JUDUL
HADITS TENTANG FADHILAH SHALAT TARAWIH
KITAB
DURROTUN
NASHIHIN
DAN
DALAM
IMPLEMENTASINYA
B. LATAR BELAKANG
Hadis adalah sesuatu yang disandarkan pada Rasulullah SAW, baik
berupa ucapan, perbuatan, ataupun persetujuan, terbatas pada yang muncul
setelah pengangkatan Rasul dan terbatas pada masalah yang terkait dengan
hukum. Kedudukan hadis sebagai sumber hukum islam yang kedua setelah
Al-Quran, oleh karena itu Hadis bagi umat Islam merupakan suatu yang
penting karena di dalamnya terungkap berbagai tradisi yang berkembang
masa Rasulullah saw. Tradisi-tradisi yang hidup masa kenabian tersebut
mengacu kepada pribadi Rasulullah saw. sebagai utusan Allah swt. Di
dalamnya syarat akan berbagai ajaran Islam karenanya keberlanjutannya terus
berjalan dan berkembang sampai sekarang seiring dengan kebutuhan
manusia. Adanya keberlanjutan tradisi itulah sehingga umat manusia zaman
sekarang bisa memahami, merekam dan melaksanakan tuntunan ajaran Islam
yang sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Kajian terhadap hadis Nabi sampai saat ini masih tetap menarik,
meski tidak sesemarak yang terjadi dalam studi atau pemikiran terhadap alQuran. Faktor utama yang menjadi pemicu adalah kompleksitas problem
yang ada, baik menyangkut otentisitas, variabel lafadh (jumlah hadis bil
mana), maupun rentang waktu yang cukup panjang antara Nabi dalam
realitas kehidupannya sampai masa kodifikasi ke dalam teks hadis.1
Problem sebagaimana disebutkan di atas, dipungkiri atau tidak, akan
merembet kepada wilayah bagaimana hadis tersebut dipahami dan
diaplikasikan. Dengan kata lain, hadis bukan hanya dipahami sebagai
1
Suryadi, Dari Living Sunnah ke Living Hadis dalam Metodologi Penelitian Living Quran dan
Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), 87-88.
mempersempit
cakupan
sunnah,
menyebabkan
kajian
living
hadis menarik untuk dikaji secara serius dan mendalam. Kenyataan yang
berkembang di dalam masyarakat mengisyaratkan adanya berbagai bentuk
dan macam interaksi ummat Islam dengan ajaran Islam kedua setelah alQuran tersebut. Penyebabnya tidak lain adalah adanya perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diaksesnya. Selain itu, pengetahuan yang
terus berkembang melalui pendidikan dan peran para juru dai dalam
memahami dan menyebarkan ajaran Islam. Justru di sinilah, masyarakat
merupakan
objek
kajian
dari
living
hadis.
Karena
di
dalamnya
C. Fokus Penelitian
Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang hendak
dicari jawabannya melalui penelitian. Fokus penelitian harus disusun secara
singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk
kalimat Tanya.2
Agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan penelitian ini akan
difokuskan pada pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hadis menjelaskan tentang fadhilah shalat tarawih?
2. Bagaimana masyarakat memahami hadis tentang fadhilah shalat tarawih?
3. Bagaimana Implementasi Hadits tentang Fadhilah Shalat Tarawih di
Dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati Kec.Jenggawah?
D. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian memiliki tujuan dari tiap-tiap objek yang diteliti.
Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam
melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu dan konsisten dengan
masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah sebelumnya.3
Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini,antara lain:
1. Tujuan umum
untuk mengetahui bagaimana hadist yang menjelaskan tentang
fadhilah shalat tarawih.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sebatas mana pemahaman
masyarakat
2
3
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press,2015), 44-45.
Ibid,45.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan berangkat dari rasa keingin tahuan peneliti
terhadap suatu tradisi masyarakat di Dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati
Kec.Jenggawah terkait Hadits tentang fadhilah shalat tarawih. Oleh karena itu
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis
kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai tujuan
ibadah sesuai ajaran Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperdalam pemahaman tentang
Fadhilah Shalat tarawih sebagai salah satu tradisi keislaman yang telah
membudaya dan menyatu dalam kehidupan sebagian masyarakat yaitu
yang telah menjadi salah satu kegiatan rutin pada hari-hari tertentu.
Serta memberikan pengalaman tersendiri bagi peneliti yang dapat
digunakan sebagai bekal untuk menjalani ibadah sesuai tuntunan
agama Islam.
b. Bagi IAIN Jember, sebagai kontribusi dan sumbangsih bagi diskursus
keilmuan Studi keilmuan Al-Quran dan Hadits serta dapat dijadikan
pertimbangan bagi kajian lebih lanjut.
c. Bagi masyarakat penelitian ini dapat menjadi rujukan pemahaman
terhadap
Hadist
kehujjahannya.
tentang
Fadhilah
Shalat
tarawih
beserta
F. Definisi Istilah
Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah yang penting yang
menjadi fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian.4 Hal ini dimaksudkan
agar tidak ada kerancuan maupun kesalah pahaman dalam memahami makna
istilah yang dimaksud oleh peneliti.
Adapun definisi istilah tentang judul Hadits tentang fadhilah shalat
tarawih dan implementasinya dalam kehidupan masyarakat (Studi Living
Hadits di Dsn. Wetan Gunung Desa Wonojati Kec. Jenggawah). Adalah
sebagai berikut:
1. Pengertian fadhilah
Al-Fadilah
keutamaan
dan
kelebihan.
Istilah
yang
()
berarti saling
( ) yang
berarti merasa senang. Term ini merupakan bentuk lawan kata dari alTaab yang berarti letih atau payah.
Shalat Tarawih adalah shalat sunah yang khusus dilaksanakan
hanya pada malam-malam bulan Ramadhan. Dinamakan Tarawih
karena orang yang melaksanakan shalat sunah di malam bulan
Ramadhan beristirahat sejenak di antara dua kali salam atau setiap
empat rakaat. Sebab dengan duduk tersebut, mereka beristirahat karena
Ibid, 45.
4. Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan
terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Namun yang
dimaksud penulis adalah masyarakat Dusun wetan gunung Desa wonojati
Kec. Jenggawah.
G. Kajian Kepustakaan
a. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian
membuat ringkasannya baik penelitian yang sudah dipublikasikan atau belum
terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya). Dengan melakukan
langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan
perbedaan penelitian yang hendak dilakukan.6
Adapun hasil penelitian yang menjadi kaca perbandingan di antaranya
adalah skripsi yang ditulis oleh Afifah7 dengan judul Perbedaan Pelaksanaan
Shalat Tarawih Di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan. Penelitian
5
melainkan
membahas
tentang
fadhilah
shalat
tarawih
dan
b. Kajian Teori
Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai
perspektif dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih luas dan
mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji
permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, posisi teori dalam
penelitian kualitatif diletakkan sebagai perspektif, bukan untuk diuji.8
1) Pengertian
Shalat tarawih yang artinya istirahat karena orang yang melakukan
shalat tarawih beristirahat setelah melaksanakan shalat empat rakaat. Shalat
tarawih termasuk qiyamul lail atau shalat malam. Akan tetapi shalat tarawih
Ibid., 46.
ini dikhususkan di bulan Ramadhan. Jadi, shalat tarawih ini adalah shalat
malam yang dilakukan di bulan Ramadhan.9
Adapun shalat tarawih tidak disyariatkan untuk tidur terlebih dahulu
dan shalat tarawih hanya khusus dikerjakan di bulan Ramadhan. Sedangkan
shalat tahajjud menurut mayoritas pakar fiqih adalah shalat sunnah yang
dilakukan setelah bangun tidur dan dilakukan di malam mana saja.
Para ulama sepakat bahwa shalat tarawih hukumnya adalah sunnah
(dianjurkan).
Bahkan
menurut
ulama
Hanafiyah,
Hanabilah,
dan
2)
. )
.
Barangsiapa menegakkan Ramadhan dalam keadaan beriman dan
mengharap balasan dari Allah , niscaya diampuni dosa yang telah lalu.
(Muttafaqun alaih).
9
dengan
qiyamu
Ramadhan
hanya
diperoleh
dengan
10
11
ibid
10
:
.
Telah menceritakan kepada kami Ali, bahwa Ibnu Abi Dzib
dari Yazid bin Khoshifah dari As Saib bin Yazid, ia berkata,
Mereka melaksanakan qiyam lail di masa Umar di bulan
Ramadhan sebanyak 20 rakaat. Ketika itu mereka membaca 200
ayat Al Quran. (HR. Ali bin Al Jad dalam musnadnya, 1/413)
Syaikh Musthofa Al Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.13
Sebagian ulama ada yang menyatakan bahwa riwayat di atas
terdapat illah yaitu karena terdapat Yazid bin Khoshifah. Dalam
12
13
Adadu Rakaat Qiyamil Lail, Musthofa Al Adawi, Daar Majid Asiri, hal. 36.
Adadu Rakaat Qiyamil Lail, hal. 36.
11
"
Dari Az Zafaroniy, dari Imam Asy Syafii, beliau berkata,
Aku melihat manusia di Madinah melaksanakan shalat malam
sebanyak 39 rakaat dan di Makkah sebanyak 23 rakaat. Dan sama
sekali hal ini tidak ada kesempitan (artinya: boleh saja melakukan
sepertiitu,-pen).15
14
15
12
-
-
At Tamhid, 21/70.
16
13
Shalat malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi
jumlah
rakaat
di
atas
boleh
dilakukan.
14
mampu
melaksanakan
rakaat-rakaat
yang
panjang,
maka
Bahkan
para
ulama
juga
telah
menegaskan
20
rakaat.
Tidak
ada
seorang
pun
yang
yang
dilakukan
di
timur
dan
barat.
17
Majmu Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa, cetakan ketiga, 1426 H, 22/272.
15
- -
- -
.
- -
-
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Humaid bin
'Abdurrahman dari
Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu
bahwa
- -
16
.
Dan dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari
'Abdurrahman bin 'Abdul Qariy bahwa dia berkata, "Aku keluar
bersama 'Umar bin Al Khoththob radhiyallahu 'anhu pada malam
Ramadhan menuju masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompokkelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada
seorang yang shalat diikuti oleh ma'mum yang jumlahnya kurang dari
sepuluh orang. Maka 'Umar berkata, "Aku berpikir bagaimana
seandainya mereka semuanya shalat berjama'ah dengan dipimpin satu
orang imam, itu lebih baik". Kemudian Umar memantapkan
keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jama'ah yang
dipimpin oleh Ubbay bin Ka'ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya
pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu
jama'ah dengan dipimpin seorang imam, lalu 'Umar berkata, "Sebaikbaiknya bid'ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu
adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam.18 Yang beliau
maksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orangorang secara umum melakukan shalat pada awal malam. (HR. Bukhari
no. 2010).
18
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, Hal ini merupakan dalil tegas bahwa shalat
di akhir malam lebih afhdol daripada di awal malam. Namun hal ini bukan berarti memaksudkan
bahwa shalat sendirian lebih afdhol dari shalat secara berjamaah. (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al
Asqolani, Darul Marifah, 1379, 4/253)
17
)5
Teks hadits
:
:
Adadu Rakaat Qiyamil Lail, hal. 46.
19
18
:
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata bahwa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan Shalat
19
20
21
H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research).
Objek yang menjadi kajian penelitian ini adalah masyarakat di Dusun Wetan
Gunung, Desa Wonojati Kec.Jenggawah. penelitian ini termasuk dalam
penelitian kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian dengan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati.21 Sedangkan menurut suharsimi Arikunto
dalam Andi Prastowo ditegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak untuk
menjuji suatu Hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya
tentang suatu variable, gejala atau keadaan.22
Berkaitan dengan penelitian ini, penggunaan paradigma kualitatif
dimaksudkan untuk memahami situasi sosial secara mendalam mengenai
Implementasi dari Hadits tentang shalat Tarawih sebagai budaya masyarakat
Dusun Wetan Gunung Kec. Jenggawah yang merupakan Hadits fenomena
Hadits yang hidup di masyarakat (living hadits). Penggunaan metode kualitatif
20
22
ini bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data deskriptif berupa katakatatertulis ataupun lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
Berkaitan dengan arah living hadits dapat dilihat dalam tiga bentuk,
yaitu tulis, lisan dan praktik. Ketiga model dan bentuk living hadits tersebut satu
dengan lainnya sangat berhubungan. Untuk membahas berbagai arah living
hadits
masyarakat yang akan diteliti.23 maka berangkat dari hal tersebut dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu pendekatan
dan penelitian dalam meneliti fakta religius bersifat subjektif serta pikiranpikiran, perasaan-perasaan, ide-ide, emosi-emosi, maksud-maksud, pengalamanpengalaman, dan sebagainya dari seseorang yang yang diungkapkan dalam
tindakan luar(perkataan dan perbuatan)24 dengan pendekatan ini dapat diketahui
sejauhmana masyarakat memahami hadits tentang fadhilah shalat tarawih dan
implementasinya
di
Dusun
Wetan
gunung
Kec.
Jenggawah
peneliti
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan komponen yang penting didalam sebuah
penelitian ini untuk memperjelas kepada pembaca tentang dimana penelitian ini
akan dilakukan, lokasi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah Dusun
Wetan Gunung yang beralamatkan di Dusun Wetan Gunung, Desa Wonojati
Kec.Jenggawah.
23
M. Mansyur,dkk, Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadits (Yogyakarta :Teras, 2007),
154.
24
Imam Suprayogo & Thobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: Rosda karya,
2003), 103.
23
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yaitu primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek yang
akan diteliti dalam hal ini yang menjadi data primer adalah kepala dusun, tokoh
masyarakat dan masyarakat Dusun Wetan Gunung,Wonojati, Jenggawah,Jember
yang melaksanakan tradisi shalat tarawih yaitu yang mengetahui objek yang
diteliti serta bertanggung jawab terhadap pendeskripsian suatu objek yang
diteliti baik berupa kata-kata maupun tindakan mereka.
25
24
b. Metode Observasi
Menurut
Hadi
menerangkan
bahwa
pengamatan
(observasi)
fenomena
sosialkeagamaan
selama
beberapa
waktu
tanpa
c.
Dokumentasi
Dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah
25
28
26
e. Keabsahan Data
Kredibilitas penelitian dapat diukur dari keabsahan data yang ada.
Untuk memperoleh keabsahan data, peneliti menggunakan literatur
(seperti buku, majalah dan sebagainya), yang menunjang hal yang
berkaitan dengan penelitian dan teori menjadi penting dilakukan oleh
peneliti untuk mencapai keabsahan data.
I.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan gambaran singkat tentang skripsi
yang akan dikemukakan secara beraturan dari bab per bab dengan sistematika
yang bertujuan agar pembaca dapat dengan mudah mengetahui gambaran isi
secara global.
Oleh sebab itu penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, adapun
sistematika yang dimaksud sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, yang berisi latar belakang, focus penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab II: Kajian Pustaka, yang berisi penelitian terdahulu dan kajian teori.
Bab III: Memaparkan tentang metode penelitian yang mencakup
pendekatan dan jenis penelitian, subjek penelitian, tekhnik pengumpulan data dan
analisis serta pembahasan temuan.
Bab IV: memaparkan Hadis-hadis tentang Fadhilah shalat tarawih dan
pemahaman masyarakat terhadap hadis tersebut.
Bab V: Implementasi Hadis Tentang Fadilah Shalat Tarawih dalam
kehidupan masyarakat di Dusun Wetan Gunung Desa Wonojati Kec. Jenggawah
Kab. Jember.
Bab VI: Penutup yang berisi Kesimpulan dan saran-saran.
27
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi, Dari Living Sunnah ke Living Hadis dalam Metodologi Penelitian Living
Quran dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007).
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember
Press,2015).
Mahmoed, Soelaiman. 1983. Shalat TarawiH. Jakarta: CV usrah.
Taimiyah, Ibnu. T.t. Majmu Al Fatawa. Cetakan Ketiga. T. Tp: Darul Wafa.
Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Prastowo, Andy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mansyur, M. dkk. 2007. Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadits.
Yogyakarta :Teras.
Suprayogo, Imam, dan Thobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung: Rosda karya.
Prastowo, Andy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Miles dan Huberman. 1992. Analitis Data Kualitatif Buku Sumber tentang
Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.
Burhan bungin. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis
Kearah Ragam Varia Kontemporer. Cet. Ke-3. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.