Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan perekonomian tidak selalu sesuai dengan yang dikehendaki oleh
pemerintah maupun masyarakat. Tingkat inflasi yang tinggi, pengangguran,
neraca pembayaran luar negeri yang terus-menerus defisit merupakan
beberapa gejala ekonomi makro yang tidak dikehendaki bangsa manapun di
bumi ini. Dalam menghadapi kenyataan seperti ini usaha untuk
menghilangkan atau untuk mencegah timbulnya gejala gejala tersebut
diperlukan.
Ekonomi Makro merupakan bagian dari Ilmu Ekonomi yang
mengkususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai
suatu keseluruan.Dengan demikian hubungan yang ingin dipelajari oleh
Ekonomi Makro pada hakikatnya ialah hubungan-hubungan antara variabel
ekonomi agregatif.

B. Rumusan Masalah
1. Memaparkan masalah ekonomi makro.
2. Memaparkan mengenai keterlambatan waktu menyangkut kebijakan
fiskal dan moneter.
3. Memaparkan konsep Kebijakan Moneter.
4. Memaparkan konsep Kebijakan Fiskal.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah Ekonomi Makro
Ekonomi Makro merupakan bagian dari Ilmu Ekonomi yang
mengkususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai
suatu keseluruan. Pada dekade 1930an ahli-ahli ekonomi tidak menumpukan
analisis mereka kepada berbagai masalah tersebut terutama terhadap masalah
pengangguran dan pertumbuhan ekonomi yang sangat banyak. Ahli-ahli
ekonomi yang hidup di antara zaman Adam Smith (1776) dan zaman Keynes
(1936), tidak banyak membuat analisis mengenai masalah pengangguran,
inflasi, ketidak stabilan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dalam tahun
1930-1932 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh dunia yang bermula dari
kemerosotan ekonomi di Amerika Serikat. Masalah utama dalam ekonomi
makro yang akan selalu dihadapi suatu negara antara lain:
1. Masalah Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyababkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat berubah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Dari
satu periode ke periode lain kemampuan suatu negara untuk
menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang
meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi yang mengalami
peningkatan. Peningkatan produksi disebabkan bertambahnya faktor
produksi baik dari segi jumlah maupun segi kualitasnya yang terdiri dari :
 Investasi yang akan menambah jumlah barang modal
 Teknologi yang digunakan berkembang.
 Tenaga kerja bertambah sebagai akibat pertambahan penduduk.
 Pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan (skill).
2. Masalah Ketidakstabilan Kegiatan Ekonomi
Perekonomian tidak selalu berkembang secara teratur dari satu
periode ke periode lainnya. Perekonomian selalu mengalami masa naik dan

2
masa turun adakalanya perekonomian itu mengalami perlambatan dari
perkembangannya dan ada kalanya merosot dan berada di tingkat yang
lebih rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan naik turunya kegiatan
perusahaan dalam jangka panjang dinamakan konjungtur atau siklus
kegiatan perusahaan.
Ahli-ahli ekonomi berkeyakinan bahwa dalam suatu perekonomian
yang sepenuhnya diatur oleh mekanisme pasar, siklus kegiatan ekonomi
sangat labil. Perkembangan yang sangat pesat dapat diikuti oleh
kemunduran kegiatan perekonomian yang serius. Siklus kegiatan ekonomi
seperti itu dapat menimbulkan akibat buruk kepada perekonomian dan
masyarakat. Pengagguran dan inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk
bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam jangka panjang
ketidak stabilan ekonomi menimbulkan ketidak pastian dan ini akan
menimbulkan pengaruh buruk terhadap perkembangan ekonomi.
3. Masalah Pengangguran
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja yang ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya. Sesorang yang tidak bekerja, tetapi tidak
secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur.
4. Masalah Kenaikan Harga (Inflasi)
Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase
pertambahan kenaikan) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan
berbeda pula dari suatu negara dengan negara lainnya.

