Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr p-ISSN: 2354-9688

Vol. …, No. … e-ISSN: 2548-5393


http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/raushanfik
Jurnal Ilmiah Mahasiswa r
Raushan Fikr

LIVING HADIS: SEBUAH METODE BARU MEMAKNAI HADIS NABI


MUHAMMAD SAW MELALUI FENOMENA SOSIAL-KEAGAMAAN DI
INDONESIA

ABSTRACT
Living Hadith is an interesting term in the study of Hadith. Living hadith as a form of development of
hadith studies that are not only in hadith texts but enter into the pattern of reception of hadith by the
community. Indonesia is a country rich in the practice of living hadith to be an interest in dissecting it.
This research is a qualitative research of the type of literature research. Using a variety of approaches,
one of which is the phenomenological and sociological approaches. Where this research results in that
people's reception of a text is greatly influenced by other elements such as socio-cultural conditions,
geography, ethnography, and so on. Then in the example, the author interviewed a tradition of living
hadith, namely tahlilan which occurred in the Jama'ah neighborhood of Al-Fatah Mosque, Pasir Kidul,
West Purwokerto, Banyumas. Where according to the imam of the tahlilan said that the spirit of this
routine tradition is based on hadith and also based on the Qur'an. So that this sample can be a sign that
living hadith is indeed inherent and fertile in Indonesian society.

Keywords: Indonesian, Living Hadith

ABSTRAK
Living Hadis merupakan sebuah term yang menarik dalam kajian Hadis. Living hadis sebagai
wujud pengembangan kajian hadis yang tidak hanya pada teks hadis saja tetapi masuk
kedalam pola resepsi dari hadis oleh masyarakat. Indonesia menjadi negara yang kaya akan
praktik living hadis menjadi sebuah ketertarikan sendiri untuk membedahnya. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang berjenis penelitian kepustakaan. Menggunakan
pendekatan yang bervariatif salah satunya adalah pendekatan fenomenologi dan sosiologi.
Dimana penelitian ini mengahasilkan bahwa resepsi masyarakat terhadap sebuah teks sangat
terpengaruhi oleh unsur lain seperti kondisi sosio-kultural, geografi, etnografi, dan lain
sebagainya. Kemudian dalam contohnya penulis mewawancarai sebuah tradisi living hadis
yaitu tahlilan yang terjadi di lingkungan Jama’ah Masjid Al-Fatah, Pasir Kidul, Purwokerto
Barat, Banyumas. Dimana menurut imam dari tahlilan mengatakan bahwa semangat adanya
tradisi rutin ini adalah berdasarkan hadis dan juga berdasarkan al-Qur’an. Sehingga sampel
ini bisa menjadi sebuah tanda bahwa living hadis memang melekat dan subur dimasyarakat
Indoenesia
Kata Kunci: Indonesia, Living Hadis

1
Sobri Febrianto, Munawir

INTRODUCTION bentuk fenomena ini berupa resepsi


Dasar hukum Islam kedua setelah kebudayaan dan ajaran hadis yang melekat
Al-Qur’an adalah Hadis, dalam kepada masyarakat muslim diseluruh dunia
kegunaanya hadis juga sebagai sesuatu termasuk di Indonesia.
yang mempunyai urgensitas dalam Perkembangan ini sering disebut
mengungkap tradisi Islam dan beberapa peneliti hadis sebagai Living
berkembangan berbagai aspek kehidupan Hadis atau Hadis yang hidup baik ditatanan
pada masa nabi Muhammad Saw. Hadis masyarakat maupun hidup sebagai sebuaha
bisa berupa segala sesuatu pribadi nabi atau tradisi sosial keagamaan. Tulisan ini
segala sesuatu yang disandarkan kepada berusaha membedah bagiaman hadis
nabi Muhammad baik dari perkataan, berkembangan dalam bentuk Living Hadis
perbuatan, dan sifat nabi Muhammad Saw. di Indonesia khususnya. Dalam penelitian
Awal mulanya kodifikasi Hadis masih ini juga membahas bagaiamana pendekatan
sangat sedikit sebab pada awal masa yang dipakai dalam memahami sebuah
kenabian hadis dilarang untuk dibukukan, resepsi pemahaman hadis pada masyarakat
dikarenakan menjadi akonstruksi yang hidup dan mentradisi. Sehingga
pemahaman dan dianggap sebagai Al- tradisi-tradisi biasanya dipahami sebagai
Qur’an (Mahfud, 2018). upaya dalam mengamalkan isi ajaran hadis
Setelah masa Tabi’in dan Sahabat sebagai sebuah hukum yang bisa
muncul ide pemurnian Hadis yang sampai mendapatkan pahala dan kebaikan, seperti
pada pemahaman bahwa adanya pembeda dalam tradisi Tahlilan, dan lain sebagainya
antara Hadis dan Sunnah. Sudah tentunya yang dilakukan berdasarkan resepsi
dalam hadis tokoh sentral dari hadis adalah pemahaman hadis-hadis Nabi Muhammad
Nabi Muhammad Saw. Pemurnian hadis Saw (Rakhmat, 1995).
dilakukan guna mengetahui mana hadis METHOD
yang benar-benar datang dari Rasulullah Penelitian ini merupakan penelitian
atau yang merupakan perkataan bohong. kualitatif. Penelitian ini berjenis penelitian
Menariknya para imam ahli Hadis sanggup Library Research atau sering dikenal
membuat metodologi yang ketat dalam dengan penelitian kepustakaan. Dimana,
mengklasifikasikan hadis baik dilihat dari penulis mengupayakan dan mencari
tingkatan sanadnya ataupun dari sisi sumber dari tulisan-tulisan sebelumnya.
matannya (Mahfud, 2018). Sumber yang dipakai dalam penelitian ini
Setalah sistem dan kodifikasi adalah tulisan yang membahas terkait tema
sempurna dalam pemurnian hadis, pembahasan yaitu Living Hadis. Penelitian
perkembangan selalu berlaku di ini memakai pendekatan filosofis historis.
masyarakat, dengan banyaknya Pendekatan ini biasanya dipakai dalam
perkembangan hadis dimasyarakat, hadis mengetahui sebuah ide atau gagasan.
tidak hanya hidup di teks dalam kitab-kitab Dimana filosofi dipakai untuk mengetahui
hadis saja. Namun pengamalan kehidupan argumen, dan alasan dibalik sebuah ide dan
manusia yang dikolaborasikan dengan gagasan yang nantinya akan di analisis dan
tradisi yang ada dan juga diiringi dengan disajikan sebagai sebuah pembacaan baru.
pemahaman terkait teks hadis menjadikan Sedangkan histori atau sejarahnya dipakai
sebuah fenomena sosial keagamaan yang terhadap pembentukan dari pemikiran dan
muncul di tatanan masyarakat. Biasanya ide gagasanya yang bisa kita dekati dengan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 2


Sobri Febrianto, Munawir

melihat sejarah dibalik konsepsi tersebut lebih identik mendekati dengan Ijma’ kaum
(Abdul Mustaqim, 2014, pp. 43–48). Muslimin dan sebagai sebuah Ijtihad para
ulama generasi awal. Maka dari itu, kata
RESULTS AND DISCUSSION “Sunnah yang Hidup” merupakan sebuah
Definisi Living Hadis sunnah Nabi Muhammad Saw yang secara
Living hadis merupakan sebuah term baru bebas mempunyai makna dan tafsiran para
dikalangan akademisi Islam khususnya di ulama, penguasa maupun hakim yang
Indonesia, dimana term ini tidak jauh relevan dengan setuasi sedang mereka
munculnya dengan konsepsi terkait Living hadapi (Suryadilaga, 2000).
Qur’an. Khairul Anwar mendefinisikan
bahwa Living Hadis merupakan segala Sejarah dan Genealogi Living Hadis
sesuatu yang berada di masyarakat baik Sebuah upaya awal dalam menelusuri
berupa pola maupun lainya yang bersumber bagaimana awal mulanya Living Hadis
dari Hadis Nabi Muhammad Saw. Pola menjadi satu disiplin pembahasan yang
yang dimaksud dalam pendefinisian ini menarik bagi cendikiawan muslim
lebih merujuk kepada pol perilaku yang kontemporer. Berawal dari kepercayaan
merupakan respon umat Islam terhadap orang Islam bahwa Nabi Muhammad Saw
hadis-hadis Nabi Muhammad Saw dalam agama Islam merupakan seorang
(Suryadilaga, 2000). tokoh sentral dan menjadi pedoman setiap
Living hadis merupakan sebuah generasi perilaku, perkataan dan perbuatan beliau.
lebih maju dari kajian hadis biasanya, hal Selain fungsi itu, Nabi Muhammad juga
ini dikarenakan objek yang diteliti dalam tidak lepas dengan posisi sebagai penjelas
kacamatanya lebih condong terhadap atau para ulama sering menyebutkan Nabi
sebuah fenomena sosial keagamaan. Keluar Muhammad Saw sebagai mubayyin
dari sekedar makna teks tetapi lebih kepada khususnya penjelas bagi Al-Qur’an. Dari
kajian sosoial keagamaan bagi masyarakat. hal inilah penjelas terhadap al-Qur’an ini
Sehingga sudah sewajarnya apabila lebih dikenal dengan Hadits Nabi
pembahasan Living hadis ini sudah terlebih Muhammad Saw (Qudsy, 2016)..
dahulu selesai dengan kajian teks pada Banyak sekali gagasan yang menjelaskan
hadis. Dikarenakan kajian living hadis tentang Hadis, namun ada satu gagasan
merupakan kajian yang dikategorikan kontemporer yang muncul agak berbeda
sebagai sebuah kajian fenomena sosial dengan gagasan pada umumnya, yakni
keagamaan yang terjadi di masyarakat gagasan Fazlur Rahman seorang
Islam khususnya di Indonesia (Qudsy, cendikiawan Muslim yang berasal dari
2016). Pakistan yang mempunyai sebuah konsepsi
Kemudian pendefinisian lainya juga datang sendiri terkait makna hadis. Dalam
dari Suryadilaga dalam bukunya bukunya yaitu Islam and Islamic
Metodologi Penelitian Hadis, dalam Methodology in History. Membagi
bukunya ia menyebutkan bahwa Sunnah beberapa makna terkait Hadis yang berarti
yang mempunyai makna sebagai sebuah verba tradition, sedangkan menurutnya
praktek yang telah disepakati secara Sunnah merupakan practical tradition atau
menyeluruh oleh Ulama bisa dimaknai silent tradition. Dimana dalam bukunya ia
sebagai Living Sunnah/Living Hadis. mendefinisikan hadis sebagai berikut:
Namun, ia berpendapat bahwa kata sunnah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 3


Sobri Febrianto, Munawir

“We have said repeatedly -perhaps to the Dari dua paradigma yang saling
annoyance of some readers- that hadith, berseberangan ini tentunya bisa dilihat
although it has as its ultimate basic the bahwa secara umum kedua tradisi baik
Propethic Model, represents the workings hadis maupun sunnah lahir pada masa yang
of the early generations on that model. bersamaan, yaitu pada masa awal Nabi
Hadith, in fact is the sum total of aphorism Muhammad Saw menyebarkan Islam
formulated and put out by muslims them sampai penyebaranya yang meluas. Hal ini
selves, ostensibly about the prophet dikarenakan tradisi lisan yang dianggap
althought not withouth an ultimate Fazlur Rahman lahir kedua ternyata juga
historical touch whith the prophet. Its very hidup diawal, begitupun dengan Sunnah
aphoristic character shows that is not yang sebagai sebuah praktek atas hadis
historical It is rather gigantic and juga dilakukan dan diamalkan oleh para
monumental commentary on the Prophet sahabat nabi sebagai pewaris ajaran nabi
by the early community” (Rahman, 1965) secar aktual (Mahfud, 2018).
Fazlur Rahman berpendapat bahwa Term Dari awal mula hadis dan sunnah inilah,
yang muncul dan tenar adalah Sunnah nantinya kita akan sampai bahwa Living
terlebih dahulu, yang kemudian berlanjut Hadis bukan seperti yang didefinisikan
kepada hadis. Dimana hadis mengalami oleh Fazlur Rahman diatas secara
perkembangan melalui tradisi Nabi sepenuhnya, namun secara umum bisa
Muhammad Saw yang semakin ditarik bahwa Living Hadis merupakan
berkembang melalui penyeberan Islam di sebuah tradisi yang lahir dimasyarakat
seluruh dunia. Kemudian Sunnah dan Islam yang didasarkan dari pemahaman
Hadis tersebut menjadi sebuah aktualisasi masyarkat terhadap sebuah Hadis Nabi
kehidupan bagi para sahabat dan tabi’in Muhammad Saw. Living hadis juga
yang hidup dalam keseharian meraka sebagai sebuah kajian wilayah yang
berdasarkan perilaku dan perbuatan Nabi memungkinkan satu daerah dengan daerah
Muhammad Saw. Hal inilah yang dianggap lain dalam memaknai sebuah hasil akan
oleh Fazlur Rahman sebagai the Living menghasilkan resepsi tradisi yang berbeda
Tradition atau Sunnah yang hidup satu sama lain (Mahfud, 2018).
(Mahfud, 2018). Kemudian, setelah memahami sejarah awal
Berbeda dengan Fazlur Rahman, seorang dari Living hadis, penulis akan sedikit
peneliti sekaligus cendikiawan Muslim memaparkan bagaimana awal mula
yaitu Jalaluddin Rakhmat malah tidak genealogi dari living hadis tersebut.
setuju ketika yang pertama kali beredar Saifuddin Zuhri Qudsy misalnya, dalam
dalam kebudayaan Islam adalah Sunnah, tulisanya ia mengelompokan awal mula
menurutnya yang pertama kali adalah munculnya living hadis menjadi empat
Hadis. Dasar argumentasinya adalah bagian. Pertama, living hadis merupakan
banyaknya sahabat nabi yang menghafal sebuah terminologi yang mempunyai
dan juga menulis segala bentuk ucapan sejarah panjang, awal mulanya living hadis
Nabi Muhammad Saw. sehingga tradisi dibahasakan sebagai living sunnah yang
tulis dan lisan yang terinterpretasikan merujuk kepada tradisi madinah. Yang
terhadap term Hadis menurutnya lebih kemudian diverbalisasikan menjadi living
dahulu daripada Sunnah (Aini, 2020). hadis dikarenakan cangkupan hadis yang
lebih luas daripada sunnah yang lebih

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 4


Sobri Febrianto, Munawir

dikenal sebagai habitual practice. 2. Hadis tersebut telah menjadi sebuah


Pemahaman yang muncul pastinya praktik yang hidup dalam masyarakat,
merupakan hasil dari benturan dari nilai maka sepanjang norma yang berlaku
yang terkandung dalam teks dengan realitas tidak menyalahi aturan agama maka bisa
yang terjadi dalam satuan ruang dan waktu dilanjutkan untuk dilaksanakan (Qudsy,
tertentu (Qudsy, 2016). 2016).
Kedua, kajian hadis pada mulanya Keempat, living hadis membuka sebuah
merupakan kajian teks hadis, yang kajian baru dalam hadis. Kajian-kajian
kemudian dalam living hadis bergeser hadis yang terlihat kaku dalam kajian teks
menjadi kajian yang bertitik fokus terhadap saja menjadi lebih berwarna dan
praktik atau konteksnya, dimana praktik kontekstualitas menjadi sebuah kajian baru
yang terjadi pada masyarakat merupakan yang menarik. Yang kemudian pada tahun
sebuah pemahaman dari hadis secara 2007 para pakar hadis di Indonesia
tekstualnya. Sehingga ketemu sebuah mengkonsepsikan kajian terkait living
benang merah perbedaan antara Ma’anil hadis di Indonesia. (Qudsy, 2016)
Hadis/Fahmil Hadis dengan living hadis
ini, dimana ketika membahas ma’anil Jenis-jenis Living Hadis
hadis/fahmil hadis akan tertuju kepada Pembagian living hadis sebenarnya
kajian teks hadis dan pemahaman terhadap merupakan bagaimana cara resepsi
teks hadisnya (matan dan sanad). masyarakat dalam memahami sebuah
Sedangkan living hadis lebih condong dan pemahaman terkait hadis Nabi Muhammad
mendalam terhadap praktek dari hadis yang Saw. Sehingga bentuk interpretasinya
terjadi dalam masyarakat (Qudsy, 2016). tergantung pengekspresian emosional umat
Ketiga, ketika kajian hadis terfokus Islam. Lazimnya, living hadis dapat
terhadap kajian teks maka akan melihat terklasifikasikan menjadi tiga variasi dan
bagaimana kriteria hadis tersebut, baik itu bentuk dari living hadis yang muncul
dari sanad maupun matan. Kriteria ini khususnya di Indonesia (Anwar, 2015).
merupakan sebuah penggambaran apakah Pengklasifikasian ketiga ini didasarkan dari
sebuah hadis memiliki kualitas sahih, umumnya bentuk ekspresi dari umat Islam
hasan, daif, maupun maudhu’ (Qudsy, terhadap pemahaman hadis tersebut,
2016). Dalam kajian living hadis tidak identiknya adalah tradisi tulis, tradisi lisan,
memperhatikan apakah sebuah praktik dan tradisi praktik (Wahyudin
masyarakat yang berdasarkan dalam hadis Darmalaksana & Dkk, 2019).
merupakan hadis shahih maupun lainya. Ketiga jenis dan bentuk living hadis yang
hal ini dikarenakan ada beberapa alasan telah disebutkan diatas, akan dijelaskan
khusus yaitu: dibawah ini:
1. Dikarenakan hadis tersebut telah 1. Tradisi Tulis
menjadi sebuah praktik yang hidup di Bentuk living hadis pertama adalah tradisi
masyarakat, contohnya adalah tulis. Posisi tradisi ini menjadi sebuah
perbedaan bacaan shalat yang tradisi yang mempunyai urgenitas terhadap
didasarkan oleh hadis yang sama-sama perkembangan living hadis. Tradisi living
kuatnya. Hal ini terjadi di umat Islam di hadis berupa tulis menulis ini bukan hanya
Indonesia antara Nahdlatul Ulama dan sebuah tulisan yang berbentuk ungkapan
Muhammadiyah. sebuah hadis yang tertera di tempat

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 5


Sobri Febrianto, Munawir

strategis seperti bus, sekolahan, pesantren, penelitian living hadis banyak muncul di
maupun bus. Namun kebanyakan tradisi Indonesia yang notabenya sebagai negara
tulis yang terekspresikan di Indonesia dengan jumlah Muslim terbanyak di dunia.
berupa hadis yang terpampang di beberapa Sehingga dari kesadaran awal ini pola
tempat strategis tersebut. Baik berupa resepsi dalam living hadis seharusnya
tulisan stiker di kaca bus, tulisan mural di sudah bisa tergambarkan dengan jelas atau
tembok-tembok, kaligrafi yang terpampang minimal sudah mulai ada aksiran
di masjid atau lain sebagainya (Muhsin, bagaimana pola resepsi yang ada dalam
2015). living hadis (W Darmalaksana, 2020).
2. Tradisi Lisan Pola resepsi living hadi terlatarbelakangi
Tradisi lisan living hadis sebenarnya dari perbedaan kultur dan sosial antara
muncul berdasarkan praktik pengamalan Arab dan Indonesia, perbedaan ini juga
yang dijalankan oleh orang Islam sebagai lebih eksplisit dalam kajian etnografi,
wujud resepsi atau pemahaman terhadap geografi, dan sosial kebudayaan tentunya.
hadis. Sehingga tradisi lisan ini sejalan dan Kenapa hal ini yang menjadi latar belakang
bersamaan dengan tradisi praktik. Namun dari kajian resepsi pada living hadis?
dalam tradisi lisan lebih terfokus terhadap Tentunya dikarenakan perbedaan geografi,
bacaan yang dibaca secara harfiyah melalui etnografi, dan sosial kebudayaan
lisan umat Islam. Hal ini seperti dalam masyarakat akan berdampak kepada
pembacaan asmaul Husna di sekolah pada pandangan masyarakat terhadap satu teks
saat awal akan memulai proses yang sama. Analisis resepsi mengatakan
pembelajaran, ucapan yang ada dalam bahwa ketika ada khayalak masyarakat
tradisi tahlil dan lain sebagainya (Qudsy, yang masuk dalam kerangka budaya
2016). dengan produser dari teks, maka produksi
3. Tradisi Praktik pemahamanya akan cenderung sama
Tradisi praktik dalam living hadis dengan teks yang diproduksi. Sebaliknya,
merupakan salah satu jenis living hadis apabila khayalak masyarakat pada posisi
yang cukup banyak dilakukan dalam sosial yang berbeda baik dari kelas sosial,
perkembangan umat Islam. Tradisi praktik gender, zaman, tradisi, etnografi dan lain
ini didasarkan oleh sosok Nabi Muhammad sebagainya berbeda dengan tempat teks
Saw. Perbedaan antara tradisi ini dengan tersebut, maka memiliki kemungkinan
dua tradisi lainya adalah tradisi ini lebih adanya pemaknaan yang baru atau
menuju dan mengarh terhadap sebuah pemaknaan alternatif lainya dari teks
praktik manusia atau umat Islam. Secara tersebut (Muhsin, 2015).
praktis contohnya adalah praktik tahlil, dan Dari kata kunci tersebut penulis
juga banyak praktik lainya yang dilakukan menemukan makna resepsi dari beberapa
di dasari dengan hadis (Raharjo & Fizin, tokoh. Endraswara misalnya, ia
2018). mengkonsepkan bahwa resepsi merupkan
penerimaan atau penikmatan dari sebuah
Pola Resepsi Living Hadis teks oleh pembaca teks. baik berupa reaksi
Pola resepsi yang terjadi pada living hadis atau tanggapan dari pembaca terhadap teks
tentunya berawal dari kesadaran bahwa Al- tersebut. Kemudian jika kajian resepsi
Qur’an dan juga Hadis merupakan produk masuk kedalam kajian living hadis maka
wilayah, yaitu wilayah Arab. Sedangkan, akan terdapat jarak antara praktik yang

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 6


Sobri Febrianto, Munawir

dilakukan saat ini dengan munculnya teks atau pelaku dari tradisi tersebut terkait
hadis pada masa lalu. Sehingga sangat semangat dan latar belakang adanya tradisi
memungkinkan bahwa seseorang atau tersebut dilatar belakangi oleh hadis. Atau
masyarakat tidak mempunyai kesadaran bisa dikatakan bahwa peneliti living hadis
bahwa praktik yang dilakukan merupakan tidak menentukan hadis apa yang relevan
sebuah praktik yang berdasarkan hadis dengan tradisi, tetapi menunggu ungkapan
(Anwar, 2015). dasar dari pelaku maupun agen dari tradisi
Kemudian pertanyaan yang sering muncul tersebut.
selanjutnya adalah apakah pelaku resepsi
atas teks harus mengetahui bahwa teks Pendekatan Living Hadis
hadis menjadi basis perilaku tersebut? Sejatinya pendekatan dalam living hadis
Jawaban yang relevan memang iya, pelaku dilihat dari beberapa hal yang melekat pada
resepsi terhadap teks hadis seharusnya tradisi yang terlaksana. Namun dalam
memang mengetahui teks dasar dalilnya, pemaparan ini, penulis akan dominan
namun ternyata dilapangan masih banyak membahas pendekatan yang sering dan
pelaku yang tidak bisa menunjukan wajar digunakan dalam kajian living hadis.
dalilnya, apakah hal tersebut masih Seperti pendekatan Fenomenologi,
dianggap resepsi pada living hadis? Sosiologi, Etnografi dan lain sebagainya.
Jawabanya masih, sehingga dalam hal ini Berikut adalah penjelasanya:
merupakan tugas agen. Agen dalam 1. Fenomenologi
pendapat Clifford Geertz menjadi cultural Paradigma awal yang bisa menjadi sudut
broker. Yang mudahnya agen ini berari pandang dalam Living Hadis adalah
sebagai orang yang mempunyai fenomenologi. Fenomenologi sendiri
pengetahuan lebih dari pelaku resepsi dan merupakan sebuah sudut pandang yang
mengetahui dasarnya tetapi harus dalam dipakai dalam pengungkapan dan
masyarakat tempat terjadinya tradisi mempelajari suatu fenomena gejala sosial
tersebut. Agen dalam hal ini seperti Kyai, dan budaya. Paradigma ini lebih merujuk
Ustadz, Sesepuh, dan lain sebagainya kepada pengungkapan kesadaran
(Setiawan, 2006). masyarakat terhadap perilaku-perilaku
Sebuah tradisi sebagai hasil resepsi yang dilakukan mereka. Hal ini menjadi
terkadang tidak secara eksplisit mempunyai sesuatu yang bersifat urgen dikarenakan
landasan teks dari lahirnya sebuah praktik pemahaman seseorang terhadap dunia
tradisi tersebut. Bahkan dalam sebuah menjadi dasar yang menggambarkan
praktiknya terkadang landasan yang perwujudan pola perilaku manusia yang
penting seakan menjadi bias dan hilang. dilakukan disetiap keseharianya (Dewi,
Untuk fenomena yang seperti ini sebagai 2017).
seorang peneliti living hadis apakah harus Dengan memahami sebuah pandangan atau
mengetahui teks dasarnya terlebih dahulu? pemahaman masyarakat terhadap dunia
Menurut penulis langkah yang paling aman atau pandangan hidup kemudian kita akan
adalah dengan mengira-ngira atau menjadi memahami mengapa terjadinya sebuah
hipotesis awal apakah sebuah tradisi di pola-pola perilaku bisa muncul dan
masyarakat tersebut dilakukan atas dasar terbangun. Dengan perspektif paradigma
hadis tertentu. Namun batasanya adalah inilah akan berpindah bukan salah atau
hasil penelitian harus diucapkan oleh agen benar pemahaman masyarakat terhadap

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 7


Sobri Febrianto, Munawir

Hadis karena yang penting bukan lagi fungsional ini, biasanya digunakan
benar atau salah tetapi isi kandungan dan seseorang dalam melihat maksud dari
isi pemahamanya terhadap hadis. Isi fungsi-fungsi suatu gejala sosial
kandungan inilah yang menjadi dasar dan kebudayaan yang ada. Fungsi yang
latar belakang munculnya pemahaman dan dimaksud juga tidak bisa lepas dari
perilaku tertentu. beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi
2. Sosiologi sosial atau fungsi kultural dari suatu gejala
Salah satu pendekatan yang digunakan kebudayaan yang muncul pada masyarakat.
adalah pendekatan sosiologi, dimana dalam Lebih jelas dari itu, yang dimaksud seperti
pendekatan ini biasanya seorang peneliti pola perilaku yang muncul dari sebuah
memakai sebuah teori tokoh sosiolog yang pemaknaan atas pemahaman dari sebuah
berhubungan dengan tradisi atau fenomena hadis, sehingga dari pemahaman tersebut
sosial-agama yang terjadi di masyarakat. yang menghasilkan pola perilaku tertentu
Contohnya adalah teori milik Berger dan yang merujuk kepada fungsi sosio-kultural
Luckman yang membahas tentang Teori tertentu (Rohmana, 2015).
Konstruksi Sosial. Dimana menurut mereka Fokusnya pun beraneka ragam, contoh
merupakan sebuah ekuivalensi yang ketika fokus terhadap fungsi budaya dari
berhubungan dengan living hadis. Jika adanya sebuah hadis yang mempengaruhi
sebuah living hadis dianggap sebagai pandangan hidup, nilai, norma, dan aturan
perwujudan dari hadis dalam kehidupan sebuah masyarakat menjadikan
nyata, maka konstruksi sebagai sebuah implementasi dari fokus pada fungsi
dialektika antar individu dan realitas sosial budaya, berbeda jika yang menjadi
yang ada. sehingga akan terlihat bagaimana pandangan adalah fungsi sosial, maka yang
seorang individu terbentuk atau dibentuk dipandang dari hadis tersebut sebagai
dari hadis sebagai fenomena sehar-hari (W sebuah interaksi, relasi, dan jaringan sosial.
Darmalaksana, 2020). Dua contoh fungsi yang disebutkan
3. Etnografi menjadi sebuah fokus yang mengerinci
Pendekatan etnografi dipakai dalam terhadap sosial kebudayaan.
penelitian living hadis dalam pemahaman
tentang budaya dari suatu komunitas. Contoh-Contoh Living Hadis
Sehingga sudah semestinya, pendekatan ini Pembahasan terkait contoh Living Hadis
fokus pada sebuah kelompok yang akan sedikit diklasifikasikan dalam
mempunyai kebudayaan yang sama baik beberapa kasus yang sering terjadi di
bentuk kebudayaan yang kecil maupun Indonesia. Dalam hal ini penulis membahas
kebudayaan yang besar dan melibatkan terkait Kaligrafi dan juga Tahlil. Dimana
banyak orang. Kata kunci kajian atau Kaligrafi merupakan sebuah bentuk living
pendekatan etnografi ini adalah budaya, hadis dalam tradisi tulis, dan nantinya
bahasa, perilaku yang sama antar untuk proses Tahlil dan juga bacaan dalam
kelompok. Yang nantinya akan mengetahui tahlil akan dibedah sebagai sebuah living
makna dari perilaku yang sama tersebut hadis dalam tradisi lisan dan tradisi praktik.
(Raharjo & Fizin, 2018). 1. Kaligrafi
4. Fungsional Kaligrafi sebagai sebuah bentuk kaligrafi
Paradigma selanjutnya adalah paradigma dalam tradisi tulis mempunyai banyak hal
Fungsional. Paradigma atau sudut pandang dan penjelasan. Namun, seperti yang

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 8


Sobri Febrianto, Munawir

dikatakan oleh Saifuddin Zuhri Qudsy sebuah ilmu yang mempunyai tujuan untuk
diatas bahwa terkadang bukan berupa hadis memperkenalkan bentuk dari huruf-huruf
tetapi sebuah kalimat yang dianggap tunggal, termasuk juga memperkenalkan
sebagai hadis dan mempunyai implikasi letak huruf dan cara merangkainya menjadi
positif terhadap masyarakat masih sebuah tulisan yang indah untuk dilihat
dipertahankan, seperti dalam kata ( ‫النظافة‬ (Raharjo & Fizin, 2018) .
‫ ) من اإليمان‬yang banyak terpampang dalam Sehingga penulis berani mengambil titik
berbagai tulisan disudut-sudut bagian tengah bahwa kaligrafi merupakan sebuah
sekolah maupun pesantren. Tulisan ini ilmu yang khusus dan fokus mempelajari
pada dasarnya menjadi sebuah aktualisasi tata cara menulis huruf Arab dengan baik
living hadis dalam tradisi tulis menulis dan benar sesuai dengan kaidah yang
karena mengandung suasana yang bersih teratur dalam disiplin ilmu ini. Dimana
dan kebaiakan umum (Raharjo & Fizin, kaidah lebih merujuk kepada sebuah aturan
2018). yang harus diikuti oleh seorang penulis
Penulis ingin membahas lebih lanjut terkait kaligrafi sehingga tulisan yang dihasilkan
tradisi tulis dalam living hadis yang akan memenuhi standar. Agar lebih dalam,
terimplementasikan dari kaligrafi. Hal ini berikut adalah contoh kaligrafi living hadis
dikarenakan kaligrafi merupakan sebuah yaitu hadis tentang orang yang belajar al-
seni tulis yang sangat eksis di kalangan Qur’an dan mengajarnya.
umat Islam khususnya di Indonesia.
Khususnya sebuah seni kaligrafi yang
mempunyai isi tulisan yang diambil dari
hadis Nabi Muhammad Saw. Kaligrafi
sendiri merupakan sebuah seni yang dibuat Gambar 1. Kaligrafi Living Hadis
menggunakan alat tulis baik tinta maupun
lainya yang nantinya mempunyai hasil Gambar diatas, merupakan sebuah
tulisan yang indah. Unsur nilai yang contoh gambar kaligrafi yang merupakan
terkandung dalam sebuah kaligrafi sebuah ekspresi dari living hadis dalam
biasanya tidak hanya mempunyai unsur bentuk tradisi tulis. Dimana hadis terseubut
estetik keindahan saja, tapi terkadang diriwayatkan oleh Imam Bukhairi dengan
mempunyai makna filosofis maupun nilai teks aslinya adalah sebagai berikut:
spiritualitas didalamnya (Raharjo & Fizin, “Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah
2018). hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah
Kaligrafi yang dimaksud dalam tradisi tulis dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin
dalam living hadis ini biasanya merupakan Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami
sebuah kaligrafi Arab atau dalam bahasa dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu,
lain dikatakan sebagai khatt. Khat sendiri bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
merupakan tulisan-tulisan yang indah Sallam bersabda:
berupa bahasa Arab yang diambil dari ayat
Al-Qur’an baik secara keseluruhan maupun ‫َخ ْي ُر ُك ْم َمنْ َت َعلَّ َم ا ْلقُ ْرآنَ َو َعلَّ َم ُه‬
hanya potongan ayat, selain dalam bentuk
ayat biasanya juga hadis Nabi Muhammad Yang kurang lebih artinya: “Sebaik-baik
Saw, dan kata-kata hikmah dari para kalian adalah orang yang belajar Al-
ulama. Sedangkan ilmu khatt merupakan Qur`an dan mengajarkannya.”

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 9


Sobri Febrianto, Munawir

Pemapran singkat diatas, memunculkan jama’ah yasin dan tahlil Masjid Al-Fatah
bahwa pola tradisi hadis yang dilakukan Purwokerto Barat. Penulis mewancarai
secara tulis. Kebanyakan besar living hadis Imam dari Jama’ah tersebut yang biasa
ini merupakan sebuah hasil propaganda menjadi Imam dari proses Tahlil di Desa
yang singkat dan padat tentang ajaran Pasir Kidul 1/1 Kecamatan Purwokerto
Islam bagi umat Islam disekitar hidupnya Barat, Kabupaten Banyumas.
tradisi tulis ini. Sehingga mempunyai Kyai Mukhlisin berkata bahwa dasar dari
tujuan untuk tetap mengarahkan umat pelaksanaan Tahlil ini selain adalah sebuah
Islam kepada ingatan ajaran agama Islam amaliyah nahdliyah, juga merupakan
yang benar dan baik. Namun ada sebuah pengamalan dari hadis-hadis nabi. Dimana
wujud ekspresi lain yang biasanya sebuah menurutnya, tahlil merupakan satu
hadis maupun ayat al-Qur’an dituliskan serangkaian kebaikan yang dilaksanakan
dalam kertas dan dipercaya bisa bersama-sama. Dari mendoakan orang
mempunyai khasiat khusus seperti sebagai yang telah wafat, sampai dengan membaca
media membantu menjauhkan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan membaca Dzikir
gangguan makhluk ghaib dan gangguan untuk mengingat kepada Allah. Dia
kurang baik, atau dalam tradisi pesantren mencontohkan dalam salah satu rangkaian
lebih dikenal sebagai rajah (Mahfud, tahlil adalah membaca ayat-ayat Al-Qur’an
2018). lalu memberikan sebuah hadis yang
2. Tahlil menjadi dasar pelaksanaan bagi jama’ah
Tahlil merupakan sebuah tradisi tahlil Masjid Al-Fatah. Yaitu sebagai
keagamaan yang dikemas dengan budaya berikut:
lokal khususnya terakulturasi dalam tradisi َّ‫صلَّى هلل‬
َ َّ‫سول َ هلل‬ ُ ‫سم ِْعتُ َر‬ َ َ ‫عن َأبي ُأ َما َمة ا ْل َبا ِھل ِّي َقال‬
Jawa. Tahlil identik dengan sebuah ‫سلَّ َم‬
َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
amaliyah yang sering dilakukan oleh َ ْ ‫ْأ‬
‫َيقُول ُ ا ْق َر ُءوا الق ْرآنَ فِإنه َي تِي َي ْو َم القِ َيا َم ِة شفِي ًعا‬
َّ َ ُ ْ
masyarakat Indonesia khususnya yang ‫ابه‬
ِ ‫ص َح‬ْ ‫َأِل‬
berafiliasi terhadap Nahdlatul Ulama. Kurang lebih artinya adalah:
Diakui, bahwa istilah ini merupakan istilah “Dari Abi Umamah Al-Bahili R.A. dia
yang muncul dari perbaduan ajaran Islam berkata, Saya pernah mendengar
dan kebudayaan, istilah lain dari kata Tahlil Rasulullah Saw Bersabda, Bacalah al-
adalah Tahlilan. Namun beberapa Qur’an, karena Al-Qur’an itu akan datang
penelitian mengatakan bahwa Tahlil pada hari kiamat sebagai penolong bagi
berasal dari akar kata bahasa Arab yang pembacanya...”
mempunyai makna membaca Laillaha Dari hadis ini, penulis melakukan
illallah. Namun mengalami pemekaran identifikasi dan ketemu bahwa hadis ini
pemahaman menjadi Tahlilan atau juga dijadikan banyak dasar bagi pelaku
dimaknai sebagai kegiatan orang atau tahlil di Indonesia, hadis ini juga dijelaskan
masyarakat untuk membaca kalimat- dalam Jurnal milik Khoiril Anwar terkait
kalimat dalam ajaran Islam seperti Ayat dasar hukum Tahlil. Dan dalam jurnal
Al-Qur’an, Shalawat, Dzikir, dan Do’a tersebut dikatakan bahwa hadis tersebut
(Badry et al., 2022). diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sehingga
Pembahasan terkait tahlil ini penulis penulis sampai pada satu titik bahwa dalam
mencoba menganalisis sebuah interaksi dan pelaksanaan sebuah tradisi praktik dan
juga landasan dalam melaksanakanya bagi lisan living Qur’an ketika embrio tersebut

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 10


Sobri Febrianto, Munawir

mengetahui bahwa cikal bakalnya dari memahami sebuah hadis lalu diresepsikan
hadis maka itu merupakan sebuah living sebagai sebuah tradisi keagamaan.
hadis (Badry et al., 2022).
Kemudian Kyai Mukhlisin juga
mengatakan bahwa dalam urutan
pembacaan tahlil ada Shalawat, pembacaan
shalawat ini menjadi sebuah bacaan yang
mulia karena baginya sesuai dengan Al-
Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 56 yang
berbunyi:
ۤ ‫هّٰللا‬
‫صلُّ ْونَ َعلَى ال َّن ِب ۗ ِّي ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا‬ َ ‫اِنَّ َ َو َم ٰل ِٕى َك َت ٗه ُي‬
‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‬
َ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ
Terjemah Kemenag 2019 kurang lebih:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-
Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-
orang yang beriman, berselawatlah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan
penuh penghormatan kepadanya.”
Dari hal ini bisa dikatakan bahwa kuatnya
tradisi tahlil yang dilakukan Jama’ah
Masjid Al-Fatah di Purwokerto Barat juga
didasari dengan semangat Hadis dan juga
semangat mengamalkanya. Tidak hanya
dari hadis, semangat tersebut juga
terkadang dikuatkan oleh pemahamanya
terhadap Al-Qur’an. Seperti contoh kecil
dasar dan penelitian singkat penulis ini.

CONCLUSION
Simpulan dalam pembahasan ini adalah
bahwa living hadis merupakan sebuah term
keilmuan yang muncul dan tenar di
Indonesia menjadi sebuah kajian khusus,
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
adalah karena kondisi akulturasi budaya
dan agama yang menjadi sebuah tradisi
keagamaan sangat kuat, kemudian
dikarenakan praktik pemahaman hadis
menjadi sebuah praktik para umat Islam di
Indonesia yang menjadi sebuah resepsi
agama dan sosial-keagamaan. Living hadis
juga harus sebuah tradisi yang embrionya
lahir dari semangat terhadap hadis, dalam
kata lain pelaku atau agen pada awalnya

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 11


Sobri Febrianto, Munawir

Qudsy, S. Z. (2016). Living Hadis:


BIBLIOGRAPHY genealogi, teori, dan aplikasi. Jurnal
Living Hadis, 1(1), 177–196.
Abdul Mustaqim. (2014). Metode
Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. Idea Raharjo, F. F., & Fizin, M. N. (2018).
Press Yogyakarta. Living Hadits Di MA (Madrasah
Aliyah) Darussalam, Depok, Sleman,
Aini, A. F. (2020). Living Hadis Dalam Yogyakarta. MISYKAT: Jurnal Ilmu-
Tradisi Malam Kamis Majelis Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan
Shalawat Diba’Bil-Mustofa. Ar- Tarbiyah, 3(2), 185–204.
Raniry, International Journal of
Islamic Studies, 2(1), 221-235. Rahman, F. (1965). Islamic Methodology
in History. Central Institute of Islamic
Anwar, M. K. (2015). Living Hadis. Jurnal Research.
Farabi, 12(1), 72–86.
Rakhmat, J. (1995). Dari Sunnah ke Hadis
Badry, A., Rahmah, S., & Heryana, E. atau Sebaliknya?” dalam
(2022). Resistensi Budaya Tahlilan Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam
Pada Masyarakat Pragaan Daya: Sejarah (2nd ed.). Paramidana.
Kajian Living Hadis. Jurnal Riset
Agama, 2(1), 231–243. Rohmana, J. A. (2015). Pendekatan
Antropologi Dalam Studi Living
Darmalaksana, W. (2020). Studi Hadis Di Indonesia: Sebuah Kajian
Penggunaan Analisis Pendekatan Awal. Holistic Hadis, 1(2), 247–288.
Ilmu-ilmu Sosial dalam Penelitian
Hadis Metode Syarah. Khazanah Setiawan, M. N. K. (2006). Al-Qur’an
Sosial, 2(3), 155–166. Kitab Sastra Terbesar. elsaq Press.

Darmalaksana, Wahyudin, & Dkk. (2019). Suryadilaga, M. F. (2000). lmu Hadis


Analisis Perkembangan Penelitian sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan
Living Al-Qur’an dan Hadis. Jurnal (Analisis Epistemologis). Jurnal Ilmu
Perspektif, 3(2), 134–144. Keushuluddinan, 1(2).

Dewi, S. K. (2017). Fungsi Performatif dan


Informatif Living Hadis dalam
Perspektif Sosiologi Reflektif. Jurnal
Living Hadis, 2(2), 179–207.
Mahfud, M. (2018). Living Hadis: Sebuah
Kajian Epistimologis. Jurnal Fikroh,
11(1), 12–33.
Muhsin, M. (2015). Memahami Hadis Nabi
dalam Konteks Kekinian: Studi
Living-Hadis. Holistic Hadis, 1(1), 1–
24.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol. …, No. … pg. 12

Anda mungkin juga menyukai