Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL

POTRET KEBERISLAMAN PENGIKUT


TAREKAT TIJANIYAH DI LEUWIGAJAH KOTA CIMAHI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Pendekatan Studi Islam
Yang Dibimbing Oleh : Dr. Ajid Tohir, M.Ag., CIHCS.
Dr. Dadan Rusmana, M.Ag.

Disusun Oleh:
Nama : Hendro Kartika Juniawan
NIM : 2220120005

SEJARAH PERADABAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
1444 H/2022 M
1

POTRET KEBERISLAMAN PENGIKUT


TAREKAT TIJANIYAH DI LEUWIGAJAH KOTA CIMAHI
Hendro Kartika Juniawan
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung
Email: hendrojuniawan@gmail.com

Abstrak: Tulisan ini membahas tentang potret keberislaman pengikut Tarekat


Tijaniyah di Leuwigajah kota Cimahi. Penelitian ini dikategorikan sebagai
penelitian kepustakaan atau library research, dengan menggunakan metode
kualitatif. Sedangkan dalam proses analisis data penulis menggunakan teknik
observasi langsung melalui wawancara dan analisis isi atau content analysis.
Penelitian ini menemukan setidaknya terdapat tiga kesimpulan, sebagai berikut;
Pertama, Tarekat Tijaniyah merupakan tarekat yang berkembang cukup baik dan
memiliki banyak pengikut di kota Cimahi melalui aktivitas dakwah K.H. Utsman
Dhomiri yang di kenal sebagai tokoh kharismatik dan historis penggerak Laskar
Hizbullah. Kedua, Tarekat Tijaniyah sebagai tarekat yang neo-sufism sangat
relevan bagi konteks zaman modern hari ini, karena selain membangun kedekatan
spiritual antara manusia dengan Tuhan melalui konsep-konsep tasawuf namun juga
tetap memperhatikan aktivitas kehidupan duniawi secara seimbang. Ketiga,
Keberislaman seseorang tidak hanya dapat di lihat dan di ukur dari aspek
hubungannya dengan tuhan saja (mahdhah), namun juga harus di pertimbangkan
dari segi aspek hubungannya dengan lingkungan sosial (ghair mahdhah).
Kata Kunci: Tarekat, Tijaniyah, Keberislaman, Cimahi.
2

A. Pendahuluan
Islam menurut Abuddin Nata merupakan sebuah konsep agama atau
keyakinan yang didalamnya bukan hanya meliputi hubungan monoteistic antara
manusia dengan tuhan-Nya saja, namun lebih kompleks dari itu, yakni mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia secara utuh, baik dari segi aspek sosial, ekonomi,
politik, pendidikan hingga kesehatan secara komprehensif dan holistic berdasarkan
prinsip al-Qur’an dan Hadits.1

Pada perkembangan selanjutnya, seiring dengan timbulnya perbedaan


pendapat di kalangan kaum muslim dalam menjelaskan dan memahami ajaran
Islam (al-Qur‘an dan Hadits), baik secara tekstual maupun kontekstual dengan di
hadapkan pada problem sosial yang ada, pada akhirnya membentuk suatu polarisasi
pada prinsip pemahaman ajaran Islam itu sendiri, baik individu maupun kelompok
yang menghasilkan pemahaman, sikap, dan praktik ibadah serta bentuk
keberislaman yang berbeda-beda.2

Islam mulai masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M dan mulai berkembang di
abad ke-13 M melalui berbagai media seperti perdagangan, seni, tasawuf dan
pendidikan.3 Tasawuf mengambil peranan cukup signifikan bagi proses Islamisasi
di Indonesia, terutama pada abad ke-14 M dan ke-15 M, hal ini di sebabkan
besarnya relevansi antara konsep mistisme Islam dengan asketisme kepercayaan
lokal pada masa itu.4

Hingga saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan populasi umat Islam
terbesar di dunia dengan 86,7% dari penduduknya adalah muslim.5 Agama Islam
yang berkembang di Indonesia memiliki beragam bentuk dan corak ajaran serta
pemikiran yang berbeda-beda dengan di pengaruhi oleh kondisi sosial
kemasyarakatan dan budaya lokal yang ada, sehingga menghasilkan satu produk

1
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 22.
2
Irham, Bentuk Islam Faktual: Karakter dan Tipologi Islam Indonesia, (Jurnal el Harakah, Vol.
18, No. 2, 2016), hlm. 200.
3
Moeflich Hasbullah, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2012), hlm. 4-12.
4
Nurkhalis A. Ghaffar, Tasawuf dan Penyebaran Islam di Indonesia, (Jurnal Rihlah, Vol. III,
No. 1, 2015), hlm. 75.
5
The Royal Islamic Strategic Studies Center (RISSC) Tahun 2022.
3

Islam yang unik.6 Maka tidak heran kita banyak melihat bentuk keberislaman
masyarakat yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, baik individu maupun
kelompok.

