Anda di halaman 1dari 6

Sinar Wood (Wood’s Light)

Sinar wood, bersumber dari cahaya ultraviolet berasal dari hampir semua sinar
tampak yang dikeluarkan oleh saringan Wood (nikel oxida), merupakan perlengkapan
penting dalam diagnosis dan pengobatan. Variasi pigmen epidermis lebih terlihat di
bawah lampu wood dibandingkan sinar tampak.
Sinar wood disebut juga black light, spesifik terbuat dari cahaya fluoresens
normal, biasanya digunakan satu fosfor dan pembungkus kaca jernih bola lampu tetapi
bisa diganti dengan kaca deep-bluish-purple disebut kaca wood (Wood’s glass), yaitu
kaca nickel-oxide-doped yang menghambat hampir semua sinar tampak dibawah 400
nanometer. Fosfor spesifik digunakan untuk puncak emisi antara 368 hingga 371
nanometer. Sinar wood bisa dihasilkan dari penggunaan wood’s glass sederhana sebagai
ganti pembungkus kaca jernih untuk bola lampu pijar. Ini adalah metoda yang
digunakan untuk menghasilkan sumber sinar wood pertama kali.

Lampu Wood (Wood’s Lamp)


Lampu wood pertama kali ditemukan oleh Robert W Wood pada tahun 1903.
Pertama kali digunakan pada praktek dermatologi untuk pemeriksaan jamur di rambut
oleh Margarot dan Deveze tahun 1925. Meskipun kebanyakan digunakan pada kelainan
pigmen dan infeksi, lampu wood saat ini dipakai sebagai alat diagnostik pada beberapa
kanker kulit.
Lampu wood mengemisi radiasi ultraviolet gelombang panjang (UVR), disebut
juga black light, dihasilkan oleh pancaran merkuri tekanan tinggi dilengkapi filter yang
terbuat dari campuran barium silikat dengan nikel oksida 9%, sebagai saringan wood.
Saringan tersebut tidak tembus cahaya, kecuali antara 320 dan 400 nm dengan puncak
emisi pada 365 nm. Fluoresens pada jaringan terjadi jika sinar wood (UV) diabsorbsi
dan radiasi gelombang panjang (biasanya sinar tampak) diemisi. Output lampu wood
umumnya rendah (< 1 mw/cm2). Fluoresens kulit normal sangat redup atau tidak ada
terutama disebabkan bahan elastin, asam amino aromatik, dan prekursor atau produk
melanin.

Teknik Pemeriksaan Lampu Wood

1
Penggunaan lampu wood tidak terlalu membutuhkan keahlian. Bagaimanapun juga,
beberapa pokok praktis harus diingat untuk menghindari kesalahan interpretasi hasil.
1. Sebelum pemeriksaan, lampu wood dipanaskan kisaran 1 menit.
2. Ruang pemeriksaan harus benar-benar gelap, sedikit jendela atau memakai
penutup hitam.
3. Pemeriksa harus beradaptasi terlebih dahulu dengan ruangan gelap supaya bisa
melihat kontras lebih jelas.
4. Hindari mencuci area yang akan diperiksa lampu wood karena bisa
menghasilkan false negatif disebabkan dilusi pigmen.
5. Hapus semua obat topikal, sisa kain kasa dan sabun di area yang akan diperiksa
karena kemungkinan bahan tersebut menyebabkan fluoresens di bawah lampu
wood. Contoh fluoresens keunguan dihasilkan salap yang mengandung
petrolatum, fluoresens hijau oleh asam salisilat, dan refleksi cahaya jas putih
pemeriksa menghasilkan fluoresens biru terang.
6. Lakukan pemeriksaan lampu wood dengan sumber cahaya berjarak 4 sampai 5
inci dari lesi.
7. Perhatikan fluoresens yang tampak.

Aplikasi Lampu Wood


 Infeksi Jamur Superfisial
Tinea Kapitis
Penggunaan pertama kali lampu wood untuk pemeriksaan tinea kapitis berdasarkan
fakta bahwa beberapa spesies dermatofita memproduksi fluoresens spesifik di
bawah cahaya UV. Bahan kimia yang menyebabkan fluoresens ini adalah pteridine.
Lampu wood membantu diagnosis dan pengobatan pasien individu juga untuk
skrining massa dan kontrol epidemik di sekolah. Juga bisa digunakan untuk menilai
lama dan respon pengobatan, diakhiri dengan timbulnya rambut non fluoresens.
Dermatofita yang menyebabkan fluoresens umumnya kelompok genus
Microsporum. Bagaimanapun juga, tidak ditemukannya fluoresens bukan berarti
tidak menderita tinea kapitis, seperti kebanyakan pada spesies Tricophyton non
fluoresens (kecuali T.schoenleii)

2
Tabel karakteristik tinea kapitis
Organisme Warna Fluoresens
Microsporum audonii Biru-hijau
Microsporum canis Biru-hijau
Microsporum ferrugineum Biru-hijau
Microsporum distortum Biru-hijau
Microsporum gypseum Kuning-tidak mengkilat
Trichophyton schoenleinii Biru-tidak mengkilat

Pityriasis versicolor
Malassezia furfur memancarkan fluoresens putih-kekuningan atau oranye-tembaga.
Lampu wood mendeteksi infeksi subklinik dan perluasan infeksi, juga bisa
membedakan folikulitis Pityrosporum dan penyebab lainnya.

 Infeksi Bakteri
Infeksi Pseudomonas
Spesies Pseudomonas patogen memproduksi pigmen pyoverdin atau fluorescein
yang memperlihatkan fluoresens hijau di bawah sinar wood. Fluoresens bisa
dideteksi jika jumlah bakteri lebih dari 105/cm2, jumlah yang dibutuhkan untuk
menimbulkan infeksi. Lampu wood bisa mendeteksi infeksi awal pseudomonas pada
luka bakar dan erosi kulit yang luas pada pemfigus, nekrolisis epidermal toksik, dan
sindroma steven johnson. Diagnosis gangren ektima bisa dibuat lebih cepat
dibandingkan kultur darah dan pemeriksaan dilakukan dengan injeksi saline ke
dalam luka kemudian periksa cairan tersebut di bawah sinar wood.
Eritrasma
Corynebacterium minutissimum memperlihatkan fluoresens merah karang (coral-
red) di bawah sinar wood disebabkan coproporfirin III yang larut dalam air, karena
itu, mencuci area tersebut akan mengangkat fluoresens. Kolonisasi organisme
subklinik bisa dideteksi menggunakan lampu wood, pada jari, skalp, atau trunkus.

 Akne vulgaris
Coproporfirin merupakan porfirin utama yang dihasilkan P.acnes memberikan
fluoresens oranye-merah pada komedo yang mengandung P.acnes. Fluoresens

3
merah karang (coral-red) sering ditemukan pada individu normal di folikular wajah
dan papila lidah. Fluoresens yang sama disebabkan proto atau coproporfirin bisa
ditemukan terutama pada karsinoma skuamous sel dan bahkan ulkus tungkai bawah
non maligna. Beberapa neoplasma maligna gastrointestinal atau traktus respiratori
bisa memperlihatkan fluoresens yang sama.

 Gangguan Pigmen
Dermatosis hipopigmentasi dan depigmentasi
a. Hipopigmentasi pada kulit kuning langsat sangat sulit dilihat. Pada lesi
hipopigmentasi atau depigmentasi terdapat sedikit atau tidak ada melanin
epidermis. Sebagai konsekwensi, terdapat celah dimana cahaya menginduksi
autofluoresens kolagen dermis yang bisa dilihat. Disebabkan titik potong kasar
pada pancaran sinar tampak dari lesi kulit, tepi hipopigmentasi atau
depigmentasi terlihat lebih jelas di bawah sinar wood. Lesi tampak biru-putih
yang terang disebabkan autofluoresens.
b. Lampu wood sangat membantu dalam membuat diagnosis vitiligo dan
membedakannya dari pityriasis alba, lepra, dan hipopigmentasi paska inflamasi
atau mengidentifikasi lesi pada kulit kuning langsat. Lampu wood juga
membantu membedakan nevus depigmentosus dengan nevus anemicus (tidak
memperlihatkan penekanan di bawah lampu wood)
Dermatosis hiperpigmentasi
Lampu wood bisa digunakan untuk membedakan kedalaman melanin pada kulit.
Variasi pigmen epidermis lebih terlihat di bawah sinar wood. Berdasarkan
penemuan sinar wood, Sanchez dkk mengelompokkan melasma ke dalam empat
subtipe : epidermis, dermis, campuran dan tidak terlihat dengan pemeriksaan sinar
wood. Sinar wood bisa juga sebagai panduan prognosis pada pengobatan melasma,
melasma tipe epidermis lebih respon terhadap bahan depigmentasi dibanding tipe
lainnya.
Lampu wood juga sebagai panduan penting dalam peeling kimia (chemical peeling).
Penambahan asam salisilat (dalam rasio 1:5) atau fluoresens dalam sodium (rasio
1:15) untuk cairan peeling dan diamati fluoresens hijau dan kuning-oranye berturut-

4
turut di bawah sinar wood membantu untuk mencegah penutupan berlebihan dari
cairan peeling dan memastikan dilakukan di semua area.

 Porfiria
Deteksi kelebihan porfirin pada sampel gigi, urine, sel darah merah, dan cairan
lepuh dalam berbagai bentuk porfirin bisa mudah dilakukan dengan bantuan lampu
wood. Penambahan dilusi asam hidroklorida pada sampel yang akan diperiksa
fluoresens dengan mengubah porfirinogen menjadi porfirin.
Tabel fluoresens pada porfiria
Diagnosis Sampel Fluoresens
Eritropoetik porfiria RBC, urine, gigi, tulang, cairan Merah-merah muda
Eritropoetik lepuh Merah-merah muda
protoporfiria RBC, feses, batu empedu Merah-merah muda
Porfiria kutaneus tarda RBC, feses, urine Merah-merah muda
Variegate porfiria Urine (hanya kondisi krisis), feses

 Diagnosis Fotodinamik
Teknik yang relatif baru, non invasif, dan sederhana sedang dikembangkan untuk
diagnosis kondisi premaligna dan maligna. Melibatkan aplikasi 20% salap ALA ke
tumor dan dibiarkan 4-6 jam, membiarkan protoporfirinogen IX terakumulasi,
setelah itu area disinari dengan sinar wood. Diagnosis fotodinamik ini telah
dibuktikan sangat bermanfaat untuk diagnosis epitelioma sel basal, Bowen’s disease,
solar keratosis, dan extramammary paget’s disease.

 Penggunaan Lainnya
 Pemeriksaan terowongan pada skabies dengan mengoleskan zat fluoresens
seperti pasta tetrasiklin atau dicelup zat fluorescein
 Deteksi pemberian obat sistemik seperti tetrasiklin pada lunula kulit dan
kuku. Topikal tetrasiklin hidroklorida memperlihatkan fluoresens merah
karang (coral red) yang berubah menjadi kuning setelah beberapa menit
diperiksa di bawah lampu wood.
 Menentukan krim proteksi sinar matahari dan krim pelindung lainnya.

5
 Lampu wood bisa digunakan untuk mendeteksi alergen pada kulit yang
disebabkan alergi kosmetik, hal tersebut sering digunakan untuk foto patch
test meskipun tidak ideal untuk tes ini. Peggunaan penanda fluoresens
selama patch test atau tes lainnya yang memerlukan identifikasi kulit setelah
24-48 jam dibantu dengan lampu wood.
 Deteksi semen di kulit pada kasus pelecehan seksual.
 Sinar wood mempunyai efek sterilisasi terhadap Staphylococcus aureus dan
mycobacteria, dan bisa digunakan untuk sterisasi media kultur.

Beberapa pitfalls (kesalahan) dalam penggunaan sinar wood (wood’s light)


 Sinar wood digunakan untuk mendiagnosis tinea kapitis yang didapat dari
kucing atau anjing, tetapi kebanyakan jamur tidak berfluoresens, sehingga hasil
tes negatif tidak bisa meniadakan diagnosis.
 Ada beberapa refleksi cahaya dari dermatosis berskuama, bisa membingungkan
dengan perubahan warna yang relatif tidak jelas pada pityriasis versicolor
 Kemeja dan jaket putih bisa sangat mengganggu pemeriksaan
 Fluoresens merah muda pada eritrasma disebabkan porfirin sering ditemukan,
fluoresens yang diharapkan negatif jika kulit yang terkena dicuci terlebih dahulu
sebelum diperiksa

Lampu wood merupakan peralatan sederhana tidak invasif, digunakan untuk diagnosis
dermatosis infeksi dan pigmentasi oleh dermatologis. Bagaimanapun juga, penggunaan
baru seperti aplikasi diagnosis fotodinamik pada kanker kulit saat ini masih
dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai