Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan raya sebagai fasilitas penunjang kelancaran dari transportasi darat memiliki peranan
yang sangat penting bagi pertumbuhan suatu daerah. Seperti kita ketahui bahwa pemerintah
Republik Indonesia sedang menggalakkan program penyediaan infrastruktur menyeluruh di
berbagai wilayah di Indonesia dan jalan raya merupakan salah satu infrastruktur yang disiapkan
untuk menghubungkan jarak di antara manusia.
Ribuan kilometer jalan raya di Indonesia terbuat dari aspal beton. Aspal Beton (Hotmix)
adalah campuran agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi Filler dengan bahan pengikat
aspal dalam kondisi suhu tinggi (panas) dengan komposisi yang diteliti dan diatur oleh spesifikasi
teknis. Aspal beton berbahan baku dari material alam yang tidak dapat diperbaharui serta
ketersediaannya juga semakin langka. Penggunaannya pun di Indonesia dari tahun ke tahun
makin meningkat sehingga apabila tidak adanya teknologi yang mampu melakukan proses daur
ulang maka semakin lama akan habis.
Salah satu tantangan dari para penyedia konstruksi jalan raya adalah memaksimalkan
teknologi untuk memperoleh jalan raya yang berkelanjutan dengan kualitas terbaik, ramah
lingkungan, memperkecil penggunaan material alam serta memberikan biaya produksi yang efisien.
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk merupakan perusahaan pelopor di Indonesia
yang pertama memiliki daur ulang aspal dengan sistem Hot Recycling yaitu proses daur ulang
aspal dengan memanfaatkan bahan bekas untuk diolah menjadi barang baru yang memiliki nilai
guna. Selain itu proses produksi selain menggunakan Hot Recycling PT Jaya Konstruksi juga
menggunakan sistem penyediaan Aspal Beton Baru Fresh Hot Mix dengan menerapkan
penggunaan zat aditif pada proses produksi aspal beton baru.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kelompok melakukan penulisan grand paper
dengan judul “Proses Produksi Aspal Beton (Hot Mix) Pada PT Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk”

1|Page
1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses produksi pembuatan aspal beton dengan menggunakan 2 (dua)


sistem penyediaan yaitu Hot Recycling dan Fresh Hot Mix dengan penambahan zat
aditif dapat memperhatikan aspek lingkungan.
2. Bagaimana mengantisipasi permintaan aspal beton yang fluktuatif dapat terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan konsumen.

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan project paper ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami proses produksi pembuatan aspal beton (hotmix) baik dari sisi flow
produksi dan order fulfillmentnya.
2. Membandingkan realisasi di lapangan dengan konsep teori yang ada dalam
daftar referensi.
3. Memenuhi syarat tugas akhir kelompok mata kuliah Manajemen Operasi.

1.4. Keterbatasan Penulisan


Keterbatasan Penelitian meliputi :
1. Kelompok hanya akan membahas proses produksi pembuatan aspal beton dan order
fulfillmentnya, terkait dengan manajemen operasi tidak secara teknis
2. Keterbatasan kemampuan kelompok karena perbedaan disiplin ilmu dengan materi
pembahasan.

1.5 Metode Penulisan


Dalam menyusun grand paper ini, kelompok menggunakan metode kualitatif dimana
kelompok mengumpulkan informasi dan data primer langsung dari PT. Jaya Konstruksi
Manggala Pratama Tbk. melalui interview dengan Kepala Unit dan Staf Unit Asphalt
Mixing Plant (AMP). Selain itu, kelompok juga mengumpulkan informasi yang berkaitan
melalui data sekunder yaitu buku panduan wajib dan artikel online untuk mendukung
penulisan dan penyelesaian grand paper ini.

2|Page
BAB II
LANDASAN TEORI

Diantara berbagai keputusan penting yang harus dibuat oleh Manager Operasi salah satunya adalah
segala sesuatu yang menyangkut desain dan pengembangan proses produksi barang dan jasa yang
dihasilkan. Keputusan tersebut meliputi pemilihan proses dan teknologi yang digunakan, analisa alur
proses produksi dan nilai tambah yang dapat diberikan dalam proses produksi tersebut.
Ada beberapa jenis proses produksi yang dapat dipilih sesuai dengan situasi yang ada. Secara garis
besar ada 2 (dua) dimensi klasifikasi proses produksi, yang pertama berdasarkan karakteristik Product
flow atau klasifikasi sistem produksi berdasarkan strateginya mengatur sumber daya (process
positioning strategy) yang terdiri dari 5 tipe product flow yaitu Continous Processsess, Assembly Line,
Batch, Job Shop dan Project, yang kedua berdasarkan tipe Order Fulfillment yaitu apakah pemenuhan
pesanan dilakukan dengan Made-to Order (MTO) atau Made-to-Stock (MTS) dan Assembly to Order
1
(ATO). Budi Kho pada artikel Ilmu Manajemen Industri” Sistem Produksi Menurut Aliran Produksi”
terbit 21 Mei 2018, pada dasarnya aliran proses produksi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu Job
Shop, Flow Shop dan Project. Namun ketiga jenis tersebut kemudian dikembangkan dan
dimodifikasikan sehingga terdapat lagi jenis aliran proses produksi yang dikenal dengan Batch dan
2
Continous. Berikut dibawah ini adalah pembahasan singkat mengenai aliran proses produksi Job
Shop, Flow Shop, Project, Batch dan Continuous.
II. 1. Karakteristik Product Flow
(Budi Kho: 2018) menggambarkan berbagai jenis aliran proses produksi dengan menggunakan
dua variable yaitu volume produksi dan keragaman (varian) sebagaimana grafik dibawah ini .
Gambar 1. Volume produksi dan keragaman varian

1Roger Schroeder, Operations Management in the Supply Chain (New York:McGraw Hills,2018) p. 53
2Budi Kho, Artikel Ilmu Manajemen Industri “ Sistem Produksi Menurut Aliran Produksi , 21 Mei 2018
3|Page
Semakin banyak keragaman produk yang dihasilkan namun hanya dalam jumlah yang tertentu
maka jenis proses produksi yang dipilih adalah Batch, Job Shop atau Project. Sebaliknya semakin
besar volume produk yang dihasilkan dengan sedikit keragaman maka pilihan jenis produksinya
3
adalah dengan proses Mass Production dan Continuous.

4
Jenis – jenis Aliran Proses Produksi :
1. Job Shop Production
Job Shop adalah jenis aliran proses produksi yang digunakan untuk produk-produk dengan
jumlah produksi yang sedikit tetapi banyak model atau variannya. Produk-produk “custom-
made” yang harus mengikuti desain unik dan spesifikasi khusus dari pelanggan dengan
waktu dan biaya yang ditentukan biasanya menggunakan jenis aliran proses produksi ini.
Tujuan dari Job Shop production ini adalah untuk memenuhi kebutuhan khusus pelanggan.
Pada umumnya, proses produksi dengan Job Shop ini tidak menggunakan Jalur Produksi
(Production Line) khusus untuk mengerjakannya.

Karakteristik dari proses produksi Job Shop Production adalah sebagai berikut :
a. Memiliki ragam produk atau varian yang banyak dan rendah volume produksi.
b. Menggunakan fasilitas dan mesin-mesin umum (general).
c. Tenaga kerja yang sangat terampil dan yang dapat menerima tantangan pekerjaan
atas keunikan produk yang dikerjakannya.
d. Memerlukan persediaan bahan dan peralatan yang banyak.
e. Memerlukan perencanaan yang sangat terperinci terhadap setiap permintaan dan
kebutuhan.
Contoh produk-produk yang menggunakan Job Shop Production diantaranya seperti
percetakan yang menerima desain poster-poster tertentu dengan jumlah yang terbatas,
pabrik fabrikasi yang menerima pesanan pembuatan peralatan dengan desain khusus,
pabrik pakaian yang membuat seragam dengan desain dan jumlah yang ditentukan.

3Ibid
4Ibid
4|Page
2. Flow Shop Production (Mass Production)

Flow Shop Production adalah jenis proses produksi yang digunakan untuk produk-produk
yang dirakit atau diproduksi dalam jumlah banyak dan berturut-turut. Sistem Flow Shop
Production ini menggunakan jalur produksi (production line) untuk memproduksi produk-
produknya. Semua produk diproduksi dengan standar dan proses yang sama. Flow Shop
Production ini sering disebut juga dengan Mass Production atau Produksi Massal.

Karakteristik dari Flow Shop production adalah sebagai berikut ini :


a. Memiliki standarisasi produk dan urutan proses.
b. Menggunakan mesin dan peralatan kerja khusus yang memiliki kapasitas
produksi dan tingkat output yang lebih tinggi.
c. Volume produksi yang tinggi.
d. Siklus produksi yang lebih pendek.
e. Perencanaan dan pengendalian produksi lebih mudah dilakukan.
f. Penanganan material dapat dilakukan secara otomatis.
g. Persediaan material dapat lebih cepat untuk dikonversikan menjadi penjualan
(sales).
Contoh produk-produk yang menggunakan Flow Shop production diantaranya seperti pada
produksi pakaian jadi ataupun pada produk elektronik komersil (televisi, smartphone, DVD
player, laptop).

3. Project (Proyek)

Project (Proyek) merupakan sistem produksi yang biasanya diaplikasikan pada produk-
produk yang agak rumit dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya. Fungsi-fungsi pada
organisasi seperti perencanaan, pembelian, desain, produksi dan pemasaran harus
diintegrasikan dengan baik sesuai dengan urutan tahap dan waktu penyelesaian sehingga
proyek yang bersangkutan dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan biaya produksi
yang telah ditetapkan.

Karakteristik dari sistem produksi Project ini adalah memiliki fleksibilitas yang tinggi
namun volume produksinya sangat rendah. Biasanya unit/produk yang diproduksi tersebut

5|Page
diletakan di tempat yang tetap (tidak berpindah-pindah) dan semua sumber daya yang
diperlukan akan dibawa ke tempat tersebut. Contoh produksi yang menggunakan sistem
produksi Project diantaranya seperti produksi kapal, pesawat terbang, bangunan jembatan,
gedung dan mesin-mesin besar.

4. Batch Production

Batch Production adalah sistem produksi yang termasuk repetitive production (produksi
berulang) yang berada diantara sistem produksi Job Shop dan Flow Shop. Standarisasi
produk pada Batch Production lebih baik dan volume produksi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Job Shop namun volume lebih rendah dan tidak selalu terstandarisasi
seperti Flow Shop (mass production). Metode produksinya mirip dengan proses produksi
dengan sistem Job Shop, perbedaannya terletak pada jumlah atau volume yang akan
diproduksinya yang lebih banyak dan berulang-ulang.
Dibawah ini merupakan karakteristik dari Batch Production :
a. Waktu produksi lebih pendek.
b. Tempat dan mesin lebih fleksibel.
c. Tempat dan mesin diatur untuk memproduksi produk dalam bentuk batch dan
diubah lagi pengaturannya untuk batch yang berikutnya.
d. Waktu dan biaya produksi lebih rendah dibandingkan dengan Job Shop.

5. Continuous Production
Continuous Production adalah sistem produksi yang proses produksinya berkesinambungan
(continuously) terus menerus dan berulang-ulang. Fasilitas produksi disusun sesuai dengan
urutan operasi dari proses pertamanya hingga menjadi produk jadi dengan aliran material
yang konstan. Jalur produksi (production line) biasanya dialokasikan hanya untuk satu jenis
produk saja.
Karakteristik Continuous Production adalah sebagai berikut ini :
a. Tidak ada fleksibiltas pabrik, mesin maupun peralatan (dedicated)
b. Pengelolaan material secara otomatis, persediaan minimal
c. Proses produksi mengikuti urutan yang telah pasti ditentukan.
d. Perencanaan dan pengendalian produksi dilakukan secara rutin
e. Biaya produksi per unit rendah karena volume produksi yang dihasilkan tinggi.
6|Page
Contoh sistem produksi dengan proses Continuous Processes adalah produk-produk liquid
seperti oli pelumas, minyak goreng, dan lain-lain.

5
Menurut ( Roger; 2018) ada 5 tipe product flow yaitu :
1. Continuous Processes
Continuous Processes adalah industri proses berkelanjutan, seperti gula, kertas, minyak, dan
listrik. Di sini, output dibuat secara terus menerus dan cenderung sangat terstandarisasi dan
dengan volume produksi yang sangat tinggi.
2. Assembly Lines.
Jalur perakitan tradisional yang hanya membuat satu atau beberapa produk dan
menggunakan peralatan dan tenaga yang tidak fleksibel.
Gambar 2. Assembly-Line Flow (Roger:2018. P54)

3. Batch Flow
Batch Flow ditandai oleh produksi produk dalam batch atau banyak. Setiap batch produk
bergerak bersama dari satu operasi atau pusat kerja ke yang lain.
Gambar 3. Batch Flow (Roger :2018. P54)

5Roger Schroeder, Operations Management in the Supply Chain, p. 53


7|Page
4. Job Shop
Job shop membuat produk sesuai pesanan pelanggan dengan menggunakan tata letak
proses. memiliki fleksibilitas tinggi untuk campuran produk dan volume produksi, tetapi
biayanya umumnya lebih tinggi karena volume dan standarisasi rendah. job shop meliputi
komponen plastik, komponen mesin, komponen elektronik, dan komponen lembaran logam
yang dibuat berdasarkan pesanan.

5. Proyek
Bentuk proyek operasi digunakan untuk produk yang unik atau kreatif. Contoh proyek
adalah konser, konstruksi bangunan, dan produksi pesawat besar. Proyek dicirikan oleh
masalah perencanaan dan penjadwalan yang sulit karena produk mungkin belum pernah
dibuat sebelumnya. Juga, proyek sulit untuk diotomatisasi, meskipun beberapa peralatan
tujuan umum dapat digunakan. sangat terampil karena sifat unik dari produk atau layanan
yang dibuat.

Desain proses menurut Heizer dan Render (2008) serta Jacobs, Chase dan Aquilano (2007) dapat
dikategorikan menjadi 4 jenis fokus, yaitu 1. Fokus pada process, 2. Fokus berulang , 3, Fokus
pada produk dan 4. Fokus pada kustomisasi masal, Tiap fokus akan dijelaskan secara berturut –
6
turut dalam uraian berikut :

1. Fokus pada Proses


Perusahaan yang berfokus pada proses biasanya menjalankan kegiatan di tempat pengerjaan
yang bernama Job Shop (unit bengkel).
Ciri ciri perusahaan tersebut adalah :
a. Fasilitas dikelola di sekitar aktivitas atau proses khusus.
b. Perlengkapan berguna banyak dan dilayani oleh personil yang terampil.
c. Produk memiliki kelenturan yang tinggi jenis dan mutunya berdasarkan pada
pesanan pelanggan.
d. Produk bernilai tinggai dan penggunaan alat produksi yang biasa.

6 Dr. Ir. R. Sunardi, SM, MM, CE, Manajemen Operasi dan Produksi, Teori dan Aplikasi, Unpam Pres. 2018,
p. 91
8|Page
e. Aliran produk mungkin berubah sehingga perencanaan dan penjadwalan menjadi
tantangan Manajer Pabrikasi

2. Fokus Berulang
Fokus pada produksi berulang lazim diproduksi secara batch (jumlah terbatas per
pelaksanaan produksi). Untuk mengantisipasi pesanan yang diterima, sebelumnya produsen
mempersiapkan modul atau komponen rakitan yang segera akan dirakit sesudah menerima
pesanan.
3. Fokus pada Produk
Produksi dengan metode berfikus pada produk merupakan suatu jenis operasi produksi yang
dirancang untuk memproses produk yang mempunyai keseragaman yang tinggi dan hanya
memiliki perbedaan yang terbatas. Produk biasanya diproduksi untuk membentuk
persediaan, level produksi cenderung menjadi lebih bessar dari tingkat permintaan.
4. Fokus pada Kustomisasi
Kustomisasi masal adalah kreasi produksi bervolume tinggi dengan keragaman yang besar
sehingga pelanggan mungkin menentukan suatu model yang pasti dari produk akhir
bervolume besar yang mungkin biaya pabrikasinya rendah karena volume besar tersebut.
Kustomisasi masal ini mencirikan usaha yang menghasilkan produk sesuai pesangan
pelanggan (make to order) namun pada saat yang bersamaan juga memperlihatkan
karakteristik make to stock.

II.2. Karakteristik Demand dan Order Fulfillment


Keputusan kritis lainnya dalam kegiatan operasi adalah pilihan bagaimana operasi akan merespon
permintaan. Konsep Dependent dan Independent Demand sangat berkaitan dengan keputusan
tersebut. Kondisi Dependent Demand ditandai dengan kegiatan produksi yang akan dimulai
hanya ketika ada kebutuhan, setiap permintaan akan men-trigger aktifitas perencanaan dan
kontrol produksi dan proyeksi permintaan lebih mudah diprediksi sedangkan kondisi
Independent Demand ditandai dengan adanya kegiatan produksi yang berlangsung

9|Page
tanpa menunggu adanya permintaan dan proyeksi permintaan relative lebih sulit diperkirakan
7
.
Order fulfillment adalah tahapan yang melibatkan proses penerimaan pesanan, pemrosesan
pesanan dan pengirimannya kepada end customer. Ada beberapa jenis order fulfillment
8
yaitu make to order (MTO), assembled to order (ATO) dan made to stock (MTS).

1. Make to order ( MTO )


MTO proses mempunyai flexibilitas tinggi untuk melakukan product customization, setiap
order spesifik untuk setiap customer. Proses produksi dimulai ketika pesanan diterima,
kemudian desain dibuat sesuai pesanan, jika tidak tersedia material yang dibutuhkan akan
dipesan, setelah material datang dan dengan kombinasi tambahan tenaga kerja, produksi
mulai dilakukan, dan dikirimkan kepada pemesan. Key performance nya adalah lama waktu
pembuatan design, proses produksi dan ketepatan waktu pengirimannya kepada pemesan.

2. Make to stock (MTS )


Kelebihan MTS proses adalah kecepatannya dalam memenuhi pesanan karena produk telah
tersedia di persediaan. Proses produksi dilakukan untuk menambah simpanan persediaan.
Tugas kritikal management adalah ketika melakukan forecast, manajemen persediaan dan
perencanaan produksi. Proses produksi dimulai setelah adanya penentuan spesifikasi produk
dari perusahaan, bukan dari pelanggan. Produk permintaan pelanggan diiambil dari
persediaan. Jika produk yang diinginkan tidak ada dalam persediaan maka akan dilakukan
back order atau pembatalan pesanan. Key performance MTS adalah persentase keberhasilan
pemenuhan pesanan dari persediaan atau disebut service level, dan lamanya waktu produksi
untuk mengisi persediaan, perputaran persediaan, utilisasi kapasitas dan lamanya waktu
untuk memenuhi back order.

3. Assemble to order (ATO )


ATO proses adalah kombinasi antara MTO dan MTS. Sub- assembly dilakukan dengan MTS

proses dan final assembly –nya dengan MTO proses. Dalam ATO proses subassembly dibuat

7 Nigel Stack, Stuart Chambers, Robert Johnston. Operations Management.page 294-296


8Roger Schroeder, Operations Management in the Supply Chain, p. 58
10 | P a g e
dengan tujuan untuk menyimpan persediaan, ketika pesanan diterima maka sub-assembly
diambil dari persediaan kemudian dirakit bersama untuk membentuk produk akhir.

Gambar 4 : Perbandingan MTS, MTO dan ATO ( Roger, 2018 : p 59)

11 | P a g e
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN

PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk adalah bagian dari Group Jaya yang pada
awalnya didirikan sebagai Divisi Kontraktor di PT Pembangunan Jaya (BUMD), yang kemudian
menjadi badan hukum tersendiri pada 23 Desember 1982. PT Pembangunan Ibu Kota Jakarta
Raya (disingkat PT Pembangunan Jaya) didirikan pada 3 September 1961 sebagai kemitraan
antara pemerintah provinsi DKI dengan pemegang saham swasta dengan tujuan membantu
pemerintah provinsi DKI membangun sarana dan prasarana di DKI. Prinsip dalam pengelolaan
usahanya, PT Pembangunan Jaya mendapatkan arahan dan pengawasan dari pemerintah provinsi
DKI namun dijalankan dengan kaidah-kaidah perusahaan swasta.
Dalam peran aktifnya membangun sarana dan prasarana di provinsi DKI, PT Jaya
Konstruksi Manggala Pratama Tbk membentuk suatu unit kerja khusus yang bertugas untuk
menangani produksi aspal beton (hotmix) yaitu Unit Asphalt Mixing Plant
(AMP) yang berlokasi di Kawasan Industri Pulogadung. Unit ini didirikan khusus untuk
melayani kebutuhan aspal beton (hotmix) dari semua proyek sipil dan proyek jalan yang dikerjakan
oleh PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk, dengan tujuan agar dapat menjaga keseragaman
kualitas aspal beton yang digunakan dalam penyelesaian proyek sipil dan jalan di area Jakarta Bogor
Tangerang Bekasi, khususnya di lima wilayah DKI Jakarta. Jenis proyek sipil dan jalan yang
dikerjakan oleh PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk adalah : Fly Over, Underpass, Jalan Tol,
Peningkatan Jalan, Pelebaran Jalan, Pemeliharaan Jalan, Trotoar dan lain sebagainya.
Karakteristik pengerjaan proyek sipil dan jalan, khususnya proyek peningkatan jalan,
pemeliharaan jalan, pelebaran jalan dan proyek-proyek trotoar di lima wilayah DKI adalah
dilakukan secara rutin tahunan, harus diselesaikan dalam jangka waktu pelaksanaan yang singkat
(3 sampai 4 bulan), jam kerja lapangan pada malam hari hingga dini hari dengan tujuan agar tidak
mengganggu kondisi lalu lintas sehari hari. Aspal Beton (hotmix) adalah campuran agregat kasar,
agregat halus, dan bahan pengisi (filler) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu tinggi
(panas) dengan komposisi yang diteliti dan diatur oleh spesifikasi teknis. Aspal Beton selalu
digunakan dalam proyek sipil dan jalan karena memiliki kelebihan sebagai berikut :

12 | P a g e
1. Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air, (kedap air )
2. Dapat dilalui kendaraan setelah pelaksanaan penghamparan .
3. Mempunyai sifat flexible sehingga mempunyai kenyamanan bagi pengendara.
4. Waktu pekerjaan yang relatif sangat cepat sehingga terciptanya efesiensi waktu.
5. Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa terjadinya deformasi.
6. Tahan lama terhadap gesekan lalu lintas dan cuaca.
7. Pemeliharaan yang relative mudah dan murah.
8. Ekonomis

Produk aspal beton yang dihasilkan oleh Unit AMP Pulogadung adalah :
1. ATB (Asphalt Treated Based )
Asphalt Treated Base ( ATB ) adalah aspal beton dengan tebal minimum 5 cm digunakan
sebagai lapis pondasi atas konstruksi jalan dengan lalu lintas berat /tinggi.
2. ACBC (Asphalt Concrete Binder Course )
Asphalt Concrete Binder Course ( AC - BC ) adalah aspal beton dengan tebal minimum 4 cm
biasanya digunakan sebagai lapis kedua sebelum wearing course.
3. ACWC (Asphalt Concrete Wearing Course )
Asphalt Concrete Wearing Course (AC - WC ) adalah aspal beton dengan tebal penggelaran
minimum 4 Cm digunakan sebagai lapis permukaan jalan dengan lalu lintas berat.
4. Sandsheet
Sand Sheet adalah aspal beton dengan tebal Maximum 2,8 cm biasanya digunakan untuk jalan
perumahan dan perparkiran

Gambar 5 : Lapisan aspal beton

13 | P a g e
BAB IV

IMPLEMENTASI KONSEP

Pada bab ini kelompok melakukan analisa proses produksi aspal beton dan dibandingkan
dengan teori yang telah didapatkan. Proses awal yang akan dijelaskan oleh kelompok adalah :

IV.1 Bahan dan Alat Produksi Aspal Beton

Bahan dan alat produksi yang dipergunakan dalam membuat proses produksi aspal beton:

1. Stock material :
Material yang digunakan sebagai bahan utama untuk lapisan permukaan perkerasan

jalan atau beton adalah batu pecah / agregat. Disediakan dengan ukuran 1, ½, ¾ inch.

Gambar 6. Abu Batu dan Spleet

2. Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) :


RAP adalah campuran perkerasan jalan (yang terdiri dari material aspal dan
agregat) yang diambil dari perkerasan lama untuk kemudian diproses kembali
menjadi material perkerasan aspal untuk keperluan pekerjaan rekonstruksi atau
pelapisan ulang (overlay)

.
Gambar 7. Reclaimed Asphal Pavement (RAP)

14 | P a g e
3. Aspal :
Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu
dengan yang lain atau sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat
dan keras serta tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang dipakai adalah
aspal emulsi yang diperoleh dari penyulingan minyak bumi.

Gambar 8. Aspal

4. Filler :
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran antara agregat dengan
aspal, berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton.
Bahan penambah ini terdiri dari debu batu kapur, kapur padam, semen atau abu
terbang. Bahan pengisi ini harus dalam keadaan kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan.

Gambar 9 Filler

15 | P a g e
5. Cold Bin :
Cold Bin adalah bak tempat menampung material agregat, dari agregat halus
sampai dengan agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal
panas (hotmix). Agregat harus disimpan terpisah satu sama lain untuk menjaga
keaslian gradasi masing-masing bin.

Gambar 10 Cold Bin

6. Granulator :
Granulator adalah mesin yang memiliki fungsi untuk membuat granule (butiran)
dengan ukuran yang seragam. Granulator digunakan karena material hasil pengerukan
perkerasan lama merupakan material dengan gradasi yang tidak merata.

Gambar 11. Mesin Granulator

16 | P a g e
7. Screen Drum :
Screen drum adalah tempat dilakukannya proses pemisahan agregat yang telah
dikeringkan melalui proses pembakaran. Proses pemisahan menggunakan alat
bantu pengayakan yang digerakkan oleh vibrator, tujuannya agar agregat dapat
terpisah sesuai dengan ukurannya.

Gambar 12 Hot Screen

8. Hot Bin :
Hot Bin adalah bak tempat menampung material agregat panas yang sudah diayak,
tempat ini bersifat sementara, menunggu proses penimbangan.

Gambar 12 Hot Bin

17 | P a g e
9. Timbangan :
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah
masing-masing agregat, aspal atau filler agar sesuai dengan komposisiyang telah
ditentukan. Proses penimbangan dilakukan dengan system komputerisasi /
otomatis. Sebelum digunakan timbangan harus melalui proses kalibrasi terlebih
dahulu agar hasil timbangan dapat akurat.

Gambar 14.
Timbangan

10. Mixer :
Mixer adalah alat untuk melakukan proses pencampuran, dimana agregat yang
telah dipanaskan dan telah melalui timbangan, ditakar sesuai dengan komposisi
yang diinginkan, dituangkan ke dalam mixer dengan membuka pintu hot bin yang
menggunakan system hidrolik yang dikendalikan secara otomatis. Proses
pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas,
aspal,dan filler dengan suhu +/- 150ᵒC. Setelah campuran homogen dituangkan
langsung ke truk pengangkut.

Gambar 15 Mixer

18 | P a g e
11. Dump Truck :
Dump truck adalah truk pengangkut hotmix dari pabrik ke lokasi penggelaran /
proyek

Gambar 16

Dump Truck

12. Aditif :
Aditif adalah zat tambahan yang digunakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan sifat aspal sebagai perekat agregat dalam campuran aspal beton
serta dapat menjaga kestabilan suhu. Zat adiftif yang digunakan adalah zat aditif
jenis organosilane.

13. Solar :
Solar adalah salah satu jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses pengolahan
minyak bumi. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi aspal beton dan
proses pembakaran diatas menggunakan bahan bakar solar .

Dalam proses produksi aspal beton, material agregat, RAP, aspal, filler, aditif dan solar
berfungsi sebagai input. Cold Bin, Granulator, Screen Drum, Hotbin, Timbangan, Mixer
dan Dump Truck berfungsi sebagai resources yang memfasilitasi proses transformasi input
menjadi output, yaitu berupa aspal beton.

19 | P a g e
IV.2 Proses produksi aspal beton :

Terdapat 2 (dua) cara proses produksi aspal beton yaitu :

IV. 2.1 Hot Recycling


1. Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) jadi adalah material yang berasal
dari pengerukan aspal lama yang telah melalui proses pemisahan di granulator
untuk mendapatkan butiran agregat kasar dan agregat halus.
2. Material Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) jadi disimpan dalam Cold Bin RAP
untuk kemudian dipanaskan di recycling drum dengan menyalurkan udara panas
kedalamnya cara ini dilakukan untuk mencegah terbakarnya aspal yang terkandung
dalam RAP sehingga aspal tersebut masih berfungsi untuk mengikat butiran agregat
3. Hasil pemanasan RAP disimpan dalam buffer silo.
4. RAP yang telah ditimbang sesuai komposisi yang sudah ditentukan, fresh agregat
dan aspal bitumen dicampur dalam kondisi temperatur yang sesuai dengan
persyaratan. Proses ini akan menghasilkan homogenitas dalam campuran seperti
pada aspal beton fresh. Aspal beton hasil produksi dapat disimpan dalam hot silo
atau dimuat ke dalam truck untuk dibawa ke tempat penggelaran

Gambar 17 Hot Recycling

20 | P a g e
IV. 2.2 Fresh Hotmix
1. Material agregat yang disimpan dalam Cold Bin di bawa oleh conveyer kemudian
masuk ke dryer. Dryer berfungsi untuk memanaskan agregat, dengan suhu
0
maximum 160 C. Agregat didalam dryer diputar dan dipanaskan dengan
menggunakan api dari bahan bakar solar selanjutnya agregat masuk kedalam
elevator dan disalurkan ke screen drum.
2. Di screen drum, agregat panas dipisahkan kembali sesuai ukuran masing-masing
dan disalurkan ke Hot Bin yang berfungsi menampung agregat sementara sebelum
agregat itu di bawa ke penimbang.
3. Di penimbang agregat ditakar sesuai komposisi yang ditentukan, selanjutnya
masuk ke dalam mixer untuk dicampur dengan aspal. Aspal bersumber dari tangki
aspal melewati pipa (kettel) ke penimbang tersendiri untuk aspal, kemudian
disalurkan ke mixer. Kondisi fisik aspal sebelum di mix belum berupa cairan, oleh
0
sebab itu aspal dipanaskan di tangki aspal sampai cair dengan suhu 150 C.
4. Bahan campuran yaitu filler, ditimbang tersendiri kemudian di masukkan ke mixer
melalui elevator untuk tercampur bersama aspal dan agregat yang lain.
5. Setelah tercampurnya aspal, filler dan agregat maka selanjutnya campuran aspal
tersebut ke pugmill. Pugmill itu sendiri berfungsi sebagai tempat pembuangan aspal ke
dump truck. Dengan ideal 1 kali bukaan pugmill berat campuran aspal yang
0
dihasilkan 500 Kg dengan suhu 150 C atau aspal beton tersebut dapat disimpan
dulu di dalam hot silo.

21 | P a g e
Gambar 18 Proses Produksi Aspal Beton

HOT RECYCLING
FRESH HOTMIX

RAP MENTAH

STOCK

MATERIAL GRANULATOR
RAP JADI
STOCK MATERIAL
SCREEN
PLANT
COLD BIN COLD BIN RAP
SCREEN DRUM DRYER RECYCLING HOT GAS

DRUM GENERATOR
ASPAL EMULSI DUST FILLER & HOTBIN BUFFER SILO

SEMEN
TIMBANGAN TIMBANGAN TIMBANGAN TIMBANGAN

ASPAL FILLER AGREGAT RAP


MIXER TRANSFER CONVEYOR

ADITIF TRANSFER

BUCKET
SILO

HOTMIX
DUMP TRUCK LAPANGAN

22 | P a g e
IV.3 Prosedur penerimaan bahan dan pelaksanaan produksi .

IV. 3.1 Prosedur penerimaan bahan

Penanggung jawab: Penerima Bahan, Kepala Operasi, Kepala Teknik, Koordinator Mutu

a. Penerima bahan memeriksa volume dan mutu (spesifikasi) bahan yang datang apakah
sesuai dengan ketentuan yang ada di Surat Pemesanan Bahan Bangunan. Untuk bahan
curah (agregat, semen, aspal, BBM, emulsi, wetfix dan besi) harus melalui proses
penimbangan, jenis dan volume dicek sesuai surat jalan yang dibawa.

b. Penerimaan agregat, aspal dan BBM dibawa ke laboratorium terlebih dahulu oleh
petugas laboratorium untuk memastikan kualitas barang yang dikirim, jika barang
yang dikirim sesuai dengan spesifikasi yang diminta maka surat jalan akan
ditandatangani oleh petugas laboratorium untuk selanjutnya diserahkan ke petugas
gudang untuk dilakukan penimbangan, pengukuran dan pemeriksaan segel pengaman.
Tetapi apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta
makan petugas laboratorium berhal menolak barang tersebut dan memberitahukan
kepada petugas gudang dan Kepala Operasi.

c. Bahan yang datangnya tidak sesuai mutu dan atau tidak sesuai spesifikasi yang ada
dalam Surat Pemesanan Bahan, maka bahan tersebut ditolak dan harus diganti atau
dilakukan order kepada supplier lainnya yang telah terpilih dan ada dalam Daftar
Supler/Subkon Terseleksi. Apabila sesuai, maka Surat Jalan dapat diparaf oleh
Penerima Bahan dan ditandatangani oleh Kepala Operasi dan selanjutnya dibuatkan
Bon Penerimaan.

IV. 3.2 Prosedur pelaksanaan produksi aspal beton :

a. Penyelesaian Surat Perintah Kerja


Mencantumkan spesifikasi jenis aspal beton, waktu pelaksanaan, volume, harga satuan
dan lokasi pekerjaan

23 | P a g e
b. Setelah SPK terbit, personil AMP bersama sama dengan team proyek yang
bersangkutan menjadwalkan untuk melakukan cek bersama di lokasi pekerjaan agar
mengetahui detail kondisi lokasi pekerjaan
c. Persetujuan bahan dan pembuatan jobmix formula di laboratorium AMP harus
disetujui oleh konsultan pengawas proyek dan diketahui oleh pihak proyek
d. Pihak proyek, konsultan dan pihak AMP menjadwalkan trial mix dan trial compact
sebelum waktu pelaksanaan, hasilnya harus disetujui oleh konsultan pengawas proyek.
e. Berdasarkan persetujuan pada point d, dilakukan proses produksi aspal beton dengan
volume dan waktu sesuai Surat Perintah Kerja.
f. Pada saat di lapangan (lokasi kerja ) Pelaksana menyerahkan Surat Jalan Hotmix ke
pihak proyek dan konsultan pengawas, untuk mendapatkan persetujuan atas volume
dan kualitas aspal beton yang dikirim .
g. Penyediaan rambu-rambu kerja, kelengkapan APD dan pelaksanaan K3L dilapangan
menjadi tanggung jawab pihak AMP.
h. Setelah pelaksanaan pekerjaan penggelaran aspal beton selesai, pihak proyek dan
pihak AMP melakukan opname/perhitungan lapangan bersama.

Dari uraian proses produksi aspal beton diatas dibandingkan dengan konsep dari beberapa
referensi yang kelompok dapatkan, dapat disampaikan bahwa produksi aspal beton di Unit AMP
Pulo Gadung ini mengikuti proses Batch Production.

Beberapa karakteristik Batch Production terpenuhi dalam proses produksi aspal beton tersebut,
yaitu adanya beberapa work center yang berada di jalur produksi seperti screen drum dan mixer,
dimana pada setiap work center tersebut terjadi serangkai proses yang sama untuk tiap jenis
batch. Aspal beton diproduksi per batch sesuai dengan komposisi yang sudah diatur sebelumnya
agar dapat menghasilkan jenis ATB, AC-BC, AC-WC atau Sandsheet sesuai spesifikasi dalam
pesanan yang diterima. Tiap jenis aspal beton mempunyai komposisi campuran agregat, aspal
yang berbeda – beda.

24 | P a g e
Daftar Tabel 1. Komposisi campuran aspal beton :

Keterangan ATB AC-BC AC-WC Sandsheet


Agregat terdiri dari : 95,5% 93,4% 94,5 %
1. Abu batu 40% 49,4% 51,5 % 92,8%
2. Screening 5 – 14mm 20% 20% 33%
3. Spleet 14-25mm 20% 24%
4. Spleet 25mm-37mm 15,5% 10%
5. Spleet 5-19mm

Aspal 4,5% 5,6% 4,5% 7,2%


Filler - 1% 1% -

Karakteristik lain yang memenuhi kriteria adalah produksi aspal beton ini dilakukan secara
berulang-ulang dan dalam jangka waktu pendek, karena kapasitas volume tiap produksi hanya
120 ton per jam, sehingga jika ada permintaan pengiriman aspal beton dengan volume besar maka
proses produksi akan dilakukan beberapa kali.

Proses Hot Recycling yang menggunakan RAP sebagai material pengganti (substitusi) sebagian
material agregat baru untuk job mix formula (JMF) adalah salah satu bentuk dari Green
Technology, karena selain mengurangi penggunaan material yang tidak dapat diperbaharui (non-
renewable), penggunaan material RAP juga dapat mengurangi efek rumah kaca yang dihasilkan
dari proses produksi agregat dan aspal.

Pengerjaan proyek-proyek pemeliharaan dan peningkatan jalan diseluruh wilayah DKI Jakarta
dilakukan dengan window time yang sangat singkat ketika kesibukan lalu lintas sudah sangat
berkurang yaitu antara jam 11 malam sampai dengan jam 3 dini hari. Dengan kondisi suhu malam
dan dini hari dan waktu tempuh pengiriman rata-rata 2 jam sampai dengan lokasi pekerjaan,
persyaratan rentang temperature aspal hotmix saat penggelaran tetap harus dipenuhi yaitu 120ᵒC -
135ᵒC. Oleh sebab itu untuk menghindari resiko penurunan suhu, jadwal produksi dilakukan
sedekat mungkin dengan window time penggelaran yaitu mulai jam 18.00 sampai dengan 02.00
dini hari.

25 | P a g e
Penggilasan untuk pemadatan aspal juga harus sudah selesai dikerjakan sebelum aspal mendingin
di bawah suhu 85ᵒC. Apabila suhu aspal turun dibawah suhu 85%, penghamparan dan
penggilasan aspal akan sulit dilakukan dan jika penggilasan diteruskan maka sesama batu agregat
di dalam campuran aspal akan mulai melekat dan tidak mampu lagi bergerak mencari tempat
untuk saling mengunci (interlocking). Jika masih terus digilas, maka sesama batu agregat akan
saling menindas dan kemungkinan pecah, dan atau akan terjadi permukaan lapis atas perkerasan
aspal akan kasar berbentuk agregat tidak rata.

Penggunaan zat tambahan pada proses produksi aspal beton dengan fresh hotmix menggunakan
aditif jenis organosilane yang disemprotkan ke dalam campuran pada saat proses mixer, akan
mampu menjaga suhu aspal beton antara 110ᵒC - 125ᵒC dalam rentang waktu yang lebih lama,
dengan demikian jadwal produksi aspal beton dapat dipercepat waktunya yaitu mulai jam 14.00
siang sampai dengan jam 2 dini hari. Produktifiktas meningkat karena volume produksi aspal
beton yang dihasilkan per harinya meningkat, dbandingkan dengan volume produksi aspal beton
tanpa menggunakan tambahan zat aditif. Sedangkan zat tambahan pada proses produksi dengan
hot recycling menggunakan aditif peremajaan.

Permintaan yang diterima oleh Unit AMP memenuhi karakteristik Dependent Demand, karena
kegiatan perencanaan dan kontrol produksi aspal beton dimulai setelah Surat Perintah Kerja
diterima.

Order fulfillment yang dilakukan oleh Unit AMP untuk memenuhi permintaan aspal beton
memenuhi karakteristik dari Make to Order (MTO) yaitu proses produksi aspal beton dilakukan
setelah diterimanya order yaitu berupa Surat Perintah Kerja yang spesifikasi permintaannya
tertentu dan volumenya telah disetujui oleh konsultan pengawas, team proyek dan personil Unit
AMP. Jobmix formula dibuat sesuai spesifikasi dalam Surat Perintah Kerja. Karakteristik yang
lain adalah Unit AMP tidak melakukan produksi untuk menyimpan persediaan aspal beton karena
aspal beton yang sudah diproduksi langsung dikirimkan ke lokasi penghamparan. Setiap Surat
Perintah Kerja mempunyai ketentuan batas masa pelaksanaan, oleh sebab itu ketepatan waktu
pengiriman dan penyelesaian penghamparan di lokasi pekerjaan menjadi suatu hal yang penting.

26 | P a g e
BAB V
USULAN PERBAIKAN

Ketika perusahaan membuat keputusan pemilihan proses produksinya, aspek dampak lingkungan
juga mendapat perhatian. Ada tiga area keputusan yang mempengaruhi dampak pada lingkungan
yaitu teknologi pencegahan polusi, teknologi pengawasan polusi dan teknologi praktis polusi.
Sebagai usulan perbaikan dalam proses produksi aspal beton adalah sebagai berikut :

a. Teknologi pencegahan polusi dapat dilakukan dengan mengurangi atau menghilangkan


polutan yang muncul ketika proses produksi berlangsung. Diketahui pada proses produksi
aspal beton diatas dan saat pembakaran / pemanasan agregat menggunakan bahan bakar
solar. Untuk mencegah polusi disarankan untuk mengganti solar dengan batubara atau bio
gas.
b. Teknologi pengawasan polusi dapat dilakukan dengan menambah step dalam proses
produksi untuk memanfaatkan polutan yang muncul. Materi abu yang muncul dari proses
pemanasan agregat dapat disalurkan ke tempat penyimpanan filler, sehingga akan bisa
digunakan sebagai campuran dalam proses mixer.
c. Teknologi praktis polusi dapat dilakukan dengan membekali setiap personil di Unit AMP
dengan pengetahuan tentang ilmu praktis melalui training yang terkait dengan inovasi
pengembangan proses produksi aspal beton. Usulan perbaikan yang bisa diberikan adalah
dengan mencari alternative zat aditif tambahan yang terbuat dari bahan alami, sehingga
ketika waste terjadi, jika ada, tidak akan memberi dampak buruk bagi lingkungan.

Pembuatan keputusan pemilihan proses produksi juga melibatkan interaksi cross-functional


decision making seperti dengan bagian marketing, bagian keuangan dan sumber daya manusia,
sebagai usulan perbaikan dikaitkan dengan tipe permintaan aspal beton yang masuk dalam
kategori Dependent Demand sebagai berikut :

a. Dalam penyusunan proyeksi permintaan agar selalu dapat meng-update data rencana dan
proyeksi perolehan proyek dari bagian marketing secara rutin, sehingga perkiraan volume
produksi aspal beton yang harus dihasilkan akan selalu rutin terupdate juga.

27 | P a g e
b. Berkoordinasi dengan bagian keuangan untuk memperhitungkan investasi apa yang
dibutuhkan untuk memenuhi volume produksi tersebut.
c. Berkoordinasi dengan bagian sumber daya manusia agar dapat bekerja sama untuk
mencarikan , mengusulkan dan memberikan training, pelatihan atau workshop untuk
menambah ketrampilan petugas laboratorium dan petugas di Operation Room.

Mengingat pengerjaan proyek-proyek jalan di lima wilayah DKI selalu rutin dilakukan setiap
tahun maka agar dipertimbangkan pengembangan sistem on line yang terintegrasi antara bagian
marketing, unit AMP Pulogadung, bagian keuangan dan bagian sumber daya manusia. Sehingga
perubahan informasi proyeksi perolehan proyek, kebutuhan volume aspal beton, kebutuhan
material input kebutuhan investasi dan sumber daya manusia dapat diikuti real time.

28 | P a g e
BAB VI
KESIMPULAN

1. Proses pembuatan aspal beton yang di lakukan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Tbk adalah dengan 2 (dua sistem) yaitu Hot Recycling dan Fresh Hot Mix.
2. Proses produksi aspal beton di Unit AMP Pulogadung menggunakan product flow - Batch
Production dan kategori Make to Order untuk proses Order Fulfillmentnya.
3. Dalam proses produksi aspal beton Hot Recycling telah memasukkan unsur environmental
scanning yaitu dengan adanya penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement sebagai salah satu
bahan dasar pembuatan aspal beton dan penggunaan tambahan zat aditif untuk menambah
produktifitas produksi yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan.
4. Usulan perbaikan proses produksi dan order fulfillment dapat diberikan pada keputusan
yang menyangkut teknologi pencegahan polusi, teknologi pengawasan polusi dan interaksi
cross-functional decision making.

29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai