BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
waktu.1
Dilihat dari segi tujuan Islam diturunkan tidak lain adalah untuk
1
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 8.
1
2
dalam masyarakat.2
satu prasyarat penting bagi para penuntut ilmu dan kepada siapa ilmu
Islam terdapat tiga komponen penting yang harus dimiliki oleh mu‟allim dan
realitas bahwasanya ilmu dan segala sesuatu yang ada terdiri dari hierarki
cerdas tetapi adabnya membuat cemas. Adab kepada kepada Allah SWT,
Rasulullah SAW, orang tua, guru, tetangga, teman sebaya, bahkan diri
2
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: AMZAH, 2017), h. 27.
3
Hanafi, Urgensi Pendidikan Adab Dalam Islam (Saintifica islamica: Jurnal Kajian
Keislaman Volume 4 NO.1 Januari-Juni 2017), h. 72.
4
Jihad Wafda, Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Tidak Mengenal ‘Adab, (Jurnal
TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni 2015). hlm. 111
3
menghormati yang lebih tua dan kasih sayang pada yang lebih muda.5
merupakan perbuatan yang dimuliakan Allah Swt. Ja’far ash-Shadiq r.a telah
berkata, “Apabila kamu duduk bersamu tamu dalam suatu perjamuan, maka
Tetapi belanja yang dikeluarkan untuk tamu dan teman, niscaya tidak akan
modern sekarang ini. Menerima dan memuliakan tamu merupakan salah satu
wujud yang efektif. Salah satu bentuk memuliakan para tamu adalah dengan
cara menjaga adab-adab atau etika yang berlaku ketika seseorang kedatangan
5
Indra Fajar Nurdin, Perbandingan Konsep Adab Menurut Ibn Hajar Al-‘Asqalany
dengan Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jurnal Pendidikan Islam: Volume IV,
Nomor 1, Juni 2015/1436), h. 163-164
6
Imam Al-Ghazzali, Ihya’ Ulumuddin: Menghidupkan ilmu-ilmu Agama (Bandung :
MARJA), h.319
4
yaitu tidak mengucapkan salam kepada tuan rumah saat bertamu, masuk ke
rumah tanpa seizin tuan rumah, bagi tuan rumah masih ada yang membeda-
bedakan tamu (lebih mengistimewakan tamu yang lebih kaya dari pada tamu
baik berasal dari orang tua, guru ataupun dengan cara mengakaji buku-buku,
antara Damaskus, Yerussalem, Hijaz, dan Thus yang berisi paduan antara
atau etika dalam memuliakan tamu. Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-
Ghazzali yang mana kitab ini menjadi rujukan bagi masyarakat khususnya
dalam adab memuliakan tamu. Meskipun kitab aslinya berbahasa Arab, akan
7
Izzudin Ismail, Biografi Imam Al-Ghazali, (Jakarta : Qaf Media Kreativa, 2019), hlm. 40
6
dalam memuliakan tamu. Maka dari itu peneliti mengambil judul “Konsep
B. Penegasan Istilah
ini, maka penegasan istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
1. Konsep
tersebut terdapat suatu gagasan atau ide yang akan dilaksanakan atau
8
Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Hlm. 520.
7
memiliki ciri-ciri, karakter, atau atribut yang sama dalam satu kelompok
objek dari suatu fakta berupa benda, proses, peristiwa dan fenomena yang
2. Pendidikan Islam
atau pribadi agar bisa: menghadapi kehidupan ini secara sempurna, hidup
bahagia, cinta tanah air, kuat jasmani, sempurna akhlaknya, teratur dalam
3. Memuliakan Tamu
9
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan Library Research (Malang: Literasi
Nusantara, 2020).
10
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja
Grafindo persada, 2013), h.198.
8
kaya atau orang miskin, Juga dalam hadis tersebut menganjurkan untuk
menjamu tamu dengan apa saja yang dimiliki walaupuan hanya sedikit,
Dapat pula dikatakan baik buruknya iman seseorang dapat dilihat dari
keyakinan seseorang akan balasan ketika berbuat baik kepada orang lain
4. Imam Al-Ghazali
al- Ghazali adalah nama lengkap dari Imam al-Ghazzali. Lahir di Thus,
Tepatnya lahir pada tahun: 450 Hijriyah. Wafatnya pun di negeri kelahiran
besar. Di samping itu juga masyhur sebagai seorang ahli fiqih dan tasawuf
yang tidak ada tandingannya di zaman itu, sehingga karya tulisnya yang
berupa kitab “Ihya’ Ulumuddin” dipakai oleh seluruh dunia Islam hingga
kini.
11
A. Mudjab Mahali, Pembinaan Moral Di Mata Al-Ghazali, BPFE : Yogyakarta, 1984, hal 1
9
C. Identifikasi Masalah
sebagai berikut:
tamu.
memuliakan tamu.
memuliakan tamu.
D. Pembatasan Masalah
E. Rumusan Masalah
memuliakan tamu?
F. Tujuan Penelitian
memuliakan tamu.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
baik terhadap Allah, diri sendiri, maupun orang lain serta dapat
11
pendidikan.
tamu.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
dari ajaran Islam. Berbagai konsepsi dan hipotesa yang berasal dari agama
Islam dari al-Qur’an dan sunnah Nabi yang diungkapkan oleh para sahabat
Islam.12
SWT:
12
Muhammad Nafi, Pendidikan dalam
12 Konsepsi Imam al-Ghazali, (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2017), h. 29.
13
pendidikan itu bukan hanya didapatka oleh peserta didik disekolah tetapi
awal atau mulanya pendidikan itu didapatkan dirumah terutama dari ayah
dan juga anak-anaknya agar menjadi keluarga yang taat kepada perintah
13
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: Raja
Publising,2011), h. 63.
14
Muhammad Nafi, Pendidikan dalam Konsepsi Imam al-Ghazali, (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2017), h. 30.
14
menuju tujuan akhir pendidikan islam yaitu seseorang yang beriman dan
beribadah tulus hanya kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah SWT:
mengajarkan ilmunya. Orang yang seperti ini disebut ‘alim rabbany jika
salah satu untuk tidak dimiliki maka tidak disebut ‘alim rabbany.17 Agama
manusia yang tidak memiliki derajat. Oleh sebab itu orang yang berilmu
15
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: Raja
Publising,2011), h. 560.
16
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Semarang: Raja
Publising,2011), h. 523.
17
Muhammad Nafi, Pendidikan dalam Konsepsi Imam al-Ghazali, (Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2017), h. 30.
15
2. Pendidikan Islam
which enables a men to lead his life according to the Islamic ideology, so
that he may easily mould his life in accordance with tenetn of Islam.20
18
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 22.
19
Dayun Riadi, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), h.6
20
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2017), h. 27
16
Sejalan dengan misi agama islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi
21
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 23-26.
22
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 23-26.
17
Nya.
yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses
23
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 23-26.
24
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 27.
19
tujuan akhir.
3. Memuliakan Tamu
Abuddin Nata , Akhlak Tasawuf dan karakter Mulia, (Jakarta :Kharisma Putra
25
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya. Hal
kualitas seorang Muslim bisa diukur ketika bisa dan tidaknya memuliakan
menjamu tamu itu dibatasi tiga hari dan setelahnya sidekah dan tidak halal
kebenaran iman adalah bertutur kata yang baik, memuliakan tetangga dan
memuliakan tamu. Jika ditinjau dari konteks sosial masyarakat pada masa
kaya atau orang miskin, Juga dalam hadis tersebut menganjurkan untuk
menjamu tamu dengan apa saja yang dimiliki walaupuan hanya sedikit,
Dapat pula dikatakan baik buruknya iman seseorang dapat dilihat dari
keyakinan seseorang akan balasan ketika berbuat baik kepada orang lain
26
Mudhofatul Afifah, Pendidikan Akhlak Masyarakat persepektif Hadist (Al-Imam: Jurnal
Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 2. No.2, 2018), h. 272.
22
ridha dari Allah SWT. Setiap muslim wajib hukumnya untuk memuliakan
tamunya, tanpa memandang siapa pun orangnya yang bertamu dan apapun
akhirat. Memuliakan tamu merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat
27
Irdawati Saputri , Konsep Penafsiran Hadits Memuliakan Tamu Terhadap
Perilaku Masyarakat Di Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Jurnal Ushuluddin Adab
dan Dakwah (2019) 2 (1),Hlm.48.
28
Irdawati Saputri , Konsep Penafsiran Hadits Memuliakan Tamu Terhadap
Perilaku Masyarakat Di Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Jurnal Ushuluddin Adab
dan Dakwah (2019) 2 (1),Hlm.49.
23
Setiap orang Islam telah diikat oleh suatu tata aturan supaya hidup
ataupun suku. Hak-hak mereka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh
kuat iman seorang, maka semakin ramah dan santun dalam menyambut
tamu akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih bernilai baik di
Setiap saat, sering dihadapkan pada satu kenyataan bahwa ada urusan
yang harus diselesaikan dengan segera, namun sisi lain ada seorang tamu
29
Irdawati Saputri , Konsep Penafsiran Hadits Memuliakan Tamu Terhadap
Perilaku Masyarakat Di Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Jurnal Ushuluddin Adab
dan Dakwah (2019) 2 (1),Hlm.49.
24
Islam yang harus terus dijaga. Menerima tamu dengan penyambutan yang
setiap tamu yang datang dengan penyambutan yang penuh suka cita.
tuan rumah (suuzan). Sebagai tuan rumah sabar dalam menyambut tamu
B. Telaah Pustaka
30
Irdawati Saputri , Konsep Penafsiran Hadits Memuliakan Tamu Terhadap
Perilaku Masyarakat Di Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe. Jurnal Ushuluddin Adab
dan Dakwah (2019) 2 (1),Hlm.48-51
25
manis dan tutur kata yang lemah lembut, mempersilahkan duduk di tempat
yang baik. kalau perlu, disediakan ruangan khusus untuk menerima tamu
yang selalu dijaga kerapian dan keasriannya yang sesuai dengan Hadits
2. Jurnal penelitian Sohrah. 2016, yang berjudul :” Etika Makan dan Minum
kesimpulan bahwa Etika makan dan minum dalam perspektif syariah terbagi
kanan dan meraih makanan yang ada di depan, b) larangan makan dan
minum sambil berdiri, c) makan dengan tiga jari dan menjilat jari jemari dan
larangan makan terlalu kenyang, g) berdo’a selesai makan dan minum. Etika
26
makan dan minum yang diajarkan dalam syariat Islam pada prinsipnya
yang membolehkan dan hadis yang seolah-olah melarang makan dan minum
hadis. Makan dan minum sambil berdiri pernah dilakukan oleh Nabi tetapi
berdiri. Akan tetapi akan lebih baik atau disunnahkan untuk makan dan
undangan yang tidak mungkin bagi mereka untuk makan dan minum sambil
berdiri.
27
B. Kerangka Teoritik
Imam Al-Ghazali
Memuliakan Tamu
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dokumentasi, majalah, jurnal, dan surat kabar.31 Penelitian ini mempunyai cirri-
ciri yaitu, peneliti berhadapan dengan teks, data pustaka bersifat siap pakai,
peneliti menerima bahan dari tangan ke dua, dan kondisi data pustaka tidak di
batasi ruang dan waktu. metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek
31
Zubaedi. Pedoman Penulisan Skripsi (Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, 2015) Hlm.14.
29
secara sistematik dan akurat mengenai pristiwa historis dan peristiwa fikiran.
Ihya Ulumuddin.
dan hasil penelitian lain yang berkaitan dengan konsep bidang yang
32
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan, (Malang: Literasi Nusantara, 2019), h. 29-30.
30
2004.
Pers 2014.
2020
2017
makalah atau artikel, majalah, jurnal, web (internet), atau informasi lainnya
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, jurnal, dan sebagainya yang
Imam Al-Ghazzali.
data yaitu upaya peneliti untuk menjamin kesahihan data dengan menunjukkan
31
netralias dan objektivitas data yang diperoleh dan menggunakan jurnal untuk
data yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan Kitab
Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazzali, baik berupa buku, jurnal, dan
selesai pengumpulan data. Apabila data yang diperoleh belum sesuai dengan
tujuan penelitian, maka pengambilan data dilanjutkan sampai data yang diperoleh
kredibel. Menurut Miles dan Huberman terdapat tiga macam kegiatan dalam
1. Reduksi Data
Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat
33
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan, (Malang: Literasi Nusantara, 2019), h. 64.
34
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (Malang: Literasi Nusantara, 2019),
hlm. 61.
32
yang signifikan.35
Pada tahap awal ini peneliti melakukan reduksi data dengan cara
penelitian tersebut.
2. Data display
Pada penelititan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan cara dalam
bentuk uraian singkat, bagan, grafiks, matriks, hubungan antar kategori, dan
tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah kita raih. Dengan
demikian, kita sebagai seorang peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi
data for qualitative reserch data in the past has been narrative text”. Paling
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2019), h. 249.
33
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan display data, maka akan
data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, netwrok
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
pendidikan.
ibn Muhammad al-Ghazali. Beliau lahir pada tahun 1058 M di kota Thus,
dari keluarga yang sangat miskin dan buruh kasar. Ayahnya seorang
adalah salah seorang pemikir besar Islam yang dianugerahi gelar Hujjatul
Islam (bukti kebenaran agama Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama).
36
Izzudin Ismail, Biografi Imam Al-Ghazali (Lebih Mengenal Sang Hujjatul Islam),
(Jakarta Selatan: PT, Qaf Media Kreativa, 2019), h. 19.
35
35
menguasai dengan sangat baik fiqih mazhab Syafi’i dan fiqih khilaf, ilmu
Imama Haramaini yaitu al-Juwaini yang memiliki 400 orang murid, tiga di
Ahmad bin Muhammad, dan Ghazali. Setelah kejadian itu Ghazali pergi
filosof. Pada periode ini pula ia menderita krisis rohani sebagai akibat
37
Izzudin Ismail, Biografi Imam Al-Ghazali (Lebih Mengenal Sang Hujjatul Islam),
(Jakarta Selatan: PT, Qaf Media Kreativa, 2019), h. 19.
36
yang bersifat empiris maupun rasional. Akibat krisis ini, ia menderita sakit
b. Pendidikan al-Ghazali
Ghazali:
swasta, kedua anak itu menghafal al-Qur’an dalam waktu yang sangat
(Defenden).
38
Purwanto, Ihya’ Ulumuddin menghidupkan ilmu-ilmu agama (1) (Bandung: MARJA,
2009). h. 12.
37
Islam yang sangat produktif dalam menulis. Dalam masa hidupnya, baik
mengarang.39
Hingga dikatakan bahwa ia memiliki 999 buah tulisan. Ini memang sulit
39
Ahmad Zaini, Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali (Esoterik: Jurnal Akhlak dan
Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016), h. 152-153
38
percaya.”
Daudy penelitian paling akhir tentang jumlah buku yang dikarang oleh al-
al-Ghazali yang terdiri atas 72 buah kitab. Kedua, kelompok kitab yang
diragukan sebagai karyanya yang asli terdiri atas 22 buah kitab. Ketiga,
tafsir al-Quran, ilmu kalam, ushul fikih, tawasuf, mantiq, falsafah, dan
segi agama).
ilmu).
nama-nama Tuhan)
pendapat).41
akhirnya di Naisabur pada Imam Juwaini sampai yang terakhir ini wafat
41
Ahmad Zaini, Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali (Esoterik: Jurnal Akhlak dan
Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016), h. 152-153
40
Kepergiannya ditangisi oleh para ulama, para santrinya, dan jutaan umat
teladan, dan keilmuannya yang tak lekang oleh zaman. Hingga detik ini,
karya-karyanya dan namanya masih terus dikaji dan dibaca oleh umat
42
Ahmad Zaini, Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali (Esoterik: Jurnal Akhlak dan
Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016), h. 150
43
M. Ghofur Al-Lathif, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (Yogyakarta: Araska, 2020), h. 163.
41
yang sangat dihormati. Beliau telah menyusun karya besar pada masanya,
kitab Ihya’ Ulumuddin. Sebagaian isi kitab ini dibacakan kepada murid-murid
dan para santri, sayangnya iklim para pengajar di sana belum mendukung Al-
Ghazali.44
penerbit bulaq pada tahun 1269,1279,1282, dan 1289; Istambul pada tahun
1321; Teheran pada tahun 1293; dan Darul Qalam Beirut tanpa tahun.45
penyucian jiwa yakni menyeru kepada kebersihan jiwa dalam beragama, sifat
takwa, konsep zuhud, rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan
thaharah dan salat , adab-adab terhadap al-Quran, zikir dan doa, penerapan
44
Izzudin Ismail, Biografi Imam Al-Ghazali (Lebih Mengenal Sang Hujjatul Islam),
(Jakarta Selatan: PT, Qaf Media Kreativa, 2019), h. 33-34
45
Imam Al-Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2016), h. 5.
42
akhlak.
Ihya’ adalah sebuah ilmu pengetahuan yang lebih berorientasi pada tindakan
Rubu’ Adat Kebiasaan, terdiri atas: (1) Kitab Adab Makan, (2) Kitab
Adab Pernikahan, (3) Kitab Hukum Berusah, (4) Kitab Halal dan Haram, (5)
Kitab Adab Berteman dan Bergaul, (6) Kitab ‘Uzlah , (7) Kitab Bermusafir,
(8) Kitab Mendengar dan Merasa, (9) Kitab Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar,
46
M. Ghofur Al-Lathif, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (Yogyakarta: Araska, 2020), h. 141.
43
membiasakan diri dalam mempraktikan perbuatan baik sejak dini dan kedua
B. Analisis Data
a. Adab Mengundang
apalagi kafir.48
47
M. Ghofur Al-Lathif, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (Yogyakarta: Araska, 2020), h. 142
48
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 323.
44
pertemuan itu. Sebab orang yang bertaqwa artinya orang yang taat
kepada Allah Swt, jika kita mengundang orang yang fasik maka akan
silahturahmi.49
miskin, karena kalau tidak, tentu akan menyakitkan hati yang tak
diundang.
49
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 323.
45
tersebut.50
atau orang yang biasa menolak undangan, atau orang yang tidak
mengundang orang yang dusenangi orang banyak dan biasa tidak akan
50
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 323.
46
dia dalam ketaatan, dan memberi makan orang fasik sama dengan
dari memuliakan tamu yang dapat menimbulkan akhlak yang baik dan
antara sesama.
oleh Rasullah Saw. Sebagian ulama malah mengatakan “wajib”. Nabi Saw
bersabda, “Apabila aku diundang untuk makan kaki kambing, maka aku
undangan:52
karna itu, orang yang hanya memenuhi undangan orang kaya dan tidak
takabur, dan hal itu sangat bertentangan dengan sunnah Nabi . Adapun
bin Ali Pada suatu ketika, Hasan bin Ali Ra melewati sekumpulan
orang miskin yang suka meminta-minta di sisi jalan. Mereka pada saat
itu memakan makanan di tempat yang berdebu dan kotor. Hasan bin
Ali, yang berada di atas unta, memberi salam kepada mereka, dan
Maka beliau turun dari untanya, lalu duduk bersama mereka di atas
tanah dan makan bersama. Setelah selesai, beliau memberi salam dan
mil.”53
53
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 324.
54
Abdullah, Syarah Hadis Arba’in (Sukuharjo: Darul Fikr, Riyadh, 1997), h. 17
49
meringkas shalatnya.
meneruskan puasa (sunnah) akan lebih baik bagi dirinya, dan jamuan
untuk orang yang berpuasa adalah aroma yang harum, air mawar, dan
akan membawa diri kita dekat kepada Allah Swt. Seorang ulama salaf
Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu, dia berkata: Aku
57
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 325.
52
ِ هللا َور ُسوهِلِ ات و نَّام ِللُك ِّ امري ٍء ما ن ََوى فَ َم ْن اَك ن َْت جِه َْرتُ ُه إىل ِ َّإ ن َّ َما األ َمعال ابلنِّي
هللا َور ُس ِإْوهِل ِ و َم ْن اَك ن َْت جِه َْرتُ ُه دِل ُ نْ َيا يُ ِص ْيهُب ا أو امرأ ٍة ي َ ْن ِك ُحهَا فه ِْج َرتُ ُه إىل ماِ فه ِْج َرتُ ُه إىل
هَا َج َر إليه
Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia
mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa
yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu adalah
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena
dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.(Diriwayatkan oleh
Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al
Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi, dalam kitab shahih mereka
yang merupakan kitab hadits paling shahih)
dosa.
Selain itu nilai keadilan juga dilihat dengan tidak membedakan antara yang
kaya dengan yang miskin, tidak boleh memandang atau memilih yang kaya
saja. Jika kita diundang maka datangilah undangan tersebut karena akan
bagus.
duduk saja tanpa izin dengan tuan rumah maka akan terkesan buruk di
mata para tamu lainya. Dimanapun dan dengan siapapun kita berada
sehingga tamu lainnya kesal menunggu kita, dan jangan pula terlalu
pengundang maka kita harus bersegera untuk datang dan tidak boleh
agak sesak. Jika tuan rumah menunjukkan suatu tempat kepada kita
mengharapkan makanan yang terbaik dari tuan rumah, kita tidak tau
baik.
tuan rumah harus menunjukkan tempat shalat dan arah kiblat, tempat
yang di butuhkan oleh seorang tamu seperti tempat pencuci tangan dan
lain-lainya.
kemunkaran itu kalau sanggup, dan kalau tidak, kita ingatkan dengan
melihat ada hal yang buruk dalam perjamuan yang di hidangkan oleh
tuan rumah misalnya tempat nampan makan itu dari emas, ada juga
memperhatikan tata krama dan perilaku yang baik di depan umum. Tidak
56
daging sapi yang dibakar. Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman:
61
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 326.
57
setan, kecuali dalam lima hal, dan kelimanya merupakan sunnah Nabi
a) Jika ada, yang pertama sekali harus disajikan kepada tamu adalah
buah atau jus buah, karena buah baik bagi kesehatan dan
buahan dan karena itu kita dianjurkan untuk menyukai buah.63 Allah
Ta’alah berfirman,
jalla berfirman,
adalah daging”. Pengertian dari ayat ini, daging dan cairan yang
manis (seperti madu) adalah makanan yang baik dan lebih baik.
menambah kecantikan.64
makanan yang lebih baik dan lebih banyak. Perilaku ini bertentangan
oleh tuan rumah untuk menjadi orang yang terakhir untuk menyantap
hidangan.
64
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 326.
65
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 326.
60
tamu.66
dan riya’. Tetapi boleh melebihkan makanan bagi tamu dengan tujuan
Pada waktu itu, Sufyan ats-Tsauri berkata kepadanya, “Ya, Abu Ishaq,
66
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 326.
67
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 326.
61
lain. Jika kita ingin menyuguhkan makanan kepada tamu, maka kita
yang menjamu.
68
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 327.
62
banyak shalat”.69
tiga hari. Kalau lebih dari itu, kadang-ladang tuan rumah kesal atau
Saw bersabda, “Memuliakan tamu itu tiga hari, dan selebihya adalah
sedekah”.
69
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin: menghidupkan Ilmu-ilmu Agama (Bandung:
Marja, 2009), h. 327.
63
tinggal lebih dari tiga hari, maka tamu boleh menginap beberapa hari
lagi. Dan disunnahkan bagi tuan rumah menyediakan tempat tidur bagi
tamunya.
pendidikan Islam adab ketika mau pulang dari jamuan makan, jika sudah
perlakuan yang terbaik, karena akan meninggalkan kesan yang baik bagi
orang yang di undang. Pada saat kita diundang inilah, kita memperlihatkan
akhlak sebagai tamu kepada tuan rumah sebagai ucapan terima kasih
a. Adab mengundang
sebaiknya diasingkan.
menghadirinya.
Hak seorang muslim (yang harus ditunaikan) atas muslim lainnya ada
harus memenuhinya.”
mereka.71
71
Fuad, Kumpulan Adab Islami Etika Seorang Muslim Sehari-hari (Jakarta: Griya
Ilmu, 2019), h. 111-112
65
(HR. Bukhari)
dalam buku karangan Fuad bin Abdil Aziz Asy-syalhub bahwa puasa
72
Fuad, Kumpulan Adab Islami Etika Seorang Muslim Sehari-hari (Jakarta: Griya
Ilmu, 2019), h. 110
66
dalam beberapa riyawat lain dari Imam Ahmad dan selainnya bahwa yang
sebaiknya diasingkan.
73
Fuad, Kumpulan Adab Islami Etika Seorang Muslim Sehari-hari (Jakarta: Griya
Ilmu, 2019), h. 113
74
Fuad, Kumpulan Adab Islami Etika Seorang Muslim Sehari-hari (Jakarta: Griya
Ilmu, 2019), h. 111-112
67
menghadirinya.
seorang muslim (yang harus ditunaikan) atas muslim lainnya ada lima
memenuhinya.”
mereka.
hingga melampaui batasan yang bisa diterima oleh akal sehat. Karena,
Akan tetapi, tidak ada batasan yang bisa dijadikan patokan untuk
perkataan kami ini; dalam hal membebani diri atau tidak. Namun, yang
menganggap suatu perkara sebagai hal yang berlebihan, maka hal ini
tergolong pembebanan diri yang berlebihan, dan jika tidak maka hal ini
bersabda :76
َوطَ َعا ُم اَأْل,َ َوطَ َعا ُم ااْل ِ ْثنَ ْي ِن يَ ْكفِ ْي اَأْل رْ بَ َعة,طَ َعا ُم ْال َوا ِح ِديَ ْكفِ ْي ااْل ِ ْثنَي ِْن
َبَ َع ِة يَ ْكفِ ْي الثَّ َما نِيَة.
Makanan untuk seorang cukup untuk berdua, makanan untuk tiga
orang cukup untuk berempat dan makanan untuk empat orang cukup
untuk delapan orang.(HR.Muslim,no 2059)
Adapun sunnah Rasulullah Saw. Beliau mendoakan tamu setelah
mendoakan mereka.
lalu mengucapkan:
76
Fuad, Kumpulan Adab Islami Etika Seorang Muslim Sehari-hari (Jakarta: Griya
Ilmu, 2019), h. 112.
70
doa bagi orang yang berbuat baik, bagi orang yang telah melayani , dan
berdoa:
Mau Pulang dari undangan jamuan makan , Adab ini telah diterangkan
77
Fuad, Kumpulan Adab Islami Etika Seorang Muslim Sehari-hari (Jakarta: Griya
Ilmu, 2019), h. 18.
72
makananya.78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dalam diri manusia, menjalin silahtruahmi terhadap teman dan kerabat, serta
memuliakan tamu itu wajib yang mana telah diajarkan oleh Rasulullah Saw
78
Fuad, Kumpulan Adab Islami Etika Seorang Muslim Sehari-hari (Jakarta: Griya
Ilmu, 2019), h. 18.
73
adab memuliakan tamu adalah Pada saat kita diundang oleh kerabat atau
sahabat disinilah kita menunjukkan akhlak sebagai tamu kepada tuan rumah
terhadap apa yang disuguhkan dalam perjamuan yang telah disediakan, itulah
SAW.
B. Saran 75
1. Bagi peserta didik, Guru dan Masyarakat umum perlu mengkaji buku-buku
lainya yaitu dengan cara menjadikan kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-
Memuliakan Tamu.
75
DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsqalany, Hajar Ibnu. 2003. Fathul Bary, Kitab Adab. Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah.
Arifin, H.M. 2016. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner Jakarta: Bumi Aksara
Hanafi. 2017. Urgensi Pendidikan Adab Islami, Jurnal Kajian Keislaman Volume 4
No. 1
Ismail, Izzudin. 2019. Biografi Imam Al-Ghazali, Jakarta : Qaf Media Kreativa
Nurdin, Indra Fajar. 2015. Perbandingan Konsep Adab Menurut Ibn Hajar
Al-’Asqalany dengan Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia Jurnal
Pendidikan Islam: Volume IV, Nomor 1.
77
76
Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1994. Kamus
Besar Bahasa Indonesia ,Jakarta: Balai Pustaka
Riadi, Dayun, dkk. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wafda, Jihad. 2015, Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Tidak Mengenal ‘Adab,
(Jurnal TAWAZUN Volume 8 No. 1 Januari – Juni).
Zaini, Ahmad. 2016. Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali, Esoterik: Jurnal Akhlak
dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1.
Zubaedi. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu Bengkulu: Fakultas Tarbiyah dan
Tadris
Zuriah. 2008. Pendidikan Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara