahan Darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila terdapat bahaya nyata yang mengancam keselamatan korban.
Beberapa hal yang memungkinkan terjadinya pemindahan darurat:
• Lokasi yang tidak aman bagi korban dan penolong untuk melakukan tindakan pertolongan
o Adanya kebakaran atau resiko kebakaran
o Ledakan atau resiko ledakan
o Struktur bangunan yang mulai tidak stabil
o Situasi kerusuhan
o Dll
• Lokasi yang tidak memungkinkan dilakukannya tindakan penyelamatan nyawa
o Posisi korban telungkup saat akan dilakukan resusitasi
o Posisi korban di tempat yang sempit sementara pasien memerlukan tindakan
resusitasi
INGAT pemindahan darurat sedapat mungkin dilakukan dengan menarik atau menggerakkan
korban searah dengan aksis tubuh (searah dengan tulang punggung). Pergerakan ini harus
dilakukan secepat mungkin.
Bila kondisi korban benar-benar tidak memungkinkan dipindah sedangkan kondisi lokasi semakin
berbahaya, maka penolong pertama TIDAK BOLEH menempatkan dirinya dalam resiko terkena
cedera akibat kondisi yang tidka aman ini.
Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
• Memindahkan dengan menarik korban melalui bajunya (shirtdrag)
• Memindahkan dengan menarik lengan korban (shoulder/forearm drag)
• Memindahkan korban dengan menarik menggunakan selimut (blanket drag)
• Menggendong korban (piggy-back) atau membopong (cradle carry)
• Firefighter lift
Pemindahan Non Darurat
Jika keadaan lokasi kejadian aman dan tidak ada ancaman bahaya, maka pasien hanya diangkat
dan dipindahkan kalau kondisi pasien sudah stabil dan cedera-cedera telah ditangani dengan
baik.
Mengangkat dan memindahkan pasien sebaiknya menggunakan alat angkut yang baik. Alat
angkut yang dapat mengimobilisasi kepala, tulang leher dan tulang punggung merupakan pilihan
utama. Spinal board dan basket stretcher merupakan pilihan yang paling banyak tersedia.
Bila alat angkut tidak tersedia, maka pengangkatan harus dilakukan dengan alat apa saja yang
tersedia di lokasi kejadian. Kursi, meja, daun pintu, sarung dan karung goni mungkin saja bisa
digunakan.
Bila hanya tenaga manusia yang tersedia, maka pengangkatan memerlukan setidaknya 6 orang
untuk korban yang mengalami cedera traumatik. Bila korban kedaruratan medis setidaknya
dibutuhkan 3 orang.
kejadian, penolong pertama harus memperhatikan berbagai benda di sekitar lokasi. Penolong
pertama harus memeriksa adanya tumpahan bahan kimia, obat-obatan atau kontainer yang
mungkin digunakan untuk penyimpanan bahan yang tertelan korban. Tanda dan gejala keracunan
ditunjukkan dengan adanya gangguan saluran cerna. Selain itu beberapa tanda dan gejala
tertentu yang mungkin ditemukan diantaranya:
• Jaringan di sekitar mulut terlihat seperti mengalami luka bakar, bengkak atau adanya
tanda-tanda jejas
• Napas tidak normal
• Keringat berlebihan (diaforesis)
• Busa dari mulut atau meningkatnya produksi ludah
Keracunan
Pagina • 39
Keracunan
Pagina • 41
aneh. Karena hal ini, korban dapat bersifat agresif yang membahayakan dirinya serta
orang lain. Yang termasuk dalam golongan ini diantaranya: ganja, LSD, PCP, STP dan
psilocybin.
• Zat Kimia Volatil; uap dari beberapa jenis zat kimiawi tertentu dapat menimbulkan efek
gembira, eforia atau perasaan melayang. Efek zat ini diantaranya hilangnya kemampuan
persepsi realitas seseorang, hilangnya kemampuan penciuman, meningkatnya denyut
jantung dan pernapasan, dan penurunan kesadaran hingga koma. Zat ini mudah
ditemukan pada solvent (pelarut), cairan pembersih, lem serta bensin.
Penanganan korban-korban penyalahgunaan NAPZA hampir sama dengan dengan kasus
penyalahgunaan alkohol; yang berfokus pada kemampuan mempertahankan jalan napas yang
terbuka dan bersih serta pernapasan yang adekuat. Hanya saja, karena di berbagai tempat
penyalahgunaan NAPZA termasuk dalam kategori kriminal, penolong pertama harus mengetahui
tentang peraturan setempat mengenai NAPZA. Selain itu, penolong pertama harus memastikan
bahwa semua barang bukti yang berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA tidak dipegang,
dipindahkan atau dibawa hingga petugas kepolisian datang.
Sengatan Serangga
Secara umum sengatan serangga tidak banyak mengakibatkan banyak masalah. Hanya beberapa
spesies tertentu yang dapat mengakibatkan keracunan atau reaksi alergi berat (anafilaktik).
Tingkat keparahan masalah yang dihadapi tergantung kepada jenis serangga yang menyengat
serta kepekaan tubuh terhadap alergen yang masuk akibat sengatan serangga. Beberapa
serangga yang kemungkinan besar mengakibatkan masalah reaksi alergi berat atau keracunan di
antaranya kalajengking, laba-laba hitam (Black Widow Spider) atau laba-laba merah (Red Back
Spider), lipan, tawon dan lebah, serta semut api
Tanda dan gejala adanya keracunan atau reaksi alergi berat akibat sengatan serangga
diantaranya:
• Rasa gatal yang menyeluruh
• Sakit yang hebat di bagian tergigit
• Pembengkakan di sebagian besar bagian tubuh
• Sesak napas, mengi serta suara parau
• Kelumpuhan otot-otot di sekitar tempat yang terkena
Penanganan
Pertolongan pertama ditujukan untuk mencegah proses reaksi alergi atau keracunan bertambah
berat.
• Pastikan lokasi kejadian aman untuk melakukan pertolongan
• Kaji kondisi jalan napas, pernapasan serta sirkulasi korban
• Bila korban masih dalam keadaan baik, segera lakukan pengompresan dingin di sekitar
daerah sengatan.
• Balutan bertekanan dilakukan di sekitar daerah yang terkena
• Posisikan bagian yang terkena tetap rendah dari jantung
• Bila korban menunjukkan tanda-tanda syok atau mulai menunjukkan reaksi alergi berat
segera kirim pasien ke fasilitas medis / layanan gawat darurat
Tanda dan gejala adanya keracunan akibat sengatan binatang air tidak berbeda jauh dengan jenis
sengatan atau gigitan serangga; diantaranya:
• Bengkak
• Nyeri
• Kram otot
• Pusing
• Sakit kepala
Penanganan
Karena korban biasanya sedang berada di air, resiko terbesar saat tergigit atau tersengat binatang
air adalah tenggelam akibat kram otot.
• Korban harus dipindahkan ke tempat aman dulu
• Pastikan jalan napas, pernapasan serta status sirkulasi korban adekuat
• Lakukan tindakan untuk mengurangi efek racun atau alergi pada korban
o Bila tersengat ubur-ubut; siram dengan cuka dapur kemudian jika terjadi
pembengkakan dan nyeri dapat diberikan kompres es
o Sedangkan bila tergigit atau tersengat binatang laut lainnya, lakukan
pengompresan hangat
• Apabila ada tanda-tanda keracunan atau reaksi alergi yang berat, segera kirim korban ke
fasilitas medis / layanan gawat darurat
• Posisikan miring bila korban mulai mengalami penurunan kesadaran.
Gigitan Ular
Jumlah ular berbisa tidak lebih dari 20% dari seluruh populasi ular di dunia. Ular sendiri
merupakan binatang yang bersifat defensif yang hanya akan menggigit manusia bila dalam
kondisi terdesak. Jenis racun dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
• Racun bersifat neurotoksik; racun ular ini bila masuk ke dalam tubuh akan merusak
jaringan saraf serta menghambat impuls saraf dalam tubuh manusia. Ular yang memiliki
racun jenis ini diantaranya golongan kobra dan krait.
• Racun bersifat hemotoksik; racun ular jenis ini bila masuk ke dalam tubuh manusia,
khususnya masuk ke dalam sistem sirkulasi akan merusak dan memecah sel darah,
sehingga darah akan rusak dan dapat terjadi perdarahan internal. Golongan ular yang
memiliki racun jenis ini adalah viper.
• Racun bersifat miotoksik; racun ular jenis ini bila masuk ke adalam tubuh manusia akan
menyebabkan kerusakan struktur sel otot, sehingga sel otot tidak berfungsi baik dan
lumpuh. Golongan ular yang memiliki racun jenis ini adalah ular laut.
Gambar 1. Ular Neurotoksik Gambar 2. Ular hemotoksik Gambar 3. Miotoksik
Beberapa tanda yang dapat dikenali untuk membedakan jenis ular berbisa atau tidak diantaranya:
Ciri-ciri Ular Berbisa Tidak Berbisa
Bentuk kepala Segitiga (seperti mata tombak Kepala lebih tumpul atau
atau panah) bundah
Taring Ada (bisa di depan atau di Tidak ada
belakang)
Bentuk Mata Elips (lonjong) Bundar
Ekor Berbentuk satu ruas Berbentuk seperti dua ruas
menyambung
Bekas gigitan Ada bekas taring; 2 atau 1 Terdapat banyak bekas gigi,
dengan tanda bengkak di dan tidak ada pembengkakan
sekitarnya
Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada korban gigitan ular berbisa antara lain:
• Terdapat tanda bekas gigitan dengan atau tanpa darah keluar
• Nyeri atau ras panas di sekitar daerah gigitan
• Daerah gigitan berwarna merah, kebiruan serta bengkak
• Mual dan muntah
• Kelemahan otot-otot atau kelumpuhan otot
• Kejang-kejang
• Penurunan tingkat kesadaran
Penanganan
Pertolongan pertama ditujukan untuk menghambat laju pergerakan bisa atau racun ke dalam
sistem sirkulasi.
• Pastikan keadaan aman
• Tenangkan korban dan posisikan senyaman mungkin
• Posisikan daerah yang tergigit serendah mungkin dari jantung
o Pastikan titik gigitan untuk identifikasi awal
o Apabila terdapat bekas bisa di sekitarnya, bersihkan dengan menggunakan air
sabun bila tersedia
o Lakukan pembebatan bertekanan di daerah yang tergigit (di ekstremitas bawah
ataupun atas) dengan pembalut elastis; pembebatan ini BUKAN torniket atau
ikatan mati.
o Bila perlu lakukan pembidaian di bagian yang tergigit
• Bila pasien mulai menurun kesadarannya posisikan miring (ke arah yang tergigit)
Keracunan
Pagina • 45
Luka Bakar
Luka bakar terjadi bila kulit terpapar pada sumber panas yang sangat tinggi baik karena panas
kering, panas basah, kimiawi atau listrik. Suhu di atas 60 derajat sudah dapat mengakibatkan luka
bakar yang merusak jaringan kulit.
Tingkat keparahan luka bakar ditentukan oleh:
• Kedalaman luka bakar
• Luas luka bakar
• Bagian tubuh yang terkena luka bakar
Kedalaman luka bakar terbagi menjadi:
• Luka bakar superfisial (derajat satu); dimana bagian yang terkena hanya lapiran terluar
yaitu epidermis. Ditandai dengan kemerahan disertai rasa nyeri di lokasi yang cedera.
• Luka bakar kedalaman parsial (derajat dua); dimana bagian yang terkena adalah
lapisan kedua (dermis) menjadi rusak.Ditandai dengan gelembung berisi cairan, bengkak
di sekitar gelembung serta rasa sakit yang hebat.
• Luka bakar kedalaman penuh (derajat tiga); dimana hampir seluruh jaringan kulit
terbakar yang merusak seluruh lapisan lemak, otot, pembuluh darah dan saraf. Pada
kasus tertentu, tulang mungkin terbakar. Tanda cedera derajat ini adalah kulit menjadi
kering, menghitam (hangus) serta munculnya lapisan seperti lilin di sekitar luka. Di bagian
yang cedera rasa nyeri tidak ada (karena saraf terbakar); tetapi rasa nyeri masih di
rasakan di sekitarnya.
Luas luka bakar dihitung dengan menggunakan metode yang umum yaitu ‘Rule of nine’ dimana
tubuh dibagi menjadi beberapa bagian dengan luas luka bakar sebagai berikut:
Dewasa Anak-anak
Kepala dan Leher 9% 18%
Penanganan
Penanganan sengatan panas ini bertujuan agar proses kerusakan di organ tidak bertambah luas
atau bertambah parah.
• Pindahkan korban dari tempat yang terpapar dengan suhu ekstrim dan tempatkan pasien
di tempat yang sejuk
• Lepas baju korban dan bungkus tubuhnya dengan handuk basah dan jaga agar handuk
tetap lembab dan dingin
• Kompres dingin di sekitar ketiak, di belakang lutut dan di sekitar pergelangan kaki serta di
kanan-kiri leher
• Bila korban menurun kesadarannya jangan pernah memberi minum kepada pasien
• Jika suhu tubuh tidak mau turun, maka segera evakuasi korban ke fasilitas medis rujukan
Pelaporan
Penolong pertama harus mampu memberikan laporan mengenai kedaruratan yang benar saat
menangani pasien. Laporan pada tahap awal penanganan gawat darurat bersifat verbal dengan
memberikan laporan umum mengenai kedaruratan. (Lihat Bab Pendekatan Dalam Keadaan
Darurat).
Penolong pertama secara verbal juga harus memberikan laporan saat menyerahkan korban ke
tim layanan gawat darurat yang mengambil alih kedaruratan.Beberapa hal yang harus
disampaikan kepada tim layanan gawat darurat yang datang misalnya:
• Kejadian penyebab (kalau diketahui)
• Kondisi umum terakhir
• Tanda-tanda vital terakhir
• Pertolongan yang telah diberikan
Apabila formulir pencatatan dan pelaporan disediakan secara khusus maka sebaiknya penolong
pertama mengisi formulir tersebut setelah menangani korban atau meminta orang lain untuk
melakukannya dengan arahan dari penolong pertama.
Pencatatan
Pencatatan lebih berfokus kepada bagaimana kondisi korban saat terjadi kedaruratan. Pencatatan
yang baik akan memberikan gambaran mengenai perjalanan atau perkembangan korban secara
detil.
Suatu formulir kedaruratan harus meliputi:
• Identitas korban
• Masalah utama
• Tindakan pertolongan
• Data penunjang lainnya
Penolong pertama harus terbiasa menggunakan formulir kedaruratan yang tersedia di lokasi kerja
atau tempat tinggalnya. Penolong pertama juga harus terbiasa dengan prosedur gawat darurat
yang berlaku di tempat kerja atau tempat tinggal.
Formulir pencatatan dan pelaporan gawat darurat seyogyanya selalu ada di kotak PPGD atau
Responder Kit. Sehingga, setiap pemakai akan dapat dengan cepat memakai dan mengisi formulir
ini.
Pemeriksaan Sekunder
Interview
• Keluhan : ________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
Riwayat Alergi:______________________________________________________________________
Pengobatan:__________________________________________________________________________
Riwayat Kesehatan Lalu:______________________________________________________________
Makan / Minum Terakhir:______________________________________________________________
Kejadian Penyebab Kedaruratan: ______________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
Pemeriksaan Fisik
• Kepala: _____________________________________________________________________
• Leher: ______________________________________________________________________
• Dada: _______________________________________________________________________
• Abdomen: ____________________________________________________________________
• Panggul: ____________________________________________________________________
• Tungkai Kaki: _______________________________________________________________
• Lengan Tangan: ______________________________________________________________
• Petanda Medis: ______________________________________________________________
Tindakan Pertolongan Pertama:
1. _______________________________ 4. _________________________________
2. _______________________________ 5. _________________________________
3. _______________________________ 6. _________________________________
Perfusi
(Capillary Refill)
Tingkat Kesadaran
(AVPU)
Kulit & Temperatur