Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

TENTANG
KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN
LATIHAN

DOSEN : Ns. Yesi Fadriyanti, S.kep, M.Kep

MIFTAH IRFINA
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TK 1
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya serta sumber-sumber dari ebook, sehingga makalah
ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga saya masih sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Padang, 12 Agustus 2019

MIFTAH IRFINA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pengertian aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana


manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja
merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu tersebut dimana
kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat
menyebabkan berbagai gangguan pada sistem musculoskeletal seperti atrofi
otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ
internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara
dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat
fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera
makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang
tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat
membuat otot abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.

B. RUMUSAN MASALAH
 Apa saja struktur dan sistem muskuloskeletal dan persarafan yang
mempengaruhi pergerakan ?
 Bagaimana mekanisme tubuh dalam fisiologi peregerakan ?
 Apa itu mobilisasi dan immobilisasi serta efeknya terhadap tubuh ?
 Bagaimanakah respon fisiologis dan psikologis klien terhadap imobilisasi?
 Apa saja prinsip-prinsip mekanika tubuh?
C. TUJUAN
 Untuk mengetahui struktur dan sistem muskuloskeletal dan persarafan
yang mempengaruhi pergerakan
 Untuk mempelajari mekanisme tubuh dalam fisiologi peregerakan
 Untuk mengetahui mobilisasi dan immobilisasi serta efeknya terhadap
tubuh
 Untuk mengetahui respon fisiologis dan psikologis klien terhadap
imobilisasi
 Untuk mempelajari prinsip-prinsip mekanika tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
A. STRUKTUR SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN PERSARAFAN YANG
MEMPENGARUHI PEREGERAKAN

1. Pengertian Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot,
kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian (Depkes, 1995: 3). Sistem
muskuloskeletal juga disebut sebagai penunjang bentuk tubuh dan mengatur
pergerakan. Muskulokeletal terdiri dari dua asal kata, yaitu Muscle dan Skeletal.
Muscle artinya otot, yaitu jaringan tubuh yang befungsi mengubah energi kimia
menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Sedangkan Sceletal artinya rangka, Yaitu bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi,
serta tulang rawan sebgai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.

2. Sistem Muskuloskeletal
a). Kerangka Tubuh

Kerangka tubuh tersusun dari banyak tulang-belulang dengan banyak fungsi.


Pada umumnya, kerangka tubuh berguna untuk melindungi organ bagian dalam tubuh,
seperti tengkorak bagian kepala untuk melindungi otak, tulang rusuk atau rongga dada
untuk melindungi area bagian jantung, hati dan paru-paru. Matriks tulang
mengandung unsur kalsium dan fosfor, kandungan ini jugalah yang berkontribusi
dalam pertumbuhan tulang atau tinggi badan.Terdapat 2 macam tulang dalam tubuh
manusia, yaitu :

1) Tulang Berongga, yaitu tulang yang memiliki ciri-ciri ringan, berongga


dan rapuh. Tulang ini terdapat pada bagian tubuh yang tidak memiliki
beban mekanik yang besar.
2) Tulang keras adalah tulang yang memiliki ciri-ciri keras dan kaku.
Tulang keras terbentuk dari tulang rawan yang kemudian terisi dengan
sel pembentuk tulang. Tulang keras juga berfungsi untuk pembentuk
rangka, pembentukan sel darah, sebagai tempat melekatnya otot dan
salah satu dari komponen gerak pada tubuh manusia.

b). Sendi

Sendi adalah persambungan antar tulang yang menjadikan tulang menjadi


fleksibel dalam pergerakan. Sendi Diartosis terdiri dari :
 Sendi Peluru, yaitu memungkinkan sendi bergerak ke seluruh arah.
Contohnya, hubungan antar tulang panggul dan tulang paha.

 Sendi Engsel, yang memungkinkan pergerakan lipatan hanya satu arah.


Contohnya siku, lutut, jari-jari.

 Sendi Pelana, yaitu seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya ibu jari dan
pergelangan tangan.

c). Otot (muscle)


Otot adalah bagian tubuh yang memiliki kemampuan mengubah energi
kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk
menggerakkan rangka. Terdapat sekitar tiga jenis otot yakni otot jantung, otot
polos dan otot rangka.

3. Sistem Persarafan

 Pengertian sistem saraf

Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling


berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini
mengoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu
berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan
saraf diantara berbagai sistem (Price dan Wilson, 2005).

