Anda di halaman 1dari 55

ABIPRAYA

KNOWLEDGE
SHARING

Daftar Isi

Pertolongan Pertama Gawat Darurat DAFTAR ISI I

KATA PENGANTAR III

PERTOLONGAN PERTAMA DALAM SISTEM PELAYANAN GAWAT


DARURAT TERPADU 5
Pelatihan Tingkat Dasar

PENDEKATAN DALAM KEADAAN DARURAT 8

SUMBATAN JALAN NAPAS : TERSEDAK 14

MENANGANI PASIEN TIDAK SADAR 16

PERDARAHAN DAN SYOK 19

CEDERA MUSKULOSKELETAL 25

CEDERA KEPALA & TULANG BELAKANG 29

MENGANGKAT & MEMINDAHKAN PASIEN 33

KERACUNAN 36

GIGITAN & SENGATAN BINATANG BERBISA 42

CEDERA AKIBAT SUHU EKSTRIM: PANAS 46

PENCATATAN DAN PELAPORAN 51

DAFTAR PUSTAKA 55

-i-
Pagina • ii
Kata Pengantar
Pertolongan pertama gawat darurat merupakan suatu tindakan penanganan pertama yang
dilakukan pada korban kedaruratan baik medis maupun trauma hingga penanganan medis yang
lebih lanjut dapat diberikan. Penanganan yang baik dan benar dapat menyelamatkan banyak
nyawa serta mencegah terjadinya kecacatan akibat kedaruratan yang dialami oleh korban. Namun
pada kenyataannya, sebagian besar masyarakat awam tidak mengetahui bagaimana pertolongan
pertama dilakukan dengan benar. Pemikiran bahwa korban harus secepatnya ditangani oleh tim
medis telah mengabaikan pertolongan pada menit-menit pertama. Masyarakat awam sering
memindahkan dan mengangkut korban ke fasilitas medis secara cepat dan sembarang tanpa
mengindahkan kondisi korban pada saat itu. Akibantya, banyak korban kedaruratan yang
meninggal atau cacat karena tiadanya pertolongan pertama yang merupakan salah satu kunci
keberhasilan pertolongan pada korban kedaruratan.
Atas dasar hal ini, maka Ikatan Alumni Semarang (IKALSEMAR) yang merupakan perkumpulan
alumnus Akademi Keperawatan dan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Depkes Semarang
menyusun program pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat untuk awam. Dengan melihat
kondisi lapangan serta berdasar pengalaman lapangan para alumni, maka program pelatihan ini
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
• Tingkat Mula (Essential First Aid) dengan format program 8 jam
• Tingkat Dasar (Basic First Aid) dengan format program 16 jam
• Tingkat Madya (Intermediate First Aid) dengan format program 24 jam
Pelatihan tingkat mula ditujukan kepada awam yang berada pada lokasi kerja atau lokasi tempat
tinggal dengan fasilitas medis yang mudah dijangkau serta resiko kedaruratan yang rendah.
Termasuk dalam golongan ini adalah pekerja kantor, atau yang bertempat tinggal di kota dengan
fasilitas memadai. Selain itu, tingkat mula juga diperuntukan bagi karyawan yang memiliki
keharusan mendapatkan pelatihan PPGD di tempat kerjanya.
Pelatihan tingkat dasar ditujukan kepada awam yang berada di lokasi kerja atau bertempat tinggal
dengan resiko kedaruratan sedang hingga tinggi yang memiliki fasilitas medis yang membutuhkan
waktu untuk mencapai tempat kejadian. Karyawan yang bertugas sebagai floor warden, fire
warden, security warden sebaiknya tingkat kemampuan pertolongan pertama pada tingkat ini.
Pelatihan tingkat madya ditujukan kepada awam yang berada di lokasi kerja atau lokasi tempat
tinggal dengan fasilitas medis yang sulit dijangkau serta memiliki resiko terjadinya kedaruratan
cukup tinggi. Karyawan yang ditunjuk sebagai petugas penolong (first aider) pertama sebaiknya
mengikuti pelatihan tingkat ini. Pelatihan tingkat ini juga membantu awam untuk jenjang pelatihan
selanjutnya seperti pelatihan Medical First Responder.
Kurikulum program pelatihan ini merujuk kepada berbagai model pelatihan pertolongan pertama
badan pelatihan dunia seperti American Red Cross, British Red Cross, serta American Red Cross.
Protokol bantuan hidup dasar yang menjadi dasar paling penting merujuk kepada panduan
terbaru yang dikeluarkan oleh International Liaison Committee on Resuscitation (ILCOR) yang
telah diterima oleh berbagai badan resusitasi dunia.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • iv

Program pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran orang dewasa atau
adult learning. Dengan model pelatihan ini, setiap peserta akan terlibat secara aktif dalam
mencapai tujuan pelatihan. Instruktur akan menjadi fasilitator yang membantu serta memandu
peserta dalam mencapai tujuan pelatihan.

Kata Pengantar
Pertolongan Pertama dalam Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Terpadu
Dalam kasus kedaruratan trauma, kematian dapat terjadi pada menit-menit pertama akibat
hancurnya atau rusaknya organ vital manusia. Kematian ini tidak dapat dicegah karena tingkat
keparahan yang terjadi. Kematian tahap berikutnya, terjadi akibat komplikasi cedera yang terjadi
beberapa saat setelah cedera terjadi. Perdarahan hebat sering menjadi awal terjadinya syok yang
akan berujung pada kegagalan fungsi tubuh secara menyeluruh. Kematian tahap akhir terjadi
akibat kegagalan multi organ akibat infeksi atau kerusakan organ akibat tidak adekuatnya
pertolongan yang diberikan. Tindakan definitif yang diberikan dalam rentang waktu satu jam sejak
terjadinya kedaruratan memberikan kemungkinan terbesar untuk pasien untuk bertahan hidup.
Waktu ini disebut sebagai ‘Golden Hour’.
Sedangkan pada kedaruratan medis, masalah gangguan berujung pada pada kematian organ vital
khususnya otak. Seperti telah diketahui bahwa otak tidak dapat bertahan lama tanpa oksigen atau
nutrisi yang adekuat. Bila otak tidak menerima suplai oksigen lebih dari 4 menit maka kerusakan
otak akan terjadi. Kerusakan otak bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Waktu 4
menit dimana otak dapat bertahan tanpa mengalami kerusakan berarti ini disebut sebagai ‘Golden
Period’.
Untuk mempertahankan kehidupan korban dalam waktu ‘Golden Hour’ dan ‘Golden Period’ ini,
maka suatu sistem pelayanan gawat darurat yang terpadu harus dibentuk. Dengan sistem
pelayanan gawat darurat terpadu, maka tim medis yang terlatih akan dengan cepat mencapai
lokasi kejadian, dan memberikan pertolongan yang baik. Sementara awam di lokasi kejadian
dapat memberikan pertolongan pertama yang memadai hingga tim medis ini mengambil alih kasus
yang terjadi.
Di negara berkembang, dengan minimnya fasilitas kesehatan dan layanan gawat darurat maka
tingkat kematian akibat kedaruratan baik medis maupun trauma cukup tinggi. Sering ambulans
gawat darurat yang disediakan oleh pemerintah ataupun lembaga pelayanan kesehatan tidak lebih
dari alat transportasi tanpa tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi ketrampilan maupun
peralatan. Hal ini diperburuk dengan rendahnya pengetahuan awam mengenai pertolongan
pertama, sehingga banyak korban yang tidak mendapatkan pertolongan yang benar. Hal ini
berakibat pada banyaknya korban yang meninggal atau mengalami kecacatan akibat pertolongan
pertama yang tidak benar serta terlambatnya bantuan medis.
Berdasarkan hal ini, maka yang menjadi pertanyaan besar adalah:
“ Apa yang harus saya lakukan untuk meningkatkan kemungkinan pasien untuk bertahan hidup
dan mencegah terjadinya kecacatan?”

Mata Rantai Penyelamatan


Mata rantai penyelamatan merupakan konsep mengenai rangkaian tindakan yang terpadu antara
masyarakat awam dengan tim kesehatan dalam mempertinggi kemungkinan pasien untuk
bertahan hidup dalam kondisi darurat.
Mata rantai penyelamatan akan berdasarkan pada empat hal utama yaitu:

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 6

• Pengenalan masalah serta akses dini ke layanan gawat darurat


• Pemberian tindakan pertolongan pertama khususnya bantuan hidup dasar secara dini
• Tindakan defibrilasi secara dini
• Pemberian tindakan bantuan hidup tingkat lanjutsecara dini oleh tim medis gawat
darurat yang terlatih
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh badan-badan resusitasi dunia di negara maju,
ditemukan fakta bahwa apabila konsep di atas dilakukan dengan baik, maka tingkat kematian bisa
dikurangi serta tingkat bertahan hidup korban kedaruratan akan semakin tinggi.

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu


Sistem pelayanan gawat darurat terpadu merupakan sistem yang dikembangkan berdasarkan
konsep mata rantai penyelamatan di atas. Sistem ini mengembangkan peran aktif masyarakat
serta meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tim medis. Selain itu meningkatkan layanan tim
medis lapangan dengan mengintegrasikan ambulans gawat darurat dalam jejaring pelayanan
kesehatan.
Partisipasi masyarakat dikembangan dengan melatih mereka sebagai penolong pertama (first
aider) dan medical first responder. Mereka dilatih untuk memberikan tindakan pertolongan
pertama di tempat kejadian hingga paramedis atau tim kesehatan lapangan dapat mengambil alih
kasus kedaruratan.
Peran penolong pertama (first aider) dan medical first aider akan berfokus pada pengenalan
masalah kedaruratan yang terjadi, mengaktifkan layanan gawat darurat, mengontrol kondisi dan
situasi tempat kejadian, serta akhirnya memberikan tindakan pertolongan pertama yang baik dan
benar.
Sedangkan tim kesehatan lapangan atau layanan gawat darurat berfokus pada penanganan
trauma serta kedaruratan medis tingkat lanjut termasuk memberikan tindakan defibrilasi dan
tindakan resusitasi tingkat lanjut lainnya. Tim layanan gawat darurat ini akan bertanggung jawab
terhadap stabilisasi hingga evakuasi korban ke fasilitas medis definitif.
Fasilitas medis definitif akan melakukan tindakan medis lanjutan termasuk pembedahan,
perawatan serta proses rehabilitasi. Tindakan pada fase ini berfokus pada pencegahan kematian
sekunder akibat terjadinya komplikasi atau kegagalam fungsi multi organ.
Dengan berjalannya sistem pelayanan gawat darurat terpadu ini, maka diharapkan tingkat
keberhasilan tindakan pertolongan akan meningkat. Pada akhirnya makin banyak yang
terselamatkan.
Dengan melihat hal ini, maka dapat dikatakan bahwa pertolongan pertama memegang peranan
penting dalam menentukan tingkat keberhasilan tindakan pertolongan dalam kejadian gawat
darurat.

Falsafah & Prinsip Dasar Pertolongan Pertama


Pada dasarnya, pertolongan pertama merupakan tindakan penyelamatan dengan keselamatan diri
sebagai prioritas utama. Penolong tidak akan dapat melakukan penyelamatan bila dirinya menjadi
korban atau menderita cedera akibat usaha penyelamatan yang tidak benar. Jadi, pertolongan

Pertolongan Pertama dalam Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu


Pagina • 7

pertama harus dilakukan pada saat keadaan lingkungan benar-benar aman untuk penolong
melakukan usaha pertolongan.
Prinsip dasar dalam melakukan pertolongan pertama adalah:
• Mempertahankan dan menyelamatkan kehidupan
• Mencegah keadaan menjadi lebih buruk
• Mempercepat proses penyembuhan
Prinsip dasar ini akan dapat dicapai bila penolong pertama selalu mempertahankan ketrampilan
serta pengetahuannya dalam masalah penanganan kasus darurat. Berlatih dan mengembangkan
kemampuan diri adalah kunci untuk mencapai prinsip dasar ini.