Salah satu kelompok yang menarik untuk di bahas dalam penelitian ini adalah
kelompok neo-sufism yang di perkenalkan oleh Fazlurrahman, dimaknai sebagai
satu pemikiran yang membangun kedekatan spiritual antara manusia dengan tuhan
melalui konsep-konsep tasawuf dengan tetap memperhatikan aktivitas kehidupan
dunia secara seimbang. Salah satu dari sekian banyak kelompok tarekat neo-sufism
ini yang banyak berkembang dan dikenal di Indonesia dan termasuk kedalam
mu’tabarah yakni diakui kebenarannya adalah Tarekat Tijaniyah.7

Beberapa kota yang menjadi pusat perkembangan dan penyebaran Tarekat


Tijaniyah di Indonesia terkhusus di Jawa Barat sejak tahun 1920-an adalah Cirebon,
Garut, dan Cimahi.8 Salah satu tokoh terkenal yang menyebarkan Tarekat Tijaniyah
di kota Cimahi adalah K.H. Utsman Dhomiri, yang hari ini sanadnya sampai kepada
Ustadz Ade Abdurrahman, sebagai Muqodam Tarekat Tijaniyah di Kelurahan
Leuwigajah, Kota Cimahi. Hadirnya Tarekat Tijaniyah tentunya memberi warna
tersendiri bagi masyarakat kota Cimahi yang heterogen dengan berbagai macam
latar belakang sosial dan bentuk serta aliran keagamaan yang ada.

B. Studi Pustaka
Penelitian yang dilakukan penulis tidak semata-mata dibuat begitu saja tanpa
melihat karya dan tulisan lain sebagai pembanding dan pemberi ide baru. Guna
menjaga efektivitas penelitian dan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih
dalam kajian penelitian yang penulis pilih, maka penulis melakukan kajian pustaka
terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap mirip dengan tema
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Adapun tema-tema penelitian
terdahulu tersebut adalah sebagai berikut:

6
Abdul Aziz, Keragaman Islam di Indonesaia, (Bogor: Guepedia Publisher, 2019), hlm. 25-
27.
7
Mumuh Muhsin Z., Perkembangan Tasawwuf Modern di Jawa Barat, (Rembang: Makalah
Seminar Nasional, 2010), hlm. 3-4.
8
Mumuh Muhsin Z., Perkembangan Tasawwuf Modern di Jawa Barat, hlm. 4.
4

Pertama, Makalah Seminar Nasional ditulis oleh Mumuh Muhsin Z., yang
berjudul Perkembangan Tasawwuf Modern di Jawa Barat.9 Kedua Penelitian
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Faiz Rofi’i dengan tema Perkembangan Tarekat
Tijaniyah dan Kondisi Sosial Keagamaan di Bandung Tahun 1980-2004.10 Ketiga,
Jurnal yang di tulis oleh Saepul Anwar yang berjudul Tarekat Tijaniah
(Pengamalan Tarekat Tijaniah di Pondok Pesantren Al Falah Biru Garut).11
Keempat, Buku yang ditulis oleh Ikyan Badruzaman yang memiliki judul Manaqib
Syekh Ahmad al-Tijani.12
Berdasarkan hasil dari telaah kajian pustaka yang sudah dipaparkan di atas,
telah ada beragam tema dan objek kajian yang diteliti mengenai Tarekat Tijaniyah,
namun penulis tidak menemukan penelitian yang spesifik mengkaji tentang konsep
Keberislaman Pengikut Tarekat Tijaniyah. Oleh karena itu penulis beranggapan
bahwa penelitian ini sangat perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana keberislaman pengikut tarekat tersebut terkhusus di Kota Cimahi.

C. Metodologi
Penelitian yang dilakukan penulis ini dikategorikan sebagai penelitian
kepustakaan atau library research dengan objek kajian Keberislaman Pengikut
Tarekat Tijaniyah. Sedangkan teknik pengumpulan data untuk menyelesaikan
penelitian ini adalah dengan menelusuri data-data atau bahan-bahan yang
diperlukan yang berasal dari perpustakaan berupa literatur buku, ensiklopedi,
jurnal, dokumen dan lain sebagainya.13 Penulis juga menggunakan metode
kualitatif dalam proses penelitian ini, sedangkan dalam proses analisis data penulis
menggunakan teknik observasi langsung dan content analysis yang di gunakan pada
sebuah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi

9
Mumuh Muhsin Z., Perkembangan Tasawwuf Modern di Jawa Barat, (Rembang: Makalah
Seminar Nasional, 2010).
10
Ahmad Faiz Rofi’i, Perkembangan Tarekat Tijaniyah dan Kondisi Sosial Keagamaan di
Bandung Tahun 1980-2004, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2018).
11
Saepul Anwar, Tarekat Tijaniah: Pengamalan Tarekat Tijaniah di Pondok Pesantren Al
Falah Biru Garut), (Jurnal Kajian Pendidikan Agama-Ta’lim, Vol. 5, No. 2, 2007).
12
Ikyan Badruzzaman, Manaqib Syekh Ahmad al-Tijani, (Garut: Zawiyah Thariqat Tijaniyah,
2007).
13
Nursapia Harahap, Penelitian Kepustakaan, (Jurnal Iqra’, Vol. 8, No. 1, 2014), hlm. 68.
5

tertulis,14 dengan dipadukan interpretasi melalui kegiatan wawancara pada


beberapa tokoh, seperti Ade Abdurrahman sebagai Muqadam Tarekat Tijaniyah di
Leuwigajah Kota Cimahi,15 dan Ridha Romdiyani sebagai Komisi Pendidikan dan
Pengkaderan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Cimahi.16

D. Hasil dan Pembahasan


Islam hadir dalam diri seorang muslim selain sebagai pemenuh hasrat dalam
mengenal Tuhan-nya, juga sebagai way of life atau pandangan hidup yang di jadikan
landasan dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Beragam kelompok
keagamaan dan aliran hadir sebagai bentuk ekspresi dan aktualisasi dari hasrat itu
semua. Salah satu kelompok yang banyak di kenal sebagai media yang memberikan
metode dan jalan bagi pengikutnya untuk dapat maktifat dan wushul kepada Allah
Swt., adalah Tarekat. Tarekat memiliki daya tarik tersendiri bagi beberapa kalangan
di Indonesia, bahkan dalam sejarah Indonesia tarekat juga ikut terlibat dan
mewarnai beberapa peristiwa penting yang terjadi di Indonesia, salah satunya
adalah Tarekat Tijaniyah di Kota Cimahi.17

Kondisi Keagamaan di Kota Cimahi


Gambaran awal kondisi social-keagamaan masyarakat kota Cimahi secara
umum merupakan masyarakat yang heterogen dan kompleks, baik dari segi etnis
maupun agama. Sekitar 85% masyarakat kota Cimahi adalah pemeluk agama Islam,
sedangkan sebagiannya lagi adalah pemeluk agama Katolik, Protestan, Hindu,
Budha, Kong Huchu, dan Kepercayaan (Sunda Wiwitan). Beragamnya pemeluk
agama yang tinggal di kota Cimahi, membuat pemerintah membentuk sebuah
Forum Komunikasi Antar Agama (FKAA) sebagai media dalam menjaga
kerukunan dan toleransi seluruh umat beragama di kota Cimahi.18

14
Seto Mulyadi dan Heru Basuki, Metode Penelitian Kualitatif Mix Method, (Depok: Raja
Grafindo, 2020), hlm. 247.
15
Ade Abdurrahman, Laki-laki, 40 Tahun, Muqadam Tarekat Tijaniyah, Cimahi: Zawiyah
Thoriqoh Tijaniyah Cimahi, 4 November 2002.
16
Ridha Romdiyani, Perempuan, 42 Tahun, Komisi Pendidikan dan Pengkaderan MUI Kota
Cimahi, Cimahi: Sekretariat FKDT Kota Cimahi, 4 November 2022.
17
Saifuddin, dkk., Tarekat dan Intelektualitas: Studi Keterlibatan Kalangan Intelektual dalam
Tarekat TIjaniyah di Kota Banjarmasin, (Jurnal Al-Banjari, Vol. 15, No. 1, 2016), hlm. 2.
18
Nina Herliana Lubis, Sejarah Kota Cimahi, (Pemerintah Kota Cimahi, 2015), hlm. 214.
6

Agama Islam sendiri telah hadir dan berkembang di wilayah kota Cimahi
sejak abad ke-17 M, melalui lembaga dan institusi pendidikan Islam tradisional
(pondok pesantren) yang telah hadir ketika itu dan terus bermunculan hingga kini.
Beberapa pondok pesantren yang hadir paling awal di kota Cimahi adalah Pondok
Pesantren Cibeureum Kidul yang didirikan oleh Embah Mukodar pada tahun 1620
M, kemudian disusul dengan berdirinya pondok pesantren lain seperti Pesantren
Cibabat (1923 M) oleh K.H. Muhammad Kurdi, Pesantren al-Musyahadah (1960-
an) oleh K.H. Asep Saefudin, Pesantren Darussurur (1947 M) oleh K.H.
Muhammad Yahya, kemudian Pesantren At-Taqwa (1981 M) oleh H. Ahmad
Syafei dan Hj. Aisyah.19 Menariknya bila ditelusuri kembali lebih jauh kebelakang,
setiap pondok pesantren yang berdiri pada umumnya memiliki keterkaitan dan
hubungan satu sama lain baik nasab kekeluargaan maupun genelogi keilmuan
sebagai guru dan murid.
Selain agama, di kota Cimahi juga tumbuh dan subur beragam bentuk
organisasi masyarakat dan aliran keislaman yang hadir, seperti Nahdlatul Ulama
(NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Persatuan Umat Islam (PUI),
Ahmadiyah, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Lembaga
Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan lainnya yang hidup dan beraktivitas secara
berdampingan di kota Cimahi.20
Kemajemukan umat Islam dan banyaknya agama di kota Cimahi di bina
kerukunannya melalui dialog yang di fasilitasi oleh Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) Kota Cimahi yang diketuai oleh K.H. Idad Sumarta, yang
mempertemukan beragam tokoh organisasi masyarakat dari litas agama, sehingga
permasalahan dan perselisihan mengenai perbedaan ritual keagamaan dan
khilafiayah dalam penafsiran ajaran agama yang selama ini menjadi persoalan
utama terjadinya perselisihan antar sesama umat dapat di selesaikan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Kota Cimahi adalah potret percontohan kerukunan
beragama yang sesungguhnya bagi Negara Indonesia, karena meski wilayah

19
Nina Herliana Lubis, Sejarah Kota Cimahi…, hlm. 215-226.
20
Ridha Romdiyani, Perempuan, 42 Tahun, Komisi Pendidikan dan Pengkaderan MUI Kota
Cimahi, Cimahi: Sekretariat FKDT Kota Cimahi, 4 November 2022.
7

teritorialnya terbilang kecil, namun di dalamnya hadir dan tinggal beragam banyak
etnis dan penganut aliran keagamaan yang dapat hidup secara rukun dan
berdampingan satu sama lain tanpa perselisihan yang berarti.21
Selain aliran organisasi masyarakat yang ada, potret keberislaman di kota
Cimahi juga turut diwarnai dengan hadirnya berbagai aliran Sufistik dan Tarekat,
yang biasanya menghiasi pondok pesantren di kota Cimahi. Salah satu Tarekat yang
banyak berkembang dan memiliki banyak nilai historis di kota Cimahi adalah
Tarekat Tijaniyah. Penyebaran dan perkembangan Tarekat Tijaniyah di kota
Cimahi tidak terlepas dari peran ketokohan seorang ulama kharismatik yang
bernama K.H. Usman Dhomiri, yang kini namanya sebagai penghormatan
diabadikan dalam sebuah nama jalan di kota Cimahi, yakni Jl. K.H. Usman Dhomiri
yang bertempat di Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Sejarah dan Ajaran Thariqoh Tijaniyah di Kota Cimahi


Pendiri Tarekat Tijaniyah merupakan seorang ulama besar asal Al-Jazair
yang wafat di kota Fez Maroko, bernama Syaikh Abu al-Abbas Ahmad Ibn
Muhammad al-Tijani (W.1815 M/1230 H), yang memiliki nasab sampai kepada
Nabi Muhammad Saw., melalui garis keturunan cucu Rasulullah, Sayyidina Hasan
bin Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad Saw.22
Secara umum struktur kelembagaan Tarekat Tijaniyah terdiri atas beberapa
bagian. Pertama, Syaihulakbar atau Shahib al-Thariqah yang merupakan Syaikh
Ahmad al-Tijani sebagai pendiri Tarekat. Kedua, Khalifah sebagai seseorang yang
menerima sanad atau keilmuan thariqah langsung dari Syaikh Ahmad al-Tijani
yang memiliki wewenang dan tugas untuk menyampaikannya kepada murid-
muridnya. Ketiga, Muqaddam sebagai seseorang staf pimpinan yang berada di
bawah legitimasi Khalifah yang telah diberi wewenang serta tugas untuk memberi
Ijazah atau Talqin kepada murid-muridnya. Keempat, Murid sebagai seseorang

21
Ridha Romdiyani, Perempuan, 42 Tahun, Komisi Pendidikan dan Pengkaderan MUI Kota
Cimahi, Cimahi: Sekretariat FKDT Kota Cimahi, 4 November 2022.
22
Amir Maliki dan Muhammad Basyrul, Melacak Tarekat-tarekat Muktabar Di Nusantara,
(Kuningan: Goresan Pena, 2016), hlm. 78.
8

yang menerima Ijazah atau Talqin Tarekat Tijaniyah dari Khalifah atau Muqaddam
secara sah.23
Komponen ajaran Tarekat Tijaniyah mencakup tiga unsur wirid yang secara
umum sebagaimana tarekat mu’tabaroh lainnya, seperti istighfar, shalawat, dan
tahlil yang merupakan satu rangkaian tahap yang berkesinambungan dan saling
berperan satu-sama lain. Istighfar, berfungsi sebagai tahap yang di tempuh seorang
murid untuk membersihkan jiwa dari noda-noda maksiat dan perilaku yang
bertentangan dengan perintah Allah Swt. Shalawat, berfungsi sebagai penyuci dan
pelebur sisa-sisa noda yang ada di dalam hati, sebagai cahaya penerang bagi hati,
dan sebagai langkah untuk meningkatkan mahabbah atau kecintaan kepada Allah
dan Rasulullah. Tahlil, berfungsi sebagai tahap menuju wushul atau mendekatkan
diri kepada Allah Swt.24
Tasawuf dan tarekat mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam
percaturan sosial-politik Indonesia, terutama pada abad ke-19 M, Tarekat menjadi
sebuah motor penggerang dalam memobilisasi dan mengorganisir gerakan
kebangkitan politik keagamaan bagi melawan kolonialisme. Sehingga pada
perkembangan selanjutnya tarekat mempunyai pengaruh besar dalam berbagai
kehidupan masyarakat Indonesia, baik dari segi sosial, budaya, dan pendidikan
yang terpusat di Pondok Pesantren. Nahdatul Ulama (NU) melalui Jam’iyah
Thariqat Mu’tabarah al-Nahdiyah (JATMAN) mencatat bahwa ada sekitar 46
Tarekat di Indonesia yang telah diakui keabsahannya (mu’tabarah), salah satu
Tarekat yang berkembang di Indonesia adalah Tarekat Tijaniyah, yang memiliki
banyak pengikut di Indonesia yang berasal dari berbagai macam kalangan dan
lapisan masyarakat. 25
Tokoh yang memperkenalkan Tarekat Tijaniyah ke Indonesia terkhusus
Pulau Jawa adalah Syekh Ali al-Thayyib pada abad ke-20 M, yang merupakan
seorang ulama besar kelahiran Madinah. Beliau memperolah sanad Tarekat

23
Ikyan Badruzzaman, Khilafah Tarekat Tijaniyah Syaikhuna Badruzzaman, (Garut: Zawiyah
Thariqat Tijaniyah, 2018), hlm. 1.
24
Ahmad Faiz Rofi’i, Pengembangan Tarekat Tijaniyah dan Kondisi Sosial Keagamaan di
Bandung Tahun 1980-2004, hlm. 62.
25
Ikyan Badruzzaman, Manaqib Syekh Ahmad al-Tijani, (Garut: Zawiyah Thariqat Tijaniyah,
2007), hlm. 1-2.
9

Tijaniyah dari Syekh Adam al-Barnawi yang sanadnya tersambung sampai kepada
Syekh Ahmad al-Tijani, sebagai berikut:
1. Sayidul Wujud Sayidina Muhammad Saw.
2. Syekhuna Al-Kulbi Maktum Ahmad bin Muhammad At-Tijani
3. Muhammad Al-Gauli
4. Syekh Said
5. Syekh Al-Fahasyimi
6. Syekh Ali At-Thayyib
Diantara murid-murid Syekh Ali al-Thayyib yaitu Habib Muhammad bin
Ali al-Thoyyib berasal dari Bogor (W. 1987 M), K.H. Abbas bin K.H. Abdul Jamil
berasal dari Pondok Pesantren Buntet Cirebon (W. 1946 M), K.H. Nuh bin Idris
berasal dari Cianjur (W. 1966 M), Syekh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani
berasal dari Padang (W. 1990 M), K.H. Badruzzaman bin Muhammad Faqih berasal
dari Garut (W. 1972 M), K.H. Ustman Dhomiri berasal dari Cimahi (W. 1955 M).26
Nama yang di sebutkan terakhir, yaitu K.H. Utsman Dhomiri merupakan
ulama kharismatik kelahiran Hadramaut yang memiliki pengaruh sangat signifikan
dalam menyebarkan dakwah Islam dan mengembangkan Tarekat Tijaniyah di kota
Cimahi, sehingga dapat tersebar luas ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti
Banjaran, Soreang, Cililin, Ciwidey dan beberapa kota di Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Selain sebagai ulama, beliau juga banyak di kenal sebagai tokoh
penggerak Laskar Hizbullah yang turut serta berjuang mengusir penjajah di masa
kependudukan Jepang. Aktivitas dakwah Islam dan tarekatnya berpusat di Masjid
Baiturrokhmah RT. 04 Rw. 08 yang di dirikan pada tahun 1930 terletak di Jl. K.H.
Utsman Dhomiri, Kelurahan Padalarang, Kecamatan Cimahi Tengah. Sampai saat
ini masjid tersebut telah di jadikan sebagai Kawasan Cagar Budaya di Kota
Cimahi.27

26
Ade Abdurrahman, Laki-laki, 40 Tahun, Muqaddam Thoriqoh Tijaniyah dan Leuwigajah
Cimahi, Cimahi: Zawiyah Tarekat Tijaniyah Cimahi, 4 November 2022.
27
Ahmad Faiz Rofi’i, Pengembangan Tarekat Tijaniyah dan Kondisi Sosial Keagamaan di
Bandung Tahun 1980-2004, hlm. 73.
10

Potret Keberislaman Pengikut Tarekat Tijaniyah di Kota Cimahi


Orang yang mendalami ilmu tasawuf (sufistic) dan tarekat tentu akan
memiliki sudut pandang tersendiri dalam memahami konsep Islam dan
kebertuhanan. Maka, bila kita ingin melihat potret dan mengukur keberislaman
seseorang setidaknya kita dapat melihatnya dari 2 aspek, yakni aspek hubungnanya
dengan Tuhan (mahdhah) dan aspek hubungannya dengan lingkungan sosial (ghair
mahdhah).

Asepek Hubungan dengan Tuhan


Tarekat Tijaniyah cukup berkembang pesat di kota Cimahi dan pengikutnya
tersebar di berbagai wilayah, salah satunya di daerah Leuwigajah Cimahi. Terdapat
Zawiyah di Jl. Saradan Rt. 02 Rw. 03 Kel. Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan,
Kota Cimahi yang di bangun dan di prakarsai oleh Ustadz Ade Abdurrahman, yang
merupakan pimpinan majelis dan muqadam Tarekat Tijaniyah di kota Cimahi yang
memiliki sanad Ijazah Tarekat sampai kepada K.H. Utsman Dhomiri dan Syekh Ali
Ath-Thoyyib terus tersambung hingga kepada Syekh Ahmad al-Tijani, sebagai
berikut:
1. Sayidul Wujud Sayidina Muhammad Saw.
2. Syekhuna Al-Kulbi Maktum Ahmad bin Muhammad At-Tijani
3. Muhammad Al-Gauli
4. Syekh Said
5. Syekh Al-Fahasyimi
6. Syekh Ali At-Thayyib
7. Syekh Usman Dhomiri
8. Syekhuna Badruzaman
9. Syekh Abuy Jamhur Baduruzaman
10. Ade Abdurrahman
Beliau sangat aktif dalam mengajarkan dakwah Islam dan menyebarkan
Tarekat Tijaniyah, aktivitas dakwah beliau selain di Kota Cimahi, juga di beberapa
11

daerah lain di Jawa Barat, seperti Tangerang, Jakarta, Bekasi, Karawang,


Purwakarta, Bandung, Sumedang, hingga Majalengka.28
Ada beberapa aktivitas keagamaan yang harus dilakukan secara konsisten dan
berkelanjutan bagi seseorang yang menjadi ahli Tarekat Tijaniyah, diantaranya
adalah Pertama, lazimah yang dikerjakan setiap Pagi dan Sore yang terdiri dari
bacaan istighfar 100x, shalawat 100x, dan tahlil 100x. Kedua, wadzifah yang
dikerjakan satu kali dalam sehari yang terdiri dari bacaan istighfar 30x, shalawat
fatih 50x, tahlil 100x, dan shalawat jauharotul kamal 12x. Ketiga, hailalah yang
dikerjakan secara berjamaah setiap jum’at sore yang terdiri dari bacaan dzikir
sebanyak 1.600x.29
“Ijtima wirid hailalah sendiri biasanya dilakukan secara berjamaah di
Zawiyah Abi Samchun Koramil Padalarang Cimahi setiap hari Jum’at ba’da
Ashar, dengan kegiatan tarbiyah materi-materi keislaman dan seputar Thariqah
Tijaniyah, kemudian dilanjut dengan dzikir sebanyak 1.600x atau 1.000x” tutur
Ustadz Ade Abdurrahman. Serangkaian kegiatan wirid tersebut bertujuan untuk
membersihkan diri dari segala bentuk noda dosa, maksiat dan kemudian
berkomitmen untuk senantiasa mengamalkan segenap sunnah Nabi Muhammad
Saw.30
Maka dapat kita pahami bahwa potret keberislaman seorang pengikut tarekat
tentu selain memahami Islam dan ajarannya secara dhohir namun juga menyeluruh
meliputi aspek secara bathin. Sehingga dari segi ubudiyah dan penghambaan, tidak
hanya memaknai konsep ritual ibadah sebagai sesuatu yang transaksional antara
manusia dengan Tuhan-nya saja, namun lebih kepada membangun rasa khauf dan
raja’ kepada Tuhan dengan meraih kesempurnaan antara Syariat dan Hakikat.

28
Ade Abdurrahman, Laki-laki, 40 Tahun, Muqaddam Thoriqoh Tijaniyah dan Leuwigajah
Cimahi, Cimahi: Zawiyah Tarekat Tijaniyah Cimahi, 4 November 2022.
29
Ade Abdurrahman, Wirid Thoriqoh Tijani: Wirid Lazimah Wadzifah dan Hailalah, (Cimahi:
Yayasan Majelis Cinta Shalawat, 2021), hlm. 3-8.
30
Ade Abdurrahman, Wirid Thoriqoh Tijani: Wirid Lazimah Wadzifah dan Hailalah, (Cimahi:
Yayasan Majelis Cinta Shalawat, 2021), hlm. 9.
12

Aspek Hubungan dengan Sosial


Sebagai tarekat yang neo-sufism, tarekat Tijaniyah tidak hanya menuntut
pengikutnya untuk memfokuskan diri merajut hubungan secara transenden dengan
Tuhan, namun juga secara seimbang tetap membangun hubungan baik secara sosial.
Islam dimaknai lebih universal dan tidak kaku, sehingga itulah mengapa menurut
Ustadz Ade Abdurrahman, Tarekat Tijaniyah ini cukup relevan bagi setiap
kalangan di masa modern ini, karena dari segi amaliah cukup fleksibel dan tidak
memberatkan.31
Dakwah yang dilakukan Ustadz Ade Abdurrahman di Leuwigajah Cimahi,
disesuaikan dengan karakter dan psikologis masyarakat, sehingga hubungan
dengan masyarakat tetap terjalin dengan baik. Hal ini menurutnya tidak terlepas
dari sosialisasi dan dakwah yang di bangun secara rapi, dengan tatap berbaur
bersama masyarakat sekitar.32
Secara sosial kemasyarakatan, seseorang yang berada dalam lingkup tarekat
dan memahami ilmu tasawuf, ia akan lebih menjunjung tinggi adab dan moderat
serta toleran terhadap sesama, sehingga dalam segi hubungan ghair mahdhah antara
dirinya dengan sesama manusia yang lain akan terjalin hubungan yang harmonis
satu sama lain.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaah kepustakaan melalui metode wawancara dan analisis
konten yang telah penulis lakukan. Penelitian ini menemukan setidaknya terdapat
tiga kesimpulan, sebagai berikut; Pertama, Tarekat Tijaniyah merupakan tarekat
yang berkembang cukup baik dan memiliki banyak pengikut di kota Cimahi melalui
aktivitas dakwah K.H. Utsman Dhomiri yang di kenal sebagai tokoh kharismatik
dan historis penggerak Laskar Hizbullah. Kedua, Tarekat Tijaniyah sebagai tarekat
yang neo-sufism sangat relevan bagi konteks zaman modern hari ini, karena selain
membangun kedekatan spiritual antara manusia dengan Tuhan melalui konsep-

31
Ade Abdurrahman, Laki-laki, 40 Tahun, Muqaddam Thoriqoh Tijaniyah dan Leuwigajah
Cimahi, Cimahi: Zawiyah Tarekat Tijaniyah Cimahi, 4 November 2022.
32
Ade Abdurrahman, Laki-laki, 40 Tahun, Muqaddam Thoriqoh Tijaniyah dan Leuwigajah
Cimahi, Cimahi: Zawiyah Tarekat Tijaniyah Cimahi, 4 November 2022.
13

konsep tasawuf namun juga tetap memperhatikan aktivitas kehidupan duniawi


secara seimbang. Ketiga, Keberislaman seseorang tidak hanya dapat di lihat dan di
ukur dari aspek hubungannya dengan tuhan saja (mahdhah), namun juga harus di
pertimbangkan dari segi aspek hubungannya dengan lingkungan sosial (ghair
mahdhah).

