Kisah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Sampai Wafat PDF
Kisah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Sampai Wafat PDF
SAMPAI WAFAT
Nabi Muhammad juga menjadi nabi terakhir yang mengenalkan sebuah agama yang
sekarang kita kenal sebagai agama islam. Ajaran nabi Muhammad yang utama adalah mengajak
kaum kafir di Mekah untuk meninggalkan kepercayaan lama mereka yakni menyembah berhala
dan hanya mempercayai adanya satu tuhan yaitu Allah SWT. Dakwah dan syiar beliau mendapat
banyak tantangan dan penolakan.
Kisah Nabi Muhammad SAW sebagai pencerminan salah satu sosok yang paling mulia di muka
bumi ini. sampai saat ini belum ada manusia yang memiliki sifat Sidiq, Amanah, Tabligh, dan
Fatanah seperti beliau. Menurut pandangan ilmuwan barat, Nabi Muhammad adalah sosok paling
sukses di dunia ini karena telah berhasil memiliki banyak pengikut terbukti dengan jumlah
masyarakat muslim di dunia ini.
Beliau tahir pada tahun gajah. Dinamakan tahun gajah karena pada masa itu terjadi penyerbuan
kota Mekah oleh pasukan gahaj yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habsyah dengan tujuan
untuk merobohkan Ka‟bah. Kemudian Allah mengirimkan pasukan burung Ababil yang
membawa batu yang mengandung wabah penyakit dan rencana pasukan gajah tersebut berhasil
digagalkan.
Diperkirakan jarak antara kelahiran Nabi Adam AS yang merupakan nabi pertama sekaligus
manusia pertama yang di ciptakan Allah di muka bumi dengan Nabi Muhammad adalah 6155
tahun. Angka tersebut didapatkan berdasarkan riwayat dari para ahli sejarah islam yang
dianalisis dari penambahan tahun dan sejarah dari nabi-nabi sebelumnya seperti nabi ilyas, nabi
zakaria, nabi hud, nabi idris, nabi isa, nabi ibrahim, nabi harun, dan lainnya hingga berakhir
pada nabi Adam AS. Kisah nabi muhammad saw perlu kita ketahui agar kita paham perjalanan
beliau.
Nabi Muhammad lahir dari rahim seorang wanita mulia bernama Aminah. Ia dibesarkan oleh ibu
dan kakeknya Abdul Muthalib karena ketika Nabi Muhammad berusia 2 bulan, ayahnya yakni
Abdullah meninggal dunia. Tradisi bangsa Arab kala itu yakni menitipkan bayi pada ibu
persusuan. Kakeknya menyerahkan beliau kepada seorang wanita dari Bani Sa‟ad bernama
Halimah binti Dzuaib As-Sa‟diyah.
Sejak masih balita, beliau sudah menunjukkan mukjizat berupa kejadian-kejadian dimana saat
beliau berada di tanah Bani Sa‟ad untuk disusui, saat itu Bani Sa‟ad sedang mengalami musim
kemarau panjang sehingga terjadilah musim pancekelik. Semenjak kedatangan beliau disana,
perlahan tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur dan bisa ditanami oleh berbagai
tumbuhan. Kita mulai membahas kisah nabi muhammad saw dari masa kecil beliau.
Beliau kemudian diasuh oleh Ummu Aiman dan kakeknya Abdul Muthalib. Pada usianya yang
menginjak 8 tahun, kakeknya meninggal dunia dan beliau kemudian diasuh oleh pamannya Abu
Thalib. Di usianya yang masih sangat muda, beliau harus menghadapi kenyataan meninggalnya
orang-orang terdekat yang begitu dicintainya yaitu orang tua dan kakeknya.
Pada usia 12 tahun, beliau mulai perjalanan ke negeri Syam untuk berdagang bersama
pamannya, Abu Thalib. Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama beliau. Ke manapun beliau
pergi, hal-hal istimewa tampaknya selalu mengikuti beliau. Seolah-olah menunjukkan tanda-
tanda kemuliaannya. Ketika berada di kota Basrah, seorang pendeta Nasrani melihat adanya
keistimewaan dari dalam diri Nabi Muhammad.
Bahkan pendeta Nasrani bernama Buhaira tersebut memberikan pesan kepada paman beliau
untuk menjaga Nabi Muhammad dengan baik. pendeta ini menyatakan bahwa suatu saat Nabi
Muhammad akan mendapat kedudukan tinggi. Orang Nasrani sendiri melihat adanya tanda-tanda
keistimewaan pada diri Nabi Muhammad padahal kala itu usia beliau yang masih anak-anak
sangat mustahil dapat terlihat.
Selain mengikuti pamannya berdagang ke negeri syam. Masa kecil Nabi Muhammad juga
dipenuhi dengan peristiwa luar biasa. Pada usia 15 tahun, beliau bergabung dalam perang Fijar
yang terjadi di daerah antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini dimenangkan oleh kelompok
dimana Nabi Muhammad bergabung. Akan tetapi terjadi sebuah perdamaian diantara kedua
pihak yang berperang. Ini merupakan bagian awal dari kisah Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan ke dua beliau ke Syam ditemani oleh seorang hamba sahaya milik Khadijah bernama
Maisaroh. Dalam perjalan kedua tersebut, beliau bertemu dengan seorang rahib bernama
Nasthur. Nasthur memahami dan melihat adanya tanda-tanda keistimewaan pada diri Nabi
Mumamad seperti yang pernah dilihat oleh pendeta Nasrani ketika perjalanan pertama ke negeri
Syam.
Pernikahan beliau dikaruniai 3 orang putra dan 4 orang putri yakni Al Qasim, Abdullah,
Thayyib, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan yang terakhir Fatimah. Ketiga putranya
meninggal ketika masih kecil hingga hanya tersisa 4 putri-putrinya saja. Putri-putri Nabi
Muhammad tumbuh menjadi gadis cantik dan soleha. Bahkan 3 diantaranya menjadi istri salah
satu Khulafaur Rasyidin yaitu Usman dan Ali.
Zainab menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi‟ bin Abdus Syam, Ruqayyah menikah dengan
Utbah bin Abi Lahab, Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah bin Abi Lahab, dan putri
sulungnya yaitu Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra. Putri kedua dan ketiganya yaitu
Ruqayyah dan Ummu Kaltsum kemudian menikah dengan Khulafaur Rasyidin ke 3 yaitu Usman
bin Affan.
Nabi Muhammad menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar Assidiq, putri dari Abu Bakar
Assidiq Yang merupakan sahabat beliau pada tahun ke dua hijriah setelah beberapa tahun istri
pertamanya meninggal dunia. Tahun pernikahannya bertepatan dengan tahun pernikahan putri
sulungnya, Fatimah yang saat itu berusia 15 tahun dengan Ali yang kala itu berusia 21 tahun.
Pada tahun ke 3 hijriah, Nabi Muhammad SAW menikah dengan Hafsah binti Umar bin Khattab
yang merupakan sahabat beliau sekaligus Khulafaur Rasyidin ke 2 menggantikan Abu Bakar.
Tahun pernikahannya dengan Hafsah bertepatan dengan pernikahan putrinya, Ummu Kulstum
dengan Usman bin Affan yang sekaligus nantinya diberikan amanah sebagai Khulafaur Rasyidin
ke 3.
Setelah Ka‟bah didirikan dan Nabi Ibrahim meninggal dunia, Ka‟bah seringkali dilanda bencana
mulai dari banjir hingga serangan kaum kafir. Hal ini menyebabkan fondasi dinding Ka‟bah
mula goyah. Pada usia Nabi Muhammad yang menginjak 35 tahun, pada saat itu Ka‟bah
mengalami tahap renovasi. Nabi Muhammad berpartisipasi dalam perbaikan Ka‟bah. Beliau
memanggul batu dengan hanya beralas kain.
Ketika itu pula terjadi perselisihan sengit antara kabilah di Mekah terkait siapa yang pantas
mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempat semula. Perselisihan ini tak
kunjung menemukan titik temu karena tiap-tiap kabilah masing-masing ingin perwakilan
kabilahnya lah yang meletakkan kembali Hajar Aswad. Nabi Muhammad SAW memainkan
peran penting dalam masalah ini.
Beliau memecahkan masalah tersebut dengan ide yang sangat luar biasa. Beliau memutuskan
untuk menggunakan surbannya sebagai alas Hajar Aswad dan meletakkannya di tengah-tengah.
Kemudian masing-masing perwakilan kabilah memegang ujung-ujung surban dan
mengangkatnya dan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semua secara bersama-sama.
Dengan cara ini semua kabilah mendapat peran dan kehormatan yang sama rata. Dari cara beliau
menyelesaikan masalah kecil, sifat adil yang beliau miliki tidak pernah ditinggalkan. Dalam hal
sekecil apapun, beliau memang selalu menerapkan sifat dasar yang sudah disebutkan
sebelumnya. Maka dari itulah beliau dianggap sebagai makhluk di muka bumi yang paling mulia
hingga saat ini.
Kala itu Nabi Muhammad SAW sedang berada di dalam Gua Hira di bagian atas Jabal Nur.
Beliau memilih tempat yang sepi dan jauh dari desas desus masyarakat kota Mekah yang saat itu
semakin hari semakin menunjukkan kekafirannya. Di gua Hira, beliau beribadah dan beruzlah
untuk mendekatkan diri pada Allah. Di sanalah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama
dari Allah kepada Rasul.
Wahyu pertama yang dibawa Malaikat Jibril surat pertama yang ada dalam kitab suci Al-Qur‟an
yaitu Surah Al-Alaq yang terdiri dari 4 ayat. Kata pertama memerintahkan Rasul untuk
membaca, akan tetapi Rasul kemudian mengatakan bahwa beliau tidak bisa membaca. Sungguh
di luar dugaan nalar manusia, meski beliau tidak bisa membaca, namun daya ingat dan
kemampuan beliau sangat luar biasa.
Beliau mampu menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT yang dibawakan oleh Malaikat
Jibril dengan sempurna. Surah inilah yang menjadi bukti beliau dalam menyampaikan kebenaran
agama Allah SWT. Wahyu ini kemudian beliau sampaikan kepada istrinya, Khadijah
ketika pergi ke Gua Hira untuk menemui Rasul. Khadijah kemudian kembali dan menceritakan
peristiwa tersebut kepada Waraqah
Waraqah bin Nauval merupakan putra dari paman Khadijah sekaligus seorang yang sangat
terkenal akan keluasan ilmunya terutama di bidang ihwal agama samawi. Setelah mendengar
penuturan Khadijah, Waraqah berkata: “Demi tuhan yang nyawa Waraqah berada di tangan-Nya.
Jika engkau percaya wahai Khadijah, bahwa telah datang malaikat agung yang pernah datang
pada Musa dahulunya dan sesungguhnya Muhammad adalah Nabi dari umat ini.”
Khadijah kemudian menjadi wanita pertama yang beriman. Setelah itu disusul dari kalangan
laki-laki yaitu Abu Bakar bin Kufah. Ali bin Abi Thalib yang merupakan salah satu Khulafaur
Rasyidin nantinya menjadi salah satu yang beriman dari golongan anak-anak. Meski Ali tumbuh
di lingkungan yang menyembah patung, namun beliau tidak pernah menyembah patung dan
Allah-lah yang pertama disembah.
Awalnya Nabi Muhammad melakukan dakwa dengan cara sembunyi-sembunyi mulai dari orang-
orang terdekatnya seperti keluarga dan sahabat. Kemudian turun perintah dari Allah agar Rasul
melakukan dakwah secara terang-terangan melalui surah Al-Hijr ayat 94. Maka beliau langsung
melakukan dakwah kepada masyarakat kota Mekah untuk meninggalkan perbuatan syirik dan
hanya mengesakan Allah.
Dakwah yang dilakukan Rasul tidaklah berjalan mulus karena sebagian masyarakat kota Mekah
ada yang beriman dan ada juga yang masih mempertahankan tradisi mereka menyembah berhala.
Bahkan beliau pernah disakiti oleh kaumnya sendiri. ketika berdakwah, beliau dilempari batu
dan dilempari kotoran di pintu rumahnya. Beliau tidak membalas perbuatan umatnya akan tetapi
senantiasa bersabar. Kisah nabi muhammad saw berlanjut dengan hijrah.
Hijrah kedua ke Habasyah terjadi pada tahun ke 7 kenabiannya. Kali ini, beliau berhijrah
bersama pamannya, Abu Thalib, Bani Muthalib, dan Bani Hasyim. Hijrah Rasul ini
dimanfaatkan oleh kaum Quraisy untuk memboikot jalur perdagangan di pasar dan suplai
makanan kepada rombongan Hijrah Rasul. Kaum Quraisy akan menghentikan pemboikotan
apabila Rasul diserahkan untuk dibunuh.
Karena aksi pemboikotan tersebut, Rasul dan kaumnya terjebak dan terkurung selama 3 tahun
di Syi‟ib tanpa mendapat makanan kecuali ada yang mengirimkan makanan dengan sembunyi-
sembunyi. Untuk bertahan hidup, Nabi Muhammad dan kaumnya memakan dedaunan. Setelah 3
tahun belalu, orang-orang Quraisy mencabut pemboikotan. Kemudian keluarkan nabi dari Syi‟ib
pada tahun 10 kenabiannya.
Setelah terbebas dari kurungan di Syi‟ib, istri beliau Khadijah binti Khuwalid meninggal dunia.
Kemudian disusul oleh pamannya, Abu Thalib. Tahun ini merupakan tahun „Amul Huzni‟ atau
tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad. Beliau kehilangan dua sosok yang amat dicintai dan
selalu bersamanya melewati dan menghadapi cacian dan cercaan kaum Quraisy. Tentu hal ini
merupakan hal yang sedih saat kita mempelajari kisah nabi muhammad saw.
Pada tahun ke 10 kenabian ini juga beliau melakukan hijrah ke Thaif dan menetap selama
sebulan. Disana beliau melakukan dakwah secara terang-terang kepada penduduk Thaif. Akan
tetapi dakwah beliau di Thaif tidak mendapat respons dan justru menolak dengan tindakan
penolakan yang amat buruk yakni dilempari batu hingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka.
Mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari masyarakat Thaif, beliau kemudian kembali ke
Mekah.setahun kemudian yakni pada usia 11 tahun kenabiannya, terjadi peristiwa Isra dan
Mi‟raj. Isra merupakan Peristiwa perjalanan Rasul dari Masjidil Haram di Mekah menuju
Masjdil Aqsha di Baitul di Palestina hanya dalam waktu semalam saja kemudian disusul dengan
peristiwa Mi‟raj
Sedangkan Mi‟raj merupakan peristiwa naiknya Rasul ke langit dimana disana Allah
memerintahkan umatnya untuk melaksanakan Sholat yang awalnya 50 rakaat dan diakhiri
dengan kesepakatan 5 rakaat. Jika ditelaah menggunakan nalar, sungguh perjalanan Rasul di luar
batas kemampuan manusia pada umumnya. Akan tetapi penjelasan mengenai peristiwa ini sudah
tercantum dalam kitab suci Al-Qur‟an.
Rasul tidak henti-hentinya menyebar agama Islam ke luar Kabilah Mekah termasuk ke kota
Madinah. Penduduk Madinah ada yang beriman dan ada juga yang kafir sama seperti penduduk
kota Mekah. Begitu seterusnya, terus berdatangan orang-orang Madinah untuk melakukan baiat
di hadapan Nabi untuk mengesakan Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.
Orang-orang yang telah di baiat tersebut kemudian pulang ke Madinah dan mereka menjadi
peratara Nabi dalam menyampaikan ajaran Islam di Madinah. Dengan begitu, maka tersebarlah
agama Islam apa penduduk kota Madinah. Setelah pemeluk agama Islam di Madinah semakin
luas, Rasul memerintahkan sahabat dan kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah bersama
Abu Bakar As-Sidiq.
Rasul dan Abu Bakar tiba di gua Tsur dan bermalam selama 3 malam. Setelah melanjutkan
perjalan ke Madinah dengan bantuan Unta dari seorang petunjuk jalan. Beliau tiba di kota Quba
dan mendirikan masjid pertama disana. Masjid tersebut dibuat atas dasar ketakwaan kepada
Allah dan sebagai tempat melaksanakan ibadah kepada Allah AWT berupa shalat dan berdoa.
Tiba di kota Madinah, pasukan muslim Mekah di sambut oleh kaum Anshor di Madinah dengan
penuh kegembiraan seraya mendendangkan Nasyid. Di Madinah juga Rasul mendirikan Masjid
pertama dan di kota ini pula disyari‟atkan Adzan sebagai pertanda waktu shalat dan panggilan
umat Islam untuk segera melaksanakan Shalat wajib. Kisah nabi muhammad saw berikutnya
dilanjutkan dengan kisah kenabian dan perang.
Beberapa perang terjadi selama Nabi Hijrah ke Madinah. Pertama adanya perang Wadan, yaitu
perang yang terjadi si desa Wadan yang terletak diantara kota Mekah dan Madinah. Kemudian
perang Buwath yang terjadi di pegunungan Juhainah, perang Al „Asyiriah yang terjadi di antara
Yanbu‟ dan Dzil Marwah. Perang tersebut bukan bertujuan membinasakan kaum kafir tetapi
semata-mata menghambat.