Pelatihan Pertolongan Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pendekatan Dalam Keadaan Darurat
Dalam keadaan darurat, banyak hal yang terlibat di dalamnya. Berbagai aspek terlibat di
dalamnya, bahkan sering dengan banyaknya hal yang terlibat dalam kedaruratan, orang menjadi
panic dan banyak hal penting terlewatkan.
Untuk menolong korban dalam kondisi darurat, maka penolong pertama harus melakukan
langkah-langkah pendekatan yang benar saat menangani kedaruratan. Langkah-langkah ini harus
teratur dan dilakukan dengan secepatnya tanpa membuat orang menjadi sembrono serta tergesa-
gesa.
Dalam menangani kedaruratan ada tiga langkah besar dalam melakukan pendekatan yang benar
untuk menolong korban.
Ketiga langkah utama ini adalah:
• Pemeriksaan situasi lokasi kejadian
• Pemeriksaan dan penanganan awal
• Pemeriksaan dan penanganan sekunder

Pemeriksaan &
Pemeriksaan Situasi Pemeriksaan &
Penanganan
Lokasi Kejadian Penanganan Awal
Sekunder

Diagram 1 Pendekatan Dalam Menangani Kedaruratan

Survei Awal (Initial Scene Assessment)


Pemeriksaan situasi lokasi kejadian merupakan langkah paling awal dalam mengkaji apakah
situasi di lokasi kejadian memungkinkan kita untuk melakukan pertolongan atau tidak. Dasar dari
pemeriksaan ini adalah mengkaji resiko bahaya yang ada. Penolong harus memastikan bahwa
lokasi kejadian aman bagi dirinya sendiri, orang lain serta korban.
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:
• Mengontrol situasi dan lingkungan
• Mengkaji resiko bahaya
• Mengkaji penyebab kejadian darurat ini
• Mengkaji jumlah korban dan kondisi umum
• Menentukan prioritas pertolongan
• Memanggil bantuan tambahan
Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan cepat dan tidak membuang waktu, INGAT waktu sangat
berharga dalam penanganan kedaruratan.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 9

Catatan:
Saat memanggil pertolongan medis atau layanan gawat darurat, penolong pertama harus
menyebutkan atau melaporkan hal-hal di bawah ini:
• Identitas diri
• Lokasi kejadian
• Jenis kedaruratan yang dihadapi
• Jumlah korban dan kondisi umum
• Jenis bantuan yang dibutuhkan
• Nomor kontak yang bisa dihubungi kembali

Pengkajian Awal (Primary Survey)


Setelah memastikan bahwa lokasi kejadian aman untuk melakukan pertolongan, maka langkah
berikutnya adalah melakukan pemeriksaan dan penanganan awal terhadap korban. Prinsip dasar
dalam tahap ini adalah mengkaji adanya kemungkinan masalah yang mengancam nyawa korban
khususnya yang berkaitan dengan jalan napas (airway), pernapasan (breathing) serta sirkulasi
(circulation). Langkah-langkah pada tahap ini merupakan langkah yang disebut sebagai ‘Bantuan
Hidup Dasar’.
Langkah pertama adalah dengan melakukan pemeriksaan kesadaran korban apakah korban
masih sadar atau tidak. Pemeriksaan dilakukan dengan memanggil nama serta menepuk bahu
korban. Bila korban masih berespon dengan suara atau gerakan maka langkah berikutnya adalah
melakukan pemeriksaan sekunder untuk mencari cedera yang tersembunyi.
Langkah kedua adalah dengan melakukan pemeriksaan jalan napas dengan menengadahkan
kepala dan membuka mulut korban untuk melihat adakah sumbatan di dalamnya. Bila ada benda
asing di dalam mulut korban, maka benda asing tersebut harus diambil dan dibuang.
Setelah membuka dan membersihkan jalan napas, langkah selanjutnya adalah pemeriksaan
napas korban. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat pergerakan dada dan perut korban,
mendengar serta merasakan aliran udara napas yang dihembuskan korban. Pemeriksaan ini
dilakukan selama tidak lebih dari 10 detik. Bila korban bernapas, maka biarkan korban pada posisi
ditemukan dan lakukan pemeriksaan sekunder untuk mencari cedera yang tersembunyi. Bila
korban tidak bernapas, maka lakukan bantuan napas awal 2 kali secara efektif. Bila napas efektif
tidak dicapai, maka dapat dicoba untuk mencapainya hingga 5 kali.
Setelah memberikan 2 kali bantuan nafas efektif, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa
tanda-tanda sirkulasi korban. Pemeriksaan dilakukan selama 10 detik dengan melihat adanya
pergerakan ekstremitas tubuh, mendengar adanya napas dan batuk, serta merasakan denyut
nadi. Bila korban bernapas ‘gasping’ atau ‘agonal’ maka harus diberikan bantuan napas sebanyak
10 kali per menit. Demikian pula bila ditemukan tanda sirkulasi yaitu ekstremitas bergerak-gerak
atau nadi teraba, tetapi napas tidak dideteksi, maka bantuan napas 10 kali per menit harus
diberikan. Sedangkan bila korban tidak ditemukan tanda-tanda sirkulasi, maka resusitasi jantung
paru (RJP atau CPR = Cardiopulmonary Resuscitation) dilakukan dengan melakukan penekanan
di dada sebanyak 15 kali dan bantuan napas 2 kali.

Pelatihan Pertolongan Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 10

Prosedur Bantuan Napas


1. Posisi kepala korban tetap menengadah, dengan dahi ditahan oleh satu tangan penolong,
sedang dagu ditopang oleh dua jari tangan lainnya.
2. Lubang hidung korban ditutup dengan dipencet oleh dua jari tangan penolong di bagian
dahi
3. Mulut penolong menutup seluruh mulut korban, kemudian memberikan tiupan selama
kurang lebih 1.5 – 2 detik, hingga dada korban akan mengembang penuh
4. Setelah memberikan tiupan, maka penolong harus menghitung sekitar 4 detik sebelum
memberikan bantuan napas lagi. Sewaktu waktu jeda ini, penolong harus bernapas
dengan normal tidak boleh menahan napas.
5. Prosedur di atas dilakukan sebanyak 10 kali, setelah bantuan napas ke sepuluh, penolong
melakukan pemeriksaan sirkulasi lagi.
Prosedur Resusitasi Jantung Paru
1. Tangan yang searah dengan kaki korban melakukan pemeriksaan titik tekan di tulang
dada (sternum). Posisi yang benar adalah dua jari di atas pertemuan rusuk paling bawah.
2. Kemudian letakkan tangan yang searah dengan kepala di tulang dada (sternum) dengan
pangkal telapak tangan sebagai tumpuan.
3. Tangan yang memeriksa posisi kemudian disatukan dengan tangan yang telah berada di
tulang dada (sternum).
4. Kunci kedua tangan serta luruskan lengan di atas dada korban, jaga agar punggung tetap
lurus juga.
5. Kemudian dengan irama tetap maka lakukan penekanan sebanyak 15 kali secara tegak
lurus sedalam 4-5 cm dengan kecepatan 100 kali permenit. Ini berarti bahwa setiap 15
penekanan harus dilakukan dalam waktu sekitar 10 detik.
6. Setelah penekanan 15 kali di lakukan, maka berikan bantuan napas secara efektif (hingga
dada mengembang penuh) sebanyak 2 kali.
7. Langkah-langkah di atas harus dilakukan terus menerus tanpa ada jeda waktu untuk
pemeriksaan tanda-tanda sirkulasi di antara siklus resusitasi.
8. Resusitasi hanya dihentikan bila:
a. Korban menunjukkan reaksi dengan batuk, pergerakan atau napas
b. Bantuan medis datang serta mengambil alih keadaan
c. Penolong telah kelelahan dan tidak mampu lagi melanjutkan usaha resusitasi ini
Catatan:
Bila korban mengalami perdarahan yang hebat, maka penolong harus mengontrol perdarahan
yang terjadi sebelum melakukan langkah-langkah resusitasi jantung paru atau bantuan napas.

Pendekatan Dalam Keadaan Darurat


Pagina • 11

Bantuan hidup dasar ini harus secepatnya dilakukan bila diperlukan. Kegagalan dalam melakukan
bantuan hidup dasar lebih dari 4 menit sejak korban mengalami henti jantung akan meningkatkan
resiko kematian bagi korban akibat kerusakan otak.

Pemeriksaan Sekunder (Secondary Survey)


Setelah pasien berhasi diselamatkan melalui proses resusitasi di tahap pemeriksaan dan
penanganan awal, maka langkah selanjutnya disebut pemeriksaan dan penanganan sekunder.
Langkah ini dapat dilakukan di tempat kejadian atau dalam perjalanan ke fasilitas medis atau
bahkan di ruang stabilisasi di fasilitas medis. Namun, untuk mencegah terjadinya penyulit akibat
cedera-cedera yang mungkin dialami korban, sebaiknya pemeriksaan sekunder dilakukan segera
setelah korban telah bernapas normal.
Pemeriksaan sekunder ini berdasarkan atas tiga hal yaitu:
• Pemeriksaan dari ujung kepala hingga ujung kaki
• Pemeriksaan tanda-tanda vital
• Pemeriksaan riwayat kejadian darurat
Pemeriksaan dari Ujung Kepala hingga Ujung Kaki
Pemeriksaan dilakukan dengan metode “lihat – raba – rasa” untuk memeriksa adakah cedera
yang tersembunyi. Beberapa tanda adanya cedera pada pemeriksaan ini misalnya:
• Deformitas atau kelainan bentuk tubuh
• Luka-luka terbuka
• Nyeri tekan
• Pembengkakan
Cedera-cedera harus diperiksa secara seksama serta dicatat jenisnya serta lokasi cederanya.
Cedera-cedera yang mengenai kepala, leher, dada, perut serta panggul merupakan cedera yang
sering tidak terdeteksi. Cedera-cedera tersebut juga merupakan cedera serius yang dapat
mempersulit kondisi korban bahkan menyebabkan kondisi korban menjadi buruk.
Beberapa tanda-tanda cedera yang dianggap serius dan mungkin akan mengancam nyawa
korban diantaranya:
• Memar di kepala disertai adanya perdarahan mulut, hidung dan telinga
• Luka di leher
• Patah tulang iga atau luka tembus di dada
• Memar di bagian perut atau luka tembus di perut
• Patah tulang panggul
• Patah tulang paha
Selain memeriksa fisik korban, penolong pertama juga harus memeriksa adanya petanda medis
(medical alert) yang mungkin dipakai atau disimpan korban.

Pelatihan Pertolongan Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 12

Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk melihat tiga tanda vital utama yaitu:
• Pernapasan; perlu diperiksa jumlah, irama serta bunyi napas selama satu menit.
Pernapasan kurang dari 10 kali per menit atau lebih dari 30 kali per menit merupakan
tanda-tanda pasien dalam keadaan serius.
• Nadi diperiksa dengan meraba denyut nadi di pergelangan tangan serta menghitung
jumlah nadi, kekuatan denyut serta keteraturan denyut nadi. Denyut lebih dari 120 kali per
menit harus diperhatikan karena tanda bahwa kondisi korban dalam keadaan parah
(sirkulasi menurun).
• Tingkat Kesadaran Korban diperiksa dengan melakukan melihat apakah korban sadar
penuh, bereaksi terhadap rangsang suara, bereaksi terhadap rangsang sakit atau tidak
bereaksi sama sekali. Semakin dalam tingkat kesadaran maka kondisi korban merupakan
kondisi yang parah.
Selain tiga hal utama di atas, beberapa tanda yang perlu diperiksa di antaranya:
• Perfusi dikaji dengan memeriksa dengan isian kapiler di ujung jari, dengan memencet
kuku jari dan melihat apakah warna kuku kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik
atau lebih. Bila lebih berarti perfusi jaringan telah menurun.
• Suhu dikaji dengan meraba kulit korban dengan punggung tangan apakah teraba dingin
dan basah / lembab atau panas dengan kulit kering. Normalnya kulit terasa hangat dan
lembut. Adanya kulit dingin dan lembab menunjukkan tanda-tanda syok, sedangkan kulit
panas dan kering menandakan kurangnya cairan di tubuh.
• Reaksi pupil mata dikaji dengan memeriksa kedua mata dengan menyorotkan lampu
atau cahaya kedua mata sambil dilihat reaksi kedua pupilnya, apakah bereaksi dengan
normat atau tidak. Normalnya reaksi pupil mata akan sama kanan dan kiri. Pupil akan
mengecil saat mendapat rangsang cahaya dan membesar saat rangsang cahaya
berkurang.
Pemeriksaan Riwayat Kejadian
Bila terdapat saksi atau korban sadar maka penolong pertama sebaiknya menanyakan kepada
saksi atau korban mengenai hal-hal berikut:
• Tanda dan gejala yang dirasakan sebelum terjadinya kedaruratan
• Riwayat alergi yang dimiliki korban
• Obat yang sedang diminum atau pengobatan yang sedang dijalani
• Riwayat kesehatan yang pernah diderita
• Makan atau minum terakhir sebelum terjadi kedaruratan
• Kejadian atau hal-hal yang menyebabkan terjadinya cedera
Data-data ini akan memberikan gambaran kepada penolong pertama dan tim layanan gawat
darurat mengenai tingkat keparahan dan faktor penyulit bagi korban kedaruratan.

Pendekatan Dalam Keadaan Darurat


Pagina • 13

Kapan Memindahkan Korban?


Korban tidak boleh dipindahkan dari lokasi kejadian, apalagi bila memindahkannya dengan cara
yang tidak tepat. Pemindahan hanya bisa dilakukan bila kondisi tempat tersebut mengancam
nyawa korban, tidak memungkinkan dilakukan pertolongan di tempat tersebut, atau bila korban
sudah stabil dan akan dievakuasi dari lokasi menuju fasilitas medis.

Pelatihan Pertolongan Gawat Darurat Tingkat Dasar


Sumbatan Jalan Napas : Tersedak
Jalan napas manusia dimulai dari hidung / mulut. Dari hidung / mulut ini udara akan menuju ke
faring dan baru masuk ke tenggorokan, bronkhus, hingga ke paru-paru. Antara faring dengan
tenggorokan, terdapat muara dimana terdapat katup epiglotis yang berfungsi sebagai katup
pengatur keluar masuknya udara. Di bawah epiglotis, di laring, terdapat pita suara. Epiglotis akan
menutup bila ada benda yang akan ditelan, sehingga benda ini tidak masuk ke jalan napas tetapi
ke saluran pencernaan (kerongkongan). Ia akan membuka saat terjadi pernapasan atau saat
berbicara.
Tersedak sering terjadi saat orang makan sambil berbicara atau tertawa. Tersedak sering terjadi
pada anak-anak yang masih belum bisa menahan napas agak lama sebagaimana orang dewasa.
Makan sambil bermain, tiduran, atau berlarian akan menjadi penyebab pada anak-anak ini. Selain
itu, mainan anak-anak yang terdiri dari beberapa bagian kecil-kecil sering membuat anak tersedak
karena pada tahap perkembangan tertentu, anak selalu memasukkan benda yang dipegangnya ke
mulutnya.

Pengenalan
Tersedak ada dua macam, yaitu parsial dimana masih ada celah di saluran napas yang
mengalami sumbatan serta total dimana tidak ada lagi celah di saluran napas yang tersumbat.
Sumbatan yang bersifat parsial ditandai dengan adanya batuk-batuk, nafas yang sesak serta
nafas yang diiringi bunyi. Apabila korban mampu batuk dengan efektif, maka sumbatan dapat
keluar dengan sendirinya. Tetapi, bila tidak maka sumbatan dapat berlangsung lama atau bahkan
menjadi total yang menghentikan napas korban seluruhnya.
Sumbatan total ditandai dengan tidak ada napas serta korban tidak dapat berbicara sama sekali.
Korban akan panik dan sulit untuk mengendalikan diri. Hal ini berakibat ia akan mudah jatuh pada
kondisi kekurangan oksigen secara akut dan menyebabkan ketidaksadaran dengan cepat.

Penanganan
Bila korban masih bisa batuk atau bernapas, tindakan pertama yang dilakukan adalah menyuruh
korban untuk batuk secara efektif.
Bila korban tidak dapat batuk secara efektif maka langkah selanjutnya adalah menepuk punggung
korban (di antara kedua tulang belikatnya) sebanyak 5 kali. Kemudian periksa apakah benda
penyumbat keluar atau tidak.
Bila tidak berhasil maka dilakukan hentakan di perut atau di dada (pada anak-anak dan ibu hamil
sebaiknya di dada) sebanyak 5 kali. Kemudian periksa apakah berhasil atau tidak.
Bila tidak berhasil, maka ulangi tepukan punggung sebanyak 5 kali dan dilanjutkan hentakan di
perut atau dada sebanyak 5 kali juga.
Bila langkah-langkah tersebut tidak berhasil dan korban menjadi tidak sadar, maka lakukan
langkah-langkah berikut:
• Buka mulut korban dan lihat apakah benda penyumbat terlihat, bila terlihat keluarkan
dengan jari-jari anda. Bila tidak terlihat, jangan memasukkan jari untuk mencarinya,
karena mungkin akan membuat benda penyumbat semakin ke dalam dan terjepit.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 15

• Periksa pernapasan korban selama 10 detik(pada korban tidak sadar, otot-otot sekitar
jalan napas menjadi rileks dan mungkin menyebabkan benda penyumbat bergeser ke
arah saluran pencernaan / kerongkongan sehingga jalan napas terbuka). Bila korban
bernapas berarti tidak ada sumbatan lagi, posisikan korban pada posisi miring atau posisi
rekoveri.
• Bila korban tidak bernapas, beri bantuan napas 2 kali bila tidak berhasil masuk, lanjutkan
hingga 5 kali usaha bantuan napas.
• Bila 5 kali bantuan napas tidak berhasil, maka lakukan hentakan di dada sebanyak 15 kali
seperti saat melakukan penekanan dada di resusitasi jantung paru.
• Setelah 15 kali hentakan dada, periksa kembali mulut korban untuk memastikan benda
penyumbat keluar atau tidak. Bila tidak, periksa lagi napas korban sebelum memberikan
bantuan napas. Kemudian kembali lakukan bantuan napas yang diikuti penekanan dada.
• Hal ini dilakukan terus hingga benda asing tersebut keluar atau tidak terjadi lagi sumbatan
jalan napas. Jalan napas tidak tersumbat bila korban bernapas kembali atau sewaktu
diberikan bantuan napas dada akan mengembang penuh.
Catatan:
Segera panggil bantuan layanan gawat darurat bila korban menjadi tidak sadar akibat sumbatan
jalan napas ini.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Menangani Pasien Tidak Sadar
Sistem kesadaran manusia diatur dan dikontrol oleh sistim susunan saraf pusat. Susunan saraf
pusat terdiri dari tiga bagian utama yaitu: otak besar yang mengatur fungsi luhur / intelejensia
manusia; otak kecil yang mengatur keseimbangan; serta batang otak yang mengatur fungsi dasar
/ vegetatif manusia. Susunan saraf pusat akan berfungsi baik sepanjang suplai oksigen dan nutrisi
ke otak berjalan secara adekuat baik jumlah maupun keteraturannya. Susunan saraf pusat juga
akan berfungsi baik jika organ-organ penyusunnya dalam kondisi baik tidak mengalami kerusakan
baik akibat penyakit maupun trauma.
Secara umum kesadaran manusia memiliki empat tingkatan yaitu:
• Sadar penuh; dalam hal ini orang yang sadar penuh dapat membuka mata secara
spontan, mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar dan mampu bergerak
sesuai perintah.
• Berespon terhadap suara; pada tingkatan ini orang mengalami penurunan kesadaran dan
ia hanya akan memberikan respon terhadap rangsang suara dari luar. Ia akan membuka
mata atas perintah, tetapi ia sulit untuk menjawab pertanyaan dengan benar, serta sulit
untuk menggerakkan tubuhnya sesuai perintah.
• Berespon terhadap nyeri; pada tahap ini, respon akan diberikan bila ada rangsang nyeri
seperti dicubit pada kuku jarinya. Respon sering berbentuk membuka mata, menarik
tangan atau menepis tangan, serta kejang.
• Tidak ada respon; ini merupakan tahap paling bawah kesadaran manusia, dimana tidak
respon yang diberikan meskipun telah mendapatkan rangsangan baik suara maupun
rangsang nyeri.
Secara umum gangguan kesadaran terbagi menjadi dua yaitu:
• Pingsan atau sinkop
• Koma

Pingsan (Sinkop)
Pingsan atau sinkop merupakan kondisi hilangnya kesadaran sesaat manusia akibat penurunan
sirkulasi ke otak. Sering disebabkan adanya faktor emosional, lingkungan atau faktor fisik tubuh.
Bekerja keras di bawah suhu yang ekstrim serta kondisi tubuh yang lemah sering menjadi
penyebab utama.
Pingsan hanya berlangsung sesaat dan korban akan segera pulih serta sadar setelah aliran darah
ke otak kembali normal.
Ciri-ciri orang pingsan di antaranya:
• Kesadaran turun, namun masih berespon terhadap rangsang nyeri dengan menepis atau
menarik tangannya saat dipencet kukunya.
• Denyut nadi pada saat awal pingsan melambat serta kekuatannya teraba normal

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 17

• Pucat dan berkeringat dingin di ujung-ujung tangan.


Penanganan
Pertolongan pertama pada orang pingsan tidak berbeda dengan kasus lainnya. Pokok perhatian
utama adalah masalah jalan napas, pernapasan serta sirkulasinya.
• Panggil bantuan medis atau layanan gawat darurat
• Pastikan bahwa jalan napas terbuka dan bebas dari sumbatan. JANGAN memberikan
apapun lewat mulut!
• Pastikan bahwa pernapasan korban adekuat dengan melonggarkan pakaian atau
asesoris yang mengganggu proses pernapasan
• Pastikan bahwa sirkulasi korban adekuat dengan memastikan tidak ada perdarahan yang
masih terjadi serta meninggikan kaki korban sekitar 30 cm sehingga aliran darah ke
bagian kepala akan meningkat.
• Sambil menunggu bantuan medis datang, lakukan pemeriksaan sekunder
• Bila korban mulai sadar, jangan langsung diberikan makan / minum. Pastikan korban telah
sadar penuh sebelum menyuruh korban untuk duduk atau bangun.
• Bila korban masih merasa pusing atau lemas, sebaiknya korban tetap pada posisi tidur
dengan kaki dinaikkan hingga kondisinya normal.

Koma
Koma merupakan hilangnya kesadaran manusia hingga tingkat bawah. Sering terjadi akibat
adanya gangguan-gangguan berat di susunan saraf pusat. Penyebab umum terjadinya koma:
• Gangguan oksigenasi seperti hipoksia, keracunan gas, dll
• Gangguan metabolisma seperti diabetes mellitus
• Gangguan akibat sistem sirkulasi seperti stroke, hipertensi, dll
• Traumatik atau cedera dari luar seperti cedera kepala
Koma ditandai dengan jatuhnya tingkat kesadaran hingga pada tingkatan yang paling rendah.
Orang koma sering hanya bereaksi pada rangsang nyeri dengan menarik tangan dan tubuhnya ke
arah dalam atau bahkan kejang. Tanda-tanda vital yang dideteksi bervariasi dari normal hingga
lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkatan normal.
Penanganan
Sebagaimana orang pingsan, masalah jalan napas, pernapasan serta sirkulasi menjadi perhatian
utama penanganan orang koma.
• Panggil bantuan medis atau layanan gawat darurat
• Jalan napas harus dipastikan bersih, ini karena orang yang dalam keadaan koma tidak
mampu mempertahankan jalan napasnya untuk terbuka. JANGAN memberikan apapun
lewat mulut!

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 18

• Pernapasan harus dipastikan adekuat, dengan melonggarkan pakaian atau asesoris yang
mungkin mengganggu pernapasan
• Kaji status sirkulasi korban dengan memeriksa adanya perdarahan yang terjadi
• Lakukan pemeriksaan sekunder pada pasien sebelum menempatkan pasien pada posisi
miring atau rekoveri (bila korban mengalami cedera kepala sebaiknya tidak dimiringkan,
tetapi cukup dijaga jalan napasnya tetap terbuka)
• Cari petanda medis (medical alert) untuk mengetahui penyebab atau faktor yang
menyebabkan pasien menjadi tidak sadar
• Tanyakan kepada orang atau anggota keluarga pasien mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan penyakit atau kondisi terakhir korban sebelum tidak sadar
• Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital secara teratur setiap 5 menit hingga tim medis
atau layanan gawat darurat tiba
Catatan:
Bila penolong pertama merasa ragu akan kondisi korban apakah pingsan atau koma, sebaiknya ia
ditangani sebagaimana orang koma.
Jangan pernah meninggalkan korban yang tidak sadar sendirian, selalu awasi kondisi umum
korban khususnya jalan napas, pernapasan serta sirkulasi secara teratur.

Menangani Pasien Tidak Sadar


Perdarahan dan Syok
Sistem sirkulasi manusia berfungsi mengirimkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian
tubuh manusia. Oksigen dan nutrisi ini didistribusikan melalui darah. Jumlah darah di tubuh sekitar
70 – 80 ml per kg berat badan. Dengan hitungan ini volume darah pada orang dewasa sehat
sekitar 5-6 liter. Sedangkan jantung akan mendistribusikan darah tersebut dengan memompanya
sekitar 60 – 100 kali per menit dengan jumlah sekali pompa sekitar 70 ml.
Darah disirkulasikan melalui 3 pembuluh darah utama; arteri yang membawa darah yang kaya
akan O2 dari jantung ke bagian tubuh, vena yang membawa darah yang berisi CO2 dari bagian
tubuh ke jantung serta kapiler tempat terjadinya pertukaran antara darah dari arteri dan vena di
bagian-bagian tubuh.
Perdarahan terjadi saat pembuluh darah pecah atau terluka sehingga darah akan bocor keluar.
Kebocoran darah yang cukup besar akan menyebabkan kehilangan darah secara cepat dan
serius yang dapat mengakibatkan syok pada korban perdarahan.

Perdarahan Luar
Perdarahan dapat terjadi di luar ataupun di dalam tubuh. Perdarahan luar terjadi akibat adanya
luka terbuka di tubuh. Perdarahan dalam sering terjadi akibat cedera di organ-organ di dalam
tubuh akibat trauma tumpul.
Jenis perdarahan berdasarkan jenis pembuluh darah yang terluka yaitu:
Perdarahan arteri; dimana perdarahan ditandai dengan warna darah yang merah terang, darah
menyemprot deras sesuai dengan denyut jantung. Perdarahan ini adalah perdarahan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan kehilangan darah secara cepat dalam jumlah yang besar.
Perdarahan ini lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan perdarahan yang lainnya.
Perdarahan vena; dimana perdarahan ditandai dengan warna darah yang merah gelap, darah
mengalir tergantung besar kecilnya vena yang terkena. Perdarahan vena bisa berbahaya bila
mengenai pembuluh vena yang besar. Perdarahan relatif mudah dihentikan.
Perdarahan kapiler; dimana perdarahan terjadi secara ringan dengan merembes di luka gores.
Tidak terlalu berbahaya serta paling mudah dihentikan bahkan cukup dengan penekanan saja.
Penanganan
Karena darah dapat menularkan penyakit, maka penolong pertama harus selalu memakai
pelindung seperti sarung tangan plastik atau karet saat menangani perdarahan.
• Lakukan penekanan langsung di luka dengan kain atau kasa
• Bagian yang terluka ditinggikan lebih tinggi dari jantung dengan tetap memberikan
tekanan di bagian luka
• Bila perdarahan tetap tidak terkontrol, lakukan penekanan di titik-titik arteri di ekstremitas
• Setelah perdarahan terkontrol, maka lakukan pembalutan bertekanan dengan pembalut
elastis

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 20

• Awasi agar korban tidak jatuh dalam keadaan syok; bila korban mengeluh pusing dan
lemas, telentangkan korban dengan kaki ditinggikan 20-30 cm, jaga agar korban tetap
hangat
• Panggil layanan gawat darurat
Torniket
Pengikatan torniket merupakan cara terakhir untuk menghentikan perdarahan hebat yang tidak
terkontrol dengan cara biasa di atas, misalnya pada luka amputasi di tungkai atau tangan. Torniket
TIDAK disarankan untuk perdarahan atau luka biasa yang masih terkontrol dengan cara di atas.
Torniket dilakukan dengan melakukan pengikatan di bagian distal ekstremitas yang cedera
(sedekat mungkin dengan luka). Pengikatan ini menggunakan kain atau pembalut yang agak
lebar, jangan menggunakan tali atau sling.
Setelah itu ambil batang kayu yang tidak terlalu besar untuk memberikan putaran yang akan
menghentikan perdarahan. Setelah darah berhenti, maka kayu diikat erat.
Bila torniket telah terpasang, maka TIDAK boleh dibuka lagi kecuali oleh tim medis di fasilitas
kesehatan yang menjadi rujukan.

Perdarahan Dalam
Merupakan cedera serius yang memerlukan perthatian khususs. Perdarahan dalam sering
diakibatkan adanya trauma ke beberapa organ internal tubuh seperti liver (hati), limpa atau ginjal.
Selain itu beberapa cedera juga dapat menyebabkan perdarahan dalam yang cukup serius seperti
patah tulang paha (hingga 1 liter) atau patah tulang panggul (hingga 2-3 liter).
Perdarahan dalam dapat dikenali dengan keluarnya darah dari lubang-lubang tertentu seperti
hidung, telinga, mulut, anus dan alat kelamin. Berikut ini merupakan beberapa tanda dan gejala
umum perdarahan dalam:
• Batuk darah segar
• Muntah darah (bisa berwarna merah gelap atau bahkan kehitaman)
• Adanya memar di beberapa bagian vital tubuh seperti di perut
• Otot perut keras dan kaku (sering disebut ‘perut papan’)
Penanganan
Perdarahan dalam merupakan kondisi yang jauh di luar kemampuan penolong pertama untuk
menangani. Pertolongan pertama ditujukan untuk mencegah korban menjadi lebih buruk lagi.
• Segera tenangkan korban
• Jaga pasien untuk tetap hangat
• Tempatkan korban pada posisi syok
• Bila keluar darah dari lubang tubuh, JANGAN disumbat, cukup dengan memberikan
balutan yang longgar di tempat tersebut
• Segera panggil bantuan medis

Perdarahan dan Syok


Pagina • 21

Syok
Syok merupakan kondisi terjadinya penurunan fungsi sirkulasi dalam mendistibrusikan darah yang
berisi oksigen ke jaringan tubuh sehingga perfusi jaringan khususnya di organ-organ vital
menurun. Pada situasi darurat penyebab utama syok adalah hilangnya darah atau cairan tubuh
dalam jumlah yang banyak serta dalam waktu yang singkat. Selain itu penyebab lainnya adalah
adalah penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah untuk disirkulasikan serta adanya
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan volume darah tidak cukup untuk mengisinya
sehingga berujung pada terjadinya penurunan perfusi.
Tanda-tanda syok diantaranya adalah:
• Napas cepat serta dangkal
• Denyut nadi cepat dan lemah
• Kulit pucat, dingin serta lembab
• Wajah pucat dengan bibir kebiruan, begitupula dengan lidah dan daun telinga
• Mata cekung serta pupil mata membesar / lebar
Korban yang jatuh dalam keadaan syok akan merasa:
• Mual sering diiringi dengan muntah-muntah
• Haus
• Lemah / lemas
• Pusing / vertigo
• Panik dan cemas
Penanganan
Syok tahap lanjut sangat sulit diatasi, karena itu fokus penanganan adalah mencegah terjadinya
syok lebih lanjut dengan mengenali syok dengan cepat serta menghentikan proses penyebab
syok. Selain itu penatalaksaanan jalan napas, pernapasan serta fungsi sirkulasi tidak dapat
dikesampingkan.
• Segera aktifkan layanan gawat darurat / tim medis
• Pastikan jalan napas tetap terbuka dan bersih
• Pastikan napas tetap adekuat dengan menjaga agar korban tetap mendapat udara segar;
minta orang-orang untuk tidak mengerumuni korban
• Pastikan sirkulasi tetap adekuat dengan menghentikan atau mengontrol proses
perdarahan yang terjadi.
• Bila korban tidak mengalami cedera kepala/tulang belakang, patah tulang di kaki / tungkai,
cedera dada atau perut maka TINGGIKAN kaki korban sekitar 20-30 cm
• Jaga agar suhu pasien tetap hangat dengan menyelimuti korban tetapi jangan sampai
korban mengalami hipertermia

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 22

• Awasi terus kondisi korban khususnya tanda-tanda vital korban secara teratur hingga tim
medis / layanan gawat darurat

Informasi Tambahan: Penanganan Luka dan Perdarahan Tertentu


Luka Ringan
Luka ringan seperti tergores atau abrasio mungkin tidak akan menyebabkan perdarahan yang
hebat. Perdarahan jenis ini sering terjadi, dan yang menjadi masalah adalah resiko terjadinya
infeksi akibat luka terkena kotoran.
Penanganan ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi.
• Periksa luka yang terjadi apakah termasuk luka ringan atau tidak
• Hentikan proses perdarahan
• Bersihkan kotoran yang melekat di luka dengan menggunakan kasa steril atau bersih
• Gunakan antiseptik di luka
• Lakukan pembalutan dengan kasa atau perban yang steril / bersih
• Bila takut terkena infeksi tetanus, maka segera temui tim medis untuk pemeriksaan lebih
lanjut
Luka Tusuk
Pada luka yang diakibatkan oleh tusukan benda tajam, yang perlu diwaspadai adalah adanya
kerusakan organ dalam akibat tusukan tersebut. Luka tusuk di kepala, leher, dada dan perut
merupakan luka dengan resiko sangat tinggi. Selain rusaknya organ, perdarahan dalam juga
sering terjadi.
Selain untuk menghentikan perdarahan, penanganan juga ditujukan untuk memastikan benda
yang menancap (kalau ada) tidak menimbulkan luka dan perdarahan baru.
• Tenangkan korban
• JANGAN mencabut benda yang masih menancap
• Hentikan perdarahan
• Lakukan stabilisasi benda yang menancap dengan memberikan balutan yang tebal di
sekitarnya dan dibalut dengan perban melingkar di sekitarnya
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat atau kirim korban ke RS
Luka Dengan Organ Tubuh Keluar
Beberapa cedera mungkin menyebabkan organ tubuh di dalamnya ikut keluar dari tempatnya. Hal
ini mengakibatkan resiko infeksi pada kasus ini sangat tinggi. Luka di perut misalnya dapat
menyebabkan usus keluar dari tempatnya.
Selain menghentikan perdarahan, pertolongan juga ditujukan untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut pada organ tersebut.
• Tenangkan korban

Perdarahan dan Syok


Pagina • 23

• JANGAN memasukkan organ tubuh yang keluar ke dalam rongga tubuh kembali
• Bungkus organ tubuh tersebut dengan kain basah atau bahan yang tidak menyerap
cairan.
• Lakukan pembalutan dengan hati-hati JANGAN terlalu kencang
• Posisikan korban senyaman mungkin
• JANGAN memberikan apapun lewat mulut
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat atau kirim korban ke RS
Luka Amputasi
Luka amputasi dapat menyebabkan perdarahan yang hebat dan berujung pada syok atau
kematian. Selain itu, dengan adanya bagian tubuh yang terputus akan timbul kecacatan.
Tujuan pertolongan adalah menghentikan perdarahan dan mencegah syok serta mencegah
kecacatan.
• Tenangkan korban
• Lakukan penghentian perdarahan (dengan ditekan langsung, ditinggikan, tekan titik arteri
serta pembalutan)
• Apabila perdarahan tidak terkontrol (ini sering terjadi), lakukan torniket arteri
• Bila korban menunjukkan tanda syok, posisikan korban dalam posisi syok
• Bagian tubuh yang terpotong dimasukkan ke dalam plastik dan ditutup rapat dan
masukkan kedalam air es (JANGAN lupa untuk menyerahkannya kepada tim medis /
layanan gawat darurat)
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat atau kirim korban ke RS
Keguguran
Keguguran dapat menyebabkan perdarahan yang cukup banyak yang dapat mengancam nyawa.
Pertolongan pertama ditujukan untuk mencegah korban menjadi syok.
• Tenangkan korban
• Posisikan korban pada posisi tidur telentang
• Berikan balutan yang tebal (misalnya pembalut wanita)
• Kaki korban ditekuk dengan memberikan penyangga di bawah lututnya
• Jaga korban agar tetap hangat
• JANGAN memberikan apapun lewat mulut
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat atau kirim korban ke RS
Mimisan
Mimisan merupakan perdarahan dari hidung. Ia dapat terjadi akibat cedera ataupun karena
kondisi lingkungan yang ekstrim (sangat panas atau sangat dingin). Bila mimisan menyertai

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 24

cedera kepala maka menghentikan perdarahannya bukanlah prioritas utama (dibahas lebih lanjut
pada bab cedera kepala dan tulang belakang).
Bila perdarahan terjadi akibat cuaca yang ekstrim panas ataupun dingin maka pertolongan yang
dapat diberikan adalah:
• Tenangkan korban
• Minta korban untuk menunduk dan bernapas lewat mulut
• Minta korban untuk memencet hidungnya
• Kompres dingin dapat diberikan di sekitar hidung dan dahinya
• Bila perdarahan tidak segera berhenti, sebaiknya segera panggil tim medis / layanan
gawat darurat atau kirim korban ke RS

Perdarahan dan Syok


Cedera Muskuloskeletal
Sistim muskuloskeletal merupakan sistim gerak utama bagi tubuh manusia. Terdiri dari dua
jaringan utama yaitu jaringan tulang serta jaringan lunak. Jaringan lunak terdiri dari tiga organ
utama yaitu tendon, ligamen serta otot. Fungsi sistim ini adalah:
• Memberikan kerangka bagi tubuh
• Memberikan kemampuan gerak bagi tubuh
• Melindungi organ vital di dalam tubuh
• Memproduksi sel darah merah
Sistim muskuloskeletal dapat bergerak karena adanya sendi. Sendi terbentuk oleh tendon,
ligamen dan tulang. Tendon mengikat otot ke tulang, sedangkan ligamen mengikat tulang dengan
tulang lainnya.
Cedera terjadi karena adanya benturan, tarikan atau terpelintir. Cedera dapat terjadi di otot,
tendon, ligamen atau tulang.

Cedera Jaringan Lunak


Cedera ini terjadi pada otot, ligamen atau tendon. Cedera ini bisa karena trauma tumpul atau
tembus. Cedera tembus menyebabkan luka dan perdarahan. (Untuk penanganan luka dan
perdarahan lihat pada bab Perdarahan dan Syok).
Cedera tumpul pada jaringan lunak akan menyebabkan strain dan sprain. Strain merupakan
cedera yang terjadi pada otot akibat tertarik melebihi kemampuan otot. Sprain merupakan cedera
yang terjadi pada tendon dan ligament akibat tertarik melebihi batas sehingga robek.
Tanda dan gejala pada cedera ini dapat diketahui diantaranya:
• Rasa sakit/nyeri khusunya bila digerakkan
• Bengkak serta memar di daerah yang cedera
• Kemampuan gerak bagian yang cedera menurun
Penanganan
Kesalahan pertolongan pertama dapat menyebabkan cedera berlangsung lama dan menimbulkan
masalah di kemudian hari.
• Bagian cedera harus diistirahatkan dan tidak boleh digerak-gerakkan
• Lakukan kompres es di bagian cedera selama kurang lebih 15 hingga 20 menit (es harus
dibalut dengan plastik atau kain tidak boleh langsung kontak dengan kulit)
• Daerah yang cedera diperban dengan balutan bertekanan menggunakan pembalut
elastik. Balutan ini dipertahankan selama kurang lebih 2 jam sebelum dibuka dan
dilakukan kompres es.
• Daerah yang cedera ditinggikan 20 – 30 cm saat istirahat

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 26

Catatan:
Langkah diatas dilakukan selama 2 x 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, korban
harus diperiksa oleh tim medis untuk memastikan apakah ada cedera yang lain (misal patah
tulang).
Balsem atau kompres hangat boleh dilakukan setelah 2 x 24 jam. JANGAN melakukan kompres
hangat sesaat terjadinya cedera.

Cedera Sendi (Dislokasi Sendi)


Merupakan kondisi dimana bagian tulang terlepas dari tempatnya. Sering menyebabkan cedera di
tendon, ligamen bahkan otot. Sendi yang mudah terkena cedera ini misalnya sendi bahu, siku,
lutut serta pergelangan kaki.
Tanda dan gejala cedera ini diantaranya:
• Perubahan bentuk sendi
• Rasa nyeri khususnya saat bergerak
• Hilangnya kemampuan gerak sendi
• Bengkak dan memar
• Bila menjepit saraf dan pembuluh darah akan menyebabkan rasa kebas dan mati rasa di
ujung tangan atau kaki
Dislokasi sendi ditangani sebagaimana penanganan patah tulang.

Cedera Tulang (Patah Tulang)


Patah tulang terjadi karena putusnya kontinuitas tulang. Cedera dapat bersifat inkomplit (retak),
komplit (patah sempurna), atau remuk. Pada beberapa kasus tulang dapat menonjol dan merobek
jaringan di sekitarnya dan mengakibatkan perdarahan.
Tanda dan gejala cedera ini diantaranya:
• Perubahan bentuk
• Nyeri
• Bengkak dan memar
• Kehilangan kemampuan gerak
• Bunyi ‘krepitus’ di bagian yang patah
• Tulang menonjol keluar (patah tulang terbuka)
• Mati rasa dan kebas di ujung bagian yang patah (bila saraf dan nadi terputus oleh
patahan tulang)
Penanganan
Prinsip penanganan patah tulang adalah imobilisasi tulang yang cedera.
• Panggil dan aktifkan sistem layanan gawat darurat

Cedera Muskuloskeletal
Pagina • 27

• Periksa kondisi umum korban; khususnya jalan napas, pernapasan serta sirkulasi
• Bila terjadi patah tulang terbuka, hentikan perdarahan serta hindari patahan tulang untuk
bergerak-gerak. JANGAN masukkan patahan tulang ke dalam jaringan lunak!
• Periksa apakah fungsi sensorik (perasa), motorik (pergerakan) dan nadi di ujung bagian
yang cedera masih baik atau tidak
• Periksa lokasi patah tulang dengan memeriksa dari pangkal dan ujung bagian yang
cedera
• Setelah lokasi patah tulang dapat diketahui, imobilisasi/stabilisasi bagian yang cedera;
imobilisasi harus menstabilkan sendi di atas dan bawah bagian yang cedera
• Periksa ulang fungsi sensorik (perasa), motorik (pergerakan0 dan nadi di ujung bagian
yang cedera
• Lakukan pemeriksaan sekunder sambil menunggu tim layanan gawat darurat tiba
Catatan:
Untuk cedera sendi, imobilisasi tulang di atas dan di bawah sendi. Bila rasa sakit bertambah,
sebaiknya imobilisasi dilakukan tim layanan gawat darurat dengan alat bidai tertentu.
Bila korban ditemukan dalam kondisi telah kehilangan fungsi sensorik, motorik dan nadi, biarkan
tim layanan gawat darurat yang melakukan stabilisasi / imobilisasi
Prosedur Melakukan Bidai Anatomis (‘Body Splint’)
Bidai anatomis dilakukan dengan menggunakan bagian yang sehat sebagai bidai terhadap bagian
yang cedera. Biasa digunakan di bagian tungkai kaki.
• Selipkan balutan pengikat dari kain segitiga yang telah dimodifikasi di bawah bagian yang
cedera; selipkan melalui bawah lutut dan pergelangan kaki tanpa harus mengangkat
bagian yang cedera
• Balutan pengikat ini digeser ke ujung bagian patahan atas dan bawah
• Masukkan balutan pengikat lainnya ke pangkal paha, di lutut serta mata kaki
• Lakukan pengikatan ‘reef knot’ dengan urutan sebagai berikut:
o Ikat bagian kaki dengan ikatan ‘8’ yang menyilang kedua kaki
o Ikat bagian pangkal paha
o Ikat ujung atas dan bawah patahan tulang
o Ikat bagian lutut dengan menutup kedua belah mata lutut
• Periksa ulang fungsi sensorik, motorik serta nadi di ujung bagian yang cedera
Prosedur Pembidaian dengan Bidai Kayu (‘Rigid Splint’)
Bidai kayu digunakan untuk membidai patah tulang panjang seperti di lengan tangan atau tungkai
kaki.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 28

• Sesuaikan ukuran bidai dengan panjang tangan atau kaki (pastikan panjangnya cukup
untuk menstabilkan dua sendi yang mengapit bagian yang patah).
• Selipkan balutan pengikat dari kain segitiga yang telah dimodifikasi di bawah bagian yang
cedera; selipkan melalui bawah lutut dan pergelangan kaki tanpa harus mengangkat
bagian yang cedera
• Balutan pengikat ini digeser ke ujung bagian patahan atas dan bawah
• Masukkan balutan pengikat lainnya ke pangkal paha, di lutut serta mata kaki
• Letakkan dua bilah bidai di kanan kiri bagian yang cedera
• Lakukan pengikatan ‘reef knot’ dengan urutan sebagai berikut:
o Ikat bagian ujung kaki
o Ikat bagian pangkal paha
o Ikat ujung atas dan bawah patahan tulang
o Ikat bagian lutut dengan menutup kedua belah mata lutut
• Periksa ulang fungsi sensorik, motorik serta nadi di ujung bagian yang cedera
Catatan:
Bila terjadi patah tulang paha, maka sebaiknya bidai luar dilakukan sejak dari pangkal ketiak sisi
yang cedera dan bidai dalam dilakukan dari pangkal selangkangan.
Bila terjadi patah tulang bawah, maka sebaiknya bidai dilakukan mulai dari pangkal paha.

Cedera Muskuloskeletal
Cedera Kepala & Tulang Belakang
Susunan syaraf pusat terdiri dari otak besar (Cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak.
Kemudian ketiga otak tersebut akan tersambung ke batang syaraf spinal di tulang belakang.
Susunan syaraf pusat ini terlindungi oleh tulang tengkorak dan susunan anatomis tulang
belakang.
Tengkorak kepala merupakan tempat otak berada. Tengkorak memberikan perlindungan dari
benturan kepada otak. Cairan serebro-spinal juga membantu meredam kejutan atau benturan
yang terjadi, selain itu juga mencegah gesekan langsung antara otak dengan lapisan keras di
sekitarnya.
Otak merupakan organ yang lunak dengan jejaring pembuluh darah yang banyak. Karena
strukturnya inilah maka otak sangat rentan terhadap adanya benturan dari luar atau gesekan
terhadap jaringan keras di sekitarnya. Otak berfungsi sebagai pusat kontrol aktivitas manusia.
Perintah dari otak yang berupa impuls-impuls disalurkan melalui batang syaraf spinal di tulang
belakang. Batang syaraf spinal ini dilindungi oleh struktur tulang belakang (vertebra). Tulang
belakang terdiri dari 33 tulang yang dikelompokkan sesuai dengan tempatnya:
• Tulang belakang servikal (di leher, terdiri dari 7 vertebra)
• Tulang belakang thorakal (di punggung atas, terdiri dari 12 vertebra)
• Tulang belakang lumbal (di punggung bawah, terdiri dari 5 vertebra)
• Sakrum (bagian bawah tulang belakang, terdiri dari 5 vertebra menyatu)
• Koksik (tulang ekor, terdiri dari 4 vertebra menyatu)
Dengan melihat kesinambungan struktur kepala dan tulang belakang ini, maka setiap adanya
cedera kepala maka dicurigai pula kemungkinan cedera tulang belakang.

Cedera Kepala
Permasalahan yang dihadapi dalam cedera kepala adalah kemungkinan cederanya otak yang
berada di dalam rongga tulang tengkorak. Setiap adanya tanda cedera di bagian kepala harus
mengarah kepada adanya cedera otak trumatik.
Beberapa tanda dan gejala yang mungkin ditemukan pada korban cedera kepala:
• Perubahan tingkat kesadaran
• Nyeri atau sakit kepala
• Adanya perlukaan di kepala
• Perdarahan disertai cairan serebro-spinal dari telinga atau hidung
• Memar di kepala
• Memar di sekitar mata (‘Raccoon Eyes’) atau sekitar telinga (‘Battle’s sign)
• Perbedaan reaksi pupil mata

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 30

• Mual dan muntah


• Kejang dan postur abnormal tubuh
• Perubahan dalam pernapasan
Penanganan
Pertolongan pertama bertujuan untuk mempertahankan status kehidupan korban serta
menghindari cedera yang lebih parah.
• Bila menjumpai kasus yang memungkinkan terjadinya cedera kepala SEGERA panggil tim
medis / layanan gawat darurat.
• Lakukan pemeriksaan awal (Primary Survey) dengan teliti
• Bila korban sadar, tenangkan korban dan JANGAN biarkan korban untuk duduk atau
berjalan
• JANGAN menggerakkan, mengangkat atau memindahkan korban tanpa stabilisasi dan
teknik yang benar
• Lakukan pemeriksaan sekunder untuk mencari dan memeriksa cedera-cedera lain yang
mungkin tersembunyi
• Selalu monitor tanda-tanda vital hingga tim medis / layanan gawat darurat datang dan
mengambil alih
Catatan:
Setiap cedera kepala harus dicurigai diikuti oleh cedera tulang belakang, karena itu stabilisasi
tulang belakang HARUS dilakukan pada setiap cedera kepala.
Selalu periksa dengan teratur tingkat kesadaran korban, adanya perubahan pada tingkat
kesadaran korban menunjukkan bahwa kondisi korban sudah mulai memburuk.

Cedera Tulang Belakang


Cedera pada tulang belakang akan mengakibatkan cedera serius pada korban. Cedera pada
tulang belakang pada bagian tertentu khusunya tempat dimana batang saraf spinal yang mengatur
kerja organ vital akan menyebabkan resiko kematian dan kecacatan. Cedera di bagian servikal
misalnya akan beresiko terjadinya gangguan pernapasan dan kelumpuhan seluruh tubuh.
Sedangkan cedera di thorakal akan menyebabkan badan bagian bawah akan beresiko mengalami
kelumpuhan.
Tanda dan gejala yang mungkin ditemui pada kasus cedera tulang belakang diantaranya:
• Rasa kesemutan, mata rasa di tangan dan kaki
• Kelumpuhan lengan dan tungkai
• Nyeri saat tungkai dan kaki digerakkan
• Nyeri meningkat di sepanjang daerah tulang belakang
• Deformitas (kelainan bentuk) tulang leher dan tulang punggung

Cedera Kepala & Tulang Belakang


Pagina • 31

• Hilangnya kemampuan kontrol perkemihan atau buang air besar


• Kesulitan pernapasan
• Adanya priapismus
• Korban sering ditemukan telentang dengan tangan berada di atas daerah kepala (cedera
pada tulang belakang servikal)
Catatan:
Meskipun tanda dan gejala tersebut di atas tidak ditemukan, setiap pasien dengan riwayat cedera
yang mengenai kepala atau tulang belakang harus dianggap mengalami cedera tulang belakang.
Penanganan
Pertolongan pertama ditujukan untuk memastikan agar korban bertahan hidup serta mengurangi
terjadinya resiko kecacatan.
• Kaji mekanisme terjadinya cedera
• Segera panggil tim medis / layanan gawat darurat
• Lakukan pemeriksaan awal (Primary Survey)
• Bila korban sadar, TENANGKAN korban dan minta korban untuk tidak banyak bergerak
• Lakukan stabilisasi manual pada kepala, leher dan tulang belakang
• Lakukan pemeriksaan sekunder untuk memastikan adany cedera-cedera tersembunyi
• Lakukan imobilisasi kepala dan leher dengan memasang penyangga leher darurat
• Lakukan imobilisasi lengan atas, siku, pergelangan tangan dan panggul, paha, lutut serta
tungkai bawah
• Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan teratur hingga tim medis / layanan gawat
darurat tiba dan mengambil alih
Cara Membuat Penyangga Leher Darurat
Penyangga leher darurat dapat dibuat dari kertas koran atau karton yang cukup tebal. Penyangga
ini disesuaikan dengan tinggi leher korban untuk memastikan bahwa korban tidak akan terlalu
tengadah atau justru menunduk. Pemasangan penyangga leher dilakukan oleh minimum dua
orang.
Tinggi leher diukur dari garis lurus ujung dagu ke dasar bahu korban dengan posisi korban netral
anatomis. Setelah itu penolong pertama harus melakukan pengukuran pada kertas koran atau
karton sesuai dengan tinggi leher yang baru saja diukur.
Penyangga darurat ini kemudian dibungkus dengan kain segitiga yang akan berfungsi pula
sebagai pengikat. Kemudian buat penyangga sefleksibel mungkin dengan menekuknya
membentuk lingkaran.
Setelah itu pemasangan dilakukan dengan hati-hati dengan menyelipkan dari celah di belakang
leher. Kemudian pasang dan pastikan bahwa ikatan tidak mencekik korban.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 32

Log Roll
Log roll merupakan teknik untuk menggerakkan korban (memiringkan korban) untuk keperluan
pemeriksaan atau bila korban muntah. Prinsip dasar log roll adalah pergerakan yang seragam dan
serentak dari ujung kepala hingga ke ujung kaki untuk menjaga agar kepala, leher dan tulang
belakang tetap pada posisi netral anatomis.
Untuk melakukan log roll dibutuhkan setidaknya 4 orang. Satu orang bertugas sebagi pemimpin
pemberi aba-aba di bagian kepala. Tiga orang lainnya bertindak sebagai orang yang memiringkan
korban sesuai dengan aba-aba dari bagian kepala.
Bila hendak membersihkan mulut korban, maka penolong di bagian bada ataslah yang bertugas
melakukannya dengan ‘finger sweep’. Bila untuk pemeriksaan, maka penolong di bagian badan
tengah yang bertugas melakukan pemeriksaan bagian belakang korban.

Cedera Kepala & Tulang Belakang


Mengangkat & Memindahkan Pasien
Dalam situasi tertentu, pasien mungkin harus diangkat dan dipindahkan ke tempat lain.
Pengangkatan dan pemindahan yang tidak tepat dan tidak benar dapat membahayakan kondisi
pasien dan penolong itu sendiri.
Pengangkatan dan pemindahan oleh penolong pertama hanya diperbolehkan bila kondisi lokasi
pertolongan membahayakan dan mengancam nyawa korban. Atau lokasi kejadian tidak
memungkinkan penolong pertama melakukan tindakan penyelematan nyawa (misal tindakan
resusitasi).

Bodi Mekanis
Bodi mekanis berarti penggunaan tubuh penolong secara baik untuk mempermudah
pengangkatan dan pemindahan sehingga dapat mencegah terjadinya cedera.
Untuk mengangkat dan memindahkan beban secara benar, maka teknik dasar bodi mekanis
harus dikuasai. Berikut ini adalah prinsip dasar bodi mekanis:
• Perencanaan; setiap langkah, arah, dan jarak pengangkatan serta pemindahan korban
harus selalu direncanakan dengan baik. Atur jeda istirahat sewaktu mengangkat dalam
jarak yang jauh serta atur jumlah pengangkat bila obyek terlalu berat
• Posisi kaki, posisi kaki harus dalam kuda-kuda yang baik serta stabil pada permukaan
• Jarak beban, beban angkatan harus diletakkan sedekat mungkin dengan tubuh penolong
• Posisi kepala, kepala harus tegak dengan mata menatap lurus ke depan tidak menunduk
• Posisi punggung, punggung harus dalam keadaan lurus netral anatomis tidak boleh
membungkuk
• Genggaman, tangan harus menggenggam dengan jari-jari bertemu dengan telapak
tangan. Jari kelingking, jari manis merupakan jari-jari yang harus diatur dulu posisinya.
Selain teknik individual di atas, hal lain yang harus diperhatikan adalah kerjasama tim dengan
berkomunikasi yang baik satu dengan yang lain. Sepanjang proses pengangkatan dan
pemindahan tim harus dikoordinasikan dengan baik.

Memindahkan Korban
Sebelum memindahkan korban, penolong pertama harus mengkaji hal-hal di bawah:
• Apakah pemindahan ini harus dilakukan?
• Seberapa cepat pemindahan ini dapat dilakukan?
• Apakah korban perlu distabilkan sebelum dipindahkan?
• Apakah pemindahan ini aman untuk dilakukan?

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 34

Sepanjang korban dalam kondisi aman dan tidak ada bahaya lebih lanjut, sebaiknya korban
diposisikan di mana ia ditemukan. Untuk pemindahan sebaiknya menunggu perintah dari tim
medis / layanan gawat darurat.
Pemindahan Darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila terdapat bahaya nyata yang mengancam keselamatan korban.
Beberapa hal yang memungkinkan terjadinya pemindahan darurat:
• Lokasi yang tidak aman bagi korban dan penolong untuk melakukan tindakan pertolongan
o Adanya kebakaran atau resiko kebakaran
o Ledakan atau resiko ledakan
o Struktur bangunan yang mulai tidak stabil
o Situasi kerusuhan
o Dll
• Lokasi yang tidak memungkinkan dilakukannya tindakan penyelamatan nyawa
o Posisi korban telungkup saat akan dilakukan resusitasi
o Posisi korban di tempat yang sempit sementara pasien memerlukan tindakan
resusitasi
INGAT pemindahan darurat sedapat mungkin dilakukan dengan menarik atau menggerakkan
korban searah dengan aksis tubuh (searah dengan tulang punggung). Pergerakan ini harus
dilakukan secepat mungkin.
Bila kondisi korban benar-benar tidak memungkinkan dipindah sedangkan kondisi lokasi semakin
berbahaya, maka penolong pertama TIDAK BOLEH menempatkan dirinya dalam resiko terkena
cedera akibat kondisi yang tidka aman ini.
Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
• Memindahkan dengan menarik korban melalui bajunya (shirtdrag)
• Memindahkan dengan menarik lengan korban (shoulder/forearm drag)
• Memindahkan korban dengan menarik menggunakan selimut (blanket drag)
• Menggendong korban (piggy-back) atau membopong (cradle carry)
• Firefighter lift
Pemindahan Non Darurat
Jika keadaan lokasi kejadian aman dan tidak ada ancaman bahaya, maka pasien hanya diangkat
dan dipindahkan kalau kondisi pasien sudah stabil dan cedera-cedera telah ditangani dengan
baik.
Mengangkat dan memindahkan pasien sebaiknya menggunakan alat angkut yang baik. Alat
angkut yang dapat mengimobilisasi kepala, tulang leher dan tulang punggung merupakan pilihan
utama. Spinal board dan basket stretcher merupakan pilihan yang paling banyak tersedia.

Cedera Kepala & Tulang Belakang


Pagina • 35

Bila alat angkut tidak tersedia, maka pengangkatan harus dilakukan dengan alat apa saja yang
tersedia di lokasi kejadian. Kursi, meja, daun pintu, sarung dan karung goni mungkin saja bisa
digunakan.
Bila hanya tenaga manusia yang tersedia, maka pengangkatan memerlukan setidaknya 6 orang
untuk korban yang mengalami cedera traumatik. Bila korban kedaruratan medis setidaknya
dibutuhkan 3 orang.

Posisi Korban dalam Transportasi


Posisi korban disesuaikan dengan kondisi korban. Bila korban tidak sadar tetapi bernapas normal,
maka korban sebaiknya diposisikan miring sepanjang perjalanan.. Bila korban mengalami syok,
posisi syok dimana kaki lebih tinggi dari jantung. Bila korban mengalami sesak napas, maka
korban sebaiknya pada posisi setengah duduk.
Korban dengan trauma kepala dan tulang punggung harus diposisikan lurus di atas permukaan
yang rata dan kaku. Posisi ini harus dipertahankan hingga tim medis / layanan gawat darurat
mengambil alih.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Keracunan
Racun merupakan zat yang dapat merusak atau menyebabkan kematian struktur atau fungsi sel
tubuh manusia.
Racun masuk dalam tubuh melalui beberapa cara, yaitu:
• Melalui pencernaan
• Melalui pernapasan
• Melalui suntikan / gigitan / sengatan
• Melalui penyerapan kulit
Setiap manusia memiliki ketahanan terhadap dosis racun yang berbeda-beda. Beberapa orang
mungkin tahan terhadap sejumlah besar zat tertentu, tetapi bagi orang lain dengan dosis minimal
pun ia bisa keracunan.
Dalam menghadapi kasus keracunan, penolong pertama harus selalu ingat akan resiko terpapar
terhadap racun itu sendiri. Karena itu pada tahap pemeriksaan awal situasi dan lokasi kejadian, ia
harus mampu mengenali kemungkinan racun yang ada serta kemungkinan resiko tersebarnya
atau terkontaminasi racun tersebut. Adanya bau-bauan yang tidak semestinya, botol atau
kontainer bahan kimia, atau tumpahan zat-zat kimiawi merupakan hal-hal yang harus diperhatikan
pada saat memastikan lokasi aman atau tidak untuk tindakan pertolongan. Bila keracunan
diakibatkan oleh bahan-bahan berbahaya (B3) dalam jumlah yang besar atau tidak mungkin
ditangani oleh penolong pertama, sebaiknya tim layanan gawat darurat yang memiliki kemampuan
HAZMAT harus dipanggil.
Beberapa tanda dan gejala umum korban keracunan:
• Mual dan / atau muntah
• Sakit kepala atau pusing
• Nyeri abdomen
• Perubahan tingkat kesadaran atau bahkan koma
• Kejang-kejang
• Denyut nadi cepat atau justru melambat
• Pupil mata melebar atau justru mengecil
• Sesak napas
• Ada tanda-tanda jejas di kulit (berubah warna, terbakar, ada bekas suntikan / sayatan,
bengkak
• Diare

Keracunan Melalui Saluran Cerna


Keracunan melalui saluran cerna merupakan masalah keracunan yang sering terjadi. Racun
masuk ke saluran cerna melalui mulut. Saat melakukan pemeriksaan awal situasi dan lokasi

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 37

kejadian, penolong pertama harus memperhatikan berbagai benda di sekitar lokasi. Penolong
pertama harus memeriksa adanya tumpahan bahan kimia, obat-obatan atau kontainer yang
mungkin digunakan untuk penyimpanan bahan yang tertelan korban. Tanda dan gejala keracunan
ditunjukkan dengan adanya gangguan saluran cerna. Selain itu beberapa tanda dan gejala
tertentu yang mungkin ditemukan diantaranya:
• Jaringan di sekitar mulut terlihat seperti mengalami luka bakar, bengkak atau adanya
tanda-tanda jejas
• Napas tidak normal
• Keringat berlebihan (diaforesis)
• Busa dari mulut atau meningkatnya produksi ludah

Keracunan Melalui Saluran Pernapasan


Keracunan melalui saluran pernapasan dapat terjadi secara cepat. Jenis racun yang berbentuk
asap dan gas akan mudah terserap oleh tubuh. Semakin lama waktu paparan terhadap racun
semakin jelek tingkat prognosa korban. Penolong pertama harus memastikan bahwa lokasi aman
untuk pertolongan yang akan diberikan. Bila tidak yakin akan keamanan lokasi kejadian,
sebaiknya penolong pertama menunggu tim layanan gawat darurat yang berkompeten di bidang
penanganan HAZMAT.
Beberapa zat yang sering mengakibatkan keracunan melalui saluran pernapasan diantaranya:
• Karbon monoksia (CO)
• Karbon dioksida (CO2) dari lokasi industri, pembuangan limbah atau sumur
• Gas klorin (sering terjadi di sekitar kolam renang)
• Uap dari kimia cair atau semprot
• Amoniak
• Sulfur dioksida (yang sering dipakai untuk membuat es)
• Gas anestesi / bius (eter, nitrous oksida, kloroform)
• Larutan pembersih
• Gas industrial
• Hasil pembakaran tidak sempurna dari gas alam
• Hidrogen sulfida (H2S)
Tanda dan gejala yang muncul berkaitan dengan terganggunya fungsi pernapasan, seperti:
• Adanya riwayat penyalahgunaan zat / gas hirup
• Nyeri dada atau dada terasa sesak
• Rasa terbakar di tenggorokan atau dada
• Batuk-batuk, mengi atau suara napas parau

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 38

Keracunan Melalui Absorbsi Kulit


Racun tertentu dapat masuk ke dalam tubuh diantaranya melalui adanya kontak dengan kulit.
Beberapa diantaranya adalah racun alami seperti getah pohon-pohon liar tertentu misalnya
jelatang. Sedangkan yang terbanyak adalah racun buatan manusia seperti zat korosif, insektisida,
herbisida atau zat pembersih.
Tanda dan gejala yang muncul biasanya berkaitan dengan gangguan di kulit; diantaranya:
• Riwayat paparan terhadap zat racun
• Adanya sisa-sisa cairan atau bahan racun di kulit
• Gatal
• Iritasi
• Kemerahan dan bengkak
• Melepuh

Keracunan Melalui Injeksi / Suntikan


Racun mudah memasuki tubuh bila ada kulit yang terbuka atau terluka. Rusaknya atau
terbukanya kulit ini dapat diakibatkan oleh suntikan (obat), tusukan, gigitan binatang atau
sengatan serangga.
Dalam pemeriksaan awal situasi dan lokasi kejadian, selain menentukan aman tidaknya lokasi,
penolong pertama juga harus melihat petunjuk tentang bagaimana racun masuk ke tubuh korban,
apakah karena suntikan, tusukan, gigitan atau sengatan. Karena di beberapa negara penggunaan
obat-obatan tertentu adalah melanggar hukum, maka penolong pertama sedapat mungkin tidak
memegang, memindah atau membawa barang bukti sebelum petugas kepolisian datang.
Sedangkan bila karena sengatan atau gigitan binatang, penolong pertama harus memastikan
bahwa binatang penyengat atau penggigit telah diamankan atau tidak berada di sekitar kejadian
lagi. (Untuk gigitan dan sengatan binatang berbisa akan dibicarakan lebih lanjut pada bab
selanjutnya.)
Salah satu konsekuensi yang paling serius dari penggunaan obat-obatan injeksi adalah reaksi
balik yang hebat atau tertekannya pusat pernapasan, khususnya pada obat-obatan bius atau
golongan narkotika. Napas yang dalam serta jarang merupakan tanda-tanda awal sebelum korban
menjadi ‘gasping’(napas dangkal serta jarang). Bila korban sudah mengalami hal seperti ini,
sebaiknya segera dievakuasi ke layanan gawat darurat medis.

Penanganan Kasus Keracunan


Secara umum penanganan kasus keracunan tidak berbeda jauh dengan pertolongan pertama
lainnya. Pertolongan pertama berfokus pada jalan napas, pernapasan serta sirkulasi dengan
memperhatikan atau memperlambat efek racun pada tubuh.
• Sistem layanan gawat darurat harus segera diaktifkan
• Penolong pertama harus memastikan situasi dan kondisi lokasi kejadian aman. Jika ragu-
ragu, jangan memasuki lokasi kejadian hingga bantuan datang.

Keracunan
Pagina • 39

• Bila memungkinkan gunakan alat pelindung diri yang sesuai


• Korban harus dipindahkan dari sumber racun, khususnya dalam kasus keracunan melalui
saluran pernapasan atau absorbsi kulit
• Lakukan pemeriksaan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi korban
• Bila korban masih bernapas normal, lakukan dekontaminasi korban keracunan
o Keracunan Melalui Absorbsi
ƒ Segera buka baju korban
ƒ Dekontaminasi racun dari kulit dengan kain kering atau bila zat dalam
bentuk serbuk, bersihkan dengan cara disapu menggunakan kain atau
bahan kering
ƒ Setelah itu guyur dengan air yang cukup banyak
o Keracunan Melalui Saluran Pencernaan
ƒ Berikan segelas atau dua gelas air untuk mengencerkan racun yang
tertelan
ƒ Bila tersedia, berikan susu segar
ƒ Untuk keracunan makanan, dapat diberikan 2 atau 3 sendok larutan norit
o Keracunan Melalui Saluran Pernapasan
ƒ Berikan suplai udara segar atau oksigen bila tersedia
• Seluruh bahan yang terkait dengan kasus keracunan seperti makanan sisa, kaleng obat
atau zat kimia, atau sisa-sisa zat kimia dikumpulkan untuk diserahkan kepada tim
layanan gawat darurat
o Untuk kasus keracunan obat-obatan terlarang sebaiknya menunggu petugas
layanan gawat darurat atau polisi sebelum dikumpulkan oleh penolong pertama
• Selalu monitor keadaan korban, khususnya tanda-tanda vital secara teratur

Info Tambahan: Penyalahgunaan Alkohol


Alkohol merupakan zat dengan penerimaan sosial secara meluas. Penyalahgunaan atau
penggunaan yang melebihi batas dapat menyebabkan terjadinya alkoholisme dan intoksikasi
kronis yang berat yang disertai dengan kerusakan fisik dan mental dengan cepat. Korban yang
dalam pengaruh alkohol dapat membahayakan dirinya sendiri serta orang lain di sekitarnya.
Jika keadaan korban mengijinkan, penolong pertama harus melakukan pemeriksaan secara
menyeluruh. Namun bila tidak, lebih baik meminta pertolongan untuk menenangkan korban.
Beberapa tanda dan gejala adanya penyalahgunaan atau keracunan alkohol:
• Bau alkohol yang menyengat dari mulut atau tubuh korban
• Tidak stabil, terhuyung-huyung
• Pembicaraan tidak dimengerti, bergumam atau mengerang

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 40

• Mual dan muntah


• Wajah merah
• Terjadinya perubahan perilaku
Selain itu, penghentian alkohol secara mendadak pada orang yang sudah alkoholik menahun
dapat mengakibatkan terjadinya ‘alcohol withdrawal’atau ‘delirium tremens’. Tanda-tanda yang
dapat dikenali diantaranya:
• Bingung serta gelisah
• Terjadinya perubahan tingkah laku; mengamuk atau menjadi lepas kendali
• Halusinasi
• Gemetaran
• Kejang-kejang
Dalam menolong korban penyalahgunaan alkohol, penolong pertama harus memastikan bahwa
kondisi aman; korban tidak mengamuk atau melawan tindakan pertolongan. Apabila korban
mengamuka atau melawan, sebaiknya menunggu tim layanan gawat darurat atau polisi untuk
membantu menenangkan korban. Penolong pertama harus memastikan bahwa korban bernapas
dengan adekuat serta mencegah terjadinya aspirasi akibat muntah. Korban sebaiknya diposisikan
miring bila ia tidak sadar.

Info Tambahan: Penyalahgunaan NAPZA


NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Istilah ini meliputi
berbagai jenis obat dan zat yang umumnya dikategorikan sebagai zat terlarang atau ilegal. Lima
jenis yang sering dipakai diantaranya:
• Zat-zat stimulan: Zat jenis ini akan merangsang sistem susunan saraf pusat sehingga
pemakai akan merasa riang gembira secara berlebih. Tergolong dalam jenis ini adalah
amfetamin (ekstasi), kokain, kafein, obat asma serta obat vasokonstriktif.
• Zat depresan: zat ini menekan susunan saraf pusat sehingga orang akan dapat menekan
perasaan tegang yang dialaminya. Namun pada dosis tertentu akan menekan pusat
pernapasan dan kesadaran manusia sehingga korban menjadi menurun refleksnya
bahkan menjadi tidak bernapas. Yang termasuk di golongan obat ini antara lain: obat
penenang non-barbiturat seperti diazepam, barbiturat seperti penobarbital serta obat-
obatan anti kejang.
• Zat Analgesik-Narkotik; obat ini sebenarnya digunakan untuk membantu pasien untuk
mengatasi rasa nyeri yang hebat. Namun sering disalahgunakan untuk mendapatkan
ketenangan dan relaksasi. Zat ini sering ditemukan pada obat-obat sirup batuk. Efek zat
ini diantaranya menurunkan suhu tubuh, memperlambat denyut jantung dan pernapasan,
melemaskan otot-otot, memperlebar pupil mata, mengantuk atau menurunkan kesadaran.
Yang termasuk dalam kategori zat ini diantaranya: morfin, heroin, kodein serta demerol.
• Zat Halusinogen;obat-obatan ini merubah kepribadian seseorang serta merusak
kemampuan persepsinya. Korban seolah-olah mendengar atau melihat sesuatu yang

Keracunan
Pagina • 41

aneh. Karena hal ini, korban dapat bersifat agresif yang membahayakan dirinya serta
orang lain. Yang termasuk dalam golongan ini diantaranya: ganja, LSD, PCP, STP dan
psilocybin.
• Zat Kimia Volatil; uap dari beberapa jenis zat kimiawi tertentu dapat menimbulkan efek
gembira, eforia atau perasaan melayang. Efek zat ini diantaranya hilangnya kemampuan
persepsi realitas seseorang, hilangnya kemampuan penciuman, meningkatnya denyut
jantung dan pernapasan, dan penurunan kesadaran hingga koma. Zat ini mudah
ditemukan pada solvent (pelarut), cairan pembersih, lem serta bensin.
Penanganan korban-korban penyalahgunaan NAPZA hampir sama dengan dengan kasus
penyalahgunaan alkohol; yang berfokus pada kemampuan mempertahankan jalan napas yang
terbuka dan bersih serta pernapasan yang adekuat. Hanya saja, karena di berbagai tempat
penyalahgunaan NAPZA termasuk dalam kategori kriminal, penolong pertama harus mengetahui
tentang peraturan setempat mengenai NAPZA. Selain itu, penolong pertama harus memastikan
bahwa semua barang bukti yang berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA tidak dipegang,
dipindahkan atau dibawa hingga petugas kepolisian datang.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Sengatan & Gigitan Binatang Berbisa
Di alam bebas terdapat banyak jenis binatang liar yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan
bila ia menyengat atau menggigit manusia. Masalah yang sering terjadi adalah adanya reaksi
alergi yang berat (anafilaktik) atau keracunan akibat masuknya racun atau bisa binatang tersebut
ke dalam tubuh manusia.

Sengatan Serangga
Secara umum sengatan serangga tidak banyak mengakibatkan banyak masalah. Hanya beberapa
spesies tertentu yang dapat mengakibatkan keracunan atau reaksi alergi berat (anafilaktik).
Tingkat keparahan masalah yang dihadapi tergantung kepada jenis serangga yang menyengat
serta kepekaan tubuh terhadap alergen yang masuk akibat sengatan serangga. Beberapa
serangga yang kemungkinan besar mengakibatkan masalah reaksi alergi berat atau keracunan di
antaranya kalajengking, laba-laba hitam (Black Widow Spider) atau laba-laba merah (Red Back
Spider), lipan, tawon dan lebah, serta semut api
Tanda dan gejala adanya keracunan atau reaksi alergi berat akibat sengatan serangga
diantaranya:
• Rasa gatal yang menyeluruh
• Sakit yang hebat di bagian tergigit
• Pembengkakan di sebagian besar bagian tubuh
• Sesak napas, mengi serta suara parau
• Kelumpuhan otot-otot di sekitar tempat yang terkena
Penanganan
Pertolongan pertama ditujukan untuk mencegah proses reaksi alergi atau keracunan bertambah
berat.
• Pastikan lokasi kejadian aman untuk melakukan pertolongan
• Kaji kondisi jalan napas, pernapasan serta sirkulasi korban
• Bila korban masih dalam keadaan baik, segera lakukan pengompresan dingin di sekitar
daerah sengatan.
• Balutan bertekanan dilakukan di sekitar daerah yang terkena
• Posisikan bagian yang terkena tetap rendah dari jantung
• Bila korban menunjukkan tanda-tanda syok atau mulai menunjukkan reaksi alergi berat
segera kirim pasien ke fasilitas medis / layanan gawat darurat

Sengatan Binatang Air


Beberapa jenis binatang air dapat mengakibatkan terjadinya keracunan atau reaksi alergi yang
hebat bila terjadi kontak atau sengatan. Beberapa jenis binatang air yang dapat mengakibatkan
keracunan atau reaksi alergi hebat di antaranya ubur-ubur, ikan lele (baung), ikan pari, bulu babi,
dan beberapa jenis binatang laut lainnya.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 43

Tanda dan gejala adanya keracunan akibat sengatan binatang air tidak berbeda jauh dengan jenis
sengatan atau gigitan serangga; diantaranya:
• Bengkak
• Nyeri
• Kram otot
• Pusing
• Sakit kepala
Penanganan
Karena korban biasanya sedang berada di air, resiko terbesar saat tergigit atau tersengat binatang
air adalah tenggelam akibat kram otot.
• Korban harus dipindahkan ke tempat aman dulu
• Pastikan jalan napas, pernapasan serta status sirkulasi korban adekuat
• Lakukan tindakan untuk mengurangi efek racun atau alergi pada korban
o Bila tersengat ubur-ubut; siram dengan cuka dapur kemudian jika terjadi
pembengkakan dan nyeri dapat diberikan kompres es
o Sedangkan bila tergigit atau tersengat binatang laut lainnya, lakukan
pengompresan hangat
• Apabila ada tanda-tanda keracunan atau reaksi alergi yang berat, segera kirim korban ke
fasilitas medis / layanan gawat darurat
• Posisikan miring bila korban mulai mengalami penurunan kesadaran.

Gigitan Ular
Jumlah ular berbisa tidak lebih dari 20% dari seluruh populasi ular di dunia. Ular sendiri
merupakan binatang yang bersifat defensif yang hanya akan menggigit manusia bila dalam
kondisi terdesak. Jenis racun dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
• Racun bersifat neurotoksik; racun ular ini bila masuk ke dalam tubuh akan merusak
jaringan saraf serta menghambat impuls saraf dalam tubuh manusia. Ular yang memiliki
racun jenis ini diantaranya golongan kobra dan krait.
• Racun bersifat hemotoksik; racun ular jenis ini bila masuk ke dalam tubuh manusia,
khususnya masuk ke dalam sistem sirkulasi akan merusak dan memecah sel darah,
sehingga darah akan rusak dan dapat terjadi perdarahan internal. Golongan ular yang
memiliki racun jenis ini adalah viper.
• Racun bersifat miotoksik; racun ular jenis ini bila masuk ke adalam tubuh manusia akan
menyebabkan kerusakan struktur sel otot, sehingga sel otot tidak berfungsi baik dan
lumpuh. Golongan ular yang memiliki racun jenis ini adalah ular laut.
Gambar 1. Ular Neurotoksik Gambar 2. Ular hemotoksik Gambar 3. Miotoksik

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 44

Beberapa tanda yang dapat dikenali untuk membedakan jenis ular berbisa atau tidak diantaranya:
Ciri-ciri Ular Berbisa Tidak Berbisa
Bentuk kepala Segitiga (seperti mata tombak Kepala lebih tumpul atau
atau panah) bundah
Taring Ada (bisa di depan atau di Tidak ada
belakang)
Bentuk Mata Elips (lonjong) Bundar
Ekor Berbentuk satu ruas Berbentuk seperti dua ruas
menyambung
Bekas gigitan Ada bekas taring; 2 atau 1 Terdapat banyak bekas gigi,
dengan tanda bengkak di dan tidak ada pembengkakan
sekitarnya
Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada korban gigitan ular berbisa antara lain:
• Terdapat tanda bekas gigitan dengan atau tanpa darah keluar
• Nyeri atau ras panas di sekitar daerah gigitan
• Daerah gigitan berwarna merah, kebiruan serta bengkak
• Mual dan muntah
• Kelemahan otot-otot atau kelumpuhan otot
• Kejang-kejang
• Penurunan tingkat kesadaran
Penanganan
Pertolongan pertama ditujukan untuk menghambat laju pergerakan bisa atau racun ke dalam
sistem sirkulasi.
• Pastikan keadaan aman
• Tenangkan korban dan posisikan senyaman mungkin
• Posisikan daerah yang tergigit serendah mungkin dari jantung
o Pastikan titik gigitan untuk identifikasi awal
o Apabila terdapat bekas bisa di sekitarnya, bersihkan dengan menggunakan air
sabun bila tersedia
o Lakukan pembebatan bertekanan di daerah yang tergigit (di ekstremitas bawah
ataupun atas) dengan pembalut elastis; pembebatan ini BUKAN torniket atau
ikatan mati.
o Bila perlu lakukan pembidaian di bagian yang tergigit
• Bila pasien mulai menurun kesadarannya posisikan miring (ke arah yang tergigit)

Keracunan
Pagina • 45

• Selalu monitor kondisi korban


• Segera evakuasi korban ke fasilitas medis / layanan gawat darurat
Catatan:
JANGAN menghabiskan waktu untuk mencari ular yang menggigit.
JANGAN menyayat daerah gigitan; dengan luka sayatan baru justru mempercepat racun / bisa
ular masuk ke dalam sirkulasi.
JANGAN menghisap luka gigitan ular; bila menghisap luka gigitan ular, bisa ular yang beracun
dapat tersedot dan mengakibatkan keracunan bagi penghisapnya.
Semua gigitan ular harus dianggap sebagai gigitan ular berbisa hingga didapatkan pemeriksaan
medis lanjutan.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Cedera Akibat Suhu Ekstrim: Panas
Kulit tubuh manusia merupakan jaringan terluar dari tubuh yang berfungsi sebagai pelindung
organ dalam. Kulit juga dapat berfungsi membantu mengatur temperatur tubuh, membantu proses
pengeluaran cairan dan berbagai elektrolit sisa metabolisma tubuh. Kulit juga berfungsi sebagai
indra perasa terhadap rangsang dari luar.
Kulit terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan terluar adalah epidermis yang berisi sel-sel yang
membuat warna kulit. Lapisan berikutnya adalah dermis yang mengandung jejaring pembuluh
darah yang rapat. Sedangkan lapisan terdalam kulit terdapat folikel (pangkal) rambut, kelenjar
keringat dan lemak serta saraf-saraf perasa (sensorik). Di bawah kulit terdapat lapisan lemak
subkutan.
Kerusakan dapat terjadi akibat terpapar pada suhu ekstrim baik panas maupun dingin. Terpapar
pada suhu ekstrim panas merupakan penyebab yang paling umum di negara-negara tropis.

Luka Bakar
Luka bakar terjadi bila kulit terpapar pada sumber panas yang sangat tinggi baik karena panas
kering, panas basah, kimiawi atau listrik. Suhu di atas 60 derajat sudah dapat mengakibatkan luka
bakar yang merusak jaringan kulit.
Tingkat keparahan luka bakar ditentukan oleh:
• Kedalaman luka bakar
• Luas luka bakar
• Bagian tubuh yang terkena luka bakar
Kedalaman luka bakar terbagi menjadi:
• Luka bakar superfisial (derajat satu); dimana bagian yang terkena hanya lapiran terluar
yaitu epidermis. Ditandai dengan kemerahan disertai rasa nyeri di lokasi yang cedera.
• Luka bakar kedalaman parsial (derajat dua); dimana bagian yang terkena adalah
lapisan kedua (dermis) menjadi rusak.Ditandai dengan gelembung berisi cairan, bengkak
di sekitar gelembung serta rasa sakit yang hebat.
• Luka bakar kedalaman penuh (derajat tiga); dimana hampir seluruh jaringan kulit
terbakar yang merusak seluruh lapisan lemak, otot, pembuluh darah dan saraf. Pada
kasus tertentu, tulang mungkin terbakar. Tanda cedera derajat ini adalah kulit menjadi
kering, menghitam (hangus) serta munculnya lapisan seperti lilin di sekitar luka. Di bagian
yang cedera rasa nyeri tidak ada (karena saraf terbakar); tetapi rasa nyeri masih di
rasakan di sekitarnya.
Luas luka bakar dihitung dengan menggunakan metode yang umum yaitu ‘Rule of nine’ dimana
tubuh dibagi menjadi beberapa bagian dengan luas luka bakar sebagai berikut:
Dewasa Anak-anak
Kepala dan Leher 9% 18%

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 47

Ekstremitas Atas Masing-masing 9% Masing-masing 9%


Badan bagian depan 18% 18%
Badan bagian belakang 18% 18%

Ekstremitas Bawah Masing-masing 18% Masing-masing 14%

Genital / kelamin 1% Masuk ke badan bagian


depan
Catatan:
Bila penolong tidak hapal rumus di atas, maka luas luka bakar dapat diukur dengan menghitung
berdasarkan luas telapak tangan korban. Satu telapak tangan dihitung sebagai 1%.
Beberapa lokasi luka bakar yang mungkin menyebabkan cedera yang serius atau komplikasi
penyulit di antaranya:
• Wajah dan leher
• Dada
• Tangan dan Kaki
• Selangkangan, daerah kelamin, pantat serta bagian dalam paha
• Sendi-sendi pergerakan
Luka bakar dianggap kritis mengancam nyawa jika:
• Luka bakar kedalaman penuh (derajat tiga) dengan luas lebih dari 10%
• Luka bakar kedalaman-parsial (derajat dua) dengan luas lebih dari 30%
• Luka bakar superfisial (derajat satu) dengan luas lebih dari 75%
• Luka bakar derajat dua dan tiga yang mengenai wajah, leher dan dada serta jalan napas
• Luka bakar derajat dua dan tiga yang mengenai tangan, kaki dan genitalia
• Luka bakar disertai dengan cedera lain yang serius
Penanganan
Penolong pertama harus memastikan dirinya aman sebelum menolong korban yang terkena luka
bakar.
• Panggil layanan gawat darurat
• Penolong pertama harus memadamkan api atau penyebab luka bakar yang masih
berlangsung di tubuh korban
o Siram dengan air mengalir selama 10 –15 menit
o Untuk bahan kimiawi, siram dengan air mengalir selama kurang lebih 20 menit
atau lebih
• Periksa kondisi umum korban; jalan napas, pernapasan dan sirkulasi

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 48

o Lepaskan benda-benda yang mungkin mengganggu sirkulasi seperti cincin,


gelang atau asesoris lain. BILA lengket jangan memaksa untuk dibuka karena
akan menimbulkan luka terbuka.
• Kaji tingkat keparahan luka bakar, jika luka bakar kritis selalu monitor kondisi umum
korban
• Tutup luka bakar dengan menggunakan kasa steril; bila mengenai jari-jari tangan atau
kaki berikan kasa di sela-sela jari. Gelembung-gelembung cairan jangan dipecahkan.
• Jaga agar pasien tetap hangat jangan sampai jatuh dalam keadaan syok.
• Periksa kemungkinan cedera-cedera lain yang tersembunyi dan observasi tanda-tanda
vital setiap 5 menit hingga tim layanan gawat darurat datang atau mengambil alih

Gangguan Lain akibat Terpapar Suhu Panas


Iklim dan suhu yang panas serta kering akan menyebabkan gangguan lain yang mempengaruhi
tubuh secara keseluruhan. Beberapa gangguan ini diantaranya:
• Kram Otot akibat panas (Heat Cramp)
• Kelengar akibat Panas (Heat Exhaustion )
• Sengatan Panas(Heat Stroke)
Kram Otot akibat Panas
Gangguan kram ini terjadi akibat hilangnya cairan dan elektrolit tubuh akibat keringat
berlebihan.Gangguan ini ditandai dengan adanya kejang otot dan nyeri pada otot yang terkena.
Beberapa tanda dan gejala yang bisa dideteksi diantaranya:
• Kejang otot di tungkai atau abdomen
• Kelelahan
• Mual
• Mungkin juga pingsan
Penanganan
Karena kram ini akibat banyaknya elekrolit dan cairan yang hilang dari sistem sirkulasi tubuh,
maka sebaiknya penolong pertama segera memberikan elektrolit dan cairan pada korban.
• Korban harus dipindahkan ke tempat yang teduh
• Kompres bagian yang kram dengan air dingin atau es
• Berikan cairan secepatnya kepada korban
• Berikan larutan elektrolit kepada korban (contoh: oralit)
• Jangan memaksa korban untuk meluruskan atau menarik otot yang cedera
• Korban hanya boleh bergerak bila otot tidak mengalami kekakuan atau nyeri

Cedera Akibat Suhu Ekstrim: Panas


Pagina • 49

Kelengar Akibat Panas (Heat Exhaustion)


Gangguan ini terjadi akibat korban dalam kondisi yang tidak fit bekerja atau terpapar pada
lingkungan yang sangat panas dan kering sehingga sirkulasi cairan tubuh terganggu.
Gangguan ini akan dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagaimana tertulis di bawah:
• Napas cepat dan dangkal
• Nadi melemah tetapi cepat
• Kulit lembab, basah oleh keringat, tetapi teraba panas
• Lemas
• Pusing yang dapat mengakibatkan pingsan
Penanganan
Penanganan ditujukan untuk menghentikan proses meningkatnya suhu tubuh agar kehilangan
cairan tidak bertambah banyak.
• Pasien dipindahkan ke tempat yang sejuk
• Longgarkan pakaian untuk membantu pendinginan
• Atur suhu ruangan agar sejuk dengan aliran udara yang lancar (misal dengan
menghidupkan kipas angin)
• Bila pasien lemas dan pusing tidurkan pasien dengan kaki ditinggikan antara 20-30 cm
• Berikan minum air dan elektrolit secukupnya (JANGAN lakukan bila korban mulai
menurun kesadarannya)
• Awasi tanda-tanda vital korban, bila tidak membaik atau bahkan memburuk segera
panggil tim layanan gawat darurat
Sengatan Panas (Heat Stroke)
Gangguan terjadi akibat terpapar pada suhu yang sangat panas dan kering dalam waktu yang
cukup lama sehingga termoregulator di otak terganggu. Korban akan mengalami peningkatan
suhu secara ekstrim, bahkan hingga kehabisan cairan keringat yang berarti tubuh sudah
mengalami dehidrasi. Bila ini terus berlanjut maka akan dapat mengakibatkan kerusakan sel otak
yang berujung kepada kematian.
Tanda dan gejala yang dapat dikenali diantaranya:
• Napas cepat dan dalam
• Nadi cepat dan kuat (makin melemah pada tahap lanjut dari kedaruratan ini)
• Kulit kering, merah dan panas saat diraba
• Pupil mata melebar
• Kesadaran mulai menurun
• Kejang atau terjadi tremor otot

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 50

Penanganan
Penanganan sengatan panas ini bertujuan agar proses kerusakan di organ tidak bertambah luas
atau bertambah parah.
• Pindahkan korban dari tempat yang terpapar dengan suhu ekstrim dan tempatkan pasien
di tempat yang sejuk
• Lepas baju korban dan bungkus tubuhnya dengan handuk basah dan jaga agar handuk
tetap lembab dan dingin
• Kompres dingin di sekitar ketiak, di belakang lutut dan di sekitar pergelangan kaki serta di
kanan-kiri leher
• Bila korban menurun kesadarannya jangan pernah memberi minum kepada pasien
• Jika suhu tubuh tidak mau turun, maka segera evakuasi korban ke fasilitas medis rujukan

Cedera Akibat Suhu Ekstrim: Panas


Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kasus kedaruratan sangat penting karena hal ini akan membantu tim
layanan gawat darurat yang akan mengambil alih kasus kedaruratan yang terjadi. Selain
membantu tim layanan gawat darurat pencatatan dan pelaporan yang baik juga akan membantu
tim penolong pertama dalam masalah legalitas tindakan pertolongan yang diberikan.

Pelaporan
Penolong pertama harus mampu memberikan laporan mengenai kedaruratan yang benar saat
menangani pasien. Laporan pada tahap awal penanganan gawat darurat bersifat verbal dengan
memberikan laporan umum mengenai kedaruratan. (Lihat Bab Pendekatan Dalam Keadaan
Darurat).
Penolong pertama secara verbal juga harus memberikan laporan saat menyerahkan korban ke
tim layanan gawat darurat yang mengambil alih kedaruratan.Beberapa hal yang harus
disampaikan kepada tim layanan gawat darurat yang datang misalnya:
• Kejadian penyebab (kalau diketahui)
• Kondisi umum terakhir
• Tanda-tanda vital terakhir
• Pertolongan yang telah diberikan
Apabila formulir pencatatan dan pelaporan disediakan secara khusus maka sebaiknya penolong
pertama mengisi formulir tersebut setelah menangani korban atau meminta orang lain untuk
melakukannya dengan arahan dari penolong pertama.

Pencatatan
Pencatatan lebih berfokus kepada bagaimana kondisi korban saat terjadi kedaruratan. Pencatatan
yang baik akan memberikan gambaran mengenai perjalanan atau perkembangan korban secara
detil.
Suatu formulir kedaruratan harus meliputi:
• Identitas korban
• Masalah utama
• Tindakan pertolongan
• Data penunjang lainnya
Penolong pertama harus terbiasa menggunakan formulir kedaruratan yang tersedia di lokasi kerja
atau tempat tinggalnya. Penolong pertama juga harus terbiasa dengan prosedur gawat darurat
yang berlaku di tempat kerja atau tempat tinggal.
Formulir pencatatan dan pelaporan gawat darurat seyogyanya selalu ada di kotak PPGD atau
Responder Kit. Sehingga, setiap pemakai akan dapat dengan cepat memakai dan mengisi formulir
ini.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 52

Contoh Formulir Pencatatan & Pelaporan


Laporan Singkat Insiden
Tanggal:________________Pukul:_____________ Lokasi:____________________________
Jumlah Pasien: ____________________________ Saksi:
Penolong Pertama: 1. ____________________________
1. ____________________________________ 2. ____________________________
2. ____________________________________ 3. ____________________________
4. ____________________________
Riwayat Singkat Kejadian:
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
Data Pasien
Nama Depan: _______________________________ Nama Keluarga:______________________
Jenis Kelamin: • Pria • wanita
Tangal Lahir / Umur:________________ Perkiraan Berat Badan:_________ kg
Pemeriksaan Awal (Primary Survey)
Mulai:________________________ Selesai:_______________________
Kesadaran • Sadar Penuh • Respon thd • Respon thd • Tidak Berespon
Suara Nyeri
Jalan Napas • Bersih • Benda Asing: _______________
Pernapasan • Tidak Ada • Ada
Sirkulasi Napas Normal • Tidak • Ya
Pergerakan • Tidak • Ya
Denyut Nadi • Tidak • Ya
Perdarahan Hebat • Tidak • Ya:_________________________
Tindakan Yang Diberikan • Resusitasi jantung paru:_______________________
• Bantuan napas:_________________________________
• Menghentikan perdarahan:_______________________

Pemeriksaan Sekunder
Interview

Pencatatan dan Pelaporan


Pagina • 53

• Keluhan : ________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
Riwayat Alergi:______________________________________________________________________
Pengobatan:__________________________________________________________________________
Riwayat Kesehatan Lalu:______________________________________________________________
Makan / Minum Terakhir:______________________________________________________________
Kejadian Penyebab Kedaruratan: ______________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
Pemeriksaan Fisik
• Kepala: _____________________________________________________________________
• Leher: ______________________________________________________________________
• Dada: _______________________________________________________________________
• Abdomen: ____________________________________________________________________
• Panggul: ____________________________________________________________________
• Tungkai Kaki: _______________________________________________________________
• Lengan Tangan: ______________________________________________________________
• Petanda Medis: ______________________________________________________________
Tindakan Pertolongan Pertama:
1. _______________________________ 4. _________________________________
2. _______________________________ 5. _________________________________
3. _______________________________ 6. _________________________________

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar


Pagina • 54

Pemeriksaan Tanda-tanda vital


Pukul: _______ _______ _______ _______ _______ _______
Napas
Nadi

Perfusi
(Capillary Refill)
Tingkat Kesadaran
(AVPU)
Kulit & Temperatur

Catatan Serah Terima

Tim Medis di panggil:____________________ Tim Medis Datang: ______________________

Penolong Pertama: Paramedik Penerima:


1. ___________________________________ 1.______________________________________
2. ___________________________________ 2.______________________________________
3. ___________________________________
4. ___________________________________

Pencatatan dan Pelaporan


Daftar Pustaka
1. Miami – Dade Fire Rescue Department. Medical First Responder Course: Instructor’s
Guide. USAID/OFDA-LAC, February 2002.
2. Hazinski, Mary Fran, RN,MSN; et.al. 2000 Handbook of Emergency Cardiovascular Care
for Healthcare Providers. American Heart Association, 2000.
3. Standard First Aid. American Red Cross, 1998.

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tingkat Dasar

Anda mungkin juga menyukai