Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN DX MEDIS POST OP

POLIP NASI DIRUANG ANGGREK RSUD Dr.H ABDUL MOELOEK

PROVINSI LAMPUNG

KELOMPOK 3B :

DOTA ARDA SAS

DUWI SUMIYANTO

MAHARANI UTAMI BERUTU

WIDDYA

YOAN NISA MUTIARA

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita  panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat Rahmat dan Hidayah – Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah

Keperawatan ini.Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis banyak

sekali menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan

ini.Asuhan keperawatan ini tersusun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya .

Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis akan dapat diterima sebagai suatu amal baik dan

mendapat balasan dari Allah SWT.Penulis sadari bahwa asuhan keperawatan ini

masih belum sempurna dan banyak kekurangannya, walaupun demikian penulis

mengharapkan asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada

umumnya dan pada penulis pada khususnya.Penulis juga mengharapkan kritik dan

saran dari para pembaca agar penulis dapat menghasilkan asuhan keperawatan

yang lebih baik lagi.Permohonan maaf penulis ucapkan jika ada kesalahan dalam

penulisan makalah ini.Semoga asuhan keperawatan ini dapat berguna bagi

mahasiswa, para dosen dan pembaca lainnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... I


DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................. 4
C. Manfaat Penulisan........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ...................................................................................... 5
B. Klasifikasi Fraktur............................................................................ 5
C. Etiologi............................................................................................. 6
D. Manifestasi Klinis............................................................................. 7
E. Patofisiologi..................................................................................... 7
F. Pemeriksaan penunjang.................................................................. 8
G. Penatalaksanaan.............................................................................. 9
H. Komplikasi....................................................................................... 12
I. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... 13
BAB III ANALISIS RUANGAN
A. Pengkajian....................................................................................... 19
B. Data Fokus....................................................................................... 28
C. Analisa Data..................................................................................... 29
D. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 31
E. Rencana Keperawatan..................................................................... 32
BAB IV Pembahasan
1. Pembahasan.................................................................................... 35
2. Pengkajian....................................................................................... 37
3. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 38
4. Intervensi......................................................................................... 39
5. Implementasi................................................................................... 39
BAB V Penutup
A. Kesimpulan...................................................................................... 41
B. Saran............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 39

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia normalnya memiliki organ sensori, yaitu organ pembau,
pendengaran, pengecapan, dan penglihatan. Organ - organ tersebut tidak
jarang atau bahkan rawan sekali mengalami gangguan, sehingga terjadi
gangguan sensori persepsi pada penderitanya. Hidung adalah salah satu organ
sensori yang fungsinya sebagai organ penghidu. Jika hidung mengalami
gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem tubuh, seperti
pernapasan dan penciuman.

Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa
lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi
mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening
karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong,
tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral.

Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia
anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun,
harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Dulu
diduga predisposisi timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau
penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak mendukung teori ini
dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih
belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada
penderita asma nonalergi (13%) dibanding penderita asma alergi (5%). Polip
nasi terutama ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada laki – laki,
dimana rasio antara laki – laki dan perempuan 2:1 atau 3:1. Penyakit ini
ditemukan pada seluruh kelompok ras.

Prevalensi polip hidung pada seluruh populasi di dunia adalah sekitar 4%


biasanya dijumpai pada orang dewasa yang berumur diatas 20 tahun, dengan

4
perbandingan laki-laki dan perempuan 2 : 1. Hampir 1/3 dari pasien polip
hidung memiliki riwayat asma. Hampir 50% penderita polip hidung memiliki
riwayat keluarga yang sama. Pada pasien polip hidung yang mengalami
intoleransi dari NSAID akan meningkatkan risiko polip sekitar 36-60 %.

B. Rumusan Masalah
Masalah pada penulisan ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan dengan
gangguan system pernapasan polip nasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2020.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi atau gambaran yang nyata tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan polip nasi.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Polip Nasi.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Polip Nasi.
c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien Polip Nasi.
d. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
Polip Nasi.
e. Dapat melaksanakan evaluasi pelaksanaan keperawatan pada pasien
dengan Polip Nasi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Polip hidung adalah massa yang lunak, berwarna putih atau keabu-abuan
yang terdapat didalam rongga hidung. Polip berasal dari pembengkakan
mukosa hidung yang banyak berisi cairan interseluler dan kemudian
terdorong kedalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip dapat timbul dari
tiap bagian mukosa hidung atau sinus paranasal atau sering kali bilateral.
Polip hidung sering berasal dari sinus maksila ( antrum ) dapat keluar
melalui ostium sinus maksila, masuk kerongga hidung dan membesar di
koana dan nasoparing. Polip ini disebut polip koana ( Antro Koana ).
Secara makroskopis polip terlihat sebagai massa yang lunak berwarna
putih atau ke abu-abuan secara mikroskopis tampak sub mukosa hipertropi
dan sembab. Sel tidak bertambah banyak dan terutama terdiri dari sel
eosinopil, limpost, dan sel plasma yang letaknya berjauhan di pisahkan
oleh cairan intra seluler, pembuluh darah, saraf, dan kelenjar sangat
sedikit. Polip ini dilapisi oleh epitel thorax berlapis semu.

2. Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau
reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan
polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan
bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan
bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan
permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun
ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan
interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai
ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang
dewasa dan jarang pada anak – anak. Pada anak – anak, polip mungkin
merupakan gejala dari kistik fibrosis (mucoviscidosis).

6
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip, antara lain:
 Alergi terutama rinitis alergi
 Sinusitis kronik
 Iritasi
 Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan
hipertrofi konka

3. Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan
interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses
terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan
turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga
terbentuk polip.

Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab
tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu
yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa
menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan
terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama
polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah
polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi
karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami
oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi
terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena
tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun.
Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa
menyebabkan obstruksi di meatus media.

7
Berikut penjabaran patofisiologi polip hidung dalam pohon masalah :
Reaksi Alergi/Hipersensitivitas

Edema mukosa nasal


(Pembengkakan mukosa hidung)

Persisten

Polip Hidung

Ggn. Pola nafas

4. Anatomi dan Fisiologi


Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian
lebih dari biasanya; merupakan salah satu organ pelindung tubuh
terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.Hidung
mempunyai beberapa fungsi : sebagai indera penghidu, menyiapkan udara
inhalasi agar dapat digunakan paru-paru, mempengaruhi refleks tertentu
pada paru-paru dan memodifikasi bicara.Alat pencium terdapat dalam
rongga hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius. Serabut saraf ini
timbul pada bagian atas selaput lendir hidung dikenal dengan olfaktori.
Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang
mengeluaran fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut dari
bulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf olfaktorius terletak
di atas lempeng tulang etmoidalis.

Konka nasalis terdiri dari lapisan selaput lender. Pada bagian puncaknya
terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernapas lewat hidung dan kita
mencium bau suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari
rongga hidung melalui konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga
pasang karang hidung :
o Konka nasalis superior

8
o Konka nasalis media
o Konka nasalis inferior
Di sekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus para
nasalis yang terdiri dari :
 Sinus maksilaris (rongga tulang hidung)
 Sinus sfeinodalis (rongga tulang baji)
 Sinus frontalis (rongga nasalis inferior)
Sinus ini dilapisi oleh selaput lendir. Jika terjadi peradangan pada rongga
hidung, lender-lendir dari sinus para nasalis akan keluar. Jika tidak dapat
mengalir ke luar akan menjadi sinusitis.

5. Manifestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di
hidung. Sumbatan ini menetap, tidak hilang timbul dan makin lama
semakin berat keluhannya sumbatan yang berat dapat menyebabkan
hilangnya indra penciuman. Gangguan drainase sinus dapat menyebabkan
nyeri kepala dan keluarnya sekret hidung. Bila penyebabnya alergi,
penderita mengeluh adanya iritasi hidung yang disertai bersin-bersin. Pada
Rinoskopi anterior polip hidung sering kali harus dibedakan dari konka
hidung yang menyerupai polip ( Konka Polipoid ).
Perbedaan antara polip dan konka :
Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya
lunak, tidak nyeri bila ditekan, tidak mudah berdarah, dan pada
pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil.
Konka Polipoid tidak bertangkai sehingga sukar digerakkan,
konsistensinya keras, nyeri bila ditekan dengan pinset, mudah
berdarah, dan dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor

6. Pemeriksaan Diagnostik
Karena polip menyebabkan sumbatan hidung, maka harus dikeluarkan,
tetapi sumbatan karena polip tidak hanya ke dalam rongga hidung yang
menghalangi aliran udara , tetapi juga aliran sinus paranasal sehingga

9
infeksi di dalam sinus mudah terjadi. Apabila sewaktu polip dikeluarkan
terjadi infeksi yang tidak diketahui, maka dapat terjadi perdarahan
sekunder. Atas alasan ini maka sebelum setiap operasi dilaksanakan, perlu
diadakan pemeriksaan rontgen sinus dan pembuatan biakan hapus dari
hidung. Sehingga setelah polip dikeluarkan dan dilakukan pemeriksaan
histologi, sebaiknya klien dikirim ke ahli alergi untuk mencari
penyebabnya serta pengobatan.

7. Penatalaksanaan
 Polip yang masih kecil mungkin dapat diobati secara konservatif
dengan pemberian kortikosteroid per oral. Lokal disuntikkan ke dalam
polip atau topical sebagai semprotan hidung.
 Polip yang sudah besar dilakukan ekstraksi polip / polipeptomi dan
menggunakn senar polip. Apabila terjadi infeksi sinus, irigasi perlu
dilakukan dan cara ini dilakukan dengan perlindungan antibiotic
 Pada kasus polip yang berulang-ulang perlu dilakuka operasi
etmoidektomi karena pada umumnya polip berasal dari sinus etmoid.
Etmoidektomi ada 2 cara, yaitu :
 Intra nasal
 Ekstra nasal

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, jenis kelamin, umur, agama, suku/bangsa, status perkawinan,
pekerjaan alamat, tanggal MRS, diagnosa medis, dan keluarga yang
mudah dihubungi.
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Apa keluhan utama, bagaimana sifat keluhan (terus menerus,
kadangkadang), apakah keluhan bertambah berat pada waktu-

10
waktu tertentu atau kondisi tertentu. Usaha apa yang dilakukan di
rumah untuk mengatasi keluhan tersebut
 Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit hidung sebelumnya
seperti rhinitis, alergi pada hidung
 Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit ini seperti
klien saat ini dan pakah pernah / mengalami alergi / bersin
 Pengkajian Psikososial dan Spiritual
 Psikologis
Bagaimana perasaan pasien terhadap penyakit yang dialaminya
 Sosial
Bagaimana hubungan pasien dengan tim medis dan orang-
orang
 Spiritual
Bagaimana cara beribadah pasien sebelum dan saat sakit
c. Pola Fungsi Kesehatan
 Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup
Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping
 Pola Nutrisi dan Metabolisme
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan
pada hidung

 Pola Istirahat dan Tidur


Biasanya pasien tidak dapat tidur karena pilek yang dideritanya
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya konsep diri pasien menjadi menurun karena pilek terus
menerus dan berbau
 Pola Sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek
terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen)
d. Pemeriksaan Fisik

11
 Status Kesehatan Umum
Keadaan umum, tanda-tanda vital, dan kesadaran
 Pemeriksaan Fisik Data Fokus Hidung
o Inspeksi
Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah
terdapat peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan
alat Rinoskopi.
o Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila
konsistensinya lunak, tidak nyeri bila ditekan, tak mudah
berdarah; maka dapat dipastikan klien menderita polip pada
hidung

2. Data Subyektif dan Objektif


a. Data Subyektif
 Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung
 Klien mengeluh adanya iritasi hidung yang disertai bersin-bersin
 Klien mengeluah tidak bisa atau mengalami gangguan pernapasan
b. Data Objektif
 Adanya pembengkakka mukosa, iritasi mukosa, kemerahan
 Adanya massa berwarna putih seperti agar-agar
 Klien tampak sulit untuk inspirasi – ekspirasi

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Adanya
Obstruksi Pada Hidung (Polip)
Tujuan : Jalan nafas menjadi lebih efektif
Kriteria Hasil : * Frekuensi nafas normal
* Tidak ada suara nafas tambahan
* Tidak terjadi dispnoe dan sianosis

12
No Intervensi Rasional
1. Kaji bunyi kedalaman dan Penurunan bunyi nafas dapat
gerakan dada menyebabkan atelektasis, ronchi
dan wheezing menunjukkan
akumulasi sekret
2. Pertahankan jalan nafas Posisi membantu
klien, tempatkan klien pada memaksimalkan ekspansi paru
posisi yang nyaman dengan dan menurunkan upaya
kepala tempat tidur tinggi pernafasan
(posisi semi fowler)
3. Catat kemampuan Sputum berdarah kental atau
mengeluarkan cerah dapat diakibatkan oleh
mukosa/batuk efektif kerusakan paru atau luka
bronchial
4. Berikan obat sesuai dengan - Mukolitik untuk menurunkan
indikasi mukolitik, batuk
ekspektoran, dan - ekspektoran untuk membantu
bronkodilator memobilisasi secret
- bronkodilator menurunkan
spasme bronkus
- bronkodilator menurunkan
spasme bronkus

b. Nyeri Akut berhubungan dengan Kerusakan Mukosa Hidung Akibat


Pembesaran Mukosa
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kreiteria Hasil : * Klien mengungkapkan nyeri yang dialaminya
berkurang/hilang
* Wajah klien tidak menyeringai

No Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri klien Mengetahui tingkat nyeri klien

13
dalam menentukan tindakan
selanjutnya
2. Jelaskan sebab dan akibat Dengan sebab dan akibat nyeri
nyeri pada klien serta diharapkan klien berpartisipasi
keluarganya dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi dan - Relaksasi :
distraksi Membantu pasien tetap tenang
dan mengurangi rasa sakit
- Distraksi :
Mengalihkan perhatian pasien
terhadap nyeri yang
dialaminya
4. Lanjutkan program dokter Mengurangi rasa nyeri dan
dalam pemberian obat mempercepat proses
analgetik penyembuhan

c. Resiko Tinggi Terjadi Gangguan Persepsi Sensori (Penciuman)


berhubungan dengan Menurunnya Kemampuan Dalam Penciuman
Sekunder Terhadap Polip
Tujuan : Tidak terjadi gangguan persepsi sensori
(penciuman)
No Intervensi Rasional
1 Kaji derajat ketajaman Mengetahui sejauh mana
penciuman ketajaman penciuman pasien
2 Bersihkan keadaan mukosa Membantu pasien untuk
hidung bernapas dan meningkatkan
indra penciuman pasien
3 Persiapkan untuk Mencegah terjadinya resiko
polipeptomi gangguan pernciuman

BAB III

TINJAUAN KASUS

14
Ruang : Anggrek (THT)

No.RM : 619698

Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2020

Pukul : 13. 00 WIB

A. Data Dasar
1. Data Demografi
a. Identitas Pasien
Nama : Nn. Serlina
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
Bahasa : Jawa Dan Indonesia
Sumber biaya : BPJS
Tanggal masuk RS : 18 Januari 2020 Pukul 09.30 WIB
Diagnosa medis : Post Op Polip Nasal
Alamat : Srindang Sari Kec. Sragi, Kab.
Lampung Selatan
b. Sumber Informasi
Nama : Tn Sandiman
Umur : 42 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Orang Tuan

15
Alamat : Srindang Sari Kec. Sragi, Kab.
Lampung Selatan

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Masuk RS
Nn. S dating melalui IGD RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dengan
diantar keluarga pada tanggal 18 januari 2020 pukul 09.30 WIB,
dengan keluhan nyeri pada lubang hidung sebelah kiri, dan pilek yang
tidak kunjung sembuh kurang lebih sejak 6 bulan yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan sulit bernafas saat tidur . Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan hasil TD 110/80 mmHg, nadi 62 kali/menit, suhu 36,5ºC,
RR 20 kali/menit, BB 65 kg.

b. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian


1) Keluhan Utama
Nn. S mengatakan nyeri pada lubang hidung.
PQRST
Nn. S mengatakan nyeri pada lubang hidung yang disebabkaan
pengangkatan operasi massa dalam hidung, nyeri seperti ditekan
dengan skala nyeri 6, nyeri menyebar hingga ke dahi dan wajah,
nyeri yang dirasakan Nn. S terus menerus semenjak setelah
operasi tanggal 20-01-2020 pukul 13.00 WIB.

2) Keluhan penyerta
Nn. S mengatakan nyeri pada lubang hidung, tampak kassa yang
menyumbat pada lubang hidung kiri, nyeri terasa sampai ke dahi
dan wajah, kepala terasa sakit dan nyut-nyutan, keluar cairan putih
sedikit kental dari hidung, badan terasa lemas, keluar air mata
terus menerus, sakit saat menelan serta lidah terasa pahit.

c. Riwayat Kesehatan Masa lalu


1) Riwayat Alergi

16
Nn. S mengatakan tidak ada alergi makanan dan obat-obatan
2) Riwayat Kecelakaan
Nn. S mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan apapun
sebelumnya.
3) Riwayat Di Rawat Di RS
Nn. S mengatakan baru kali ini dirawat di RS, sebelumnya Nn. S
hanya berobat keklinik dan tidak dirawat inap, dengan penyakit
yang sama.
4) Riwayat Penyakit Kronis
Nn. S mengatakan tidak memiliki penyakit kronis seperti
hipertensi, DM, asma, anemia dan lain-lain.
5) Riwayat Pengobatan dan Operasi
Keluarga mengatakan sebelum ke RS, Nn.S sering berobat
keklinik dan tidak ada perubahan. Nn.S belum pernah dioperasi
sebelumnya, baru kali ini Nn. S dioperasi untuk pengangkatan
massa yang ada dilubang hidung sebelah kirinya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengaalami saakit yang sama dengan pasien. Ada anggota keluarga
yang menderita sakit hipertensi.

e. Riwayat Psiko-Sosial-Spiritual
1) Psikologis
- Gambaran diri
Nn.S menyadari bahwa dirinya adalah seorang perempuan
yang belum pernah menikah, dan pasien sangat puas dengan
keadaan tubuhnya meski dengan sakit yang sedang
diaalaminya.
- Peran

17
Nn.S menyadari jika dirinya adalah seorang anak, seorang
kakak dari dua adik, dan pasien sadar akan status dan juga
perannya.
- Harga diri
Nn.S mengatakan menerima apapun kekurangan yang ada
pada dirinya , Nn.S tidak merasa malu atau pun menarik diri
dari lingkungan.
- Ideal diri
Nn.S mengatakan bahwa dirinya sudah dewasa dan ingin
bekerja untuk membantu orang tuanya dan membahagiakan
keluarganya.
- Identitas
Nn.S mampu menyebutkan nama, umur, tanggal lahir, anak
keberapa dengan berapa saudara serta alamat rumahnya
dengan benar.

2) Sosial
Keluarga mengatakan akan selalu mendukung dan mamfasilitasi
apapun yang dibutuhkan pasien, lingkungan dan teman-teman juga
memberi dukungan dan semangat untuk pasien.

3) Spiritual
Nn.S mengatakan bahwa kondisinya saat ini merupakan ujian dari
Allah SWT, Nn.S berharap agar segera sembuh dan sehat kembali
agar dapat kembali pulang kerumah dan berkumpul dengan
keluarga.

4) Ekonomi
Orang tua Nn.S mengatakan bekerja sebagai wiraswasta dan
penghasilan yang didapat setiap bulan cukup untuk kebutuhan
sehari-hari serta Nn.S menggunakan BPJS untuk biaya Rumah
Sakit.

18
f. Pengetahuan Pasien Dan Keluarga
Keluarga mengatakan jika sebelumnya tidak mengetahui bahwa sakit
yang dialami Nn.S separah ini, keluarga dan Nn.S awalnya hanya
mengira sakit yang dialami hanyalah flu biasa, sehingga keluarga
hanya memeriksakan ke klinik terdekat.

g. Lingkungan
Keluarga mengatakan jika keadaan rumahnya bersih karena Nn.S
selalu membersihkan rumah pagi dan sore, lingkungan rumah Nn.S
berada dipinggir jalan, namun bukan jalan utama sehingga jauh dari
polusi. Nn.S membantu orangtuanya ditoko sehingga tidak
membahayakan dirinya.

h. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


1. Pola Nutrisi dan Cairan
- Pola nutrisi
Sebelum sakit
Pasien makan 3x/hari, dengan lauk, sayur nasi, nafsu makan
pasien baik, pasien tidak memiliki alergi makanan namun
pasien kurang suka terhadap makanan yang pahit, BB 68 kg,
Tb 159 cm.
Saat sakit
Pasien makan 2x/hari, nafsu makan pasien menurun karenaa
nyeri pada lubang hidungnya, dan sakit untuk menelan, pasien
makan sedikit, pasien makan tidak pernah habis, pasien
menelan sambil menangis dan memegangi lehernya, BB
pasien 65 kg, TB 159 cm.
IMT= BB/TB²= 65/1,59²= 26

- Pola cairan
Sebelum sakit

19
Pasien minum 7-8 gelas/hari ukuran 200 ml dengan jumlah
kurang lebih 1600 ml, pasien menyukai minuman dan rasa-
rasa seprti jus buah.
Saat sakit
Pasien minum 4-5 gelas/hari ukuran 200 ml dengan jumlah
kurang lebih 1000 ml, pasien jarang minum dan tidak merasa
haus, pasien terpasang infuse RL 500cc 20 tpm/8 jam
IWL= 15x65= 975
Input:
Minum: 1000
Infuse: 1500
Ouput:
Urin: 1200
Balance cairan = input – (iwl+output)
= 2500- (975+1200)
= 325

2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien BAK 5-6x/hari pada waktu pagi siang sore dan malam
dengan jumlah kurang lebih 1800cc/hari, warna uring kekuningan
berbau khas urin, serta pasien tidak ada keluhan saat BAK. Pasien
BAB hanya 1x/hari pada waktu pagi hari dengan konsistensi feses
lunak, bau khas feses serta pasien tidak ada keluhan saat BAB.
Saat sakit
Pasien BAK 4-5x/hari dengan waktu tidak menentu dengan
jumlah kurang lebih 1200cc/hari, warna urin kekuningan berbau
khas urin, serta pasien tidak terpasang kateter dan tidak ada
keluhan saat BAK. Pasien belum pernah BAB selama dirumah
sakit.

3. Pola Personal Hygiene

20
Sebelum sakit pasien mandi 2x/hari pada waktu pagi dan sore,
menggosok gigi 3x/hari pada waktu pagi, sore dan malam serta
mencuci rambut 3x/minggu. Saat diRS pasien lebih sering
membasahi rambutnya karena merasa kepanasan, pasien rajin
menggosok gigi dan membersihkan tubuhnya.

4. Pola Istirahat Dan Tidur


Sebelum sakit pasien tidur 8 jam/hari yaitu 7 jam tidur malam dan
1 jam tidur siang, pasien tidak memiliki kebiasaan sebelum tidur
atau pengantar tidur lainya serta pasien tidak mengalami gangguan
tidur. Saat diRS pasien mengatakan tidurnya terganggu, sehingga
pasien merasa kurang puas dengan istirahatnya. Pasien tidur 3-4
dimalam hari dan tidak pernah tidur siang selama sakit. Pasien
tidak apapun untuk tidurnya.

5. Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum sakit pasien bekerja ditoko membantu orangtuanya
berjualan sembako, pasien setiap hari membantu orangtuanya
setelah membereskan pekerjaan rumah. Saat diRS aktivitas pasien
dibantu keluarganya seperti makan, minum dan membersihkan
tubuhnya.

6. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan


Pasien mengatakan tidak pernah merokok dan minum-minuman
beralkohol serta tidak memiliki ketergantungan dengan obat
apapun.

3. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran composmentis dengan nilai GCS E4 V5 M6. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 130/90 mmHg,
nadi 90x/menit, RR 22x/menit, suhu 35,1ºC, BB 65 kg, TB 159 cm.

b. Pemeriksaan Fisik Per Sistem

21
1) Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, keadaan mata bersih, bola mata normal,
konjungtiva anemis, sclera an ikterik, ukuran pupil normal dan
reflek saat diberfi rangsangan cahaya normal (mengecil dan
membesar), tidak ada tanda-tanda radang, tidak menggunakan alat
bantu kacamata atau kontak lensa, saat sakit pasien sering
mengeluarkan airmata tanpa sadar dan mengalir.

2) Sistem Pendengaran
Keadaan telinga dan simetris, kulit telinga teraba dingin, tidak ada
nyeri saat dipalpasi, tidak ada tanda peradangan dan lesi, tulang
mastoid tidak bengkok atau sakit, terdapat kotoran pada telinga
kiri, tidak ada sumbatan benda asing, tidak ada cairan yang
mengalir, fungsi pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, pasien sering merasa telinganya berdenging selama
sakit.

3) Sistem Wicara
Pasien bicara dengan jelas dan lancer serta tidak ada gangguan
wicara.

4) Sistem Pernapasan
Suara napas vesikuler, pasien tidak sesak, tidak menggunakan alat
bantu napas, tidak ada nyeri dada, tidak ada pembesaran vena
jugularis, pasien kesulitan bernafas dengan hidung karena masih
nyeri dan masih terdapat kassa dihidung setelah operasi, terdapat
cairan berwarna putih kental mengalir dari hidung, pasien bernafas
menggunakan mulut, RR 22x/menit.

5) Sistem Kardiovaskuler
Irama nadi teratur, nadi 90x/menit, denyut teraba kuat dan cepat,
tidak ada distensi vena jugularis, suhu 35,1ºC, kulit teraba dingin,
warna kulit putih, tampak pucat, CRT 3 detik tidak ada kemerahan
atau lesi, bunyi jantung lub dub serta tidak ada nyeri dada.

22
6) Sistem Neurologi
Kesadaran pasien composmentis dengan nilai GCS E4 V5 M6
tidak ada tanda-tanda peningkatan intracranial, reflek patologis
dan fisiologis pasien normal keekuatan otot normal, pasien dapat
bergerak bebas dan mengikuti sesuai perintah.

7) Sistem Pencernaan
Keadaan bibir kering, warna bibir pucat, keadaan mulut bersih,
pasien tidak adda stomatitis, tidak ada perdarahan pada gusi,
pasien mengatakan masih merasa sakit saat menelan, pasien tidak
mau makan karena nyeri saat menelan, pasien mual tapi tidak
muntah, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada bekas
jahitan post op, tidak ada tanda asites dan lesi, bising usus
terdengar lemah.

8) Sistem Imunologi
Tidak ada tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening.

9) Sistem Endokrin
Tidak ada luka ulkus, tidak ada pembesaran kelenjar tidroid.

10) Sistem Urogenital


Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan, pasien
tidak terpasang alat bantu berkemih.

11) Sistem Integumen


Keadaan rmabut pasien berantakan karena tidak disisir sejak
kemarin, rambut pasien tidak rontok, rambut berwarna hitam, kulit
teraba lengket dan dingin, kulit lembab dan turgor elastic, tidak
ada kemeerahan lesi, perdarahan atau tanda dehidrasi.

12) Sistem Muskuloskeletal

23
Tidak ada deformitas, fraktur, benjolan, tidak ada nyeri tekan,
pasien berjalan normal, tanpa alat bantu, tidak ada nyeri sendi,
kekuatan otot normal.

13) Sistem Reproduksi


Pasien belum menikah, tidak ada keluhan pada bagian alat vital.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Lab

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


HB 12,9 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 10.700 3600-11000 /ul
Eritrosit 4,6 3,8-5,2 Juta/ul
Hematokrit 40 35-47 %
Trombosit 351.000 154000-386000 /ul
MCV 88 80-100 FL
MCH 28 26-34 Pg
MCHC 32 32-36 g/dl
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 2-4 %
Batang 0 3-5 %
Segmen 60 50-70 %
Limfosit 32 25-40 %
Monosit 8 2-8 %
LED 9 0-20 Mm/jam
CT 9 8-18 Menit
BT 3 1-3 Menit
Kalsium 7,5 8,8-10,0 Mmol/L
Kalium 3,7 3,5-5,0 Mg/dl
Natrium 109 95-105 Mmol/L

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis

24
Terapy Dosis Cara pemberian Waktu
pemberian
Infus RL 500ml IV /8jam
As. Tranexamat 500mg IV /8jam
Ceftirizine 1tab Oral 2x1
Omeprazole 60mg IV 2x1
Ceftriaxone 1gr IV /12jam
Ketorolac 30mg IV/Drip /8jam

b. Penaatalaksanaan keperawatan

No Keluhan pasien Intervensi


1 Tidak nafsu makan karena sakit saat Anjurkan makan-
menelan makanan cair
Makan sedikit tapi
sering
2 Nyeri pada hidung sebelah kiri Ajarkan teknik
pengalihan, agar
pasien tidak terfokus
pada nyeri

6. Resume kondisi pasien


Pasien masuk RS melalui IGD RSUD Dr.H Abdul Moeloek diantar
keluarganya pada tanggal 18 januari 2020 pukul 19.30 WIB dengan
keluhan nyeri pada lubang hidung sebelah kiri, pilek yang tak kunjung
sembuh sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu, serta kesulitan tidur.
Pemeriksaan tanda vital TD 110/80 mmHg, nadi 62x/menit, RR
20x/menit, suhu 36,5ºC, BB 65 kg. Saat pengkajian pasien mengeluh,
nyeri pada lubang hidung sebelah kiri, keluar caairaan putih sedikit kental
dari lubang hidung, lemas, sulit menelan karena tenggorokam sakit. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital TD 130/90 mmHg, nadi 90x/menit, suhu
35,1ºC, RR 20x/menit BB 65 kg.

25
B. Data Fokus
Data subjektif:
1) Pasien mengatakan nyeri pada lubang hidung sebelah kiri
2) Nyeri terasa sampai kedahi dan wajah
3) Kepala terasa sakit dan nyut-nyutan
4) Nyeri seperti ditekan
5) Nyeri dirasakan terus menerus setelah operasi
6) Pasien mengatakan sulit bernafas dari hidung
7) Pasien mengatakan sulit bernafas semakin berat setelah operasi karena
ada kassa yang menyumbat
8) Pasien mengatakan tidak nafsu makan karena sakit saat menelan
9) Pasien makan tidak pernah habis

Data objektif:

1) Pasien menelan sambil menangis dan memegangi lehernya


2) Porsi makan tidak habis
3) Pasien tampak lemas
4) BB sehat 68 kg
5) BB sakit 65 kg
6) Tampak keluar cairan putih kental dari hidung
7) Tampak kassa yang menyumbat pada lubang hidung kiri
8) RR 22x/menit
9) Skala nyeri 6
10) TD 130/90 mmHg
11) Nadi 90x/menit

C. Analisa Data

26
No Data Masalah Etiologi
1 Ds:
1) Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Agen injury
lubang hidung sebelah kiri biologis
2) Nyeri terasa sampai kedahi dan
wajah
3) Kepala terasa sakit dan nyut-nyutan
4) Nyeri seperti ditekan
5) Nyeri dirasakan terus menerus
setelah operasi
Do:
1) Skala nyeri 6
2) RR 22x/menit
3) TD 130/90 mmHg
4) Nadi 90x/menit

2 Ds:
1) Pasien mengatakan sulit bernafas Bersihan jalan Adanya benda
dari hidung nafas tidak efektif asing dalam jalan
2) Pasien mengatakan sulit bernafas nafas
semakin berat setelah operasi
karena ada kassa yang menyumbat
Do:
1) Tampak keluar cairan putih kental
dari hidung
2) Tampak kassa yang menyumbat
pada lubang hidung kiri
3) RR 22x/menit

3 Ds:
1) Pasien mengatakan tidak nafsu Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
makan karena sakit saat menelan nutrisi kurang dari menelan
2) Pasien makan tidak pernah habis kebutuhan tubuh makanan

27
Do:
1) Pasien menelan sambil menangis
dan memegangi lehernya
2) Porsi makan tidak habis
3) Pasien tampak lemas
4) BB sehat 68 kg
5) BB sakit 65 kg

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya benda asing dalam jalan
nafas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan makanan

E. Rencana Keperawatan

No Dx Kep Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b.d agen Setelah dlakukan askep 1. Identifikkasi nyeri
injury fisik 3x24 jam diharapkan nyeri secara komprehensif
berkurang dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
hasil: 3. Identifikasi factor yang
1. Pasien mampu memperberat dan
mengontrol nyeri memperingan nyeri
2. Melaporkan bahwa 4. Ajarkan teknik
nyeri berkurang nonfarmakologi
5. Kolaborasi pemberian
analgesic
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan askep 1. Gunakan alat steril
nafas tidak efektif 3x24 jam diharapkan untuk melakukan
b.d adanya benda bersihan jalan nafas tidak tindakan
asing dalam jalan efektif teratasi dengan 2. Monitor status oksigen
nafas kriteria hasil: pasien

28
1. Suara nafas bersih 3. Posisikan pasien untuk
2. Mampu bernafas dengan memaksimalkaan
mudah ventilasi
4. Informasikan pada
keluarga tentang
tindakan
suction/pengeleuaran
sumbatan
5. Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
tindakan
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askep 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi kurang dari 3x24 jam diharapkan pasien
kebutuhan tubuh ketidakseimbangan nutrisi 2. Anjurkan makan sedikit
b.d kurang dari kebutuhan tapi sering
ketidakmampuan tubuh teratasi dengan 3. Anjurkan makan
menelan makanan kriteria hasil: makanan yang cair
1. Tidak ada penurunan 4. Monitor asupan nutrisi
BB secara drastic (intake dan output yang
2. BB ideal dengan TB adekuat)
5. Kolaborasikan dengan
ahli gizi dalam
pemberian nutrisi

F. Implementasi Dan Evaluasi

No Tgl Implementasi Paraf Evaluasi


Dx.Ke
p
1 20/01 1. Mengidentifikasi nyeri secara S: Pasien mengatakan
/2020 komprehensif nyeri pada lubang
2. Mengidentifikasi skala nyeri hidung sebelah kiri
3. Mengidentifikasi factor yang O: skala nyeri 6, pasien

29
memperberat dan memperingan post op polip nasal hari
nyeri pertama
4. Mengajarkan teknik A: nyeri akut belum
nonfarmakologi teratasi
5. Mengkolaborasi pemberian P: lanjutkan intervensi
analgesic 1. Mengidentifikasi
nyeri secara
komprehensif
2. Mengidentifikasi
skala nyeri
3. Mengidentifikasi
factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
4. Mengajarkan
teknik
nonfarmakologi
5. Mengkolaborasi
pemberian
analgesik
2 20/01 1. Menggunakan alat steril untuk S: Pasien mengatakan
/2020 melakukan tindakan sulit bernafas dari
2. Memonitor status oksigen hidung
pasien O: Terdapat kassa pada
3. Memposisikan pasien untuk lubang hidung kiri, RR
memaksimalkaan ventilasi 22x/menit
4. Menginformasikan pada A: Bersihan jalan nafas
keluarga tentang tindakan tidak efektif belum
suction/pengeleuaran teratasi
sumbatan P: Lanjutkan intervensi
5. Mengauskultasi suara nafas 1. Menggunakan alat
sebelum dan sesudah tindakan steril untuk
melakukan

30
tindakan
2. Memonitor status
oksigen pasien
3. Memposisikan
pasien untuk
memaksimalkaan
ventilasi
4. Menginformasikan
pada keluarga
tentang tindakan
suction/pengeleuar
an sumbatan
5. Mengauskultasi
suara nafas
sebelum dan
sesudah tindakan
3 20/01 1. Mengidentifikasi status nutrisi S: Pasien mengatakan
/2020 pasien tenggorokan sakit untuk
2. Menganjurkan makan sedikit menelan
tapi sering O: Porsi makan tidak
3. Menganjurkan makan makanan habis
yang cair A: ketidaksseimbangan
4. Memonitor asupan nutrisi nutrisi kurang dari
(intake dan output yang kebutuhan tubuh belum
adekuat) teratasi
5. Mengkolaborasikan dengan ahli P: Lanjutkan intervensi
gizi dalam pemberian nutrisi 1. Mengidentifikasi
status nutrisi pasien
2. Menganjurkan
makan sedikit tapi
sering
3. Menganjurkan
makan makanan

31
yang cair
4. Memonitor asupan
nutrisi (intake dan
output yang
adekuat)
5. Mengkolaborasikan
dengan ahli gizi
dalam pemberian
nutrisi

1 21/01 1. Mengidentifikasi nyeri secara S: pasien mengatakan


/2020 komprehensif nyeri sudah berkurang
2. Mengidentifikasi skala nyeri O: skala nyeri 4, pasien
3. Mengidentifikasi factor yang post op polip nasal hari
memperberat dan memperingan kedua
nyeri A: nyeri akut teratasi
4. Mengajarkan teknik P: pasien pulang,
nonfarmakologi hentikan intervensi.
5. Mengkolaborasi pemberian
analgesic
2 21/01 1. Menggunakan alat steril untuk S: pasien mengatakan
/2020 melakukan tindakan sudah mulai bias
2. Memonitor status oksigen bernafas dengan hidung
pasien karenaa kassa sudah
3. Memposisikan pasien untuk mulai bias dikeluarkan.
memaksimalkaan ventilasi O: kassa sudah
4. Menginformasikan pada dikeluarkan, RR
keluarga tentang tindakan 20x/menit
suction/pengeleuaran A: bersihan jalan nafas
sumbatan tidak efektif teratasi
5. Mengauskultasi suara nafas P: pasien pulang,
sebelum dan sesudah tindakan hentikan intervensi
3 21/01 1. Mengidentifikasi status nutrisi S: pasien sudah bias

32
/2020 pasien menelan
2. Menganjurkan makan sedikit O:pasien menghabiskan
tapi sering makanan setengah porsi
3. Menganjurkan makan makanan yang diberikan RS
yang cair A: ketidakseimbangan
4. Memonitor asupan nutrisi nutrisi kurang daari
(intake dan output yang kebutuhan tubuh
adekuat) teratasi
5. Mengkolaborasikan dengan ahli P: pasien pulang,
gizi dalam pemberian nutrisi hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Dx Medis


Post Op Polip Nasi Diruang Anggrek Rsud Dr.H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tanggal 20 Januari 2020, ada beberapa hal yang perlu dibahas dan

33
diperhatikan. Dalam penerapan asuhan keperawatan tersebut penulis telah
berusaha mencoba menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Op
Polip Nasi sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan
keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai, akan
diuraikan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan di mulai dari
pembahasan, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi.

1. Pembahasan
Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa
lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi
mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening
karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat bulat atau lonjong,
tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral. Ada beberapa factor
predisposisi terjadinya polip antara lain alergi terutama rhinitis alergi,
sinusitis kronis, iritasi dan sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti
deviasi septum dan hipertrofi konka. Umumnya gejala klinik polip nasi yaitu
obstrusi hidung yang menetap, hidung yang berair terus menerus, penciuman
berkurang, sakit kepala, bersin, epistaksis, mendengkur, tetapi dapat tanpa
gejala. Polip nasi dapat menutup ostia dari sinus sehingga menjadi factor
predisposisi terjadinya infeksi pada sinus.

Penatalaksanaan polip nasi dapat salah satunya yaitu dilakukan dengan


pembedahan. Teknik pembedahan dapat dilakukan dengan pendekatan
eksternal atau intranasal. Tujuan utama penatalaksanaan polip nasi adalah
mengecilkan ukuran polip atau mungkin membuangnya, sehingga gejala
hilang terutama sumbatan hidung, hiposmia, anosmia dan mengurangi
frekuensi infeksi serta memperbaiki gejala yang menyertai disaluran nafas
bawah dismping itu juga mencegah komplikasi seperti mukokel dan gejala
pada mata.

Prevalensi polip nasi yang dilaporkan bervariasi antara 1-4% dari populasi,
lebih sering terjadi pada lelaki dengan puncak insiden pada usia 40 sampai 60

34
tahun. Menurut data yang dipublikasikan USA polip nasi terjadi pada 2%-5%
dari populasi umum dan merupakan 5% dari kunjungan konsultasi keahli
THT. Angka kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya umur, di
Indonesia angka kejadiannya belum diketahui dengan pasti. Di RSUP H.
adam Malik tahun 2009-2011 didapatkan kasus polip nasi sebanyak 59 orang
terdiri dari 36 pria dan 23 wanita.

2. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2007). Dalam
melakukan pengkajian pada klien data di dapatkan dari klien , beserta
keluarga , catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.
a. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat
kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian. Tinjauan teori manifestasi
klinik pada pasien polip nasi yaitu hidung yang berair terus menerus,
penciuman berkurang, sakit kepala, serta pada kasus pasien yang
mengalami polip nasi mengalami keluhan nyeri pada lubang hidung
akibat operasi, nyeri kepala dan keluar cairan terus menerus dari hidung.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Terdapat kesenjangan dalam tinjauan teori dan kasus, teori menjelaskan
biasanya pasien yang mengalami polip nasi memiliki riwayat penyakit
asma tetapi pada kasus pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma.
c. Pemeriiksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan
fisik penting untuk menentukan keadaan pasien. Pemeriksaan fisik pada
teori mengacu pada pemeriksaan head to toe, pemeriksaan keadaan
umum, tingkat kesadaran serta TTV ( TD, P, N, S ) pada kasus penulis
juga melakukan pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran,
keadaan umum, serta pemeriksaan TTV ( TD, N, P, S ).

35
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi (Doenges, 2000 : 8). Pada tinjauan teori ditemukan 3 diagnosa
keperawatan serta pada kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan, diagnose
keperawatan pada teori yaitu:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d adanyya obstruksi pada hidung
b. Nyeri akut b.d kerusakan mukosa hidung akibat pembesaran mukosa
c. Resiko tinggi terjadinya gangguan persepsi sensori b.d menurunnya
kemampuan dalam penciuman sekunder terhadap polip

4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil
pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan ( Doenges, 2000 : 10 ).
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada pasien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien/

5. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien post op polip nasi, hal ini tidaklah mudah. Terlebih dahulu
penulis mengatur strategi agar tindakan keperawatan dapat terlaksana, yang
dimulai dengan melakukan pendekatan pada pasien agar nantinya pasien mau
melaksanakan apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan
keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang dihadapi pasien.
Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang
berarti, hal ini disebabkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan sistematik sehingga
memudahkan untuk melakukan tindakan keperawatan

36
b. Pendekatan yang dilakukan pada klien dan keluarga dengan baik
sehingga klien merasa percaya pada penulis dan mudah dalam pemberian
serta pelaksanaan tindakan keperawatan
c. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga penulis
mendapat bantuan dalam melalaksanakan tindakan keperawatan.

6. Evaluasi

Dari 3 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan, kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik
dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis
dengan pasien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polip nasi ialah massa lunak yang bertangkai di dalam rongga hidung yang
terjadi akibat inflamasi mukosa. Permukaannya licin, berwarna putih keabu-
abuan dan agak bening karena mengandung banyak cairan. Bentuknya dapat
bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau bilateral. Polip dapat

37
timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak
sampai usia lanjut.

B. Saran
1. Bagi mahasisiwa supaya memberikan asuhan keperawatan yang tepat
pada pasien gangguan system pernapasan polip nasi
2. Bagi institusi agar dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan
pada pasien gangguan system pernapasan polip nasi
3. Bagi tenaga kesehatan agar menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
pada pasien gangguan system pernapasan polip nasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. W.B. Saunders,


Philadelphia 2010.

Newton & Sheh. 2008. BUKU AJAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF, VOL.


2. Jakarta: EGC.

Amaliyah & Taufiq,F.P. 2013. Jurnal Polip Nasi Rekuren Bilateral Stadium 2

38
Pada Wanita Dengan Riwayat Polipektomi Dan Rhinitis Alergi Persisten.
Medula, Volume 1, Nomor 5. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Sutrawati, A.D.M.N&Ratnawati, M.L. 2019. Jurnal Karakteristik Penderita Polip


Nasi Di Poli THT-KL RSUP Sanglah Denpasar Periode Januari 2014-
Desember 2015. Medicina, Volume 50, Number 1:138-142

Soepardi, M Efiaty Arsyad, Sp. THT. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Edisi Keempat. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal :
97 – 99

Higler, Adams Boies. 2008. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal : 173

Junadi, Purnaman dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kedua. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI. Hal : 248 – 249

Syaifuddin, H, AMK. 20011. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan


Edisi 3.Jakarta : EGC. Hal : 334

39

Anda mungkin juga menyukai