Anda di halaman 1dari 5

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Dosen Pengampu :

FERTIN MULYANASARI, S. Kep, NERS, M. Kep.

Anggota :

 Putri Hemas Kusuma


 Umi Farida
 Sri Intan Rahayu
 Imron Rosadi
 Riska Herlinda Handayani
 Ayuni Amaliah
 Sefhirani
 Apriyanti Anum

PRORAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Diskusi

1. Sirkulasi darah ditinjau dari 3 organ : Jantung, Paru-paru, dan Ginjal

Hasil diskusi :

Contoh kasus, Tekanan darah merupakan factor yang amat penting pada sistem
sirkulasi darah. Jika sirkulasi darah tidak memadai lagi maka terjadilah gangguan pada
sistem transportasi oksigen. Karbondioksida dan hasil metabolisme lainnya, dilain pihak
fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses
pembentukan air seni dalam ginjal. Tekan darah terdapat dua kelainan yang dikenal
dengan hipertensi (tekanan darah tinggi) dan hipotensi (tekanan darah rendah). Tekanan
darah tinggi juga bisa muncul sebagai efek samping obat gagal ginjal dan perawatan
penyakit jantung, kondisi ini disebut hipertensi sekunder. Tekanan darah tinggi karena
obat mungkin menjadi normal setelah berhenti minum obat , tetapi dalam beberapa kasus
tekanan darah tinggi masih meningkat selama beberapa minggu setelah menghentikan
penggunaan obat gangguan tersebut dan mengakibatkan gangguan pada aliran darah
sehingga jantung harus bekerja lebih keras akibatnya tekanan darah menjadi meningkat.
Gejala akibat komplikasi hipertensi meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung,fungsi
ginjal, dan sesak nafas. Jika ginjal sudah terganggu maka dapat memicu berbagai
penyakit yang berhubungan dengan cairan dalam tubuh. Hal ini pun berkaitan dengan
fungsi ginjal yang mengatur cairan ke dalam tubuh,dan jika ginjal berhenti bekerja cairan
tubuh bertambah secara berlebihan pada organ paru-paru, jantung dan jaringan tubuh
lainnya.

2. Kapan terjadinya ketidaknormalan komposisi cairan?

Hasil diskusi :

Perubahan komposisi dan volume cairan tubuh yang disebabkan oleh gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit disebabkan oleh berbagai macam keadaan atau
penyakit. Sebagian besar gangguan ini disebabkan oleh penyakit saluran cerna. Di dalam
tubuh homeostasis dijaga oleh aktifitas yang merupakan kerjasama antara lingkungan,
hormonal, ginjal, adaptasi vaskuler untuk perubahan volume dan tekanan osmotic. Total
cairan tubuh yang mengambil 55-72% massa tubuh, beragam menurut jenis kelamin,
umur dan kadar lemak yang mengambil bagian antara intraseluler dan ekstraseluler.
Cairan ekstra seluler yang merupakan 1/3 total cairan tubuh, terdiri dari cairan plasma
intravaskuler, dan cairan interstisiil ekstravaskuler. Ion2 elektrolit yang utama adalah
Na+, Cl-, HCO3, sedangkan yang jumlahnya sedikit adalah K+, Mg, Ca, fosfat, sulfat,
asam organic, dan protein. Komponen cairan intraseluler ialah K+, protein, Mg, Sulfat,
dan Fosfat. Dalam cairan ekstraseluler Na+ dan Cl- mengisi lebih dari 90% larutannya.
Konsentrasi serum Na menggambarkan jumlah relatif air dan natrium dalam plasma.
Mempertahankan konsentrasi natrium dalam keadaan normal berarti ikut bagian dalam
pengaturan volume cairan tubuh. Besarnya kandungan dalam cairan ekstraselluler dan
intraselluler tergantung pada jumlah air di dalamnya, sedangkan distribusi air tergantung
pada osmolalitasnya. Osmolalitas larutan merupakan fungsi dari jumlah partikel larutan
atau osmolar per unit volume. Satuan osmolalitas diukur dengan mOsm/L. Harga normal
osmolalitas serum 265 sampai 285 yang dipertahankan oleh fungsi ginjal, zat yang
terlarut atau konsentrasi dari urin. Hal ini diatur oleh berbagai mekanisme seperti filtrasi
glomerulus, tekanan arteri, aliran darah, faktor fisik dalam ginjal, sistem syaraf simpatik
dan hormon seperti aldosteron, faktor natruretik atrium, vasopressin, dan dopamin. Sistim
ini ditujukan untuk mengendalikan keseimbangan air dan elektrolit melalui ultrafiltrasi
glomeruler plasma diikuti dengan perubahan kandungan elektrolit pada ultrafiltrasi ini
oleh reabsorpsi dan sekresi tubuler. Mekanisme ini bersama sama dengan rasa haus
mengendalikan baik volume maupun osmolalitas plasma. Kelainan akibat perubahan
volume dan komposisi cairan tubuh perlu diatasi dengan penambahan kebutuhan
rumatan, koreksi defisit volume dan elektrolit, dan mengganti kehilangan yang sedang
berlangsung.

Contohnya pada dehidrasi, dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh. Penyebab


dehidrasi adalah kehilangan cairan yang berlebihan atau kekurangan pemasukan cairan
tubuh. Diare dan muntah adalah penyakit yang sering menyebabkan dehidrasi pada bayi
dan anak. Dehidrasi yang disebabkan oleh diare merupakan dehidrasi yang terbanyak.
Hal ini terjadi jika cairan yang disekresi lebih banyak dari kapasitas absorpsi atau adanya
kegagalan absorpsi. Cairan saluran cerna merupakan campuran dari makanan dan sekresi
cairan lambung, pankreas, empedu dan usus. Pada diare sekretori terjadi kehilangan
cairan, natrum dan klorida. Pada diare karena rotavirus kehilangan HCO3 dan kalium di
usus menyebabkan asidosis metabolik dan penekanan kalium. Umumnya anak sakit
dengan anoreksia dan kehilangan cairan dan elektrolit menyebabkan dehidrasi isotonic.
Dehidrasi berhubungan dengan fungsi berbagai macam sistim organ jadi homeostasis
cairan tubuh tak dapat dipertahankan. Pengobatan yang effektif hanyalah pengembalikan
fungsi ginjal sehingga ginjal dapat memandu memperbaiki keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Kehilangan volume cairan yang ringan bisa diganti dengan cairan oral
meskipun banyak senter melakukan penggantian secara parenteral.

3. Kapan terjadinya ketidaknormalan komposisi cairan?

Hasil diskusi :

Respon tubuh ketika terjadi ketidaknormalan komposisi cairan dapat dilihat


dengan contoh kasus Gastroenteritis. Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen (Lyhn Betz,
2013). Gastroenteritis juga merupakan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja
yang encer dan cair (Ngastiyah, 2014).

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 04 Juli 2018 selama penelitian ini
berlangsung terhadap An. C.Aberjenis kelamin laki-laki, berusia 4 tahun. Klien BAB
encer >11x/hari, mual-muntah, lemas, pusing, klien sebelum sakit memakan makanan
yang dingin dan meminum es secara berlebihan, klien makan ½ porsi dihabiskan, BB
klien sebelum sakit 20kg. Keadaan umum lemah, mata cekung, wajah tampak pucat,
turgor kulit jelek/tidak elastis, klien tampak mual-munta, klien tampak makan disuapi
makanan ½ porsi dihabiskan dengan jenis bubur telur dan sayur, klien tampak memegang
kepalanya yang pusing, konjungtiva anemis, BB saat sakit 19kg, membrane mukosa
kering, bibir pecah-pecah, terpasang IVFD RL 20 tetes/menit pada ekstermitas kanan
atas, Hematokrit 52%.
DAFTAR PUSTAKA

Febby Haendra Dwi Anggara dan Nanang Prayitno (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013.
Jois Nari (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS
AKUT DALAM UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT DI RUANGAN ANAK RSUD dr. M. HAULUS. GLOBAL HEALTH
SCIENCE, Volume 4 Issue 3, September 2019

Anda mungkin juga menyukai