Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN PERTANIAN DI KAWASAN

MAMMINASATA, SUB SEKTOR PERTANIAN JAGUNG


Wilayah Metropolitan Mamminasata, atau juga disebut Metropolitan Mamminasata,
meliputi Kota Makassar, Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar yang dibentuk berdasarkan SK
Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Wilayah Mamminasata mencakup seluruh
kecamatan di Kota Makassar dan Kabupaten Takalar, kecuali 2 dari 14 kecamatan di Maros
dan 6 dari 16 kecamatan di Gowa. Pengecualian tersebut dilakukan mengingat jarak lokasi
kecamatan yang jauh dari wilayah metropolitan. Luas wilayah Mamminasata adalah 2.462,3
km2 (246.230 ha) dengan total jumlah penduduk sekitar 2,06 juta jiwa (2003).

Wilayah Metropolitan Mamminasata memiliki keanekaragaman kondisi alam, sosial, dan


ekonomi. Secara fisik, wilayah ini terbentang dari pesisir dan dataran rendah hingga daerah
pegunungan yang jaraknya relatif cukup dekat. Pusat-pusat perkotaan telah dikembangkan,
sementara wilayah pedesaan yang sebagian besar masih bergantung pada sektor pertanian,
berkembang cukup stabil sampai ke tingkat tertentu. Sektor industri cukup berkembang selama
dua dasawarsa terakhir sementara pertanian dengan sistem irigasi juga telah dikembangkan
dan cukup memberi kontribusi terhadap stabilisasi wilayah pedesaan tersebut. Di lain pihak,
kondisi lingkungan di wilayah Metropolitan Mamminasata secara perlahan-lahan telah
mengalami degradasi akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan perekonomian.
Jumlah kawasan hijau dan hutan mulai berkurang, sementara penyebaran wilayah perkotaan
berkembang dengan sangat pesat.
PEMBAHASAN

A. Analisis Sumber Daya Alam

Berdasarkan standar produktivitas jagung dalam jurnal karya Kasryno et. al. (2007), yaitu
7 ton/hektar untuk jumlah produksi ideal jagung agar bisa dikatakan mencukupi atau
sebanding dengan luas wilayah produksi. Berikut adalah tabel hasil analisis ton/hektar
produktivitas jagung di Kabupaten Gowa, Takalar, dan Maros untuk melihat wilayah yang
paling unggul produktivitas jagungnya.

Tabel 1. Rata-Rata Produksi Jagung per Kecamatan di Kabupaten Gowa 2016

Rata-Rata Produksi Jagung Kabupaten Gowa 2016

JUMLAH PRODUKSI LUAS


KECAMATAN TON/HEKTAR
JAGUNG PANEN
BONTONOMPO 9117 1567.7 5.8
BONTONOMPO
10790 1889.1 5.7
SELATAN
BAJENG 2273 403.9 5.6
BAJENG BARAT 60 10.8 5.6
PALLANGGA 225 44.1 5.1
BAROMBONG 788 148.9 5.3
SOMBAOPU 409 85 4.8
BONTOMARANNU 15774 2632.1 6.0
PATTALLASSANG 9.088 1618.5 0.01
PARANGLOE 8445 158.5 53.3
MANUJU 3506 660 5.3
TINGGIMONCONG 164 30 5.5
TOMBOLO PAO 2947 507.5 5.8
PARIGI 1033 177.5 5.8
BUNGAYA 13454 2575.5 5.2
BOTOLEMPENGAN 15212 2703.3 5.6
TOMPOBULU 42.817 7367.3 0.0
BIRINGBULU 126.196 2079.2 0.1
TOTAL 62,135.10 20,787.40 107.81

Tabel 2. Rata-Rata Produksi Jagung per Kecamatan di Kabupaten Maros 2016

Rata-Rata Produksi Jagung Kabupaten Maros 2016


KECAMATAN JUMLAH PRODUKSI LUAS LAHAN RATA-RATA
MANDAI 342.20 59.00 5.80
MONCONGLOE 6,600.00 1,042.00 6.33
MAROS BARU 0.00 0.00 0.00
MARUSU 66.00 11.00 6.00
TURIKALE 180.00 30.00 6.00
LAU 60.00 10.00 6.00
BONTOA 0.00 0.00 0.00
BANTIMURUNG 141.12 21.00 6.72
SIMBANG 2,954.80 332.00 8.90
TANRALILI 9,967.80 1,110.00 8.98
TOMPOBULU 36,484.15 5,895.00 6.19
CAMBA 3,450.50 515.00 6.70
CENRANA 1,706.80 251.00 6.80
MALLAWA 7,449.60 582.00 12.80
TOTAL 69,402.97 9,858.00 87.22

Tabel 3. Rata-Rata Produksi Jagung per Kecamatan di Kabupaten Takalar 2016

Rata-Rata Produksi Jagung Kecamatan Takalar 2016


JUMLAH LUAS RATA-
KECAMATAN
PRODUKSI LAHAN RATA
MANGARABOMBANG 12,540.0 2,063.00 6.0785264
MAPPAKASUNGGU 295.40 48.60 6.0781893
SANROBONE 5,121.80 842.60 6.0785663
POLOMBANGKENG SELATAN 7,352.60 1,209.60 6.0785384
PATTALLASSANG 3,509.70 577.40 6.0784551
POLOMBANGKENG UTARA 14,702.20 2,418.70 6.0785546
GALESONG SELATAN 8,413.90 1,384.20 6.0785291
GALESONG 2,653.90 436.60 6.0785616
GALESONG UTARA 1,383.50 227.60 6.0786467
TOTAL 55,973.00 9,208.30 54.71

Berdasarkan analisis tabel di atas, didapatkan hasil, yaitu daerah yang unggul
produktivitas jagungnya adalah Kabupaten Maros, tepatnya di Kecamatan Simbang dan
Tanralili dengan hasil rata-rata produktivitas 8.90 ton/hektar di Kecamatan Simbang dan
8.98 ton/hektar di Kecamatan Tanralili. Kedua daerah tersebut merupakan daerah yang
unggul karena melebihi standar ideal produktivitas jagung yaitu 7 ton/hektar.

Berikut adalah peta analisis jumlah produktivitas jagung berdasarkan hasil rata-rata!
Gambar 1. Peta Klasifikasi Lokasi Unggul Berdasarkan Rata-Rata Produktivitas Jagung per Kecamatan
(Ton/Ha)
B. Analisis Lokasi
a. Analisis Lokasi berdasarkan Standar Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung (Curah
Hujan, Topografi, dan Kemiringan Lereng)

Tabel 4. Persyaratan Penggunaan Lahan Tanaman Jagung menurut Djaemuddin dkk. (2000)

Persyaratan Penggunaan / Kelas Kesesuaian Lahan


Karakteristik Lahan S1 S2 S3 N
Kriteria "Sangat Sesuai" "Cukup Sesuai" Sesuai Marginal" "Tidak Sesuai"
Skor 3 2 1 0
Temperatur (tc) 16-20 < 16
Temperatur rerata (°C) 20-26 26-30 30-32 > 32
Ketersediaan air (wa) 1200-1600 > 1600 < 300
Curah hujan (mm) 500-1200 400-500 300-400
Ketersediaan oksigen (oa) Baik sampai Agak cepat Terhambat Sangat
Drainase Agak terhambat Terhambat, cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur h, ah, s h, ah, s Ak K
Bahan kasar (%) < 15 15-35 36-55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 60 40-60 25-40 < 25
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60-140 140-200 > 200
+ dengan sisipan/pengkayaan < 140 140-200 200-400 > 400
Kematangan Saprik + Saprik hemik + Hemik fibrik + Fibrik
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16 - -
Kejenuhan basa (%) > 50 35-50 < 35
pH H2O 5,8-7,8 5,5-5,8 < 5,5
7,8-8,2 > 8,2
C-organik > 0,4 ≤ 0,4 -
Toksisitas (xc)
Salinitas (ds/m) <4 4-6 6-8 >8
Sodositas (xn)
Alkanitas / ESP (%) < 15 15-20 20-25 > 25
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75-100 40-75 < 40
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8-16 16-30 > 30
Bahaya erosi Sr r-sd b sb
Bahaya banjir (fh)
Genangan FO - F1 F2
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5-15 15-40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5-15 15-25 > 25
Keterangan : Tekstur h = halus ; ah = agak halus ; s = sedang ; ak = agak kasar
+ = gambut dengan sisipan / pengkayaan bahan mineral
Bahaya erosi sr = sangat ringan ; r = ringan ; sd = sedang ; b = berat ; sb = sangat berat

Tabel 5. Klasifikasi Standar Ketinggian Penanaman Jagung

Ketinggian (mdpl) Klasifikasi


0-800 Baik
800-1200 Sedang
> 1200 kurang baik

Berdasarkan standar yang telah ditetapkan dari kedua tabel diatas, berikut merupakan
peta klasifikasi kesesuaian lahan per Kecamatan di wilayah Mamminasata untuk
penanaman jagung.
Gambar 2. Peta Overlay Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung
Berdasarkan peta diatas, sebagian besar wilayah Mamminasata merupakan wilayah yang sangat
sesuai untuk ditanami jagung. Sebagian besar wilayahnya, jika dilihat berdasarkan peta di atas
90% wilayahnya merupakan wilayah lahan potensial.

b. Analisis Lokasi berdasarkan Tutupan Lahan


Berdasarkan analisis lokasi dari tutupan lahan, meskipun 90% wilayah Mamminasata
merupakan wilayah yang potensial untuk ditanami jagung sesuai dengan Gambar 4.2.
masih terdapat wilayah-wilayah yang tidak memproduksi jagung sama sekali.
Contohnya adalah Kota Makassar, tepatnya di Kecamatan Manggala, Tallo,
Panakkukang, Ujung Tanah, Tamalate, Rappocini, Tamalanrea, dan Biringkanaya.
Kabupaten Takalar, di Kecamatan Pattalassang, dan Kabupaten Maros, di Kecamatan
Maros Baru dan Maros Utara.
Berikut merupakan peta tutupan lahan di wilayah Mamminasata.
Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Mamminasata
Dari peta di atas, wilayah Kota Makassar didominasi dengan permukiman. Maka dari
itu, meskipun Kota Makassar memiliki standar wilayah yang potensinya sangat tinggi
untuk ditanami jagung, namun karena wilayahnya sudah didominasi dengan
permukiman sehingga tidak terdapat lagi lahan kosong untuk menanam jagung yang
menyebabkan Kota Makassar tidak dapat memproduksi jagung.
Selanjutnya adalah di Kabupaten Maros, Kecamatan Maros Baru dan Maros Utara yang
didominasi oleh . Terakhir adalah Kabupaten Takalar, Kecamatan Pattalassang yang
dominasi wilayahnya adalah pertanian.

c. Analisis Lokasi Berdasarkan Jarak dan Waktu Tempuh


Berdasarkan hasil lokasi-lokasi yang potensial serta jumlah produksi yang unggul,
terdapat beberapa kecamatan yang berpotensi mendistribusikan hasil produksinya ke
wilayah-wilayah yang defisit produksi jagungnya atau wilayah-wilayah yang sama
sekali tidak memproduksi jagung.

Tabel 6. Analisis Jarak dan Waktu Tempuh Distribusi dari Wilayah Surplur ke Wilayah Defisit
Kecamatan Waktu Tempuh Jarak Tempuh

Tanralili – Pattalasang 30 Menit 14 Km

Simbang – Turikale 27 Menit 18 Km


Bantimurung – Maros Utara 41 Menit 23 Km

Turikale – Maros Baru 12 Menit 5,6 Km


Moncongloe – Makassar 32 Menit 17 Km
Bajeng – Makassar 36 Menit 21 Km
Bontomarannu - Pattalassang 19 Menit 11 Km
Mangarabombang - Makassar 1 Jam 28 Menit 52 Km

Tanralili – Makassar 53 menit 33 Km

Tanralili – Parangloe 1 Jam 22 Km

Berdasarkan tabel di atas mengenai analisis lokasi dengan waktu dan jarak tempuh
yang di lalui distributor jagung, yaitu waktu tempuh rata-rata sekitar 30 menit hingga
1 jam lebih dengan jarak tempuh 14 km hingga 33 km, waktu tempuhnya tidak
mengambil waktu lama sehingga proses distrbusi bisa berjalan dengan baik dalam
waktu yang efisien.
C. Analisis SDM (Sumber Daya Manusia)

Selain analisis sumber daya alam serta analisis lokasi, diperlukan juga analisis sumber daya
manusia. Dalam analisis sumber daya manusia, disajikan data petani per kabupaten untuk
mengetahui berapa banyak jumlah petani per kabupaten setelah itu dianalisis dengan
melihat jumlah produksi per kabupaten untuk mengetahui apakah jumlah petani sebanding
dengan hasil produksi atau tidak. Selanjutnya adalah analisis jumlah pengangguran untuk
dilakukan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat yang berstatus tidak bekerja untuk
selanjutnya dapat menjadi pelaku dalam pengembangan lahan potensial

Tabel 7. Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Provinsi Sulawesi
Selatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
Sektor/Subsektor Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Absolut % AbsolutSelatan%
Di Sulawesi Absolut %
Sektor Pertanian 942.57 80,29 231.384 19,71 1.173.954 100,00
Sebsektor
1. Tanaman Pangan 690.723 87,58 97.915 12,42 788.638 100,00
2. Hortikultura 245.428 82,43 52.317 17,57 297.745 100,00
3. Perkebunan 435.328 82,84 90.168 17,16 525.496 100,00
4. Peternakan 421.741 75,04 140.309 24,96 562.05 100,00
5. Perikanan
Budidaya Ikan 62.621 94,80 3.438 5,20 66.059 100,00
Penangkapan Ikan 47.985 97,88 1.041 2,12 49.026 100,00
6. Kehutanan 167.763 88,96 20.819 11,04 188.582 100,00

Tabel 8. Jumlah Petani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Gowa, Takalar, dan Maros
Jumlah Petani
Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Jenis Kelamin
Gowa Takalar
Di Sulawesi Selatan Maros
Laki-laki 308 118 143
Perempuan 318 128 149
TOTAL 626 146 192
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Petani dan Jumlah Produksi
Kabupaten Petani Jumlah Produksi
Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Gowa 626 62.135,10
Di Sulawesi Selatan
Takalar 146 55.973
Maros 192 69.402,97

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah petani di Kabupaten Gowa mencapai 626
orang dengan jumlah produksi 62.135,10 ton. Dapat dikatakan bahwa jumlah petani di Kabupaten Gowa
tidak sebanding dengan jumlah produksi. Hal ini dikarenakan alih fungsi lahan pertanian subur selama ini
kurang diimbangi oleh upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan
marginal. Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan lahan
sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah produksi.
OUTPUT PERENCANAAN

a. PROGRAM I

HASIL TEORI
ANALISIS PROGRAM
ANALISIS PERENCANAAN

Wilayah
Analisis Jumlah
produksi yang
Produksi
unggul
Wilayah
Kesesuaian Lahan Distribusi produksi
potensial
Teori Development From jagung dari wilayah-
Below wilayah surplus ke
Jarak dan Waktu
wilayah-wilayah defisit
Tempuh
Wilayah
Lokasi distribusi
Pengumpul
Jagung
Gambar 4. Distribusi dari Wilayah Surplus ke Wilayah Defisit

Peningkatan Produksi di Wilayah-Wilayah Lahan Potensial namun Defisit Jumlah Produksi.

Tidak semua di kecamatan di kabupaten maros, makassar, gowa, takalar menghasilkan produksi
jagung. Dilihat dari lahan potensialnya, dimana wilayah yang memiliki lahan potensial namun
menghasilkan jumlah jagung yang defisit sedangkan di wilayah lain memiliki lahan yang kurang
potensial namun menghasilkan jumlah produksi jagung yang surplus, dalam mengatasi hal ini maka
kita melakukan sistem ekspor dimana wilayah yang menghasilkan tingkat prduksi jagung yang
surplus mengekspor ke wilayah yang defisit jumlah produksi jagungnya dan ke wilayah yang tidak
sama sekali menghasilkan jagung . Dalam mendistribusikan jagung kita juga melihat waktu dan
jarak tempuh suatu wiayah dalam mengekspor ke wilayah lain apakah tidak mengambil waktu yang
lama sehingga proses distribusi berjalan dengan baik dan efisien. Maka dari itu kita melakukan
distribusi jagung ke daerah tetangga saja. Proses distribusi jagung dapat menambah peningkatan
ekonomi suatu wilayah karena dalam melakukan ekspor jagung dari wilayah yang jumlah produksi
jagung yang surplus ke wilayah defisit akan berdampak positif pada wilayah defisit, maka akan
menghasilkan peningkatan ekonomi wilayah yang merata.

b. PROGRAM II

TEORI
ANALISIS HASIL ANALISIS PROGRAM
PERENCANAAN

Peningkatan ekonomi wilayah


dengan cara melakukan
penyuluhan kepada petani,
yaitu:

- Tentang penggunaan teknologi


Perbandingan jumlah pertanian,
Analisis Local Economic
petani dengan
Jumlah Petani Development
jumlah produksi
- Cara bertani yang benar untuk
penggunaan bahan yang efisien,

- Pengolahan lahan potensial.


Berdasarkan analisis data, Gowa merupakan kabupaten dengan jumlah petani yang paling tinggi.
Namun, jumlah produksi di Kabupaten Gowa sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah petani yang
terbilang banyak. Maka dari itu, perlu perencanaan-perencanaan untuk meningkatkan produktivitas di
Kabupaten Gowa. Tidak hanya itu, untuk wilayah-wilayah Kabupaten lain seperti Takalar dan Maros, jika
produktivitasnya meningkat maka akan meningkatkan ekonomi wilayah tersebut. Beberapa langkah untuk
meningkatkan jumlah produksi pertanian jagung, yaitu dengan cara melakukan penyuluhan kepada petani-
petani. Penyuluhannya itu bisa berupa penyuluhan tentang penggunaan teknologi pertanian, cara bertani
yang benar untuk penggunaan bahan yang efisien, dan pengolahan lahan potensial.

Anda mungkin juga menyukai