Anda di halaman 1dari 32

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
Nama Sekolah : SMA NEGERI 4 PALANGKA RAYA
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI / I
Jumlah Pertemuan :1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Materi Pokok : senyawa Hidrokarbon

A. Kompetensi Inti

KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut

KI 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja
sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta menempatkan diri.

KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural


berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.1 Menganalisis struktur dan sifat 3.1.1 Menjelaskan kekhasan atom karbon.
senyawa hidrokarbon berdasarkan 3.1.2 Menjelaskan jenis atom C primer, Sekunder,
pemahaman kekhasan atom karbon Tertier, dan Kuartener
dan penggolongan senyawanya. 3.1.3 Menjelaskan cara memberi nama senyawa
alkana, alkena, dan alkuna sesuai dengan
aturan IUPAC
3.1.4 Menjelaskan sifat-sifat alkana, alkena dan
alkuna
3.1.5 Menjelaskan jenis isomer
3.1.6 Menjelaskan reaksi senyawa hidrokarbon

4.1 Membuat model visual berbagai 4.1.1 Menerangkan struktur molekul hidrokarbon
struktur molekul hidrokarbon yang yang memiliki rumus molekul yang sama
memiliki rumus molekul yang sama

C. Tujuan Pembelajaran
 Aspek Kognitif
1. Siswa dapat Menjelaskan kekhasan atom karbon.
2. Siswa dapat Menjelaskan jenis atom C primer, Sekunder, Tertier, dan Kuartener
3. Siswa dapat Menjelaskan cara memberi nama senyawa alkana, alkena, dan alkuna
sesuai dengan aturan IUPAC
4. Siswa dapat Menjelaskan sifat-sifat alkana, alkena dan alkuna
5. Siswa dapat menjelaskan jenis isomer
6. Siswa dapat menjelaskan reaksi senyawa hidrokarbon
7. Siswa dapat menerangkan struktur struktur molekul hidrokarbon yang memiliki
rumus molekul yang sama

 Aspek Afektif
1. Siswa dapat menunjukan sikap jujur dalam menjawab dan mengumpulkan hasil LKS
(tugas) maupun saat penilaian harian.
2. Siswa dapat menunjukan sikap teliti selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Siswa dapat menunjukan sikap tanggung jawab selama proses pembelajaran
berlangsung.
4. Melalui pengamatan siswa menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap materi senyawa
hidrokarbon
5. Melalui pembelajaran siswa dapat ulet dalam mencari sumber pengetahuan yang
mendukung penyelesaian masalah
6. Melalui pembelajaran siswa dapat berkerja sama dalam diskusi kelompok
7. Melalui pembelajaran siswa dapat peduli lingkungan serta hemat dalam
memanfaatkan sumber daya alam
8. Melalui diskusi siswa dapat aktif dan bijaksana

 Aspek Psikomotor
1. Setelah berdiskusi siswa mampu menjelaskan senyawa hidrokarbon
2. Setelah berdiskusi siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi dalam lembar kerja
siswa dengan memberikan usulan tentang pemecahan masalahnya.

D. Materi Pelajaran
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang tersusun oleh atom-atom karbon (C) dan
hidrogen (H) disebut hidrokarbon senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang
sederhana dan senyawa hidrokarbon yang paling sederhana adalah metena. Metana
mempunyai rumus kimia CH4. Berdasarkan kejenuhan ikatannya, senyawa hidrokarbon
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : Alkena, Alkena, dan Alkuna

 Kekhasan atom karbon


1. Atom karbon mempunyai nomor atom 6, dengan empat elektron valensi. Keempat
elektron valensi membentuk pasangan elektron bersama dengan atom lain membentuk
ikatan kovalen. Keempat elektron valensi ini dapat digambarkan sebagai tangan ikatan.

2. Empat ikatan tangan yang dimiliki atom karbon dapat membentuk rantai dengan
berbagai bentuk dan kemungkinan. Setiap kemungkinan menghasilkan satu jenis
senyawa. Semakin banyak kemungkinan, semakin banyak jenis senyawa yang bisa
dibentuk oleh atom karbon.
Beberapa kemungkinan rantai karbon yang dibentuk dapat dikelompokan berdasarkan:
 Jumlah ikatan
1. Ikatan tunggal, yaitu ikatan antara atom-atom karbon dengan satu tangan ikatan
(sepasang elektron ikatan).
2. Ikatan rangkap dua, yaitu terdapat ikatan antara atom - atom karbon dengan dua
tangan ikatan (dua pasang elektron ikatan).
3. Ikatan rangkap tiga (ganda tiga), yaitu ikatan antara atom - atom karbon dengan tiga
tangan ikatan (tiga pasang elektron ikatan).

 Bentuk rantai
1. Rantai terbuka (alifatis), yaitu rantai yang antar ujung-ujung atom karbonnya tidak
saling berhubungan. Rantai jenis ini ada yang bercabang dan ada yang tidak
bercabang.

2. Rantai tertutup (siklis), yaitu rantai yang terdapat pertemuan antara ujung–ujung
rantai karbonnya. Terdapat dua macam rantai siklis, yaitu rantai siklis dan aromatis.
 Berdasarkan jumlah atom karbon lain yang diikat, terdapat empat jenis atom C
dalam rantai karbon, yaitu:
1. Atom karbon primer
2. Atom karbon sekunder
3. Atom karbon tersier
4. Atom karbon kuartener
Coba perhatikan gambar berikut:

Atom C1 hanya mengikat 1 atom C lainnya, atom C1 disebut atom karbon primer. Atom
C2 mengikat 2 atom C lainnya, atom C2 disebut atom karbon sekunder. Atom C3 mengikat 3
atom C lainnya, atom C3 disebut atom karbon tersier, Atom C4 mengikat 4 atom C lainnya,
atom C4 disebut atom karbon kuartener.
 Atom karbon primer, yaitu rantai karbon yang hanya mengikat secara langsung satu
atom karbon yang lain.
 Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung dua atom
karbon yang lain.
 Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung tiga atom
karbon yang lain.
 Atom karbon kuartener, yaitu atom karbon yang mengikat secara langsung empat
atom karbon yang lain.

 Ciri-ciri umum
Karena struktur molekulnya berbeda, maka rumus empiris antara hidrokarbon
pun juga berbeda: jumlah hidrokarbon yang diikat pada alkena dan alkuna pasti lebih
sedikit karena atom karbonnya berikatan rangkap.Kemampuan hidrokarbon untuk
berikatan dengan dirinya sendiri disebut dengan katenasi, dan menyebabkan
hidrokarbon bisa membentuk senyawa-senyawa yang lebih kompleks,
seperti sikloheksana atau arena seperti benzena. Kemampuan ini didapat karena
karakteristik ikatan diantara atom karbon bersifat non-polar.Sesuai dengan teori ikatan
valensi, atom karbon harus memenuhi aturan “4-hidrogen” yang menyatakan jumlah
atom maksimum yang dapat berikatan dengan karbon, karena karbon mempunyai 4
elektron valensi. Dilihat dari elektron valensi ini, maka karbon mempunyai 4 elektron
yang bisa membentuk ikatan kovalen atau ikatan dativ.Hidrokarbon
bersifat hidrofobik dan termasuk dalam lipid.Beberapa hidrokarbon tersedia
melimpah di tata surya. Danau berisi metana dan etana cair telah ditemukan
pada Titan, satelit alam terbesar Saturnus, seperti dinyatakan oleh Misi Cassini-
Huygens.

 Reaksi-Reaksi Senyawa Hidrokarbon


Pada senyawa-senyawa hidrokarbon (alkana, alkena, alkuna) dapat terjadi
reaksi-reaksi, seperti reaksi oksidasi, reaksi adisi, reaksi substitusi, dan reaksi
eliminasi. Pada subbab ini, Anda akan mempelajari reaksi-reaksi tersebut.
1. Reaksi Oksidasi pada Senyawa Hidrokarbon
Suatu senyawa alkana yang bereaksi dengan oksigen menghasilkan karbon
dioksida dan air disebut dengan reaksi pembakaran. Perhatikan persamaan reaksi
oksidasi pada senyawa hidrokarbon berikut.
CH4(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g)
Reaksi pembakaran tersebut, pada dasarnya merupakan reaksi oksidasi. Pada
senyawa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) mengandung satu atom karbon.
Kedua senyawa tersebut harus memiliki bilangan oksidasi nol maka bilangan oksidasi
atom karbon pada senyawa metana adalah –4, sedangkan bilangan oksidasi atom
karbon pada senyawa karbon dioksida adalah +4.
Bilangan oksidasi atom C pada senyawa karbon dioksida meningkat
(mengalami oksidasi), sedangkan bilangan oksidasi atom C pada senyawa metana
menurun.
2. Reaksi Substitusi pada Senyawa Hidrokarbon
Reaksi substitusi merupakan reaksi penggantian gugus fungsi (atom atau
molekul) yang terikat pada atom C suatu senyawa hidrokarbon. Pada reaksi
halogenasi alkana, atom hidrogen yang terikat pada atom C senyawa alkana
digantikan dengan atom halogen. Ketika campuran metana dan klorin dipanaskan
hingga 100°C atau radiasi oleh sinar UV maka akan dihasilkan senyawa klorometana,
seperti reaksi berikut.
CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g)
Jika gas klorin masih tersedia dalam campuran, reaksinya akan berlanjut seperti
berikut.
CH3Cl(g) + Cl2(g) ⎯⎯⎯ → CH2Cl2(g) + HCl(g)
CH2Cl2(g) + Cl2(g) ⎯⎯⎯ → CHCl3(g) + HCl(g)
CHCl3(g) + Cl2(g) ⎯⎯⎯ → CCl4(g) + HCl(g)
Reaksi substitusi tersebut digunakan dalam pembuatan senyawa
diklorometana. Jika reaksi dilakukan pada senyawa etana, reaksi akan menghasilkan
dikloroetana. Diklorometana digunakan untuk pengelupasan cat, sedangkan
triklorometana digunakan untuk dry–clean.
3. Reaksi Adisi pada Senyawa Hidrokarbon
Jika senyawa karbon memiliki ikatan rangkap dua (alkena) atau rangkap tiga
(alkuna) dan pada atom-atom karbon tersebut berkurang ikatan rangkapnya, kemudian
digantikan dengan gugus fungsi (atom atau molekul). Reaksi tersebut dinamakan
reaksi adisi.
Hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap dua atau rangkap tiga merupakan
senyawa tak jenuh. Pada senyawa tak jenuh ini memungkinkan adanya penambahan
atom hidrogen. Ketika suatu senyawa tak jenuh direaksikan dengan hidrogen halida
maka akan menghasilkan produk tunggal.
Aturan Markovnikov: adisi asam terhadap alkena yang tak simetri, atom H
akan mengikat atom H lebih banyak.
4. Reaksi Eliminasi pada Senyawa Hidrokarbon
Reaksi eliminasi merupakan reaksi kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi
eliminasi melibatkan pelepasan atom atau gugus atom dari sebuah molekul
membentuk molekul baru. Contoh reaksi eliminasi adalah eliminasi etil klorida
menghasilkan etena dan asam klorida.
C2H5Cl(aq) → C2H4(aq) + HCl(aq)
Reaksi eliminasi terjadi pada senyawa jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap)
dan menghasilkan senyawa tak jenuh (memiliki ikatan rangkap).

 Klasifikasi hidrokarbon yang dikelompokkan oleh tatanama organik adalah:


1. Hidrokarbon jenuh/tersaturasi (alkana) adalah hidrokarbon yang paling sederhana.
Hidrokarbon ini seluruhnya terdiri dari ikatan tunggal dan terikat dengan hidrogen.
Rumus umum untuk hidrokarbon tersaturasi adalah CnH2n+2.Hidrokarbon jenuh
merupakan komposisi utama pada bahan bakar fosil dan ditemukan dalam bentuk
rantai lurus maupun bercabang. Hidrokarbon dengan rumus molekul sama tapi rumus
strukturnya berbeda dinamakan isomer struktur.
2. Hidrokarbon tak jenuh/tak tersaturasi adalah hidrokarbon yang memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap, baik rangkap dua maupun rangkap tiga. Hidrokarbon yang
mempunyai ikatan rangkap dua disebut dengan alkena, dengan rumus umum
CnH2n.Hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga disebut alkuna, dengan
rumus umum CnH2n-2.
3. Sikloalkana adalah hidrokarbon yang mengandung satu atau lebih cincin karbon.
Rumus umum untuk hidrokarbon jenuh dengan 1 cincin adalah CnH2n.
4. Hidrokarbon aromatik, juga dikenal dengan arena, adalah hidrokarbon yang paling
tidak mempunyai satu cincin aromatik.

 Klasifikasi struktur
Hidorkarbon tersaturasi dapat berupa:
 lurus (rumus umum CnH2n + 2), kerangka karbon membentuk rantai lurus tanpa ada
cabang
 bercabang (rumus umum CnH2n + 2, n > 3), kerangka karbon utamanya mempunyai
cabang-cabang
 siklik (rumus umum CnH2n, n > 2), ujung-ujung kerangka karbonnya bertemu
sehingga membentuk suatu siklus.
Menurut definisi dari IUPAC, 2 golongan pertama di atas dinamakan alkana, sedangkan
golongan yang ketiga disebut dengan sikloalkana. Hidrokarbon tersaturasi juga dapat
membentuk gabungan ketiga macam rantai diatas, misalnya linear dengan siklik membentuk
polisiklik. Senyawa seperti ini masih disebut dengan alkana (walaupun tidak mempunyai
rumus umum), sepanjang tetap berupa asiklik (tidak seperti siklus)
Pada alkena yang lebih tinggi, dimana terdapat isomer yang letaknya berbeda dengan
letak ikatan rangkap, maka sistem penomoran berikut ini dipakai:
1. Penomoran rantai karbon terpanjang dilihat dari ujung yang terdekat dengan ikatan
rangkap, sehingga atom karbon pada ikatan rangkap tersebut mempunyai nomor
sekecil mungkin.
2. Ketahui letak ikatan rangkap dengan letak karbon rangkap pertamanya.
3. Penamaan rantai alkena itu mirip dengan alkana.
4. Beri nomor pada atom karbon, ketahui letak lokasi dan nama gugusnya, ketahui letak
ikatan rangkap, lalu terakhir namai rantai utamanya.

Berbagai contoh penamaan isomer 1-heksena. Gambar kiri: 1-heksena, gambar tengah: 4-
metil-1-heksena, gambar kanan: 4-etil-2-metil-1-heksena.

 Penggunaan
 Hidrokarbon adalah salah satu sumber energi paling penting di bumi. Penggunaan
yang utama adalah sebagai sumber bahan bakar. Dalam bentuk padat, hidrokarbon
adalah salah satu komposisi pembentuk aspal.[6]
 Hidrokarbon dulu juga pernah digunakan untuk pembuatan klorofluorokarbon, zat
yang digunakan sebagai propelan pada semprotan nyamuk. Saat ini klorofluorokarbon
tidak lagi digunakan karena memiliki efek buruk terhadap lapisan ozon.
 Metana dan etana berbentuk gas dalam suhu ruangan dan tidak mudah dicairkan
dengan tekanan begitu saja. Propana lebih mudah untuk dicairkan, dan biasanya dijual
di tabung-tabung dalam bentuk cair. Butana sangat mudah dicairkan, sehingga lebih
aman dan sering digunakan untuk pemantik rokok. Pentana berbentuk cairan bening
pada suhu ruangan, biasanya digunakan di industri
sebagai pelarut wax dan gemuk. Heksana biasanya juga digunakan sebagai pelarut
kimia dan termasuk dalam komposisi bensin.
 Heksana, heptana, oktana, nonana, dekana, termasuk dengan alkena dan beberapa
sikloalkana merupakan komponen penting pada bensin, nafta, bahan bakar jet, dan
pelarut industri. Dengan bertambahnya atom karbon, maka hidrokarbon yang
berbentuk linear akan memiliki sifat viskositas dan titik didih lebih tinggi, dengan
warna lebih gelap

1. Pengertian Alkana
Alkana adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rantai karbon tunggal. Rumus
umum alkana yaitu CnH2n+2. Dari metana ke etana memiliki perbedaan –CH2–, begitu
seterusnya. Deret senyawa karbon dengan gugus fungsi sama dengan selisih sama yakni –
CH2– disebut deret homolog.
Alkana atau parafin adalah senyawa kimia hidrokarbon jenuh asiklis. Alkana juga
termasuk senyawa alifatik atau dengan kata lain, Alkana adalah sebuah rantai karbon panjang
dengan ikatan tunggal.
Alkana
Senyawa alkana merupakan rantai karbon yang paling sederhana. Alkana merupakan
senyawa hidrokarbon jenuh karena memiliki ikatan tunggal. Rumus umum alkana CnH2n+2.
Senyawa paling sederhana dari alkana yaitu metana. Metana hanya memiliki satu atom
karbon yang mengikat empat atom H. Tabel berikut menyajikan data sepuluh alkana rantai
lurus pertama.
Jumlah Karbon Struktur Nama

