Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Muttaqin (2008) pada buku yang berjudul Asuhan keperawatan
perioperatif, Konsep, Proses dan Aplikasi dijelaskan bahwa fraktur cruris
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadi pada tulang fibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.

Menurut Puspitasari (2012) dalam jurnal yang berjudul Asuhan


Keperawatan pada Tn. y dengan Close Fraktur Cruris (Tibia Fibula) 1/3
Distal Dextra di Ruang Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Moewardi Surakarta dijelaskan bahwa fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
tekanan atau rudapaksa. Fraktur cruris (tibia- fibula) merupakan salah satu
kasus kegawatan, dimana pada awal akan memberikan implikasi pada
berbagai masalah keperawatan pada pasien, meliputi respon nyeri hebat
akibat diskontinuitas jaringan tulang, resiko tinggi perdarahan intra operasi,
resiko tinggi infeksi port de entree luka operasi dan resiko jatuh post operasi.

Menurut Reksoprodjo (2010) dalam buku yang berjudul Kumpulan Kuliah


Ilmu Bedah: Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
dijelaskan bahwa fraktur cruris dapat disebabkan karena trauma langsung,
yaitu benturan pada tulang secara langsung dan mengakibatkan terjadi fraktur
di tempat itu, trauma tidak langsung, yaitu titik tumpu benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan, fraktur patalogis disebabkan karena proses
penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain, degenerasi, yaitu
terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri atau usia lanjut dan
spontan, yang terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti saat berolahraga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6
juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi
diintegritas tulang. Penyebab terbanyak Fraktur adalah kecelakaan, baik itu
kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga
bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes
RI, 2011).

Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia,


fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang
paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris,
3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada
tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
Walaupun peran fibula dalam pergerakan ektremitas bawah sangat sedikit,
tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap saja dapat menimbulkan adanya
gangguan aktifitas fungsional tungkai dan kaki.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyani Tri Puspitasari pada tahun 2012
dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn. y dengan Close Fraktur Cruris
(Tibia Fibula) 1/3 Distal Dextra di Ruang Instalasi Bedah Sentral Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang dilakukan di Surakarta
terdapat data bahwa jumlah klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal
terutama penderita Fraktur di ruang Instalasi bedah Sentral (IBS) yaitu pada
bulan Juli- September 2012 terdapat 179 kasus, dimana dari 116 kasus
(64,81%) terjadi pada pria dan 63 kasus (35,19%) terjadi pada wanita.
Sedangkan, pada fraktur cruris terdapat 18 orang (15,51%) laki-laki serta 6
orang (9,52%) perempuan. Komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur cruris,
yaitu shock yang dapat timbul akibat rasa nyeri yang sangat hebat yang
ditimbulkan oleh fraktur itu sendiri,Infeksi karena adanya luka yang
menghubungkan dunia luar yang akan merupakan pintu masuk kuman,
nekrosis vaskuler yang menyebabkan tenganggunya aliran darah ke salah satu
fragmen sehingga fragmen tersebut mati karena terjadi iskemia, cedera
vaskuler dan syaraf terjadi akibat dari tindakan ujung patahan tulang yang
tajam yang menimbulkan iskemia ekstremitas dan gangguan syaraf dan
disease Atrophy dan disease osteoporosis yang dapat terjadi karena pada
ekstremitas yang patah kurang latihan gerak sendi atau karena ekstremitas itu
tidak pernah atau jarang digerakkan atau dipakai dalam beraktivitas.

Peran perawat pada kasus fraktur cruris antara lain sebagai pemberi asuhan
keperawatan dimana perawat akan memberikan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan dengan menggunakan proses asuhan keperawatan, sebagai
advokat dimana perawat akan memberikan informasi kepada klien maupun
keluarga klien dalam mengambil keputusan atas tindakan keperawatan yang
akan diberikan kepada klien, sebagai pendidik dimana perawat akan
membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala
penyakit, bahkan tindakan yang diberikan untuk merubah perilaku dari klien,
sebagai koordinator dimana perawat akan memberikan pengarahan serta
perencanaan dalam pelayanan kesehatan dari tim kesehatan yang lain agar
pelayanan kesehatan dapat sesuai dengan kebutuhan klien, sebagai
kolabolator dimana perawat akan berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya untuk melakukan diskusi dalam penentuan asuhan keperawatan, dan
sebagai konsultan dimana perawat akan berperan sebagai tempat berkosultasi
terhadap tindakan keperawatan yang sesuai dengan asuhan keperawatan.

Berdasarkan banyaknya dan bahayanya komplikasi yang dapat terjadi pada


fraktur cruris, kami membuat makalah ini agar mahasiswa mengetahui lebih
lanjut tentang fraktur cruris serta memahami asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan fraktur cruris.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari fraktur?
2. Apakah penyebab fraktur?
3. Bagaimana patway dari fraktur?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari fraktur?
5. Bagaimana komplikasi dari fraktur?
6. Baagaimana pemeriksaan penunjang dari fraktur?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari fraktur?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pasien fraktur?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dari fraktur
2. Mengetahui penyebab fraktur
3. Mengetahui patway dari fraktur
4. Mengetahui manifestasi klinis dari fraktur
5. Mengetahui komplikasi dari fraktur
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari fraktur
7. Mengetahui penatalaksanaan dari fraktur
8. Mengetahui asuhan keperawatan pasien fraktur
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai