Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

Analisis Kerentanan dan Arahan Perencanaan Mitigasi Bencana


Pulau Samalona

Di susun Olah:

NABILAH NUR INAYAH MUCHSIN D101171022

MUHAMMAD FIQRI MAHENDRA D101171313

RAINALDY WINARKO D101171511

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2019
BAB I

GAMBARAN UMUM PULAU SAMALONA

Pulau ini terletak pada 5°7’26,5”5°7’33,4” LS dan 119°20’33,3”119°20’38,6” BT, dengan luas 450 ha,
yang berjarak ±19 km ke arah barat dari Pantai Losari Makassar. Lokasi dapat dijangkau dengan
menggunakan kapal motor dengan waktu tempuh antara 20-30 menit. Titik pengamatan dibagi atas dua
belas (12) titik pengamatan yang mewakili area sekeliling pulau. Samalona adalah tipe pulau kecil
berpenghuni dengan potensi terumbu karang yang membentuk kepulauan Spermonde, hanya sekitar 6,8
km lepas pantai dari kota Makassar. Pulau ini dihuni 14 kepala keluarga dan 32 unit bangunan terdiri
rumah, pondok-pondok wisata, dan fasilitas lainnya. Sebagai tujuan wisata pulau dengan jumlah
pengunjung yang meningkat dan dengan tingkat abrasi sekitar 10% dalam tiga dekade terakhir Samalona
menghadapi risiko sangat tinggi berkaitan dengan mitigasi bencana. Observasi lapangan di Samalona
menunjukkan kerusakan bangunan akibat badai dan abrasi, sehingga translokasi bangunan telah menjadi
solusi untuk masalah ini.

Sempadan pantai di pulau Samalona (lokasi penelitian) dibagi dalam 4 (empat) bagian yang terdiri dari
selatan, utara, barat dan timur. Sempadan pantai Pulau Samalona dapat dikategorikan sebagai pantai
landai dengan gelombang <2 meter, lebar sempadan 30-75 meter, pada bagian barat dan selatan
berhadapan langsung laut bebas dengan abrasi dan angin kencang.

Berdasarkan RTRW Kota Makassar Tahun 2015-2034 poin 4.2.6, Pulau Samalona masuk ke dalam
kawasasan lindung lainnya, yaitu kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kawasan
lindung lainnya ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi kelestarian dan pemanfaatan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragamannya.

Dalam RTRW Kota Makassar Tahun 2015-2034 poin 4.3.6.2, Pulau Samalona masuk ke dalam kawasan
wisata maritime atau bahari.

Bencana yang sering terjadi di Pulau Samalona adalah angin topan yang menghempaskan struktur di atas
pulau dan menimbulkan gelombang tinggi yang menyebabkan abrasi. Penentu kejadian bencana
utamanya adalah angin muson dari arah Barat – Barat laut dan arah Timur – Tenggara. Namun adanya
perubahan masa pergantian musim akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global telah menyebabkan
kejadian angin topan cenderung meningkat frekuansi kejadiannya dengan waktu tidak menentu.
BAB II

ANALISIS KERENTANAN

A. Analisis Kerentanan Sosial

Tabel 2.1. Parameter Kerentanan Sosial

Kelas
Parameter Bobot (%)
Rendah Sedang Tinggi
Kepadatan Penduduk 60 <500 jiwa/km2 500-1000 jiwa/km2 >1000 iwa/km2
Rasio jenis kelamin
Rasio kemiskinan
40 <20% 20-40% 40%
Rasio orang cacat
Rasio kelompok umur

Tabel 2.2. Penilaian Indeks Kerentanan

Kelas Indeks Nilai/Skor


Rendah 0.33
Sedang 0.66
Tinggi 1

Tabel 2.3. Skor Kerentanan Sosial Pulau Samalona

Parameter Data/Hasil Kelas Indeks Skor


Jumlah Penduduk 82 Rendah 0.33
Rasio Jenis Kelamin 15% Rendah 0.33
Rasio Kemiskinan 43% Tinggi 1
Rasio Orang Cacat 0 Rendah 0
Rasio Kelompok Umur 25% Sedang 0.66

¿) + (0.1 x 0.33) + (0.1 x 1) + (0.1 x 0) + (0.1 x 0.66)


0.38 + 0.033 + 0.1 + 0 + 0.066

= 0.579

Berdasarkan analisis seluruh parameter kerentanan sosial, diperoleh jumlah kerentanan


0.613 yang masuk ke dalam indeks kelas kerentanan rendah. Hal ini juga bisa dihubungkan
dengan jumlah penduduk Pulau Samalona yang terbilang sedikit dengan rasio kelompok
umur rentan hanya di kelas sedang sebesar 25%.

B. Analisis Kerentanan Fisik

Tabel 2.4. Parameter Kerentanan Fisik


Kelas
Parameter Bobot (%) Skor
Rendah Sedang Tinggi
Rumah 40 <400 jt 400 - 800 jt >800 jt Kelas/ Nilai
Fasilitas
30 <500 jt 500 - 1 M >1M Maksimal
Umum
Fasilitas Kritis 30 <500 jt 500 - 1 M >1M Kelas

Tabel 2.5. Penilaian Indeks Kerentanan

Kelas Indeks Nilai/Skor


Rendah 0.33
Sedang 0.66
Tinggi 1

Tabel 2.5. Kelas Indeks Jenis Rumah

Total Harga Kelas


Jenis Rumah Jumlah Skor
(Rp) Indeks
Permanen 5 5 x 500 Juta Tinggi 1
Semi
4 4 x 150 juta Sedang 0.66
Permanen

Tabel 2.6. Kelas Indeks Fasilitas Umum


Total Harga Kelas
Fasilitas Umum Jumlah Skor
(Rp) Indeks
Dermaga 1 50 juta Rendah 0.33
Masjid/Mushalla
1 500 Juta Sedang 0.66
h
Villa 1 1.5 M Tinggi 1
Pondokan 20 20 x 150 juta Tinggi 1

Tabel 2.7. Kelas Indeks Fasilitas Kritis

Total Kelas
Fasilitas Kritis Jumlah Skor
Harga (Rp) Indeks
Fasilitas Kritis 0 0 Rendah 0
Kerentanan Fisik = (0,4 * skor Rumah) + (0,3 * skor Fasilitas Umum) + (0,3 * skor Fasilitas
Kritis)

= (0.4 x 1.66) + (0.3 x 2.99) + (0)

= 0.664 + 0.897

= 1.561

Kerentanan fisik Pulau Samalona berada di kelas indeks kerentanan tinggi. Hal ini juga
bisa disebabkan karena banyaknya bangunan yang berada di zona tepi pulau yang berpotensi
tinggi terkena abrasi dan gelombang tinggi akibat cuaca ekstrim.

C. Analisis Kerentanan Ekonomi

Tabel 2.8. Parameter Kerentanan Ekonomi

Bobot Kelas
Parameter Skor
(%) Rendah Sedang Tinggi
Lahan
60 <50 jt 50 - 200 jt >200 jt Kelas/ Nilai
Produktif
Maksimal Kelas
PDRB 40 <100 jt 100 - 300 jt >300 jt

Tabel 2.9. Penilaian Indeks Kerentanan


Kelas Indeks Nilai/Skor

Rendah 0.33
Sedang 0.66
Tinggi 1

Tabel 2.10. Skor Kerentanan Sosial Pulau Samalona

Kelas
Parameter Data/Hasil Skor
Indeks
Lahan
0 Rendah 0
Produktif
PDRB 7 kk x 2.000.000 Rendah 0.33

Kerentanan Ekonomi = (0,6 * skor Lahan Produktif) + (0,4 * skor PDRB)

= (0.6 x 0) + (0.4 x 0.33)

= 0.13

Kerentanan ekonomi Pulau Samalona berada di indeks kelas kerentanan rendah. Hal ini bisa
kita kaitkan dengan PDRB Pulau Samalona yang terbilang rendah.

D. Analisis Kerentanan Lingkungan

Tabel 2.11. Parameter Kerentanan Lingkungan

Kelas
Parameter Bobot Skor
Rendah Sedang Tinggi
Hutan Lindung 10 <20 ha 20-50 ha >50 Ha
Hutan Alam 30 <25 ha 25-75 ha > 75 Ha
Hutan Kelas/Nilai Max
40 <10 ha 10-30 ha >30 ha
Bakau/Mangrove Kelas
Semak Belukar 10 <10 ha 10-30 ha >30 ha
Rawa 10 <5 ha 5-20 ha >20 ha

Tabel 2.12. Kelas Indeks


Kelas
Parameter Bobot Data Skor
Indeks
Hutan Lindung 10 0 1 0
Hutan Alam 30 0 1 0
Hutan
Bakau/Mangrove 40 0 1 0
Semak Belukar 10 0 1 0
Rawa 10 0 1 0

Kerentanan Lingkungan = (0,3 * skor hutan lindung)+(0,3*skor hutan alam)+(0,1*skor


hutan mangrove)+(0,1 *semak belukar)+(0,2*rawa)
=0
Kerentanan lingkungan Pulau Samalona masuk ke dalam kelas rendah karena berdasarkan
parameter kerentanan, yaitu hutan lindung, hutan alam, hutan bakau, semak belukar, dan
rawa tidak terdapat di Pulau Samalona.

E. Analisis Kerentanan Bencana


Kerentanan Tsunami

Kerentanan Tsunami = (0,4 x skor kerentanan sosial) + (0,25 x skor kerentanan ekonomi)
+ (0.25 x skor kerentanan fisik) + (0,1 x skor kerentanan lingkungan)
Kerentanan Tsunami = (0,4 x 0.613 ) + (0,25 x 0,132) + (0.25 x 1,561) + (0,1 x 0)
Kerentanan Tsunami = (0,2452)+(0,033)+(0,3902) 
Kerentanan Tsunami = 0.6684

Kerentanan Abrasi
Kerentanan Abrasi = (0,4 x skor kerentanan sosial) + (0,25 x skor kerentanan ekonomi)
+ (0.25 x skor kerentanan fisik) + (0,1 x skor kerentanan lingkungan)
Kerentanan Abrasi = (0,4 x 0,613) + (0,25 x 0,132) + (0.25 x 1,561) + (0,1 x 0)
Kerentanan Abrasi = (0,2452)+(0,033)+(0,3902)  
Kerentanan Abrasi = 0.6684  

Kerentanan Cuaca Ekstrem


Kerentanan Cuaca Ekstrem = (0,4 x skor kerentanan sosial) + (0,3 x skor kerentanan ekonomi)
+ (0,3 x skor kerentanan fisik)
Kerentanan Cuaca Ekstrem = (0,4 x 0,613) + (0,3 x 0,132) + (0,3 x 1,561)
Kerentanan Cuaca Ekstrem = (0,2452)+(0,0396)+(0,4683)  
Kerentanan Cuaca Ekstrem = 0,7531  

Berdasarkan analisis kerentanan bencana Pulau Samalona berada dalam indeks kelas
kerentanan sedang. Sehingga dapat disimpulkan jika terjadi bencana di Pulau Samalona,
potensi kehilangan, kerusakan, serta kerugian yang ditimbulkan akibat bencana berdampak
sedang.

INDEKS KERENTANAN PULAU SAMALONA

Tabel 2.1. Penilaian Indeks Kerentanan

Kelas Indeks Nilai/Skor

Rendah 0.33
Sedang 0.66
Tinggi 1

IKS: Indeks Kerentanan Sosial


IKF: Indeks Kerentanan Fisik
IKE: Indeks Kerentanan Ekonomi
IKL: Indeks Kerentanan Lingkungan

Indeks Kerentanan SKOR Kelas


Sosial 0.579 Rendah
Fisik 1.561 Tinggi
Ekonomi 0.132 Rendah
Lingkungan 0 Rendah

BAB III

ARAHAN PERENCANAAN

1. Perencanaan Struktural
a. Pengelolaan Tanggul
Pulau Samalona memiliki tanggul yang diletakkan di bagian Barat dan Timur Pulau.
Tanggul diletakkan dibagian tersebut dikarenakan pengaruh angin muson dari arah
Barat – Barat laut dan arah Timur – Tenggara yang menyebabkan terjadinya angin
topan yang menghempaskan struktur di atas pulau yang menimbulkan gelombang
tinggi yang menyebabkan abrasi. Pengelolaan tanggul harus diperhatikan dengan
baik, karena merupakan penahan abrasi agar tidak berdampak pada bangunan-
bangunan zona tepi pulau.
b. Penataan Vegetasi
Pulau Samalona perlu dilakukan penataan vegetasi yang berguna sebagai buffer untuk
mencegah abrasi. Dimana, zona vegetasi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu zona
vegetasi pelindung/buffer dan zona vegetasi peneduh.
c. Relokasi Bangunan Berdasarkan Fungsi Bangunan
Arahan perencanaan perlu untuk menetapkan zoning fungsi bangunan berdasarkan
fungsi bangunannya. Terdapat 3 fungsi utama bangunan di Pulau Samalona, yaitu
fungsi hunian, fungsi penginapan, dan fungsi fasilitas penunjang.
Model tata bangunan tanggap bencana perlu dikategorisasikan berdasarkan durasi
penggunaan/fungsi bangunan. Dalam hal ini durasi fungsi hunian dan fasilitas
penunjang lebih panjang dibandingkan fungsi penginapan. Dengan demikian dapat
ditetapkan bahwa Fungsi Penginapan perlu ditempatkan pada Zona Tepi Pulau,
Fungsi Fasilitas perlu ditempatkan pada Zona Tengah Pulau, sedangkan Fungsi
Hunian perlu ditempatkan pada Zona Pusat Pulau.
Zona paling rentan terhadap bencana angin dan gelombang adalah kedua zona paling
tepi, yaitu: Zona Tepi Barat Laut dan Zona Tepi Tenggara. Karenanya, bangunan-
bangunan pada lokasi tersebut perlu dilakukan penguatan struktur atau
dipertimbangkan untuk relokasi.
2. Prencanaan Non Struktural
a. Sosialisasi kepada masyarakat tentang tata guna lahan yang sesuai di pulau.
b. Sosialisasi mengenai zona-zona rawan bencana dan cara penanggulangan bencana,
seperti abrasi. Dengan cara pembangunan tanggul.
c. Sosialisasi penataan vegetasi yang berfungsi sebgai pelindung/buffer gelombang dan
angin untuk mencegah abrasi yang bisa berdampak kepada bangunan – bangunan
yang berada di zona rawan bencana di tepi pulau.
d. Pembuatan poster mengenai langkah – langkah mitigasi bencana di Pulau Samalona
terkait abrasi, cuaca ekstrim, dan gelombang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Hasriyanti. 2013. Analisis Kelerengan Dan Jenis Butir Sedimen Dasar Perairan Untuk Wisata
Pantai di Pulau Samalona Makassar Sulawesi Selatan. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.

Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

Saruni, Zulkifli. 2010. “Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Terumbu Karang bagi Wisata
Snorkling di Pulau Samalona Kota Makassar, Sulawesi Selatan”. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wikantari, Ria, dkk. “Model Tata Ruang dan Bangunan Tanggap Bencana di Pulau Kecil Kasus
Pulau Samalona, Kota Makassar”.

Anda mungkin juga menyukai