Pada masa hirjiah ini pula terjadinya perubahan arah kiblat yang awalnya menghadap ke Baitul
Maqdis di Palestina berubah ke arah Ka‟bah di Mekah. Kemudian ketetapan puasa pada bulan
Ramadhan selama sebulan penuh, kewajiban membayar zakat Mal dan disyari‟atkannya shalat
Idul Fitri untuk pertama kalinya sebagai pertanda dimulainya lembaran baru. Dengan demikian,
sempurnalah ibadah umat Islam.
Perang berikutnya kemudian disusul dengan perang Badar Kubra untuk melawan kaum kafir
dimana personil Rasul kala itu hanya 313 melawan personil kaum kafir sebanya 1000 orang.
Allah membantu Rasul dengan mengirimkan Malaikat untuk truurt berperang sehingga
peperangan yang terjadi Badar selama tidak lebih dari satu jam tersebut dimenangkan oleh kaum
Muslimin.
Di setiap peperangan pun Rasul selalu membawa nilai keadilan dan kebaikan. Salah satunya
ketika perang badar berlangsung. Tawanan Quraisy saat itu terbagi menjadi golongan kaya dan
miskin. Golongan kaya ditebus oleh keluarganya dengan harta sedangkan golongan miskin
diminta untuk mengajar membaca dan menulis kepada anak-anak di kota Madinah.
Perang selanjutnya yakni perang Ghafatan pada tahun 3 hijriah. Bani Tsa‟labah dan Muharib di
bawah pimpinan Du‟tsur bi Harits Al Muharibi. Perang ini kemudian dimenangkan oleh pasukan
Rasul dan beberapa pasukan kaum kafir bersembunyi di pegunungan. Du‟tsur mencoba
membunuh Rasul ketika beliau beristirahat di bawah pohon akan tetapi gagal lalu Du‟tsur masuk
islam serta mengajak kaumnya. Kisah nabi muhammad saw dilanjutkan dengan peperangan.
Banyak peristiwa peperangan yang terus terjadi selama Nabi Muhammad hidup dan terus
menyebarkan agama Allah SWT. Diantaranya adalah perang Uhud, Perang Khandaq atau
Ahzab, Perjanjian Damai Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Mu’tah, perang
penaklukan kota Mekah, dan perang Hunain dimana perang tersebut bertujuan semata-
mata untuk membela agama, bukan untuk menghancurkan musuh.
Adapula beberapa ketentuan dan kewajiban lain yang harus dilaksanakan umat Islam
disyari‟atkan pada zaman Rasul antara lain kewajiban menutup aurat, menunaikan haji,
diharamkannya khamar, dan ketentuan umroh pengganti. Perjuangan Nabi Muhammad terus
berlanjut hingga pada tahun ke 11 hijriah, kesehatan beliau mulai memburuk. Tahun ini
merupakan salah satu tahun kesedihan.
Nabi Muhammad wafat pada usia 63 tahun tepatnya hari senin 12 Rabiul Awwal di kediaman
Aisyah, kota Madinah. Abu Bakar yang merupakan sabahatnya sedang tidak berada di Madinah
sehingga ketika diberitahukan bahwa Rasul meninggal dunia, Abu Bakar langsung datang
kemudian membuka kain kafan dan menutupnya kembali seraya menangis kemudian mencium
jenazah hamba Allah yang paling mulia.
Tidak ada satupun para sahabat yang menginginkan kepergian pemeimpinn umat Islam yang
paling dicintai dan di ridhoi oleh Allah SWT. Namun Rasul tidak lain hanyalah manusia yang
tidak memiliki sifat kekal. Nabi Muhammad merupakan manusia yang sudah dijanjikan surga
terindah dan umatnya yang senantiasa mengikuti seluruh perintah dan menjauhi larangan beliau.
Pemakaman Nabi Muhammad ditetapkan setelah dilakukannya Bai‟at kepada Abu Bakar.
Kemudian Abu Bakar menjadi Khalifat atau Khulafaur Rasyidin yang pertama menggantikan
posisi beliau memimpin dan berjuang bersama umat islam serta terus menyebarkan agama Allah
dengan jalan damai dan penuh kecintaan. Karena Islam sendiri berarti rahmat bagi seluruh alam.
Jenazah Nabi Muhammad kemudian di shalatkan bergantian oleh kaum muslimin tanpa adanya
imam. Seluruh umat muslim mulai dari dewasa hingga anak-anak turut serta menshalatkan Nabi.
Beliau dimakamkan di kediaman Aisyah tengah malam pada malam rabu. Bilal kemudian
memercikkan air diatas permukaan tanah dimana Nabi Muhammad beristirahat untuk yang
terakhir kalinya.