B. Keterlambatan Waktu Menyangkut Kebijakan Fiskal dan Moneter


Salah satu tujuan kebijakan fiskal dan moneter adalah stabilitas
perekonomian. Salah satu tujuan Kebijakan stabilitas adalah memperlancar
fleksibilitas output dan lapangan kerja serta mempertahankan harga nonstabil
mungkin.

3
Tujuan stabilitas itu tidak mudah dicapai, adanya berbagai jenis
keterlambatan waktu atau tertundanya respon kebijakan stabilitas
perekonomian, bisa membuat perekonomian sulit dikendalikan. Para ekonom
umumnya mengenal tiga waktu keterlambatan yaitu:
 Keterlambatan pengenalan
 Keterlambatan implementasi
 Keterlambatan tanggapan

a. Keterlambatan pengenalan
Perlu waktu bagi pengambil kebijakan untuk menganli booming dan
penurunan perekonomian. Banyak data penting yang berasal dari pos
produk dan pendapatan nasional, misalnya tersedia hanya per kuartal. Pada
umumnya dibutuhkan beberapa minggu untuk mengumpulkan dan
mempersiapkan estimasi awal terhadap angka-angka ini. Jika
perekonomian terjerumus dalam kemerosotan pada 1 Januari,
resesi mungkin tidak terdeteksi hingga tersediannya data untuk kuartal
pertama pada akhir April.
Lebih jauh, laporan data produk dan pendapatan nasional awal
bersifat data pendahuluan berdasarkan pada kompilasi berbagai sumber
data yang tidak lengkap. Estimasi ini bisa, dan sering kali memang,
berubah sewaktu data yang lebih baik sudah tersedia. Situasi ini membuat
interpretasi estimasi awal menjadi sulit, dan keterlambatan pengenalan
pun terjadi.

b. Keterlambatan Implementasi
Masalah yang ditimbulkan oleh keterlambatan pada kebijakan
stabilitas tidak berakhir begitu para ekonom dan pengambil kebijakan
mengenali perekonomian berada dalam booming dan penurunan.
Meskipun tiap orang menyadari bahwa perekonomian perlu didorong atau
diperlambat, dibutuhkan waktu hingga kebijakan yang diinginkan terasa

4
pengaruhnya, khusunya terkait tindakan yang meliputi kebijaka fiskal.
Keterlambatan Implementasi pun terjadi.
Keterlambatan implementasi kebijakan moneter umumnya jauh
lebih pendek daripada kebijakan fiskal.

c. Keterlambatan Tanggapan
Keterlambatan Tanggapan waktu yang diperlukan oleh
perekonomian untuk menyesuaikan diri pada kondisi baru setelah
kebijakan baru diimplementasikan, keterlambatan yang terjadi karena
operasi perekonomian itu sendiri.
a) Keterlambatan tanggapan pada kebijakan Fiskal
Salah satu cara untuk memikirkan keterlambatan tanggapan dalam
kebijakan fiskal adalah melalui angka pengganda belanja pemerintah.
Angka pengganda ini mengukur perubahan GDP yang disebabkan oleh
perubahan tertentu dalam belanja pemerintah atau bajak neto. Angka
pengganda membutuhkan waktu untuk mencapai nilai optimal.
Hasilnya adalah keterlambatan waktu saat tindakan fiskal diawali
dengan waktu yang saat perubahan penuh GDP direalisasikan
Alasan keterlambatan tanggapan dalam kebijakan fiskal
penundaan proses angka pengganda itu sederhana. Selama beberapa
bulan pertama setelah peningkatan belanja pemerintah atau pemotongan
pajak, tidak tersedia cukup waktu bagi perusahaan atau individu yang
mendapatkan manfaat langsung dari belanja pemerintah ekstra atau
pemotongan pajak untuk meningkatkan belanja mereka sendiri.
b) Keterlambatan Tanggapan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter bekerja dengan mengubah tingkat bunga, yang
kemudian mengubah investasi yang direncanakan. Keterlambatan
tanggapan untuk kebijakan fiskal. Ketika belanja pemerintah berubah,
ada perubahan langsung dalam penjualan penjualan perusahaan, yang
menjual lebih banyak sebagai akibat peningkatan belanja pemerintahan.

5
C. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut
dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan.
Dengan kata lain,Kebijakan moneter adalah proses di mana
pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai (i)
uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya uang atau suku bunga untuk
mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi.
Kebijakan Moneter bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga
dalam suatu perekonomian, yaitu harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan
pasokan total uang. Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk
mengontrol salah satu atau kedua, untuk mempengaruhi hasil seperti
pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata uang lainnya dan
pengangguran.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beedar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen


kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar
dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government
securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang

6
beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain
diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan
SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar
dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank
umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam
ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan
tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan
pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan
rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar,
pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi.
Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-
hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar
dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

D. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh
pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka
melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, Kebijakan Fiskal adalah
suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian

7
untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk
mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan
pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan
fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat
dengan pajak.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika
pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan
pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.

Kebijakan fiskal dapat dijalankan melalui empat jenis pembiayaan.


a. Anggaran Berimbang (Balanced Budget) terjadi ketika pemerintah
menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik
anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta
meningkatkan disiplin. Keadaan seperti ini dapat menstabilkan
perekonomian dan anggaran. Pemerintah kita menerapkan anggaran
berimbang pada masa orde baru.

b. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah


suatu bentuk anggaran dengan jumlah realisasi pendapatan negara lebih
kecil daripada jumlah realisasi pengeluaran negara.
Hal ini memang sudah direncanakan untuk defisit. Pemerintah
kita menerapkan anggaran defisit ini sejak tahun 2000. Ada empat cara
untuk mengukur defisit anggaran, yaitu:
 Defisit konvensional, yaitu defisit yang dihitung berdasarkan selisih
antara total belanja dan total pendapatan, termasuk hibah.

8
 Defisit moneter, yaitu selisih antara total belanja pemerintah (diluar
pembayaran pokok/utang)
 Defisit operasional, yaitu defisit moneter yang diukur dalam nilai
riil dan bukan nilai nominal.
 Defisit primer, yaitu selisih antara belanja (diluar pembayaran
pokok dan bunga utang) dan total pendapatan.

d. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah


kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas
(overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.

e. Anggaran dinamis adalah suatu bentuk anggaran dengan sisi penerimaan


dari tahun ke tahun ditingkatkan dan terbuka pula kemungkinan sisi
pengeluaran yang meningkat sehingga anggaran pendapatan dan belanja
negara selalu kembali dalam keadaan seimbang. Sisi penerimaan dapat
ditingkatkan dari tabungan pemerintah yanga terus bertambah,
peningkatan penerimaan pajak, atau berasal dari pinjaman pemerintah.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang Masalah
dan Kebijakan ekonomi Makro. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat
dikemukakann simpulan sebagai berikut.
a. Ekonomi Makro merupakan bagian dari Ilmu Ekonomi yang
mengkususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian
sebagai suatu keseluruan.
b. Keterlambatan Waktu Menyangkut Kebijakan Fiskal dan Moneter
meliputi: keterlambatan pengenalan, implementasi dan tanggapan.
c. Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan
melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian
d. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : Kebijakan
Ekspansif dan Kebijakan Kontraktif
e. Instrumen Kebijakan Moneter: Operasi Pasar, Fasilitas Diskonto, Rasio
Cadangan Wajib, Himbauan Moral
f. Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan
jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
g. Empat jenis pembiayaan dalam kebijakan fiskal: Anggaran Seimbang,
suprlus, dimanis, dan defisit

B. Saran
Jika memang penerapan tax amnesty pada kasus diatas mampu
menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di harapkan semua pengusaha
dan pegawai pajak mampu berkontribusi secara maksimal untuk kesuksesan
program tax amnesty ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Karl. 2007. Case and Fair. Jakarta. Erlangga


Heyne, PT, Boettke, PJ, Prychitko, DL (2002): Jalan Ekonomi Berpikir (10 red).
Prentice Hall.
Larch, M. dan J. Nogueira Martins (2009): Kebijakan Fiskal Membuat di Uni
Eropa – Sebuah Kajian Praktek dan Tantangan kini. Routledge.

11

Anda mungkin juga menyukai