1 CH4 Metana

2 CH3 – CH3 Etana

3 CH3 – CH2 – CH3 Propana

4 CH3 – (CH2)2 – CH3 Butana

5 CH3 – (CH2)3 – CH3 Pentana

6 CH3 – (CH2)4 – CH3 Heksana

7 CH3 – (CH2)5 – CH3 Heptana

8 CH3 – (CH2)6 – CH3 Oktana


9 CH3 – (CH2)7 – CH3 Nonana

10 CH3 – (CH2)8 – CH3 Dekana

Berdasarkan tabel di depan dapat dilihat bahwa perbedaan kesepuluh senyawa di atas
terletak pada jumlah gugus metilena (–CH2–). Senyawa dengan kondisi demikian disebut
homolog. Susunan senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga perbedaan dengan
tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena disebut deret homolog.
a. Tata nama alkana
Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu sistem tata nama yang didasarkan pada
gagasan bahwa struktur sebuah senyawa organik dapat digunakan untuk menurunkan
namanya dan sebaliknya, bahwa suatu struktur yang unik dapat digambar untuk tiap nama.
Dasar sistem IUPAC yaitu alkana rantai lurus.
1) Alkana rantai lurus (tidak bercabang)
Alkana rantai lurus diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbonnya sebagaimana
tercantum dalam tabel di atas. Terkadang ditambahkan normal (n) di depan nama alkana.
Contoh:
CH3 – CH2 – CH2 – CH3 n–butana/butana
CH3 – CH2 – CH3 n–propana/propana
2) Alkana siklis (rantai tertutup)
Alkana rantai siklis (tertutup) diberi nama menurut banyaknya atom karbon dalam cincin,
dengan penambahan awalan siklo-.
Contoh:
H2C – CH2
| | siklobutana
H2C – CH2
3) Alkana bercabang (memiliki rantai samping)
Senyawa alkana terkadang berikatan dengan unsur lain pada salah satu atau beberapa atom
karbonnya. Unsur lain dalam rantai alkana tersebut biasa dinamakan substituen. Jenis
substituen alkana yang sering dijumpai yaitu gugus alkil. Gugus alkil adalah alkana yang
kehilangan 1 atom H. Penamaannya sama dengan alkana, hanya akhirannya diubah menjadi -
il. Rumus umumnya CnH2n+1. Tabel berikut menyajikan deret gugus alkil
Gugus Alkil
Jumlah Karbon Struktur Rumus Molekul Nama

1 CH3– CH3– Metil

2 CH3 – CH2– C2H5– Etil

3 CH3 – CH2 – CH3 C3H7– Propil

4 CH3 – (CH2)2 – CH2– C4H9– Butil

5 CH3 – (CH2)3 – CH2– C5H11– Pentil/amil

6 CH3 – (CH2)4 – CH2– C6H13– Heksil

7 CH3 – (CH2)5 – CH2– C7H15– Heptil

8 CH3 – (CH2)6 – CH2– C8H17– Oktil

9 CH3 – (CH2)7 – CH2– C9H19– Nonil

10 CH3 – (CH2)8 – CH2– C10H21– Dekil

Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu sistem tata nama yang didasarkan pada
gagasan bahwa struktur suatu senyawa organik dapat digunakan untuk menurunkan namanya
dan sebaliknya, bahwa suatu struktur yang unik dapat digambar untuk tiap nama.
Dasar sistem IUPAC yaitu alkana rantai lurus.:
b. Sifat-Sifat Senyawa Alkana
Adapun sifat senyawa alkana yaitu:
1. Pada suhu kamar C1-C4 berwujud gas, C5-C17 berwujud cair dan di atas 17 berwujud
padat
2. Semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik didih dan
titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus memiliki titik didih lebih tinggi
dibanding alkana rantai bercabang dengan jumlah atom C sama. Semakin banyak
cabang, titik didih makin rendah.

3. Alkana mudah larut dalam pelarut organik namun sukar latur dalam air

4. Oksidasi atau pembakaran alkana bersifat eksotermik atau menghasilkan kalor.


Pembakaran alkana berlangsung sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran
sempurna menghasilkan gas CO2 sedang pembakaran tidak sempurna menghasilkan
gas CO.
Reaksi pembakaran sempurna alkana, yaitu:
CH4(g) + 2 O2(g) ==> CO2(g) + 2 H2O(g) + E
Reaksi pembakaran tak sempurna alkana, yaitu:
2 CH4(g) + 3 O2(g)==> CO(g) + 4 H2O(g) + E
5. Alkana dapat bereaksi substitusi dengan halogen. Reaksi substitusi adalah reaksi
penggantian atom/gugus atom dengan atom/gugus atom yang lain.
CH4(g) + Cl2(g) ==> CH3Cl(g) + HCl(g)
6. Senyawa alkana rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi. Reaksi eliminasi
adalah reaksi penghilangan atom/gugus atom untuk mendapatkan senyawa karbon
lebih sederhana. Contoh pada reaksi eliminasi termal minyak bumi dan gas alam.
c. Kegunaan Alkana
Secara umum, alkana digunakan sebagai bahan bakar dan bahan baku dalam industri
petrokimia.
1. Metana, digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan bahan baku pembuatan
zat kimia seperti H2 dan NH3.
2. Etana, digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan sebagai refrigerant dalam
sistem pendinginan dua tahap untuk suhu rendah.
3. Propana, digunakan sebagai komponen utama gas elpiji untuk memasak dan bahan
baku senyawa organik.
4. Butana, digunakan sebagai bahan bakar kendaraan dan bahan baku karet sintetis
5. Oktana, digunakan sebagai komponen utama bahan kendaraan bermotor , yakni
bensin.
2. Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan ikatan rangkap dua (–
C=C–).Senyawa yang memiliki 2 ikatan rangkap disebut alkadiena,yang memiliki 3 ikatan
rangkap disebut alkatriena. Alkena paling sederhana yaitu etena, C2H4.
a. Rumus umum alkena
Rumus umum alkena adalah CnH2n
Jika dibandingkan dengan alkana, alkena mengandung lebih sedikit atom hidrogen
sehingga alkena disebut senyawa tidak jenuh.
b. Tabel berikut menyajikan deret homolog alkena.

Jumlah Rumus
Struktur Nama
Karbon Molekul

2 H2C = CH2 C2H4 Etena

3 H2C = CH – CH3 C3H6 Propena

4 H2C = CH – CH2 – CH3 C4H8 1-Butena

5 H2C = CH – (CH2)2 – CH3 C5H10 1-Pentena

6 H2C = CH – (CH2)3 – CH3 C6H12 1-Heksena

7 H2C = CH – (CH2)4 – CH3 C7H14 1-Heptena


8 H2C = CH – (CH2)5 – CH3 C8H16 1-Oktena

9 H2C = CH – (CH2)6 – CH3 C9H18 1-Nonena

10 H2C = CH – (CH2)7 – CH3 C10H20 1- Dekena

c. Tata nama alkena


Nama alkena diturunkan dari nama alkana dengan mengganti akhiran ana menjadi ena.
Aturan penulisan nama alkena adalah:
1) Tentukan rantai atom C terpanjang yang mengandung ikatan rangkap.Banyaknya
atom C merupakan nama utama
2) Penomeran rantai utama dari ujung yang dekat dengan ikatan rangkap
3) Posisi ikatan rangkap dinyatakan dengan awalan angka.
4) Atom C diluar rantai utama dinyatakan sebagai gugus alkil dan merupakan
cabang.
5) Nama gugus alkil ditulis didepan nama utama
6) Posisi gugus alkil dinyatakan dengan awalan angka
7) Jika terdapat beberapa gugus alkil yang sama, namanya ditulis sekali dengan
awalan di = 2, tri = 3, tetra = 4 dst.
8) Jika terdapat berbeda penulisan namanya diurutkan menurut abjad.

 Alkena rantai lurus


Atom karbon yang berikatan rangkap ( C = C ) diberi nomor yang menunjukkan ikatan
rangkap tersebut. Penomoran dimulai dari ujung rantai yang paling dekat dengan ikatan
rangkap.
Contoh:
5 4 3 2 1 1 2 3 4 5
H3C – CH2 – CH = CH – CH3 bukan H3C – CH2 – CH = CH – CH3
Sehingga, nama senyawa di atas yaitu 2 – pentena.
Alkena dengan rantai bercabang
a) Rantai utama yaitu rantai yang terpanjang dan mengandung ikatan rangkap.
b) Penomoran rantai utama diawali dari yang paling dekat dengan ikatan rangkap,
bukan cabang yang terdekat.
c) Urutan penulisan nama: nomor cabang, nama cabang, nomor ikatan rangkap, nama
alkena.
Contoh:
a) H3C – CH = CH – CH2 – CH3 2–pentena
b) H3C – CH = CH – CH – CH3 4–metil – 2–pentena
|
CH3
d. Sifat-sifat alkena
Sifat alkena meliputi sifat fisis dan sifat kimia, yaitu:
1) sifat fisis
Alkena memiliki titik leleh dan titik didih yang hampir sama dengan alkana. Pada suhu
kamar, etena, propena, dan butena berwujut gas. Suhu-suhu berikutnya berwujut cair
dan pada suhu tinggi berwujut padat.
2) sifat kimia
Alkena lebih reaktip dibandingkan dengan alkana karena ikatan rangkaap yang terdapat
didalamnyaa. Reaksi yang terjadi berupa reaksi adisi dan pembakara.
e. Sumber dan kegunaan alkena
Dalam industri, alkena dibuat dari alkana melalui pemanasan dengan katalis dan proses
perengkahan. Alkena suhu rendah merupakan bahan baku industry plastic, karet sintesis
dan alkohol

3. Alkuna
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, alkuna merupakan jenis senyawa
hidrokarbon tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap tiga. Rumus umum alkuna adalah
CnH2n-n dengan n > 1.
Misalnya:
Jika n = 2, maka C2H2 merupakan suku pertama alkuna.
Jika n = 3, maka C3H4 merupakan suku kedua alkuna.
Jika n = 4, maka C4H6 merupakan suku ketiga alkuna, dan seterusnya.

a. Tata nama alkuna berdasarkan IUPAN


Pemberian nama alkuna dibedakan menjadi dua menurut jenis rantainya, yaitu:
1. Rantai lurus
Penamaan alkuna rantai lurus dengan C = 2 dan C = 3 ditulis menurut jumlah atom C yang
menyusunnya dan diakhiri dengan akhiran –una.
Contoh:
C2H2 = etuna.
C3H4 = propuna.
Sementara itu, Penamaan alkuna rantai lurus dengan C ≥ 4 diawali dengan menuliskan nomor
atom C yang memiliki ikatan rangkap tiga diikuti dengan nama alkuna sesuai dengan jumlah
atom C. Penomoran atom C dimulai dari ujung rantai yang paling dekat dengan ikatan
rangkap tiga.
IUPAC : posisi rangkap + nama alkuna

Contoh:

3. Rantai bercabang
IUPAC : posisi cabang + nama cabang + posisi rangkap + nama rantai induk
Aturan penamaan:
1. Tentukan rantai utamanya. Rantai utama ini merupakan rantai karbon terpanjang yang
mengandung ikatan rangkap tiga. Contoh:

2. Beri nomor pada setiap atom C yang berada pada rantai utama. Ingat! Penomoran dimulai
dari ujung rantai yang paling dekat dengan ikatan rangkap tiga. Contoh:
3. Jika terdapat lebih dari satu cabang yang sama, maka dalam penulisannya diawali dengan
di- (untuk 2 cabang yang sama), tri- (untuk 3 cabang yang sama), tetra- (untuk 4 cabang yang
sama), dan seterusnya. Contoh:

Terdapat dua cabang sejenis pada atom C bernomor 4, sehingga nama alkuna tersebut
adalah 4,4 - dimetil - 2 - nonuna.
4. Jika terdapat lebih dari satu cabang yang berbeda, maka dalam penulisannya harus disusun
berdasarkan urutan abjad huruf pertama dari nama cabang tersebut. Note! Awalan di-, tri-,
tetra-, dan sebagainya tidak diperhatikan dalam penentuan urutan abjad. Contoh:

Karena etil diawali dengan huruf "e" dan metil diawali dengan huruf "m", maka dalam
penulisannya kita awali dengan etil terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan metil, lalu nama
rantai induknya, sehingga nama alkuna tersebut adalah 6 - etil - 4,4 - dimetil - 2 - nonuna.
Perhatikan kalau awalan di- pada metil tidak mempengaruhi penentuan urutan abjad ya,
Squad.

b. Sifat alkuna dibedakan menjadi dua berdasarkan sifat fisik dan sifat kimia, di
antaranya:
1. Sifat fisik
a. Merupakan senyawa nonpolar. Akibatnya, alkuna tidak mudah larut dalam air.
b. Pada suhu kamar:
 Alkuna dengan C2 - C4 berwujud gas.
 Alkuna dengan C5 - C15 berwujud cair.
 Alkuna dengan C16 dan seterusnya berwujud padat.
c. Pada alkuna rantai lurus, semakin panjang rantai C nya, maka akan semakin tinggi
titik didihnya.
d. Pada alkuna rantai bercabang, semakin banyak cabangnya, maka akan semakin rendah
titik didihnya.

3. Reaksi adisi
Reaksi adisi adalah reaksi penjenuhan atau pemutusan ikatan rangkap oleh hidrogen
(H2), halogen (X2), atau asam halida (HX). Reaksi adisi pada alkuna membutuhkan
pereaksi dengan jumlah dua kali lipat dari alkena.
Sekarang, coba kita perhatikan beberapa contoh reaksi adisi pada alkuna di bawah ini.

 Reaksi adisi dengan H2

 Reaksi adisi dengan X2 (F2, Cl2, Br2, I2)

 Reaksi adisi dengan HX (X = F, Cl, Br, I)


Pada reaksi adisi propuna dengan HX, berlaku hukum Markovnikov. Atom H dari asam akan
berikatan pada atom C ikatan rangkap yang lebih banyak mengikat atom H.

b. Manfaat alkuna
Alkuna dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat bahan-bahan sintetis, seperti plastik.
Salah satu jenis alkuna yang paling sederhana, yaitu etuna atau lebih dikenal
dengan asetilen banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pengelasan,
pemotongan besi dan logam, serta membantu mempercepat pematangan

 Pengertian Isomer
Senyawa dimetil eter dan senyawa etanol, keduanya memiliki rumus kimia yang sama
yaitu C2H6O. Namun, keduanya memiliki sifat-sifat yang cukup berbeda. Titik didih etanol
adalah 78°C, sedangkan dimetil eter hanya −24°C. Etanol dapat bereaksi dengan logam
reaktif seperti Na menghasilkan gas H2, sedangkan dimetil eter tidak dapat bereaksi. Kedua
senyawa ini disebut isomer.
 Isomer Struktur
Keisomeran struktur terjadi akibat perbedaan susunan ikatan antar atom-atom ataupun gugus-
gugus fungsi dalam suatu molekul. Keisomeran struktur dapat dibedakan menjadi:
1. Isomer Kerangka
Senyawa-senyawa yang merupakan isomer kerangka mempunyai rumus molekul dan
gugus fungsi yang sama, namun kerangka (rantai karbon utama) berbeda. Contohnya, butana
dengan rantai utama C4 dan 2-metilpropana dengan rantai utama C3.

2. isomer Posisi
Senyawa-senyawa yang merupakan isomer posisi mempunyai rumus molekul dan
gugus fungsi yang sama, namun posisi gugus pada kerangka berbeda. Contohnya, 1-butena
dengan 2-butena berbeda posisi ikatan rangkap C=C; dan 1-butanol dengan 2-butanol
berbeda posisi gugus hidroksil (–OH).
3. Isomer Gugus Fungsi
Keisomeran gugus fungsi terdapat pada senyawa-senyawa dengan rumus molekul
sama, namun berbeda gugus fungsi. Beberapa pasangan deret homolog yang berisomer gugus
fungsi, yaitu:
- alkanol (alkohol) dengan alkoksialkana (eter) – rumus umum: CnH2n+2O

Contohnya, etanol dengan metoksimetana (dimetil eter).


- alkanal (aldehida) dengan alkanon (keton) – rumus umum: CnH2nO

Contohnya, propanal dengan propanon.


- asam alkanoat (asam karboksilat) dengan alkil alkanoat (ester) – rumus umum:
CnH2nO2

- Contohnya, asam propanoat dengan metil etanoat.


 Isomer Ruang (Stereoisomerisme)
Keisomeran ruang terjadi akibat perbedaan konfigurasi atau susunan atom-atom dalam ruang.
Keisomeran ruang dapat dibedakan menjadi:
1. Isomer Geometri
geometri terjadi karena keterbatasan rotasi bebas pada suatu ikatan dalam molekul.
Pada ikatan tunggal C–C, atom karbon dapat berotasi bebas terhadap atom karbon lainnya.
Namun, pada ikatan rangkap dua C=C, rotasi atom karbon cenderung terbatas oleh karena
adanya ikatan pi. Oleh karena itu, posisi atom atau gugus atom yang terikat pada kedua atom
C pada ikatan C=C tidak dapat berubah.
Keisomeran geometri umumnya ditemukan pada senyawa-senyawa dengan ikatan C=C di
mana masing-masing atom C mengikat dua atom atau gugus atom yang berbeda. Berdasarkan
posisi atom atau gugus atomnya, isomer-isomer geometri dibedakan menjadi bentuk cis dan
bentuk trans.
- Isomer cis yaitu isomer di mana atom atau gugus atom sejenis terletak pada sisi yang
sama.
- Isomer trans yaitu isomer di mana atom atau gugus atom sejenis terletak pada sisi
bersebrangan.

Sebagai contoh, cis-2-butena dengan trans-2-butena merupakan pasangan isomer geometri


cis-trans.

2. Isomer Optis
Keisomeran optis terjadi jika senyawa memiliki suatu atom asimetris. Pada senyawa
karbon, keisomeran optis terjadi pada senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris, yaitu
atom karbon yang terikat pada 4 atom atau gugus atom yang berbeda. Jika dua gugus pada
atom asimetris tersebut ditukarkan posisinya, maka akan terbentuk dua molekul berbeda yang
merupakan bayangan cermin dari satu sama lainnya. Kedua molekul ini tidak dapat saling
ditindihkan satu sama lain (non-superimposable). Sifat tidak saling tumpang tindih seperti
tangan kiri di atas tangan kanan dan sebaliknya disebut sebagai kiral.
Sebagai contoh, 2-butanol memiliki satu atom karbon kiral yaitu atom karbon nomor 2
seperti terlihat pada gambar berikut. Atom karbon tersebut berikatan dengan empat gugus
berbeda, antara lain –C2H5, –H, –OH, dan –CH3.
isomer-isomer optis tidak dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat fisis seperti titik
didih dan titik leleh, sebagaimana isomer-isomer jenis lainnya yang telah dijelaskan
sebelumnya. Satu-satunya sifat fisis yang dapat membedakan isomer optis adalah sifat optis,
yaitu kemampuan untuk memutar (merotasikan) bidang cahaya terpolarisasi. Senyawa yang
dapat memutar polarisasi cahaya disebut bersifat optis aktif.
Menurut aturan Le Bel–van’t Hoff, jumlah maksimum isomer optis dari senyawa
karbon yang tidak memiliki bidang simetri internal adalah sebanyak 2n, di mana n adalah
jumlah atom karbon kiral. Jadi, senyawa yang mempunyai 3 atom karbon kiral akan memiliki
sebanyak-banyaknya 23 = 8 isomer optis.
Pasangan isomer optis yang merupakan bayangan cermin satu dengan yang lainnya
disebut pasangan enansiomer. Isomer-isomer optis yang bukan bayangan cermin satu sama
lain (bukan enansiomer) disebut diastereoisomer (diastereomer). Pada senyawa dengan satu
atom karbon kiral, maka akan terdapat 2 isomer optis menurut aturan Le Bel–van’t Hoff.
Kedua isomer optis ini merupakan pasangan enansiomer. Namun, pada senyawa dengan lebih
dari satu atom karbon kiral, dari sejumlah isomer optis akan terdapat pasangan enansiomer
dan juga diastereomer. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan perbedaan konfigurasi
absolut R/S masing-masing atom karbon kiral sehingga membentuk isomer yang bukan
bayangan cerminnya (diastereomer).
Sebagai contoh, senyawa 2,3,4-trihidroksibutanal memiliki dua atom karbon kiral,
yaitu atom C nomor 2 dan C nomor 3. Oleh karena itu, menurut aturan Le Bel–van’t Hoff,
senyawa ini memiliki 22 = 4 isomer optis seperti terlihat pada gambar berikut. Dari keempat
isomer tersebut, terdapat dua pasangan enansiomer yaitu pasangan (i) dengan (ii) dan
pasangan (iii) dengan (iv). Masing-masing dari pasangan enansiomer satu dengan pasangan
enansiomer lainnya merupakan stereoisomer bukan enansiomer, yang disebut juga dengan
diastereomer. Masing-masing isomer optis ini tidak bisa mengalami interkonversi menjadi
isomer lainnya dengan konfigurasi berbeda tanpa melalui pemutusan ikatan.

E. Strategi Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Pembelajaran Discovery Learning
Metode : Ceramah, diskusi dan Penugasaan
Media Dan Sumber Pembelajaran
Media : whiteboard, spidol, laptop dan LKS
Sumber : Watoni, A. Haris. 2017. Excellent Kimia. Bandung. Penerbit Yrama Widya

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Langkah- Alokasi
Jenis langkah Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Pembelajara (Menit)
n
Kegiatan 1. Guru mengucapkan salam 1. Siswa menjawab
Pendahul dan menyapa siswa. salam dan menyapa
uan guru.
2. Guru mempersilahkan 2. Siswa berdo’a
ketua kelas untuk
memimpin doa
3. Guru memeriksa kehadiran 3. Siswa diperiksa
siswa kehadirannya
4. Guru melakukan apersepsi 4. Siswa menyimak
mengenai kekhasan atom 35
karbon
5. Guru memotivasi siswa 5. Siswa memperhatian
dengan menanyakan guru dan menjawab
“mengapa kayu bila pertanyaan guru.
dibakar berubah menjadi
warna hitam ?
6. Untuk mengetahui semua 6.Siswa menyimak dan
itu maka kita hari ini akan menulis judul materi
mempelajari materi
“hidrokarbon
7. Membacakan tujuan 7.Siswa menyimak
pembelajaran tujuan pembelajaran
yang disampaikan oleh
guru.

Kegiatan Mengamati Pemberian Rangsangan


Inti (Observing) (Stimulation)

1. Guru memberikan contoh 1. Siswa


rumus struktur dan rumus memperhatikan
molekul dari senyawa
hidrokarbon

Menanya Identifikasi Masalah (Problem


Statetment)
1. Siswa membuat
1. Guru meminta siswa
pertanyaan yang
membuat pertanyaan terkait
berkaitan dengan
dengan handout yang telah
handout yang 80
dibagikan.
diberikan..
Mengumpu Pengumpulan Data
lkan
(Data Collection)
informasi
3. Guru membagikan 1. Siswa memisahkan
kelompok secara diri dan bergabung
heterogen dengan kelompok
4. guru membagikan lks 2. Siswa memahami
perkelompok isi dari LKS
tersebut
5. Guru meminta siswa 3. Siswa mengerjakan
mengerjakan LKS yang LKS tersebut dengan
diberikan dengan teman kelompok
sekelompoknya

Mengasosia Pengolahan Data


si
(Data Processing)
1. Siswa memperhatikan
1. Guru membimbing belajar
bimbingan guru
pada saat mereka
mengerjakan LKS.

Mengkomu Pembuktian (Verivication)


nikasikan
1. Guru meminta salah satu 1. Perwakilan siswa
perwakilan kelompok yang ditunjuk segera
menyampaikan hasil diskusi memperesentasikan
secara lisan didepan kelas. hasil diskusi
2. Guru memberi kesempatan 2. Perserta didik
peserta didik lain untuk menanggapi dan
menanggapi dan melengkapi melengkapi presentasi
presentasi temannya hingga temannya.
terbentuk suatu konsep
pembelajaran yang benar.
Sementara siswa
memperesentasikan hasil
kerjanya.
3. Guru memberi kesempatan 3. Peserta didik
bertanya bagi pesertadidik menanyakan bagian
yang belum jelas dengan yang masih belum
penjelasan temannya. dipahami.

Menarik Kesimpulan
(Generalization)
1. Siswa bersama-sama
Kegiatan 1. Guru meminta siswa untuk
dengan guru
Penutup membuat kesimpulan
menyimpulkan
bersama-sama mengenai
pembelajaarn.
pembelajaran yang sudah
dilalui
1. Guru memberikan penguatan 1. Siswa memperhatikan
materi penguatan materi
yang diberikan oleh
guru. 65
2. Guru memberikan 2. Siswa bertanya
kesempatan kepada siswa mengenai materi yang
untuk bertanya mengenai kurang dipahami
materi yang kurang
dipahami.
3. Guru membagikan soal 3. Siswa secara individu
evaluasi tentang materi yang mengerjakan soal
telah diajarkan evaluasi yang
diberikan guru
4. Guru menyampaikan tentang 4. Siswa memperhatikan
yang akan dipelajari minggu yang disampaikan
depan guru
5. Guru menutup pebelajaran 5. Siswa mengucapkan
dengan mengucapkan salam. salam.
G. Teknik Penilaian
Teknik Penilaian dilakukan menggunakan teknik penilaian autentik yang meliputi
penilain pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
1. Penilaian pengetahuan
a. Teknik penilaian : Tes individu
b. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda
2. Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan dengan observasi sikap, Rubrik observasi sebagai
berikut :
Aspek Perilaku Yang Dinilai
Rasa Peduli KET
NO Nama Siswa Bekerja SKOR
ingin Disiplin Lingkungan
sama
tahu
1

10

11

12

13
14

15

16

17

19

Dst.

Keterangan :
Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut :
4 = Sangat Baik (SB)
3 = Baik (B)
2 = Cukup (C)
1 = Kurang (K)
a. Instrumen : Lembar Penilaian Sikap (Lampiran 3)
b. Petunjuk Perhitungan Skor (Lampiran 4)
3. Penilaian Keterampilan
a. Teknik penilaian : Kegiatan
b. Instrumen : Lembar Penilaian Keterampilan (Lampiran 5)
c. Penilaian keterampilan dilakukan dengan observasi keterampilan sebagai berikut
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan

SIKAP
Menerapkan Konsep/prinsip
NO. NAMA SISWA
dan strategi pemecahan masalah
KB B SB
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Dst.
Keterangan :

KT(Kurang Terampil) : Jika sama sekali tidak menerapkan konsep/prinsip


dan strategi pemecahan masalah yang relevan.
T (Terampil) : Jika menunjukkan sudah ada usaha untuk
menerapkan konsep/pronsip dan strategi pemecahan
masalah yang relevan tetapi belum tepat.
ST (Sangat Terampil) : Jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan
konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang
relevan dan sudah tepat
Palangka Raya, Oktober 2019
Mahasiswa PPL,

NOVITA RATNA SARI


ACC 116 020

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Guru Pamong

Drs. I MADE SADIANA, M.Si SAHPIAH, S.Pd

NIP. 19681215 199302 1 001 NIP. 19660304 199202 2 001

Kepala Sekolah
SMA NEGERI 4 PALANGKA RAYA

YENI HAYATI, S.Pd, M.Pd


NIP. 19730604 200501 2 010

Anda mungkin juga menyukai