Laporan Perencanaan Wilayah Pertanian (Jagung) Mamminasata
Laporan Perencanaan Wilayah Pertanian (Jagung) Mamminasata
Berdasarkan standar produktivitas jagung dalam jurnal karya Kasryno et. al. (2007), yaitu
7 ton/hektar untuk jumlah produksi ideal jagung agar bisa dikatakan mencukupi atau
sebanding dengan luas wilayah produksi. Berikut adalah tabel hasil analisis ton/hektar
produktivitas jagung di Kabupaten Gowa, Takalar, dan Maros untuk melihat wilayah yang
paling unggul produktivitas jagungnya.
Berdasarkan analisis tabel di atas, didapatkan hasil, yaitu daerah yang unggul
produktivitas jagungnya adalah Kabupaten Maros, tepatnya di Kecamatan Simbang dan
Tanralili dengan hasil rata-rata produktivitas 8.90 ton/hektar di Kecamatan Simbang dan
8.98 ton/hektar di Kecamatan Tanralili. Kedua daerah tersebut merupakan daerah yang
unggul karena melebihi standar ideal produktivitas jagung yaitu 7 ton/hektar.
Berikut adalah peta analisis jumlah produktivitas jagung berdasarkan hasil rata-rata!
Gambar 1. Peta Klasifikasi Lokasi Unggul Berdasarkan Rata-Rata Produktivitas Jagung per Kecamatan
(Ton/Ha)
B. Analisis Lokasi
a. Analisis Lokasi berdasarkan Standar Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung (Curah
Hujan, Topografi, dan Kemiringan Lereng)
Tabel 4. Persyaratan Penggunaan Lahan Tanaman Jagung menurut Djaemuddin dkk. (2000)
Berdasarkan standar yang telah ditetapkan dari kedua tabel diatas, berikut merupakan
peta klasifikasi kesesuaian lahan per Kecamatan di wilayah Mamminasata untuk
penanaman jagung.
Gambar 2. Peta Overlay Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung
Berdasarkan peta diatas, sebagian besar wilayah Mamminasata merupakan wilayah yang sangat
sesuai untuk ditanami jagung. Sebagian besar wilayahnya, jika dilihat berdasarkan peta di atas
90% wilayahnya merupakan wilayah lahan potensial.
Tabel 6. Analisis Jarak dan Waktu Tempuh Distribusi dari Wilayah Surplur ke Wilayah Defisit
Kecamatan Waktu Tempuh Jarak Tempuh
Berdasarkan tabel di atas mengenai analisis lokasi dengan waktu dan jarak tempuh
yang di lalui distributor jagung, yaitu waktu tempuh rata-rata sekitar 30 menit hingga
1 jam lebih dengan jarak tempuh 14 km hingga 33 km, waktu tempuhnya tidak
mengambil waktu lama sehingga proses distrbusi bisa berjalan dengan baik dalam
waktu yang efisien.
C. Analisis SDM (Sumber Daya Manusia)
Selain analisis sumber daya alam serta analisis lokasi, diperlukan juga analisis sumber daya
manusia. Dalam analisis sumber daya manusia, disajikan data petani per kabupaten untuk
mengetahui berapa banyak jumlah petani per kabupaten setelah itu dianalisis dengan
melihat jumlah produksi per kabupaten untuk mengetahui apakah jumlah petani sebanding
dengan hasil produksi atau tidak. Selanjutnya adalah analisis jumlah pengangguran untuk
dilakukan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat yang berstatus tidak bekerja untuk
selanjutnya dapat menjadi pelaku dalam pengembangan lahan potensial
Tabel 7. Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Provinsi Sulawesi
Selatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
Sektor/Subsektor Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Absolut % AbsolutSelatan%
Di Sulawesi Absolut %
Sektor Pertanian 942.57 80,29 231.384 19,71 1.173.954 100,00
Sebsektor
1. Tanaman Pangan 690.723 87,58 97.915 12,42 788.638 100,00
2. Hortikultura 245.428 82,43 52.317 17,57 297.745 100,00
3. Perkebunan 435.328 82,84 90.168 17,16 525.496 100,00
4. Peternakan 421.741 75,04 140.309 24,96 562.05 100,00
5. Perikanan
Budidaya Ikan 62.621 94,80 3.438 5,20 66.059 100,00
Penangkapan Ikan 47.985 97,88 1.041 2,12 49.026 100,00
6. Kehutanan 167.763 88,96 20.819 11,04 188.582 100,00
Tabel 8. Jumlah Petani Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Gowa, Takalar, dan Maros
Jumlah Petani
Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Jenis Kelamin
Gowa Takalar
Di Sulawesi Selatan Maros
Laki-laki 308 118 143
Perempuan 318 128 149
TOTAL 626 146 192
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Petani dan Jumlah Produksi
Kabupaten Petani Jumlah Produksi
Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Gowa 626 62.135,10
Di Sulawesi Selatan
Takalar 146 55.973
Maros 192 69.402,97
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah petani di Kabupaten Gowa mencapai 626
orang dengan jumlah produksi 62.135,10 ton. Dapat dikatakan bahwa jumlah petani di Kabupaten Gowa
tidak sebanding dengan jumlah produksi. Hal ini dikarenakan alih fungsi lahan pertanian subur selama ini
kurang diimbangi oleh upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan
marginal. Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan lahan
sehingga berdampak pada berkurangnya jumlah produksi.
OUTPUT PERENCANAAN
a. PROGRAM I
HASIL TEORI
ANALISIS PROGRAM
ANALISIS PERENCANAAN
Wilayah
Analisis Jumlah
produksi yang
Produksi
unggul
Wilayah
Kesesuaian Lahan Distribusi produksi
potensial
Teori Development From jagung dari wilayah-
Below wilayah surplus ke
Jarak dan Waktu
wilayah-wilayah defisit
Tempuh
Wilayah
Lokasi distribusi
Pengumpul
Jagung
Gambar 4. Distribusi dari Wilayah Surplus ke Wilayah Defisit
Tidak semua di kecamatan di kabupaten maros, makassar, gowa, takalar menghasilkan produksi
jagung. Dilihat dari lahan potensialnya, dimana wilayah yang memiliki lahan potensial namun
menghasilkan jumlah jagung yang defisit sedangkan di wilayah lain memiliki lahan yang kurang
potensial namun menghasilkan jumlah produksi jagung yang surplus, dalam mengatasi hal ini maka
kita melakukan sistem ekspor dimana wilayah yang menghasilkan tingkat prduksi jagung yang
surplus mengekspor ke wilayah yang defisit jumlah produksi jagungnya dan ke wilayah yang tidak
sama sekali menghasilkan jagung . Dalam mendistribusikan jagung kita juga melihat waktu dan
jarak tempuh suatu wiayah dalam mengekspor ke wilayah lain apakah tidak mengambil waktu yang
lama sehingga proses distribusi berjalan dengan baik dan efisien. Maka dari itu kita melakukan
distribusi jagung ke daerah tetangga saja. Proses distribusi jagung dapat menambah peningkatan
ekonomi suatu wilayah karena dalam melakukan ekspor jagung dari wilayah yang jumlah produksi
jagung yang surplus ke wilayah defisit akan berdampak positif pada wilayah defisit, maka akan
menghasilkan peningkatan ekonomi wilayah yang merata.
b. PROGRAM II
TEORI
ANALISIS HASIL ANALISIS PROGRAM
PERENCANAAN