Laporan - Strategi Pelestarian Rateb Siribee Sebagai Khazanah Kearifan Lokal Masyarakat Aceh (Studi Kasus Di Kota Banda Aceh)
Laporan - Strategi Pelestarian Rateb Siribee Sebagai Khazanah Kearifan Lokal Masyarakat Aceh (Studi Kasus Di Kota Banda Aceh)
Oleh :
Ikram Maula, T.M. Haikal Maulana, Agusti Chandra, Abdul Muarif dan Al Iqram.
ikrammaula01@gmail.com
Abstrak
Penelitian dilakukan untuk mengetahui strategi Pengurus dan Jamaah Rateb Siribee
serta Pemerintah Kota Banda Aceh dalam upaya pelestarian Rateb Siribee yang
menghadapi arus pengikisan budaya akibat globalisasi. Jenis metode penelitian
yang digunakan ialah metode kualitatif, Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Hasil menunjukkan bahwa semua
pihak telah mengupayakan pelestarian, sesuai dengan teori pelestarian secara
umum. Lebih lanjut, strategi yang diterapkan saat ini dianggap sebagai strategi
terbaik.
Kata kunci : pelestarian, rateb siribee, peran para pihak, dan kearifan lokal
Pendahuluan
Berbagai macam problematika masyarakat perkotaan modern yang
selalu dilanda berbagai macam penyakit psychis seperti memiliki rasa tidak
puas, resah dan stres disebabkan karena mereka telah diracuni dengan gaya
dan pandangan hidup yang matrealistik, sekularistik serta terlalu
menonjolkan rasionalitas tanpa memperhatikan aspek-aspek spritualitas,
seluruh aktivitas hidup diarahkan untuk memenuhi kebutuhan fisik serta
kesenangan-kesenangan hawa nafsu, tidak lagi peduli halal dan haram
sehingga tidak segan-segan melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme.1
Problematika diatas juga terjadi di Banda Aceh. Maka, kebutuhan
masyarakat terhadap zikir merupakan suatu hal yang penting, mengingat
majelis zikir yang akhir-akhir ini marak diselenggarakan diberbagai daerah
di Indonesia merupakan salah satu bentuk pengobatan krisis spiritual yang
dialami oleh seseorang.2
Kota Banda Aceh”, Subtantia, Volume 19 Nomor 2, Oktober 2017, hlm 121
5 Arfah Ibrahim, “Eksistensi Majelis,… Oktober 2017, hlm 121
Kodam Iskandar Muda dan Universitas Syiah Kuala juga tidak ingin
ketinggalan untuk terlibat dalam Rateb Siribee.
Hal lain yang juga menjadikan Rateb Siribee sebagai variabel penting
untuk dibahas karena Rateb Siribee merupakan jenis zikir yang sangat
mengedepankan seorang tokoh, dimana menjadi suatu hal yang kritis
terhadap Rateb Siribee itu sendiri jika tokoh tersebut kemudian harus
berganti atau tergantikan, Mengingat Rateb Siribee memiliki jumlah jamaah
yang tidak sedikit. Jamaah Rateb Siribee meyakini bahwa Abuya Syekh H.
Amran Waly al-Kalidi mencetuskan Rateb Siribee sebagai oase ditengah-
tengah gersangnya keimanan dan keilmuan rakyat Aceh tentang ketauhidan.
Melihat berbagai urgensi di atas, serta kekhawatiran terhadap
musnahnya rateb Siribee. Maka sudah seharusnya pelestarian Rateb Siribee
dilakukan dengan strategi-strategi yang handal dan efektif, guna
menghindari kemusnahan secara perlahan. Terutama dari tingginya angka
pengikisan budaya yang diakibatkan oleh efek globalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi-strategi yang sudah
dilakukan selama ini oleh Pengurus Rateb Siribee, jamaah rutin dan
Pemerintah Kota Banda Aceh. Juga untuk memunculkan suatu strategi yang
dirasa lebih handal dan efektif mengingat masyarakat terus berkembang.
Juga untuk mengetahui secara komprehensif harapan-harapan berbagai
pihak terhadap pelestarian Rateb Siribee.
Peneliti berhipotesis bahwa strategi yang selama ini dilakukan masih
menggunakan strategi dasar yang sama sejak awal kemunculannya, yaitu
penggalakan. Dan belum berkembang ke strategi yang lain dikarenakan
belum ada strategi yang dirasa lebih baik.