Daftar Pustaka
A. Ghaffar, Nurkhalis. 2015. Tasawuf dan Penyebaran Islam di Indonesia. Jurnal
Rihlah, Vol. III, No. 1.
Abdurrahman, Ade. 2021. Wirid Thoriqoh Tijani: Wirid Lazimah Wadzifah dan
Hailalah. Cimahi: Yayasan Majelis Cinta Shalawat.
Ade Abdurrahman, Laki-laki, 40 Tahun, Muqadam Tarekat Tijaniyah, Cimahi:
Zawiyah Thoriqoh Tijaniyah Cimahi, 4 November 2002.
Amir Maliki dan Muhammad Basyrul. 2016. Melacak Tarekat-tarekat Muktabar
Di Nusantara. Kuningan: Goresan Pena.
Anwar, Saepul. 2007. Tarekat Tijaniah: Pengamalan Tarekat Tijaniah di Pondok
Pesantren Al Falah Biru Garut). Jurnal Kajian Pendidikan Agama-Ta’lim,
Vol. 5, No. 2.
Aziz, Abdul. 2019. Keragaman Islam di Indonesaia. Bogor: Guepedia Publisher.
Badruzzaman, Ikyan. 2018. Khilafah Tarekat Tijaniyah Syaikhuna Badruzzaman.
Garut: Zawiyah Thariqat Tijaniyah.
Badruzzaman, Ikyan. 2007. Manaqib Syekh Ahmad al-Tijani. Garut: Zawiyah
Thariqat Tijaniyah.
Faiz Rofi’i, Ahmad. 2018. Perkembangan Tarekat Tijaniyah dan Kondisi Sosial
Keagamaan di Bandung Tahun 1980-2004. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati.
Harahap, Nursapia. 2014. Penelitian Kepustakaan. Jurnal Iqra’, Vol. 8, No. 1.
Hasbullah, Moeflich. 2012. Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Herliana Lubis, Nina. 2015. Sejarah Kota Cimahi. Pemerintah Kota Cimahi.
Irham. 2016. Bentuk Islam Faktual: Karakter dan Tipologi Islam Indonesia. Jurnal
el Harakah, Vol. 18, No. 2.
14

Muhsin Z., Mumuh. 2010. Perkembangan Tasawwuf Modern di Jawa Barat.


Rembang: Makalah Seminar Nasional.
Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana.
Ridha Romdiyani, Perempuan, 42 Tahun, Komisi Pendidikan dan Pengkaderan
MUI Kota Cimahi, Cimahi: Sekretariat FKDT Kota Cimahi, 4 November
2022.
Saifuddin, dkk. 2016. Tarekat dan Intelektualitas: Studi Keterlibatan Kalangan
Intelektual dalam Tarekat TIjaniyah di Kota Banjarmasin. Jurnal Al-
Banjari, Vol. 15, No. 1.
Seto Mulyadi dan Heru Basuki. 2020. Metode Penelitian Kualitatif Mix Method.
Depok: Raja Grafindo.

LAMPIRAN
15

Gambar 1 : Foto Bersama Ustadz Ade Abdurrahman (Muqaddam Tarekat


Tijaniyah di Kota Cimahi, Jawa Barat),

Gambar 2 : Foto Bersama Ibu Ridha Romdiyani (Komisi Pendidikan dan


Pengkaderan MUI Kota Cimahi).
16

Gambar 3 : Kegiatan Ijtima' di Zawiyah Padalarang, Kota Cimahi.

Gambar 4 : Buku dan Kitab Mengenai Tarekat Tijaniyah


17

Gambar 5 : Zawiyah Tarekat Tijaniyah di Leuwigajah Kota Cimahi

Gambar 7 : Sanad dan Nasab Tarekat Gambar 6 : Foto Kegiatan Tarekat Tijaniyah
Tijaniyah di Kota Cimahi di Kota Cimahi di Hadiri oleh Bapak Ridwan
Kamil Gubernur Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai