Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien a.n Ny. A/Perempuan/75 tahun dengan diagnosis TB Paru Milier


kasus baru, diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis adanya riwayat
batuk tidak berdahak sejak 1 bulan smrs, demam dan keringat malam hari, dan
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi pada paru
kanan dan kiri. Foto toraks tampak gambaran nodular millier di seluruh lapang
paru kanan dan kiri, kesan TB paru milier. Hasil pemeriksaan tes cepat molekuler
didapatkan hasil terdeteksi mycobacterium tuberkulosis.

Dari anamnesis diketahui pasien sulit untuk disuruh makan dan sering
tidak nafsu makan sehingga pasien tampak kurus dan lemas berat pasien hanya 26
kg, sehari-hari pasien hanya berbaring di kasur. Terjadinya TB milier di pengaruhi
oleh dua faktor, yaitu jumlah dan virulensi kuman Mycobacterium tuberculosis
dan status imunologis pasien (non spesifik dan spesifik). Beberapa kondisi yang
menurunkan sistem imun juga dapat memudahkan timbulnya TB milier, seperti
infeksi HIV, malnutrisi, infeksi morbili, pertusis, diabetes melitus, gagal ginjal,
keganasan, dan penggunaan kortikosteroid jangka lama. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan penyakit adalah faktor lingkungan, yaitu kurangnya
sinar matahari, perumahan yang padat, polusi udara, asap rokok, penggunaan
alkohol, obat bius, serta sosial ekonomi.

Penatalaksanaan medikamentosa TB milier adalah pemberian 4 macam


obat anti-TB selama 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan isoniazid dan rifampicin
selama 4 bulan sesuai dengan perkembangan klinis. Kortikosteroid (prednisone)
diberikan pada TB milier, meningitis TB, perikarditis TB, efusi pleura, dan
peritonitis TB. Prednisone biasanya diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari
selama 2-4 minggu kemudian diturunkan perlahan-lahan hingga 2-6 minggu
kemudian. Pemberian vitamin B6 dimaksudkan untuk mencegah efek samping

41
42

INH berupa neuritis perifer yang timbul akibat inhibisi kompetitif pada
metabolisme piridoksin.

Dengan pengobatan yang tepat, perbaikan TB milier biasanya berjalan


lambat. Respons keberhasilan terapi antara lain adalah hilangnya demam setelah
2-3 minggu pengobatan, peningkatan nafsu makan, perbaikan kualitas hidup
sehari-hari, dan peningkatan berat badan. Evaluasi hasil pengobatan dilakukan
setelah 2 bulan terapi. Evaluasi pengobatan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
evaluasi klinis, evaluasi radiologis, dan pemeriksaan LED. Evaluasi yang
terpenting adalah evaluasi klinis, yaitu menghilang atau membaiknya kelainan
klinis yang sebelumnya ada pada awal pengobatan, misalnya penambahan berat
badan yang bermakna, hilangnya demam, hilangnya batuk, perbaikan nafsu
makan, dan lain-lain. Evaluasi radiologis pada pasien TB milier perlu diulang
setelah 1 bulan untuk evaluasi hasil pengobatan. Gambaran milier pada foto toraks
biasanya menghilang dalam 1 bulan, kadang-kadang berangsur menghilang dalam
5-10 minggu, tetapi mungkin saja belum ada perbaikan hingga beberapa bulan.

Anda mungkin juga menyukai