TAUHID SOSIAL:
KONSTELASI PEMIKIRAN TAUHID MUKHTAR
AMBAI KERINCI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
- Muhamad Yusuf -
ABSTRAK:
-
Pendahuluan
Mukhtar Ambai—lahir 25 September 1902, merupakan tokoh ulama
kharismatik yang dikenal sebagai seorang ulama dan cendekia-
wan lokal yang sangat peduli terhadap kondisi keberagamaan
umat Islam Kerinci.1 Kepeduliannya sangat terasa dalam karya-
karyanya yang telah diterbitkan. Ditemukan ada empat kitab/buku
yang ditulis oleh Mukhtar Ambai. Pada setiap lembaran awal
1 Budi Vrihaspati, dkk., Tinjauan Sejarah Kebudayaan Islam Alam Kerinci, (Sungai
- 658 -
… Prosiding Lokakarya Internasional dan Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Nusantara …
2 Ada empat buah buku karangan Mukhtar Ambai yang ditemukan, dua buku
berbicara tentang tauhid dan dua bukunya lagi tentang ibadah (satu berisi ibadah mahdhah
dan satunya lagi tentang ibadah sunnah). Lebih lanjut baca Mukhtar Ambai, Risalah
Marghubah fi Qawaidah Ukhrawiyah, (Padang Panjang: Saadiyah Putra, 1971), h. 2; Mukhtar
Ambai, Risalah Falahiyah, (Padang Panjang: Saadiyah Putra, 1971), h. 2; Mukhtar Ambai,
Risalah Bahiyyah fi Itiqad Ahli al-Sunnah, (Padang Panjang: Saadiyah Putra, 1974), h. 2; dan
Mukhtar Ambai, Risalah Mardhiyah, (Padang Panjang: Saadiyah Putra, 1974), h. 3
3 Muhamad Rosadi dalam Tim Penulis Balai Litbang Agama Jakarta, Pemikiran
Moderat dalam Karya Ulama Nusantara, (Jakarta: Balai Litabang Agama, 2015), h. 136
4 Yasak, “Sejarah Pemikiran Pendidikan Karakter Syekh H. Mukhtar bin Abdul Karim
Ambai” Makalah Kuliah pada Pascasarjana IAIN Kerinci (tidak diterbitkan), 2005, h. 2
5 Yunasril Ali, dkk., Adat Basendi Syara sebagai Fondasi Membangun Masyarakat Madani
- 659 -
… PW LTN PWNU Jawa Timur …
Perdebatan Akademis
Selama ini ajaran tauhid dirasakan oleh banyak kalangan hanya
membahas masalah-masalah melangit. Misalnya Allah memiliki
sifat, Allah memiliki tangan atau tidak, bagaimana bentuk wajah
wajah Allah dan lain-lain. Semua masalah itu hanya membahas
hal-hal yang abstrak, sedangkan masih banyak sekali permasalahan
yang lebih konkret yang dihadapi umat muslim dewasa ini dan
perlu segera diatasi. Pada tataran empiris, kesan yang timbul
seolah tauhid hanya untuk diyakini dan diucapkan, tidak lebih
dari itu. Padahal praktik tauhid yang diajarkan oleh Rasulullah
tidaklah seperti itu. Tauhid tidak berhenti hanya sebatas doktrin,
tapi harus ditunjukkan melalui sikap dalam kehidupan. Rasulullah
6 Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif: Suatu
Pendekatan Fenomenologis terhadap Ilmu-ilmu Sosial, Terj. Arief Furchan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1992), h. 18
- 660 -
… Prosiding Lokakarya Internasional dan Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Nusantara …
Pembahasan
Berbicara mengenai tauhid sosial, Amien Rais, salah seorang peng-
gagas pemikiran tauhid sosial di Indonesia, mengungkapkan bahwa
konsep tauhid sosial memiliki kaitan erat dengan pengertian
7 Mukhtar Ambai, Risalah Bahiyah fi Itiqad Ahli al-Sunnah, (Padanga Panjang: Sadiyah
Putra, 1974), h. 20
8 Yasak, Guru Pesantren, Wawancara, Januari 2019
- 661 -
… PW LTN PWNU Jawa Timur …
tauhid itu sendiri, yang secara etimologis berasal dari kata wahhada-
yuwahhidu-tauhidan, berarti meng-esa-kan atau menyatukan. Ru-
musannya berupa kalimat La Ilaha illa Allah, tiada tuhan kecuali
Allah.9 Allah bersifat transenden. Karenanya tauhid menegaskan
tidak ada substansi apapun di alam ini yang dapat menjadi
“simbol Tuhan” atau yang menyerupai-Nya.10
Nilai tauhid tentang predikat Tuhan Yang Maha Esa, hanya
layak disematkan kepada Allah Swt. Konsep keagungan Tuhan ini
meski diyakini oleh setiap individu yang mengantarkannya
memahami bahwa ia hanyalah sebagai hamba Allah. Hubungan
seperti ini diikat oleh bingkai teologis, di mana seorang muslim
yang telah bertauhid setidaknya ia memiliki sisi dirinya sebagai
abdullah (hamba Allah) yang memiliki keterikatan vertikal dengan
khaliknya.11 Tidak berhenti sampai di situ, ia juga harus memiliki
kepekaan sosial dan mampu membaca lingkungan sekitarnya
sehingga mampu berperan sebagai khalifatullah fil ardh (wakil
Allah di muka bumi) untuk memakmurkan bumi sebagai ikatan
horizontal dengan sesama.12 Dengan itu, sebenarnya tauhid bisa
dimengerti dalam dua dimensi, yaitu dimensi normatifitas aqidah
dan dimensi praksis sosial. Diksi yang digunakan al-Quran
mengenai iman yang harus diikuti dengan amal shalih merupakan
otensitas ajaran tauhid. Perintah melaksanakan zakat, shadaqah,
infaq, puasa, haji, qurban dan lain-lain kesemuanya itu sangat
terkait dengan persoalan sosial.13 Sehingga kegiatan ibadah bukan
1998), h. 36
10 Mamun Murod al-Brebes, Menyingkap Pemikiran Politik Gus Dur dan Amien Rais
- 662 -
… Prosiding Lokakarya Internasional dan Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Nusantara …
Peserta Didik Kelas VII SMP Neg 2 Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran
2012/2013”, http://skripsidanptk.blogspot.com/2014/01/hubungan-keaktifan-shalat-dengan.
html, diunduh hari Selasa, tanggal 17 September 2019.
15 Nurul Hidayah dan Suwadi, “Implementasi Konsep Tauhid Sosial M. Amien Rais
di SMA Internasional Budi Mulia Dua Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII,
No. 1 Juni 2015, h. 36-38
- 663 -
… PW LTN PWNU Jawa Timur …
- 664 -
… Prosiding Lokakarya Internasional dan Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Nusantara …
- 665 -
… PW LTN PWNU Jawa Timur …
17 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam; Seri Kajian Filsafat Pendidikan
19 Yasak, “Sejarah..., h. 8
20 Yasak, “Sejarah..., h. 8
- 666 -
… Prosiding Lokakarya Internasional dan Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Nusantara …
datang dari luar pun akan mudah diantisipasi, di saat yang sama
pendidikanpun akan mudah dilaksanakan.
Pembinaan akhlak sosial dirasa sangat urgen sampai-sampai
Mukhtar Ambai21 menegaskan bahwa orang yang memiliki akhlak
itu lebih baik daripada orang yang memiliki ilmu tapi tidak
memiliki akhlak. Orang-orang seperti ini hanya menjadi sumber
masalah atau kerusakan dalam masyarakat, bahkan acap kali ilmu
mereka dipergunakan untuk hal-hal yang merusak tatanan
masyarakat yang telah mapan. Hal ini disandarkan oleh Mukhtar
Ambai pada pepatah Arab “al-adab fauqa al-ilm” bahwa
adab/akhlak berada di atas ilmu. Ilmu tidak akan bermakna bila
tidak dilandasi dengan akhlak yang baik (akhlakul karimah).
Apalagi bagi seorang guru, sebelum ia mengajar, terlebih
dahulu sudah harus memiliki akhlak untuk dicontoh dan
diteladani murid-muridnya, di antaranya sifat pemaaf dan ikhlas.
Guru juga harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap
keberhasilan para muridnya baik ketika mereka masih di bangku
sekolah maupun nanti setelah mereka menamatkan studi.22 Bukan
hanya memiliki akhlak, seorang guru juga harus mengamalkan
ilmu yang dipelajarinya, sebab ilmu bukan hanya untuk konsumsi
sendiri tapi juga bagi kemaslahatan orang banyak. Begitupun bagi
murid, harus dapat menjaga adab terhadap guru, terhadap
sesama maupun terhadap pelajaran. Di antara adab yang harus
dijaga oleh murid ketika belajar adalah membaca “Bism Allah al-
Raman al-Rahim” setiap memulai suatu pelajaran dan menutupnya
dengan berdoa kepada Allah Swt. agar ilmu yang dipelajari
menjadi berkah. Di samping itu, ia juga selalu menekankan
bahwa “belajar harus melalui guru”, sebab dikhawatirkan akan
menimbulkan kekeliruan dalam memahami isinya.23 Kesemua ini
21 Yasak, “Sejarah..., h. 5
22 Yasak, “Sejarah..., h. 7
23 Yasak, “Sejarah..., h. 6
- 667 -
… PW LTN PWNU Jawa Timur …
24 Wan Mohn Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al
26 Yasak, “Sejarah..., h. 6
- 668 -
… Prosiding Lokakarya Internasional dan Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Nusantara …
terhadap Tujuan Pendidikan Islam”, Jurnal at-Tadib Vol II, No. 2, Desember 2016, h. 278
29 Muhammad Ismail Yusanto, dkk. Menggagas Pendidkan Islami, (Bogor: Al Azhar
Press, 2002), h. 46
30 Suyatno, Sekolah Islam Terpadu; Filsafat, Ideologi, dan Tren Baru Pendidikan Islam di
Indonesia, Jurnal Pendidikan Islam, Volume II, Nomor 2, Desember 2013/1435, h. 360
- 669 -
… PW LTN PWNU Jawa Timur …
Penutup
Mukhtar Ambai adalah sosok ulama lokal yang pernah belajar di
Makkah memiliki kharisma yang sangat tinggi. Ia sangat tegas
dalam bidang aqidah atau tauhid tapi juga sangat sederhana dan
santun dalam kesehariannya, maka tidak heran kalau beliau
sangat dikenal dengan sebutan ulama Kerinci yang kharismatik
dan santun.
Mengenai pemikiran tauhid sosial Mukhtar Ambai dapat
dideteksi dari kitab dan sumber-sumber lainnya. Akhirnya dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran dalam Islam harus
diarahkan kepada penananam dan penguatan ajaran tauhid bagi
peserta didik. Pembelajaran tauhid ini melahirkan kesadaran bahwa
manusia adalah hamba Allah yang dituntut melakukan ketun-
dukan kepada sang khalik. Di sisi lain, manusia juga diberi kesem-
patan menjadi khalifah Allah untuk mengatur dan memakmurkan
bumi. Pada posisi ini manusia di samping sebagai hamba Allah
yang harus selalu taat beribadah kepada Allah, sekaligus juga
dipercaya sebagai wakil-Nya di bumi untuk menjaga kelestarian
dan keharmonisan alam. Pada posisi ini manusia dituntut untuk
dapat menjaga keharmisan hubungan manusia dengan sesamanya
dan juga dengan alam lingkungannya. Ajaran tauhid yang meng-
esa-kan Allah Swt harus mampu mewujud konkret dalam realita
sosial pergaulan hidup manusia. Keyakinan kepada Allah dan
sifat-sifatnya harus mampu diejawantahkan dalam hubungan
sesama dan dengan alam sekitar. Inilah hal dasar yang mesti
diajarkan dalam pendidikan Islam yang akan melahirkan pribadi-
pribadi yang taat menjalankan agama serta memiliki akhlak yang
mulia.
***
- 670 -
… Prosiding Lokakarya Internasional dan Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Nusantara …
DAFTAR RUJUKAN
Aibak, Kutbudin. (2009). Teologi Pembacaan dari Tradisi Pembacaan
Paganis Menuju Rabban. Yogyakarta: Teras
Al-Brebes, Mamun Murod. (1999). Menyingkap Pemikiran Politik
Gus Dur dan Amien Rais tentang Negara. Jakarta: Grafindo
RajaPersada
Ali, Yunasril. dkk. (2005). Adat Basendi Syara sebagai Fondasi
Membangun Masyarakat Madani di Kerinci. Jakarta: Gaung
Persada Press
Ambai, Mukhtar (1971). Risalah Marghubah fi Qawaidah Ukhrawiyah.
Padang Panjang: Saadiyah Putra
-------------- (1971). Risalah Falahiyah. Padang Panjang: Saadiyah
Putra
-------------- (1974). Risalah Bahiyyah fi Itiqad Ahli al-Sunnah. Padang
Panjang: Saadiyah Putra
-------------- (1974). Risalah Mardhiyah. Padang Panjang: Saadiyah
Putra
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. (1992). Pengantar Metode
Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Fenomenologis terhadap
Ilmu-ilmu Sosial, Terj. Arief Furchan. Surabaya: Usaha
Nasional
Daud, Wan Mohn Nor Wan. (2003). Filsafat dan Praktik Pendidikan
Islam Syed M. Naquib al Attas. Bandung: Mizan Media
Utama
Hidayah, Nurul dan Suwadi, “Implementasi Konsep Tauhid Sosial
M. Amien Rais di SMA Internasional Budi Mulia Dua
Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 1
Juni 2015, h. 36-38
Maftukhin, Anis. (2009). Krisis Intelektual Islam, Selingkuh Kaum
Cendekiawan dengan Kekuasaan Politi. Jakarta: Erlangga
Nata, Abuddin. (2001). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam; Seri
Kajian Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada
- 671 -
… PW LTN PWNU Jawa Timur …
- 672 -