Kerangka Teori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Strategi berarti
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Strategi merupakan hal penting bagi kelestarian dari suatu kelompokuntuk
mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan efisien,
perusahaan harus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan
yang datang dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep
mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang
mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda mengenai strategi. Strategi
dalam suatu dunia bisnis atau usaha sangatlah di butuhkan untuk
pencapaian visi dan misi yang sudah di terapkan oleh perusahaan, maupun
untuk pencapaian sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun
tujuan jangka panjang.
Pelestarian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
dasar lestari, yang artinya adalah tetap seperti keadaannya semula; tidak
berubah; bertahan; kekal.6 Kemudian, dalam kaidah penggunaan Bahasa
Indonesia, pengunaan awalan pe- dan akhiran –an artinya digunakan untuk
menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja). Jadi berdasarkan
kata kunci lestari ditambah awalan pe- dan akhiran –an, maka yang
dimaksud pelestarian adalah upaya atau proses untuk membuat sesuatu
tetap selamalamanya tidak berubah. Bisa pula didefinisikan sebagai upaya
untuk mempertahankan sesuatu supaya tetap sebagaimana adanya.
Pelestarian secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau
kegiatan untuk merawat, melindungi dan mengembangkan objek pelestarian
yang memiliki nilai guna untuk dilestarikan. Pelestarian tidak akan dapat
bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan
tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus
turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat menjadi pecinta
pelestarian yang bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku
tebal disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam seminar
para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang
kaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian
harus diperjuangkan oleh masyarakat luas7
Pelestarian selain mempunyai muatan ideologis yaitu sebagai gerakan
untuk mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan identitas, juga sebagai
penumbuh kepedulian masyarakat untuk mendorong munculnya rasa
memiliki masa lalu yang sama diantara anggota komunitas.8
Lebih rinci A.W. Widjaja mengartikan pelestarian sebagai kegiatan
atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut
Creswell penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang mengeksplorasi
dan memahami makna yang dialami individu atau grup yang berkaitan
dengan masalah sosial dan manusia. Penelitian ini bertujuan mengetahui,
mengamati, dan mengeksplorasi strategi dan upaya-upaya pelestarian Rateb
Siribee, Peneliti juga berusaha untuk menggali kemungkinan-kemungkinan
strategi yang lebih efektif dan andal terhadap fenomena tersebut. Proses
penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang
9 Asneli Wati, “Pelestarian Budaya Adat Istiadat di Desa Tanjung Alai Kecamatan
XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar”, Skripsi thesis Universitas Islam Negeri Riau
Sultan Syarif Kasim, 2014, hlm. 19
10
Asneli Wati, “Pelestarian Budaya,… hlm. 20-21
spesifik dari partisipan, dan menganalisis data secara induktif mulai dari
tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa
wawancara. Menurut Stewart & Cash (2008), wawancara merupakan sebuah
proses tanya jawab yang bersifat interaktif. Disebut interaktif karena adanya
pertukaran atau membagikan peran, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan,
motif serta informasi. Wawancara bukanlah kegiatan yang bisa dilakukan
oleh satu pihak saja karena dibutuhkan pihak lain sebagai pihak yang
memberikan jawaban (Herdiansyah, 2010). Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara dalam
penelitian fenomenologis memiliki pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan
secara terbuka dan bebas sesuai pengalaman yang dialami partisipan tanpa
mengacu pada teori spesifik tertentu. Pertanyaan dibuat sesuai dengan
pengalaman dan konteks fenomena yang dialami partisipan.11
Peneliti melakukan penelitian dengan Analisis tematik yaitu Analisis
Isi Kualitatif (AIK). AIK adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
menafsirkan isi data berupa teks secara subjektif melalui proses
pengklasifikasi secara sistematis berupa pengkodean atau tema. Analisis isi
kualitatif bertujuan untuk mengklasifikasi menjadi kategori yang
sama.12Tujuan klasifikasi adalah untuk memperoleh sebuah deskripsi yang
kaya dan padat tentang fenomena yang diteliti. Tujuan akhir analisis isi
kualitatif ini adalah mendapatkan deskripsi pengetahuan dan pemahaman
berupa konsep-konsep atau kategori tentang fenomena yang diteliti.13
Hasil Penelitian
Deskripsi Umum Tentang Rateb Siribee
Labuhan Haji yang terletak di Kabupaten Aceh Selatan telah
mendirikan majelis zikir yang diberi nama dengan Rateb Siribe (Zikir Seribu).
