RS DR ISKAK TULUNGAGUNG
TAHUN 2020
OLEH :
KELOMPOK E
1. Aprizal saleh lussy (1912B1036)
2. Kiki nur hafifah (1912B1053)
3. Matelda loda naang (1912B1056)
4. Busria latu kau (1912B1042)
5. Tian cicik adi ningsih (1912B1069)
B. Klasifikasi CVA
CVA atau Stroke terdiri dari dua jenis utama yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik.Stroke iskemik jauh lebih sering terjadi daripada stroke
hemoragik.Otak memiliki suplai darah yang cukup konsisten antara
individu.Iskemik stroke dapat disebabkan aterosklerosis pada pembuluh darah
besar, aortocardioemboli, atau oklusi pembuluh darah kecil.Pada stroke
hemoragik, paling sering disebabkan oleh hipertensi, kelainan pembuluh darah
spesifik atau masalah medis lainnya (Joao Gomes, 2013).
1. Stroke Iskemik
b. Emboli
c. Hematoma subdural
Hematoma subdural mengacu pada penumpukan darah di bawah
dura (bagian yang menutupi otak), dan disebabkan paling sering oleh
trauma.Stroke hemoragik secara signifikan lebih mematikan
dibanding stroke iskemik, dengan 30 hari kasus kematian yang dua
sampai enam kali lebih tinggi (Dipiro, 2012).
C. Patofisiologis CVA
1. Patofisologis CVA Non Hemoragik
Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi atau stenosis berat arteri serebral,
karena embolus atau trombosis, sehingga mengurangi aliran darah serebral
(CBF) dan gangguan suplai oksigen dan glukosa ke jaringan yang disuplai
oleh arteri tersebut (Johnson et al, 2006).Ketika aliran darah lokal otak
menurun di bawah 20 mL/100 g per menit, iskemia terjadi kemudian.
Sehingga ketika pengurangan lebih lanjut di bawah 12 mL/100 g per menit
bertahan, maka akan terjadi kerusakan otak permanen yang disebut dengan
infark. Jaringan yang mengalami iskemik tetapi mempertahankan integritas
membran dan berpotensi untuk diselamatkan disebut sebagai penumbra
iskemik yang berada disekitar area infark atau mengelilingi inti infark.
Penumbra ini berpotensi diselamatkan melalui intervensi terapeutik (
Dipiro et al, 2011).
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa
yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi
penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran potensial akan menurun.
K+ berpindah ke ruang ekstraselular, sementara ion Na dan Ca berkumpul
di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif
sehingga terjadi membran depolarisasi.Saat awal depolarisasi membran sel
masih reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan struktural ruang
menyebabkan kematian jaringan otak.Keadaan ini terjadi segera apabila
perfusi menurun dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran
darah berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram / menit (Wijaya, 2013).
Dislipidemia juga merupakan aktor yang amat penting dalam
patofisiologi aterosklerosis dan stroke. Faktor resiko yang paling penting
ialah kadar kolesterol LDL. Memang ada korelasi antara kadar kolesterol
total dengan LDL, sel busa pada dinding arteri yang disebabkan karena
makrofagh terisi lipid intraseluler dalam bentuk droplet, dan lipid
kolesterol ester yang merupakan ciri dari plak aterosklerosis (Junaidi,
2011). Aterosklerosis mempengaruhi berbagai daerah sirkulasi istimewa
dan memiliki manifestasi klinis yang berbeda yang tergantung pada
hambatan aliran darah tertentu yang terkena dampak.Salah satunya
yaituaterosklerosis pada arteri yang memasok darah ke sistem saraf pusat
yang menimbulkan stroke dan (TIA) (Longo et al, 2012).
c. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan resiko terkena stroke.Hal ini
berkaitan dengan lipid yang ada ditubuh.Karena pada individu yang
mempunyai timbunan lemak yang berlebih, meningkatkan resiko
terbentuknya plak arterosklerosis ataupun thrombus, sehingga dapat
meningkatkan kejadian serangan stroke iskemik (Nasional Stroke
Foundation, 2010).
d. Diabetes
Orang dengan diabetes memiliki resiko terhadap arterosklerosis
danpeningkatan prevalensi faktor resiko proaterogenik, terutama hipertensi
dan lipid darah. Pada tahun 2007 sekitar 17,9 juta atau 5,9% orang
Amerika menderita sroke.Pada beberapa studi menunjukkan bahwa
diabetes meningkatkan resiko independenstroke iskemik dengan resiko
relatif mulai dari 1,8 kali lipat menjadi 6 kali lipat(Goldstain et al, 2011).
e. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor utama antara kejadian infark serebral
dan intracranial hemoragik.Hubungan antara stroke dan hipertensi
sangat kuat, berlajut dan konsisten, bisa diprediksi dan sebagai etiologik
yang signifikan.Resiko stroke meningkat secara progresif dengan
peningkatan tekanan darah dan sejumlah besar individu yang memiliki
tingkat tekanan darah dibawah ambang yang harus diterapi. Berdasarkan
rekomendasi JNC 7 pada kondisi diatas pendekatan terapi non
farmakologi dan perubahan gaya hidup direkomendasikan untuk
mengurangi tekanan darah (anonim, 2011 ; Goldstein et al, 2011).
2. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke. Salah satunya
adalah faktor yang tidak dapat dimodifikasi, yakni :
a. Umur
Stroke umumnya diderita oleh orang tua, tetepi insiden stroke anak telah
meningkat beberapa tahun terakhir. Meskipun kelompok muda (usia antara
22-44tahun) berada pada resiko yang lebih rendah, namun terjadi kerugian
yang lebihbesar jika stroke terjadi pada usia produktif. Sehingga usia
merupakan faktor risikoyang besar, baik pada stroke iskemik maupun
stroke hemoragik. Dilaporkan padabeberapa penelitian bahwa resiko
stroke menjadi berlipat setiap dekade setelah usia 55 tahun (anonim,
2011).
b. Jenis Kelamin
Tingkat stroke untuk pria lebih tinggi dari pada untuk wanita (anonim,
2011).Pada umumnya pria memiliki rentang usia tertentu dimana resiko
stroke terjadilebih besar dibandingkan dengan wanita. Terdapat
pengecualian pada mereka yangberusia 35-44 tahun dan mereka yang
berusia 85 tahun (Godstein et al,2011).Penggunaan alat kontrasepsi oral
dan kehamilan berkontribusi besar dalam
angkakejadianstrokepadawanita.Sedangkanpada laki-
lakidenganpenyakitkardiovaskuler memiliki resiko stroke yang relatif lebih
besar dibandingkan denganwanita usia lebih tua (Jaunch et al, 2013).
c. Genetik
Sebuah studi kohort meta analisis menunjukkan bahwa riwayat keluarga
yang positif stroke memiliki resiko terkena stroke sekitar 30%.
Kemungkinan keduanya kembar monozigot memiliki stroke 1,65 kali lipat
lebih tinggi daripada orang-orang yang kembar dizigotik. Kardioembolik
stroke sedikit diwariskan faktor terjadinya stroke dibandingkan dengan
faktor lain. Pada wanita yang memiliki orang tua dengan riwayat stroke,
lebih memungkinkan terkena stroke dibandingkan dengan pria.
Peningkatan resiko stroke pada orang dengan riwayat keluarga positif
stroke dapat dimediasi memalui berbagai mekanisme, meliputi:
heritabilitas genetik faktor resiko stroke tersebut, keluarga sangat
mempengaruhi budaya atau lingkungan dan gaya hidup seseorang serta
interaksi antara faktor genetik dan ingkungan (Goldstain et al, 2011).
F. Pemeriksaan Penunjang
Stroke merupakan diagnosis klinik. Pemeriksaan penunjang ditujukan
untuk mencari penyebab, mencegah rekurensi, dan pada pasien yang berat
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan perburukan fungsi
SSP. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan pada pasien stroke
meliputi (Ginsberg L., 2008):
a. Darah lenkap dan LED
b. Ureum, elektrolit, glukosa, dan lipid
c. Rontgen dada dan EKG
d. CT scan kepala
Hasil CT scan perlu diketahui terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi
dengan obat antikoagulan atau agregasi platelet. CT scan dibedakan menjadi
dua yaitu, CT scan non kontras yang digunakan untuk membedakan antara
stroke hemoragikdengan stroke iskemik yang harus dilakukan untuk
mengantisipasi kemungkinan penyebab lain yang memberikan gambaran
klinis menyerupai gejala infark atau perdarahan di otak, misalnya adanya
tumor. Sedangkan yang kedua adalah CT scan kontras yang digunakan untuk
mendeteksi malformasi vaskular dan aneurisma (Lumbatobing S.M, 2001).
G. Penatalaksanaan Stroke
Pasien dengan disabilitas neurologis yang signifikan harus segera
dirawat, terutama di unit spesialistik.CT scan segera dilakukan agar dapat
membedakan lesi stroke iskemik atau hemoragik (Ginsberg, 2005).Dalam
menangani gangguan sel otak kita dibatasi oleh waktu yang disebut dengan
“time window/golden period”. Batasan waktunya sangat bervariasi yaitu
antara 3 jam – 12 jam tergantung kondisi, usia, gizi, dan beratnya penyakit
penderita. Pada time window inilah kesempatanyang terbaik untuk
menyelamatkan sel saraf yang walaupun fungsinya terganggu namun
strukturnya masih utuh yang disebut dengan penumbra.Jaringan penumbra ini
bisa bertahan sampai 12 jam.Oleh sebab itu terapi yang dapat memberikan
hasil optimal apabila stroke iskemik diobati sebelum 12 jam setelah onset
(menurut Baron) (Junaidi, 2011).
Secara umum, pemberian terapi pada stroke bertujuan untuk stabilisasi
jalan napas dan stabilisasi hemodinamik. Pada stabilisasi jalan napas
dilakukan dengan pemantauan secara terus menerus terhadap status
neutologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan
dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit neurologis yang nyata. Untuk
penanganan terapi dianjurkan pemberian oksiden pada keadaan dengan
saturasi oksigen < 95% atau perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa
orofaring pada pasien yang tidak sadar serta berikan bantuan ventilasi pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran.Pada stabilisasi hemodinamik
dilakukan dengan pemantauan kecukupan cairan, pemantauan jantung serta
optimalisasi tekanan darah. Terapi umum yang dapat diberikan dapat berupa
pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan tujuan untuk memantau
kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi
serta apabila terjadi hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya,
hipovolemia harus dikoreksi dengan pemberian larutan normal salin dan
aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah jantung sekuncup
harus dikoreksi (Guideline Stroke. PERDOSSI, 2011).
1. Terapi khusus Stroke Non Hemorgik
Prinsip utama terapi stroke iskemik adalah membuka dan
melancarkan aliran darah akibat penyumbatan (trombus/emboli) tanpa
menimbulkan komplikasi perdarahan (Falluji, 2012).Upaya reperfusi ini
ditujukan untuk menurunkan kecacatan dan kematian akibat stroke, dan
upaya ini harus dilakukan pada fase akut (Bahrudin, 2013). Pendekatan
terapi pada fase akut stroke iskemik difokuskan pada restorasi aliran darah
otak dengan menghilangkan sumbatan (clots) dan menghentikan kerusakan
seluler yang berkaitan dengan iskemik/hipoksia.
Pada fase akut Therapeutic window yaitu antara 12-24 jam pertama
setelah onset dan goldenperiod : 3–6 jam pertama. Terapi pada periode ini
memungkinkan daerah di sekitarotak yang mengalami iskemik masih
dapat diselamatkan (Ikawati, 2009). Sasaran terapi khusus stroke iskemik
adalah untuk menyelamatkan daerah yang iskemik (penumbra) yang masih
dapat disembuhkan. Upayanya dilakukan dengan memperbaiki
mikrosirkulasi dan melakukan usaha untuk melindungi saraf otak sehingga
terhindar dari kerusak an permanen atau infark (Junaidi, 2011).
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial.Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi.Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsif,
dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat – obat
antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif,
kegemukan.Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien,
seperti pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan
lainnya.Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral.Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.
2) Nutrisi
Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan keras bahkan dipasang NGT.
3) Eliminasi
Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat
menyebabkan pasien mengalami konstipasi.
4) Aktivitas
Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota
gerak.Disarankan bed rest total.
5) Istirahat
Pasien istirahat dengan normal.
6) Pengaturan Suhu
Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.
7) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
8) Rasa aman
Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang
terjadi seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.
9) Rasa Nyaman
Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang
mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.
10) Sosial
Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang disekitarnya.
11) Pengetahuan/Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa
pemicu munculnya stroke tersebut.
12) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena
disarankan bed rest total.
Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda
– tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan
warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
scleraikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan
cupinghidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak adabenjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusiresonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus
tidakteridentifikasi.
11) Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics
2sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan
S2tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2
detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidakada., tidak ada hemoroid, terpasang
kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak disadari ,
atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah
kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot
facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan
dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi.
9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran
C. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan perfusi jaringan NOC : NIC :
cerebral berhubungan 1. Circulation status Peripheral Sensation Management
dengan gangguan aliran 2. Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
darah sekunder akibat Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
peningkatan tekanan 1. mendemonstrasikan status sirkulasi yang peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
intracranial. ditandai dengan : 2. Monitor adanya paretese
a. Tekanan systole dandiastole dalam rentang 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
yang diharapkan kulit jika ada lsi atau laserasi
b. Tidak ada ortostatikhipertensi 4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) punggung
2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang 6. Monitor kemampuan BAB
ditandai dengan: 7. Kolaborasi pemberian analgetik
a. berkomunikasi dengan jelas dan sesuai 8. Monitor adanya tromboplebitis
dengan kemampuan 9. Diskusikan menganai penyebab perubahan
b. menunjukkan perhatian, konsentrasi dan sensasi
orientasi
c. memproses informasi
d. membuat keputusan dengan benar
e. menunjukkan fungsi sensori motori cranial
yang utuh : tingkat kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan gerakan involunter
2. Gangguan komunikasi NOC NIC
verbal berhubungan dengan 1. Anxiety self control Communication Enhancement : Speech Deficit.
kehilangan kontrol otot 2. Coping 1. Gunakan penerjemah, jika diperlukan
facial atau oral. 3. Sensory function : hearing & vision 2. Beri satu kalimat simple setiap bertemu, jika
4. Fear self control diperlukan
Kriteria hasil : 3. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara
1. Komunikasi : penerimaan, interpretasi, dan perlah dan untuk mengulangi permintaan
ekspresi pesan lisan, tulisan, dan non verbal 4. Berikan pujian positif
meningkat. Communication Enhancement : Hearing
2. Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara) : Defisit
ekspresif pesan verbal dan atau non verbal yang Communication Enhancement : Visual defisit
bermakna. Ansiety Reduction
3. Komunikasi resptif (kesulitan mendengar) : Active Listening
penerimaan komunikasi dan interpretasi pesan
verbal dan/atau non verbal.
4. Gerakan terkoordinasi : mampu mengkoordinasi
gerakan dalam menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi : klien mampu untuk
memperoleh, mengatur, dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol respon ketakutan dan
kecemasan terhadap ketidakmapuan berbicara
7. Mampu manajemen kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu mengkomunikasikan kebutuha dengan
lingkungan.
3. Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Joint Movement :Active Exercise therapy : ambulation
kerusakan neuromuscular 2. Mobility Level 1. Monitoring vital signsebelm/sesudah latihan
3. Self care : ADLs dan lihatrespon pasien saat latihan
4. Transferperformance 2. Konsultasikan dengan terapi fisiktentang
Kriteria hasil: rencana ambulasi sesuaidengan kebutuhan
1. Klien meningkat dalamaktivitas fisik 3. Bantu klien untuk menggunakantongkat saat
2. Mengerti tujuan daripeningkatan mobilitas berjalan dan cegahterhadap cedera
3. Memverbalisasikanperasaan 4. Ajarkan pasien atau tenagakesehatan lain
dalammeningkatkankekuatan dankemampuan tentang teknik ambulasi
berpindah 5. Kaji kemampuan pasien dalammobilisasi
4. Memperagakanpenggunaan alat Bantuuntuk 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
mobilisasi (walker) ADLs secara mandiri sesuaikemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saatmobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu jika klienmemerlukan.
2. Ajarkan pasien bagaimana merubahposisi dan
berikan bantuan jikadiperlukan