 Organisasi Struktural Sistem Saraf

1. Sistem saraf pusat (SSP), terdiri dari otak dan medulla spinalis yang
dilindungitulang kranium dan kanal vertebral.

2.Sistem saraf perifer, meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh.
Sistem initerdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan
otak dan medullaspinalis dengan reseptor dan efektor.

Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem
aferen, yaitu :

 Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke


SSP
 Saraf eferen (motorik) mentransmisi dari SPP ke otot dan kelenjar.
 Fungsi Sistem Saraf

Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem saraf
mempunyai 3 fungsi utama yaitu :

1. Sebagai Alat Komunikasi, sebagai alat komunikasi antara tubuh


dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh alatindera, yang meliputi :
mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alatini, maka
kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi
disekitartubuh kita.

2. Sebagai Alat Pengendali, sebagai pengendali atau pengatur kerja


alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasisesuai dengan fungsinya.
Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan
kecepatan dan ritme kerja yang akurat.

B. MEKANISME TUBUH DALAM FISIOLOGI PERGERAKAN

Mekanisme tubuh dalam fisiologi pergerakan

1. Mekanisme Gerakan Tubuh

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot


memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot
terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot
sedang beristirahat.

Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:

a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.

b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari
ukuran semula.

c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.

2. Mekanisme Tubuh Dalam Fisiologi Pergerakan

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan
struktur sebagai berikut : organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf
sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut
saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan
mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks
merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari
gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan
dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat
dihambat oleh kemauan sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda
panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan panas. (Evelyn Pearce, 2009 :
292)

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-
tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks
dari rangsangan yang berbahaya merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks
ekstensor (polisinaps) rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada
anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks
merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari
gerak sadar misalnya menutup mata pada saat terkena debu
A. Komponen-komponen yang dilalui refleks :
1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya
kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan
saraf pusat (medula spinalis-batang otak)
3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis
kembali ke neuron eferen
4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer
5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat
otot atau kelenjar.

Peregangan otot secara tiba-tiba merangsang “muscule spindle” dan


sebaliknya ini menyebabkan refleks kontraksi dari otot yang sama. Karena alasan
yang jelas, refleks yang sering disebut suatu refleks regang mempunyai suatu
konponen dinamik dan suatu komponen statik. Refleks regang dinamik disebabkan
oleh isyarat dinamik yang kuat dari muscle spindle. Refleks regang static
dibangkitkan oleh isyarat kontinu reseptor static yang dihantarkan melalui ujung
primer dan sekunder muscle spindle. Refleks regang negatif, bila suatu otot tiba-tiba
diperpendek, terjadi efek yang berlawanan. Refleks ini menentang pemendekan otot
tersebut dengan cara yang sama seperti refleks regang positif yang menentang
pemanjangan otot. (Athur C. Guyton, 2008 : 457)

a. Refleks kulit perut

Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di samping badan.
Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kearah umbilicus. Respon yang terjadi
berupa kontraksi otot dinding perut.

b. Refleks kornea

Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa
menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan
kapas.Respon berupa kedipan mata secara cepat.

c. Refleks cahaya

Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba.Respons berupa
konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.

d. Refleks Periost Radialis

Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan.Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii.Respons berupa fleksi
lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.

e. Refleks Periost Ulnaris


Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara
pronasi dan supinasi.Ketuklah pada periost prosessus stiloideus.Respons berupa
pronasi tangan.

f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)

1) Knee Pess Reflex (KPR)

Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan
tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai
pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga terjadi
ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadrisips.

2) Achilles Pess Reflex (ACR)

Tungkai di refleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan.Ketuklah


pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot
gastronemius.

3) Refleks biseps

Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo
otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku dan tampak
kontraksi otot biseps.

4) Refleks triseps

Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan. Ketuklah
pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi lengan
dan kontraksi otot triseps.

5) Withdrawl Reflex

Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi.Tunggulah


pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan
cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak
melukai orang coba. Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi
stimulus.

Refleks fisiologis

1.Pada pemeriksaan refleks kulit perut seseorang di coba tidak mengalami


reaksi,ketika daerah abdomen di gores. Hal ini disebabkan adanya kelainan
pada daerah abdomen..

2. Pada refleks kornea (refleks mengedip) seseorang mencoba menggerakkan


bola mata, kemudian sisi kontralateral kornea orang tersebut disentuh dengan
kapas yang telah digulung membentuk silinder halus. Respon berupa kedipan
mata secara cepat.
3. Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil
mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil.Cahaya yang berlebihan yang
masuk kedalam mata membuat pupil mata menjadi kecil.

4. Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah seseorang coba


difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan
pengetukan periosteum pada ujung distal os radii. Respon yang terjadi berupa
fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.

5. Pada percobaan refleks perost ulnaris terjadi supunasi dan ini menandakan
bahwa tangan orang tersebut normal.

C. MOBILISASI DAN IMOBILISASI SERTA EFEKNYA TERHADAP TUBUH

1. Pengertian Mobilitas dan Imobilitas

Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak


secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak bisa


bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas (Hidayat, 2006).

2.Tujuan Mobilisasi :

 Memenuhi kebutuhan dasar manusia


 Mencegah terjadinya trauma
 Mempertahankan tingkat kesehatan
 Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
 Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

3.Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi :


 Gaya Hidup, sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan
dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

 Proses Penyakit Dan Injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita


seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah
tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang
yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung
untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat
tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat
kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
 Kebudayaan, misalnya seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari
akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil
dalam segala keperluannya
 Tingkat Energy, orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya di
bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
 Usia dan Status Perkembangan, Anak yang selalu sakit dalam masa
pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan
dengan anak yang sering sakit.

3. Jenis Mobilisasi dan Imobilisasi

 Jenis Mobilisasi

a). Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak


secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari.

b). Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak


dengan batasan jelan dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya

c). Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu untuk


bergerak dengan batasan yang bersifat sementara

d). Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu untuk


bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap

 Jenis Imobilisasi

a). Imobilisasi Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan..
b). Imobilisasi Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.

c). Imobilisasi Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami


pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri

d). Imobilisasi Sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan


dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilisasi

 Perubahan metabolisme
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Gangguan fungsi gastriointestinal
 Perubahan sistem pernapasan
 Perubahan kardiovaskuler
 Perubahan sistem muskoluskeletal
 Perubahan sistem integumen
 Perubahan eliminasi
 Perubahan perilaku
D. Respon fisiologis dan psikologis klien terhadap immobilisasi
 Dampak Immobilisasi Bagi Fisik
a. Perubahan Metabolisme, dapat mengakibatkan proses anabolisme
menurun dan katabolisme meningkat.
b. Ketidakseimbangan Cairan Dan Elektrolit
c. Gangguan pengubahan zat gizi
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal, Immobilisasi dapat menurunkan hasil
makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup
dapat menyebabkan keluhan.
e. Perubahan Sistem Pernafasan
f. Perubahan Kardiovaskuler, antara lain dapat berupa hipotensi ortostatik,
meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal.
Gangguan Muskular : Menurunnya massa otot sebagai dampak
immobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung,
Gangguan Skeletal : Akan mudah terjadi kontraktur sendi dan
osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen
i. Perubahan Eliminasi, Kurangnya asupan dan penurunan curah jantung
sehingga aliran darah renal dan urine berkurang.
j. Terjadi Vertigo, Karena seseorang terlalu lama berbaring, sehingga aliran
darah ke otak berkurang dan menyebabkan pusing tujuh keliling, serta
mempengaruhi nervus vestibularis.
 Dampak Imobilisasi Bagi Psikologis

Berbagai masalah baik fisik maupun psikologis dapat terjadi akibat keadaan
immobilisasi. Masalah psikologis yang dapat terjadi antara lain: pasien
mengalami penurunan motivasi belajar, yang mana mereka sering tidak
memahami pendidikan kesehatan yang diberikan maupun sulit menerima
anjuran- anjuran.

Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah


yang dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam berbagai cara
misalnya menarik diri, apatis atau agresif. Pada keadaan lebih lanjut pasien
mengalami perubahan konsep diri serta memberikan reaksi emosi yang sering
tidak sesuai dengan situasi.

Terjadinya perubahan prilaku tersebut merupakan dampak


immobilisasi karena selama preses immobilisasi seseorang akan mengalami
perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain- lain.

 Upaya Pencegahan Akibat Immobilisasi

Beberapa upaya dapat dilakukan pengasuh pasien untuk mencegah timbulnya


penyakit akibat immobilisasi. Bila memungkinkan berkonsultasilah selalu
dengan dokter atau perawat.

Hal hal yang dapat dilakukan oleh pengasuh, sebagai berikut :

a) Infeksi saluran kemih

Pada keadaan tersebut pasien harus dimotivasi untuk minum cukup banyak
cairan.

b) Sembelit

Mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah, serta minum
cukup dapat membantu mencegah atau paling tidak mengurangi kemungkinan
timbulnya masalah sembelit akibat immobilisasi.

c) Infeksi Paru

Perubahan posisi dan tepuk-tepuk dada atau punggung secara teratur dapat
membantu memindahkan sputum tersebut sehingga mudah dikeluarkan.

d) Masalah Sirkulasi atau Aliran Darah.


Diperlukan fisioterapi dan mungkin kaos kaki khusus.

e) Luka Tekan

Untuk mencegah terjadinya luka tekan ini pasien yang mengalami


immobilisasi harus diubah- ubah posisinya ( miring kanan-kiri ) Mekanika
Tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskoletal dan sistem saraf
untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Pada dasarnya,
mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu
tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktifitas sekitar
setiap dua jam.

E. Prinsip-prinsip mekanika tubuh

1. Prinsip Mekanika Tubuh


a. Gravitasi
Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan
mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu
dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi :
1) Pusat gravitasi (center of grafity), titik yang berada dipertengahan
bulan.
2) Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal
melalui pusat gravitasi.
3) Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat
seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.
b. Keseimbangan.
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
c. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan
adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda
tersebut akanmempengaruhi mekanika tubuh.
2. Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan
dasar yang harus diperhatikan, diantaranya :
a.Gerakan (Ambulating)
b.Menahan (Squatting)
c.Menarik (Pulling)
d.Mengangkat (Lifting)
e.Memutar (Pivoting)
3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh
a. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem
moskuskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh banyak penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, dan
sebagainya.
b. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubug adalah membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh
dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit. Sebagai contoh, tubuh yang kekurangan kalsium akan
lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi
Kondisi psikologis mempengaruhi perubahan dalam perilaku
individu sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya kemampuan
mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
d. Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering
mengangkat benda-benda berat.
e. Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan
kemungkinan besar akan meninggalkan kecerobohan dalam
beraktifitas, sehingga dapat mengganggu kordinasi antara sistem
muskoskeletal dan saraf.
f.Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk menggunakannya secara benar, sehingga
mengurangi energi yang dikeluarkan.

4.Dampak Mekanika Tubuh


a.Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskoloskeletal.
b. Risiko terjadi kecelakaan pada sistem muskoloskeletal.
B. POSTUR (BODY ALIGNMENT)
Postur tubuh merupakan geometris dari bagian tubuh yang
berhubungan dengan bagian tubuh lain. Bagian yang dipelajari dari
postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot.
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Postur Tubuh
a.Status Kesehatan
b.Nutrisi
c.Emosi
d.Gaya hidup
e.Perilaku dan nilai
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja
merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu tersebut dimana
kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan muskuloskeletal. Sedangkan latihan merupakan suatu gerakan
tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan
mempertahankan postur tubuh.
Kebutuhan aktivitas dan latihan mempelajari antara lain,
 Struktur dan sistem muskuloskeletal dan persarafan yang mempengaruhi
pergerakan
 Mekanisme tubuh dalam fisiologi peregerakan
 Mobilisasi dan immobilisasi serta efeknya terhadap tubuh
 Respon fisiologis dan psikologis klien terhadap imobilisasi
 Prinsip-prinsip mekanika tubuh

B. DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/27146320/SISTEM_MUSKULOSKELETAL

https://ekosistem.co.id/muskuloskeletal/#!

https://www.academia.edu/38310312/MAKALAH_ANATOMI_FISIOLOGI_SISTE
M_SYARAF.docx

http://dianhusadashindy.blogspot.com/2014/04/mekanisme-tubuh-dalam-
fisiologi.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55322/Chapter%20I.pdf;jsessi
onid=AA4

https://sendhysaputro90.wordpress.com/2009/12/30/immobilisasi-bagi-fisik-dan-
psikologi/

https://pdfdokumen.com/download/prinsip-pemenuhan-kebutuhan-mekanika-
tubuh_59c2c2211723dd79ca3538e9_pdf

Anda mungkin juga menyukai