Majelis tersebut didirikan tepat ketika akan menyambut bulan puasa
Ramadhan di tahun 2016 oleh Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi.14
Rateb Siribee adalah suatu adagium yang dibangun oleh generasi al-
Waliyah dari Haji Mawardi Ali, beliau adalah seorang ulama besar di
Darussalam, Labuhan Haji. Adalah terminologi zikir sebanyak-banyaknya
yang kemudian dalam paradigma yang mudah dipahami adalah Rateb
Pedesaan di Aceh Modern”, Tugas Akhir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Ar-
raniry, 2017, hlm 1.
Siribee (Zikir Seribu), bukan berarti berzikir sebanyak seribu kali, melainkan
berzikir sebanyak-banyaknya dengan menghadirkan hati. Isitilah Rateb
Siribee hanyalah framing yang dibangun untuk memudahkan penyebutan
dan bersifat kualitatif.15
Dalam wawancara dengan Rahmat, ia menyatakan sejak 2002 Abuya
Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi datang ke Banda Aceh pada setiap akhir bulan
untuk melaksanakan kajian-kajian tauhid tasawuf. Namun, kajian-kajian ini
dianggap agak lambat dalam memberikan dampak terhadap masyarakat
luas, malah kerap kali mendapatkan pertentangan, bahkan ada ulama
menyatakan MPTT (Pelaksana Rateb Siribee) sesat, karena mengutamakan
tasawuf dari pada syari’at. 16 Oleh karenanya Abuya Syekh H. Amran Waly Al-
Khalidi menggagas Rateb Siribee, sebagai langkah awal untuk kajian
berikutnya tentang tauhid tasawuf.
Dalam wawancara dengan Muhammad Syarief, ia mengatakan, Rateb
Siribee berfungsi untuk menyucikan hati, membuat hati nyaman, senang,
serta senantiasa mengingat kebesaran Allah, sebagaimana fungsi zikir pada
umumnya. Secara khusus Jama’ah Rateb Siribee memiliki ciri-ciri. yakni,
senantiasa menebar kebaikan, tidak mencederai sesama muslim, dan selalu
membawa aura positif. Jamaah Rateb Siribee juga fokus berbicara tentang
tazkiyatun nufus (pembersihan hati).
Rahmat menuturkan media yang digunakan merupakan media-media
umum, yaitu dengan menggelar kajian-kajian di masjid-masjid juga di
halaqah-halaqah. Untuk penggagasannya secara internasional, ada kajian
muzakarah-muzakarah ulama. Muzakarah-muzakarah itu bertujuan untuk
memperkenalkan Rateb Siribee ke dunia internasional. Muzakarah Tauhid
Tasawuf I diadakan di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 2009, Muzakarah
Tauhid Tasawuf II di Selangor, Malaysia pada tahun 2012, dan Muzakarah
Tauhid Tasawuf III di Blang Pidie, Aceh Barat Daya pada tanggal 6-8 Juni
2014. Muzakarah III ini turut menghadirkan oleh ulama-ulama perwakilan
dari 7 negara Asean dan satu orang ulama dari Eropa, cucu dari Qutub
Rabbani Syekh Abdul Kadil Al-Jailani yaitu Dr. Syekh Mehmet Fadhil Al-
Jailani. Beliau adalah impian Al-Jilani Centre Istambul Turki dan Syekh
Tarikat Qadiriah. Muzakarah IV dilaksanakan di Cibinong, Jawa Barat pada
2019
20Wawancara dengan Muhammad Alwi, Jamaah Rateb Seribee, 15 Desember 2019
Berdasarkan hasil observasi langsung peneliti di lapangan serta hasil
wawancara, baik pengurus, jamaah dan pemerintah Kota Banda Aceh telah
mengupayakan banyak hal untuk pelestarian Rateb Siribee, seluruh pihak
yang diwawancarai meyakini upaya dan strategi yang saat ini dijalankan
merupakan strategi yang terbaik karena merupakan racikan langsung Abuya
Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi. Seluruh pihak juga yakin bahwa Rateb
Siribee sudah terlestarikan setidaknya untuk 1 dekade bahkan 2 dekade
kedepan.
Harapan-harapan
Harapan kepada masyarakat luas dari Pemerintah Kota Banda Aceh
adalah masyarakat harus saling bergandengan tangan, tak perlu mencurigai
akan kesesatan Rateb Siribee. Pengurus Rateb Siribee juga mengajak
masyarakat untuk bersama-bersama mengikuti setiap majelis Rateb Siribee
yang diadakan sebagai bentuk upaya pelestarian, tepis isu-isu negatif.
Statement yang dikeluarkan kedua pihak ini memang sesuai dengan
tingginya angka kontra terhadap Rateb Siribee, bahkan ada ulama Aceh juga
yang menfatwakan Rateb Siribee sesat. Namun, Sejauh observasi lapangan
oleh Peneliti, fatwa sesat untuk Rateb Siribee cenderung berlebihan
sebagaimana yang diungkapkan Rahmat, tujuan Rateb Siribee hanyalah
untuk mengingat Allah. Demikian pula menurut penuturan Muhammad
Syarief yang menyatakan bahwa pengajian di Rateb Siribee jarang membawa
isu miring dan cenderung datar dengan membawa pesan-pesan keagungan
Allah.
Sesuai dengan teori “Pelestarian secara umum dapat didefinisikan
sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk merawat, melindungi dan
mengembangkan objek pelestarian yang memiliki nilai guna untuk
dilestarikan. Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika
tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari
kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya
dan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang bergairah.
Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal disertasi para doktor,
jangan hanya diperbincangkan dalam seminar para intelektual di hotel
mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang kaya. Pelestarian harus
hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus diperjuangkan oleh
masyarakat luas.” Pelestarian Rateb Siribee tidak mungkin terjadi tanpa
peran para pengurus Rateb Siribee untuk turun langsung ke lapangan
menggalakkan Rateb Siribee, Rateb Siribee tidak mungkin terlestarikan tanpa
peran masyarakat luas.
Setiap strategi yang dilakukan dalam upaya pelestarian Rateb Siribee
merupakan strategi yang bersifat terus-menerus, terarah dan terpadu.
Sebagaimana pula, Kelestarian Rateb Siribee tidak mungkin berdiri sendiri,
oleh karena senantiasa berpasangan dengan perkembangan, dalam hal ini
kelangsungan hidup. Kelestarian merupakan aspek stabilisasi kehidupan
manusia, sedangkan kelangsungan hidup merupakan pencerminan
dinamika. Rateb Siribee mulai mengikuti perkembangan zaman dengan
mengupayakan penglobalisasi Rateb Siribee, juga dengan menggunakan
media kekinian untuk penyebaran informasi.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menghasilkan suatu
benang merah bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam upaya pelestarian
Rateb Siribee telah melakukan upaya terbaik mereka, Pengurus langsung
turun ke lapangan untuk penggalakan Rateb Siribee, menjalin kerjasama
dengan instansi kepolisian daerah dan kemiliteran. Serta mengadakan
muzakarah-muzakarah baik internasional maupun skala nasional.
Pemerintah Kota Banda Aceh juga telah melakukan upaya terbaik dengan
mengupayakan Rateb Gemilang dan Rateb Peringatan 15 Tahun Tsunami.
Jamaah juga telah mengupayakan pelestarian dengan senantiasa mengikuti
Rateb-Rateb Siribee di berbagai tempat.
Seluruh upaya ini juga turut diyakini dengan optimis bahwa Rateb
Siribee sudah dirasakan terlestarikan hingga satu atau dua dekade ke depan.
Referensi
Agus Dono Karmadi, “Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya Dan Upaya
Pelestariannya, Semarang, 2007
Burhanuddin Arafah, “Warisan Budaya, Pelestarian Dan Pemanfaatannya”,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Makassar,t.th
Arfah Ibrahim, “Eksistensi Majelis Zikir Dan Pembentukan Akhlak Generasi
Muda Kota Banda Aceh”, Subtantia, Volume 19 Nomor 2, Oktober
2017
Asneli Wati, “Pelestarian Budaya Adat Istiadat di Desa Tanjung Alai
Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar”, Skripsi thesis
Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim, 2014
Hamdan Rasyid, “Konsep Dzikir Menurut Al-Qur‟an dan Urgensinya Bagi
mayarakat Modern”, Jakarta: Insan Cemerlang, t.th.
Melisa Satriani, “Pengaruh Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf Terhadap
Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Kecamatan Labuhan Haji
Kabupaten Aceh Selatan”, Tugas Akhir Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat, UIN Ar-raniry, 2018.
Muhammad Arifin Ilham,dkk, Indonesia Berzikir Risalah Anak Bangsa untuk
Negeri Tercinta, Depok: Intuisi Press, 2004
Musthofa Al Makky, “Majelis Dzikir: Antara Sadar Spiritual dan Praktek
Budaya Massa”, Jurnal El-Harakah, Vol. 13, No. 1, 2012
Yuzanisma, “Rateb Siribee: Spiritualitas Dan Solidaritas Religius Masyarakat
Pedesaan di Aceh Modern”, Tugas Akhir Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat, UIN Ar-raniry, 2017.